Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
di Amerika Serikat. Pada saat itu banyak perusahaan yang mendapat kritik karena dianggap
melakukan praktik monopoli, kecurangan, dan tidak peka terhadap masalah-masalah sosial.
Dilakukan usaha-usaha untuk meredam kekuatan korporat melalui ketentuan hukum yang
menentang yang menentang penggabungan industry-industri (antitrust laws) dan peraturanperaturan lainnya.
Secara global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer
terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century
Business (1998), karya John Elkington. Elkington mengemas CSR ke dalam tiga bagian utama:
3P, yang merupakan singkatan dari profit, planet, dan people. Perusahaan yang baik tidak
hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan pula memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa
perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity). Walaupun tidak
menamainya CSR, namun secara faktual aksi dari perusahaan tersebut mendekati konsep CSR
yang mempresentasikan bentuk peran serta kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan
lingkungan.
Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwa kegiatan perusahaan
membawa dampak for better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat,
khususnya di sekitar perusahaan. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya
shareholders, melainkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap keberlangsungan hidup
dari perusahaan.
1
CSR membuat perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak
pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam
kondisi keuangannya (financial) saja. Dengan CSR, tanggung jawab perusahaan harus berpijak
pada triple bottom lines, yaitu perusahaan juga memperhatikan masalah sosial dan lingkungan.
1.2
IDENTIFIKASI MASALAH
Batasan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian mengenai Corporate Sosial Responsibility (CSR).
2. Penerapan CSR pada PT. HM Sampoerna Tbk., yaitu salah satu perusahaan publik
di Indonesia.
1.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
TEORI STAKEHOLDERS
Menurut Schroeder (1998), paling tidak ada enam teori mengenai stakeholders, yaitu
teori kepemilikan (proprietary theory), teori entitas (entity theory), teori dana (fund theory), teori
komando (command theory), teori perusahaan (enterprise theory), dan teori ekuitas sisa
(residual equity theory).
Walaupun belum ada kesamaan mengenai istilah yang baku, namun belakangan ini
muncul pandangan baru tentang pengelolaan perusahaan menggunakan beberapa istilah
berbeda tetapi mempunyai makna yang sama, yaitu perusahaan tercerahkan (enlightened
company), atau perusahaan dengan modal spiritual (spiritual capital). Istilah perusahaan
tercerahkan (enlightened company) diperkenalkan oleh Hansen dan Allen dalam bukunya yang
terkenal berjudul Cracking the Millionaire Code, sedangkan istilah spiritual capital diperkenalkan
oleh Zohar dan Marshall dalam buku best seller-nya yang berjudul Spiritual Capital.
Definisi stakeholders menurut Freeman (1984) yang dikutip Bertens (2000) adalah
kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian
tujuan tertentu. Tujuan pengelolaan perusahaan jelas adalah untuk meningkatkan laba dan
kekayaan pemilik. Dengan berkembangnya perusahaan hingga mencapai skala besar dan
dengan diperkenalkannya bentuk hukum perusahaan yang berstatus Perseroan Terbatas (PT),
serta dengan makin banyaknya perusahaan yang kepemilikannya dimiliki oleh masyarakat
umum (perusahaan go public), maka mulai terdapat pemisahan antara pengelola (manajemen,
eksekutif) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham). Walaupun sudah terdapat
pemisahan antara pengelola dengan pemilik perusahaan, namun orientasi dan paradigma
pengelolaan ini masih belum berubah. Itu berarti bahwa tujuan pengelolaan perusahaan adalah
3
untuk meningkatkan laba dan kekayaan para pemilik perusahaan (pemegang saham),
sedangkan kepentingan para pemangku kepentingan selain pemegang saham belum mendapat
perhatian yang seimbang. Oleh karena itu, paradigma pengelolaan masih menganut teori
kepemilikan . Pada hakikatnya, pandangan pengelola perusahaan dalam teori ekuitas sisa
masih sama dengan pandangan pengelola dalam teori kepemilikan. Hanya saja dalam teori
ekuitas sisa, orientasi pengelola lebih ditunjukan kepada para pemegang saham biasa,
sedangkan pemegang saham preferen tidak mendapat perhatian yang setara.
Paradigma yang sangat berbeda dijumpai pada teori dana dan teori komando. Dalam
teori dana, manajemen dalam mengelola suatu lembaga/ organisasi lebih berorientasi kepada
rekstriksi legal atas penggunaan dana yang dipercayakan kepadanya. Para penyandang dana
memberikan otoritas pengelolaan dana yang dipercayakan kepadanya. Para penyandang dana
memberikan otoritas pengelolaan dana kepada manajemen dalam batas-batas/ koridor legal
yang diperkenankan untuk setiap jenis dana. Setiap jenis dana hanya diperkenankan digunakan
untuk jenis pengeluaran/ program spesifik sesuai persetujuan dari penyandang dana.
Paradigma teori dana ini lebih banyak dianut oleh pengelola dana public nirlaba, seperti
pemerintah atau lembaga-lembaga sosial/ keagamaan. Pemerintah atau pengelola organisasi
nirlaba ini mempertanggungjawabkan dana public berdasarkan ketentuan, restriksi, dan alokasi
anggaran dana yang disetujui oleh penyandang dana.
Kondisi yang berlawanan dengan hal di atas terdapat pada teori komando. Dalam teori
komando, manajemen tidak lagi berorientasi kepada para pemangku kepentingan di luar
perusahaan, tetapi lebih melihat fungsi dirinya dalam mengendalikan perusahaan. Manajemen
mulai berorientasi ke dalam, yaitu unit-unit organisasi internal perusahaan. Dalam hal ini,
manajemen mulai meminta pertanggungjawaban dari setiap unit organisasi yang ada di bawah
komando/ kendalinya atas kewenangan yang didelegasikan kepada setiap unit organisasi
dalam mengelola dana/ harta perusahaan yang dipercayakan kepada unit-unit organisasi
4
tersebut. Sejalan dengan paradigma ini, peranan fungsi akuntansi adalah memberikan bantuan
untuk menyusun laporan pertanggungjawaban atas sumber daya dan dana yang dikelola oleh
setiap unit untuk dilaporkan kepada atasan yang berjenjang. Dari situ kemudian muncul istilah
akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting).
Selanjutnya, peran dan paradigma pengelolaan perusahaan mulai berubah lagi seiring
dengan makin besar dan kompleksnya perusahaan. Sejalan dengan ini, mulai muncul teori baru
yang lebih dikenal sebagai teori perusahaan (enterprise theory). Dalam teori ini, peranan bisnis
tidak lagi hanya dilihat secara terbatas dari satu atau beberapa pemangku kepentingan saja.
Perusahaan sudah dianggap sebagai lembaga sosial, yaitu suatu lembaga yang menciptakan
manfaat dan kesejahteraan kepada semua pemangku kepentingan. Teori perusahaan kini lebih
populer dengan istilah teori pemangku kepentingan (stakeholders theory).
2.2
PENGERTIAN STAKEHOLDERS
Definisi stakeholders menurut Freeman (1984) yang dikutip Bertens (2000, p.163)
adalah kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu
pencapaian tujuan tertentu.
Sedangkan definisi stakeholders menurut Lawrence & Weber (2011) : Stakeholders
refers to person and groups that affected by, an organizations decisions, policies, and
operations. The word stake means an interest in or claim on a business enterprise.
Menurut Lawrence & Weber ( 2011), stakeholders dibagi ke dalam dua golongan, yaitu
market stakeholders dan nonmarket stakeholders.
1. Market stakeholders, are those that engage in economic transactions with the company as
it carries out its primary purpose of providing society with goods and services. Market
5
baru pengawasan, wewenang, dan tanggung jawab pada eksekutif ini tertuang dalam UndangUndang yang sangat terkenal disebut Sarbanes-Oxley Act (SOX).
Namun yang lebih penting adalah munculnya pandangan baru dalam mengelola suatu
perusahaan. Pandangan baru ini lebih menyoroti perilaku para eksekutif puncak perusahaan
karena perilaku para eksekutif puncak ini sangat menentukan keberlangsungan hidup suatu
perusahaan. Para eksekutif puncak dituntut untuk tidak hanya bersifat etis, tetapi diharapkan
mempunyai tingkat kesadaran transcendental atau tingkat kesadaran spiritual.
Para eksekutif yang telah mencapai tingkat kesadaran spiritual ini akan memaknai
kegiatan pengelolaan perusahaan sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan yang Maha
Kuasa, menjadikan perusahaan yang dikelolanya sebagai sarana untuk melakukan pelayanan
secara tulus untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku kepentingan, sekaligus
menjaga dan memelihara kelestarian alam. Perusahaan yang dikelolana akan menjadi
perusahaan yang tercerahkan (enlightened company).
Gambar 2.1
Hubungan Perusahaan
dengan Para Pemangku Kepentingan (Stakeholders)
Kelompok
Sekunder
Kelompok
Primer
Pemerintah
Masyarakat
Pemodal
Pemasok
Perusahaan
Pelanggan
Karyawan
Aktivis
Lingkungan
Media
Massa
Sumber: Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, 2009, Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya.
2.3
mulai
menyadari
pentingnya
melakukan
proses
pengambilan
keputusan
berdasarkan pendeketan dan analisis pemangku kepentingan. Hal penting yang perlu
dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan pemangku
kepentingan, antara lain:
a. Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang
bersifat potensial.
b. Cari tahu kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) setiap golongan pemangku
kepentingan.
c. Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antara golongan
pemangku kepentingan tersebut.
Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan:
a. Pemangku kepentingan adalah pihak yang menerima manfaat paling besar dari
keputusan itu; atau
b. Kalaupun ada pihak yang dirugikan, dampak kerugiannya hanya menimpa sesedikit
mungkin pemangku kepentingan; atau
c. Keputusan yang siambil tidak membentur kepentingan dan kekuasaan kelompok
pemangku kepentingan yang dominan.
Pengertian kepentingan disini adalah sesuatu uang menyebabkan kelompok pemangku
kepentingan ini tertarik atau peduli pada perusahaan, sedangkan kekuasaan di sini diartikan
sebagai seberapa kuat pengaruh kelompok ini dalam menentukan arah dan keberadaan
perusahaan. Beberapa contoh kelompok kepentingan serta kepentingan dan kekuasaan
mereka dijelaskan pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Kepentingan dan Kekuasaan Pemangku Kepentingan
Kelompok Sekunder
Pemangku Kepentingan
Kelompok Primer:
1. Pelanggan
Kepentingan (interest)
Kekuasaan (power)
2.
Pemasok
3.
Pemodal
Pemegang Saham
Kreditur
4.
Karyawan
Kelompok Sekunder:
1. Pemerintah
2.
3.
Masyarakat
Media Massa
pekerjaan.
Mengharapkan pertumbuhan
Memperoleh pajak.
Mengharapkan peran serta
kekerasan.
kesehatan lingkungan.
Menginformasikan semua kegiatan
Aktivis Lingkungan
2.4
10
Teori Etika
Teori Egoisme
Teori Hak
Paradigma Pengelolaan
Paradigma Kepemilikan
Sasaran Perusahaan
Memperoleh
kekayaan
dan
(Proprietorship Paradigm)
keuntungan
Paradigma
Saham
Pemegang
(Stockholders
Paradigm)
optimal
pengelola
yang
merangkap
sebagai
bagi
sekaligus
pemilik
perusahaan.
Pengelola (manajemen) sudah
terpisah dari pemegang saham
selaku pemilik perusahaan.
Sasaran
perusahaan
memperoleh
adalah
kekayaan
dan
Teori Utilitarianisme
Teori Keadilan (Fairness
pemegang saham.
Sasaran pengelolaan
Paradigm)
Theory)
Teori Kewajiban
(Deontologi)
Teori Keutamaan
Paradigma
Perusahaan
(Enterprise Paradigm)
kreditur)
Sasaran pengelolaan
perusahaan adalah untuk
kesejahteraan seluruh
masyarakat (semua pemangku
Kesadaran
Teori Teonom
Transendental
Paradigma
Perusahaan
kepentingan/ stakeholders)
Tujuan pengelolaan perusahaan
Tercerahkan (Enlightened
adalah
sebagai
bagian
Company)
tulus
kemakmuran
bersama
dari
untuk
dan
menjaga kelestarian.
Sumber: Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, 2009, Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya.
2.5 TANGGUNG
JAWAB
SOSIAL
PERUSAHAAN
(CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY CSR)
Muncul isu pemanasan global, penipisan lapisan ozon, kerusakan hutan, kerusakan
lokasi di sekitar areal pertambangan, pencemaran air akibat limbah beracun, pencemaran
udara, pencemaran air laut akibat tumpahan minyak dari kapal tangki pengangkut minyak yang
11
bocor, dan sebagainya merupakan akibat negatif dari munculnya aktivitas bisnis yang hanya
berorientasi pada keuntungan semata tanpa memperdulikan dampak negatif yang merugikan
masyarakat dam bumi ini. Munculnya konsep Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan
respons atas tindakan perusahaan yang telah merugikan masyarakat dan bumi yang kita huni
ini.
2.5.1
tanggung jawab dari suatu organisasi untuk dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan
aktivitas di masyarakat dan lingkungan melalui transparansi dan perilaku etis yang konsisten
dengan perkembangan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; Mempertimbangkan
harapan stakeholders; sesuai dengan ketentuan hukum yang bias diterapkan dan norma-norma
international yang konsisten dari perilaku; dan terintegrasi sepanjang organisasi.
Gambar 2.2
Cakupan CSR
Customer
Issues
Human Rights
Social
Development
Fair
Operating
practices
Labour
practises
Social
Organizational
Responsibility
Governance
Sumber: Draft 3 ISO 26000, 2007, Guidance on Social Responsibility
The
Enviroment
12
Menurut Agoes dan Ardana (2009), konsep CSR dewasa ini sangat populer, namun
belum dijumpai keseragaman dalam mendefinisikan konsep CSR. Berikut adalah beberapa
definisi CSR yang dikutip dari buku Membedah Konsep dan Aplikasi CSR karangan Yusuf
Wibisono (2007) dan buku Corporate Social Responsibility dari A. B. Susanto (2007).
a. The World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai
Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic
development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as
of the local community and society and large.
13
Profit; sebagai fungsi ekonomis yang merupakan fungsi tradisional perusahaan, yaitu
untuk memperoleh keuntungan bagi perusahaan tersebut, terutama kepentingan
pemegang saham.
2.5.2
14
Berikut adalah skema hubungan antara tingkat kesadaran, teori etika yang dianut, dan
tingkat keterlibatan/ cakupan program CSR yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan.
Gambar 2.3
Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Tingkat Keterlibatan CSR
Tingkat Kesadaran
Teori Etika
Hewani
Egoisme
Rendah
Manusiawi
Utilitarianisme
Transendental
Teonom
Tinggi
Sumber: Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana, 2009, Etika Bisnis dan Profesi, Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya.
Lawrence, Weber, dan Post (2005) mendeskripsikan tingkat kesadaran ini dalam bentuk
tingkat keterlibatan bisnis dengan para pemangku kepentingan dalam beberapa tingkatan
hubungan, yaitu inactive, reactive, proactive, dan interactive. Perusahaan yang inactive sama
sekali mengabaikan apa yang menjadi perhatian para pemangku kepentingan. Perusahaan
yang reactive hanya bereaksi bila ada ancaman atau tekanan yang diperkirakan akan
menganggu perusahaan dari pihak pemangku kepentingan tertentu. Perusahaan yang
proactive akan selalu mengantisipasi apa saja yang menjadi kepedulian para pemangku
kepentingan, sedangkan perusahaan yang interactive selalu membuka diri dan mengajak para
15
pemangku kepentingan untuk berdialog setiap saat atas dasar saling menghormati, saling
mempercayai, dan saling menguntungkan.
Lawrence, Weber, dan Post (2005) juga membedakan dua prinsip CSR berdasarkan
tingkat/ lingkup keterlibatan ini, yaitu prinsip amal (charity principles) dan prinsip pelayanan
(stewardship principles). Pada tabel berikut ini, merupakan ciri-ciri yang membedakan kedua
prinsip ini.
Tabel 2.3
Fondasi Prinsip CSR
Ciri-ciri
Definisi
Prinsip Amal
Bisnis seharusnya memberikan
Prinsip Pelayanan
Sebagai agen publik, tindakan bisnis
seharusnya mempertimbangkan
Tipe aktivitas
perusahaan.
Mengakui adanya saling
perusahaan.
masyarakat; Menyeimbangkan
kepentingan dan kebutuhan semua
Contoh
memerlukan.
Sumber: Lawrence, Weber, Post, 2005, Business Society.
16
BAB III
PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PT. HM SAMPOERNA Tbk.
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (Sampoerna) merupakan salah satu produsen
rokok terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang
dikenal luas, seperti Sampoerna Kretek, A Mild, serta Raja Kretek yang legendaries yaitu Dji
Sam Soe. PT. HM Sampoerna Tbk. merupakan perusahaan afiliasi dari PT. Philip Morris
Indonesia dan bagian dari Philip Morris International, produsen rokok terkemuka di dunia.
3.1
kesempurnaan. Setelah usahanya cukup mapan, Liem Seeng Tee memindahkan tempat
tinggal keluarga dan pabriknya ke sebuah kompleks bangunan yang terbengkalai di Surabaya
yang kemudian direnovasi olehnya.
Bangunan tersebut kemudian juga dijadikan tempat tinggal keluarganya, dan hingga
kini, bangunan yang dikenal sebagai Taman Sampoerna tersebut masih memproduksi kretek
linting tangan. Bangunan tersebut kini juga meliputi sebuah museum yang mencatat sejarah
keluarga Sampoerna dan usahanya, serta merupakan salah satu tujuan wisata utama di
Surabaya.
Generasi ketiga keluarga Sampoerna, Putera Sampoerna, mengambil alih kemudi
perusahaan pada tahun 1978. Di bawah kendalinya, Sampoerna berkembang pesat dan
menjadi perseroan public pada tahun 1990 dengan struktur usaha modern, dan memulai masa
investasi dan ekspansi. Selanjutnya Sampoerna berhasil memperkuat posisinya menjadi salah
satu perusahaan terkemuka di Indonesia.
3.2
3.3
19
Keberhasilan Sampoerna telah menarik perhatian Philip Morris International Inc., salah
satu perusahaan rokok terkemuka di dunia. Akhirnya pada bulan Mei 2005, PT. Philip Morris
Indonesia, afiliasi dari Philip Morris International Inc. mengakuisisi kepemilikan mayoritas
Sampoerna.
Jajaran Direksi dan manajemen baru yang terdiri dari gabungan professional
Sampoerna dan Philip Morris International Inc. meneruskan kepemimpinan perseroan dengan
menciptakan sinergi operasional dengan Philip Morris International Inc., sekaligus tetap
menjaga tradisi dan warisan budaya Indonesia yang telah dimiliki sejak hampir satu abad yang
lalu.
Pada tahun 2012, Sampoerna memilki pangsa pasar sebesar 35,6% di pasar rokok
Indonesia, berdasarkan hasil Nielsen Retail Audit Results Full Year 2012. Pada akhir 2012,
jumlah karyawan Sampoerna dan anak perusahaannya mencapai 28.500 orang. Selain itu,
Sampoerna juga bekerja sama dengan 38 unit Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang berada di
berbagai lokasi di Pulau Jawa dalam memproduksi Sigaret Kretek Tangan, dan secara
keseluruhan memiliki 61.000 orang karyawan. Perseroan menjual dan mendistribusikan rokok
melalui 73 kantor penjualan di seluruh Indonesia.
Tahun 2012 merupakan tahun yang cemerlang bagi Sampoerna karena Sampoerna
dapat mencapai penjualan melebihi 100 milliar batang, ditambah berbagai pencapaian lain di
banyak bidang, yaitu pembukaan dua pabrik sigaret kretek tangan baru di Jawa Timur dan
pendirian pusat pelatihan search and rescue di Pasuruan sebagai bagian dari program
tanggung jawab sosial Sampoerna.
3.4
20
beroperasi di atas lahan Perusahaan seluas 10 hektar di dekat pabrik Sampoerna di Sukorejo,
Pasuruan, Jawa Timur. PPK Sampoerna menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan
untuk mendorong pengembangan usaha kecil di masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik
Sampoerna dan di sejumlah daerah lain di Jawa Timur dan Lombok.
PPK Sampoerna kini beroperasi di atas lahan seluas 27 hektar fasilitas terpadu, yang
meliputi ruang pelatihan, bengkel otomotif dan lahan peternakan dan pertanian percobaan. PPK
Sampoerna merupakan program percobaan unik yang juga dimanfaatkan untuk memberikan
pelatihan dan keahlian kerja bagi karyawan Sampoerna yang akan memasuki masa pensiun
dan masyarakat disekitar pabrik untuk mereka gunakan dalam memulai usaha baru atau
mengembangkan usaha yang telah berjalan. Sebagai bentuk dukungan tambahan bagi peserta
pelatihan, perusahaan juga melangsungkan program pinjaman usaha bergilir.
Dalam upaya menyukseskan PPK Sampoerna ini, sejak awal pendiriannya, perusahaan
bekerja sama dengan mitra yang berkompetensi dan bereputasi seperti Institut Pertanian Bogor
dalam perencanaan dan pengoperasiannya, serta dalam memberikan pelatihan.
3.4.2
PENDIDIKAN
Perusahaan fokus dalam memberikan akses lebih besar terhadap materi pendidikan
melalui Pusat Pembelajaran Masyarakat dan Mobil Pustaka di daerah pabrik kami di Jawa
Timur dan Jawa Barat. Perusahaan juga mengoperasikan perpustakaan karyawan di pabrik
SKT di Surabaya, Jawa Timur.
21
Sumber: www.sampoernafoundation.org
mencetak
calon-calon
masa
depan
dan
wirausahawan yang handal demi menghadapi tantangan global. Putra Sampoerna Foundation
memiliki tujuan untuk menciptakan 1.000 pemimpin per tahun yang diharapkan
dapat
22
Sejak didirikan tahun 2001, Putera Sampoerna Foundation telah menyalurkan lebih dari
34.000 beasiswa, menyelenggarakan pelatihan untuk lebih dari 14.000 guru dan kepala
sekolah, mengadopsi 17 sekolah negeri dan 5 madrasah. Pada tahun 2009, Putera Sampoerna
Foundation mendirikan sekolah berstandar international berasrama yaitu Sampoerna Academy,
sekolah tinggi untuk mencetak generasi pendidik masa depan yakni Sampoerna School of
Education yang sekaligus merupakan elemen pertama pendirian universitas bertaraf dunia.
Setelah itu, disusul pendirian Sampoerna School of Business pada tahun 2010.
Gambar 3.2
Putera Sampoerna Foundation: Government Agencies Partners
Sumber: www.sampoernafoundation.org
Gambar 3.3
Putera Sampoerna Foundation: Education Program Partners
23
Sumber: www.sampoernafoundation.org
3.4.3
PELESTARIAN LINGKUNGAN
Melalui kerja sama dengan beberapa organisasi lingkungan, Sampoerna mendukung
Program Pelestarian Mangrove di Surabaya dan penanaman kembali hutan di Pasuruan dan
Lombok untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan.
Pada bulan Mei 2010, Sampoerna menerima piagam penghargaan Wana Lestari dari
Kementerian
Kehutanan
Republik
Indonesia
dalam
acara
yang
diikuti
dengan
3.4.4
Sampoerna Rescue (SAR) telah dikerahkan untuk melakukan penanganan bencana alam di
berbagai daerah di Indonesia. Tim SAR terdiri dari relawan karyawan dan relawan medis
24
dengan misi memberikan bantuan cepat dan praktis kepada korban bencana alam kapan pun
dan dimana pun bencana terjadi di Indonesia.
Tim SAR dilengkapi dengan perahu, ambulans, truk pemadam kebakaran, pembangkit
listrik, unit medis berjalan, dapur umum, dan penyuling air bersih.
Contohnya, ketika bencana gempa besar terjadi di Padang pada 30 September 2009,
tim SAR bekerja dengan tim penanggulangan bencana lain dalam memberikan bantuan medis,
makanan dan mendirikan tempat penampungan bagi warga yang kehilangan tempat tinggal.
Perlengkapan dan anggota tim dikerahkan secara maksimal untuk membantu misi tersebut.
Pada April 2010, tim SAR diturunkan untuk membantu korban banjir besar di Desa
Sukaluyu dan Desa Puserjaya, Kabupaten Karawang. Misi SAR di sini meliputi bantuan logistic
dan pemberian sumbangan karyawan Sampoerna kepada 1.700 kepala keluarga.
Setiap tahun, tim SAR aktif melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan penting,
termasuk kegiatan pembersihan sungai, pencegahan kebakaran dan penyelamatan.
BAB IV
PENUTUP
Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan istilah Corporate
Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan secara berkesinambungan untuk
memberikan kontribusi positif bagi mng asyarakat lingkungan sekitar. Corporate Social
Responsibility telah diatur dalam undang-undang no. 40 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa
Perseroan yang menjalankan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam
wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
25
Di samping pelaksanaan yang bersifat wajib, kini perusahaan juga mulai memiliki
kesadaran secara sukarela untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility. Hal tersebut
dikarenakan perusahaan sadar bahwa penerapan Corporate Social Responsibility akan
membawa dampak positif bagi stakeholder maupun perusahaan baik dalam menjalankan
operasi perusahaan maupun kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.
PT. HM Sampoerna Tbk. adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia
yang memiliki berbagai program CSR. Komitmen perusahaan untuk terus melaksanakan
program yang telah dibentuk sangatlah besar. Berbagai program tersebut dipadukan dalam
suatu organisasi atau yayasan yang dibentuk oleh perusahaan yaitu Putera Sampoerna
Foundation (PSF). Kegiatan di PSF sendiri sangat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan
di sekitar perusahaan. Dengan kata lain, Sampoerna adalah salah satu perusahaan yang
menerapkan etika bisnis yang baik, sehingga citra positif selalu melekat pada tiap bagian
perusahaan.
Kegiatan CSR yang dilakukan Sampoerna meliputi berbagai tingkatan, mulai dari
sekedar donasi, menjaga lingkungan sebagai tanggung jawab pengekplorasian alam, hingga
mulai merintis community development dengan mengadakan pelatihan kewirausahaan, ikut
serta meningkatkan kualitas di bidang pendidikan dan pelatihan kemasyarakatan.
Suatu perusahaan akan memiliki kelangsungan hidup yang panjang jika memperhatikan
lingkungan atau komunitas di sekitanya. Perusahaan dan komunitas masyarakat ibarat dua sisi
mata uang yang saling mempengaruhi eksistensi masing-masing. Pembuatan program CSR
harus tepat dalam implementasinya sehingga tidak hanya memberikan harapan semu bagi
targetnya. Maka dari itu, program yang akan dilaksanakan harus dipertimbangkan berdasarkan
fakta yang ada, laporan yang jujur karena berpengaruh pada kepercayaan stakeholder, agar
tidak membuat CSR hanya menjadi sebuah rencana tanggung jawab sosial perusahaan tanpa
eksekusi yang tepat.
26