You are on page 1of 37

MEKANISME TERJADINYA

RESPONS IMUN
Dr. HARIS BUDI WIDODO

Peranan sel T pada respons imun


humoral dan respons imun seluler
Molekul MHC Kelas II yang dikenali oleh

sel T helper, hanya ditemukan pada jenisjenis sel tertentu, terutama sel-sel yang
menelan antigen.
Sel-sel yang menghancurkan antigen
meliputi sel B dan makrofag.
Kelompok sel tersebut bertindak sebagai
sel APC, yang mensiagakan sistem imun,
melalui sel T helper, bahwa ada antigen
asing dalam tubuh.

Contoh, makrofag yang telah

menelan dan merusak bakteri


mengandung fragmen kecil
bakteri (peptide).

Sementara molekul MHC Kelas II

yang baru disintesis bergerak menuju


permukaan makrofag, molekul tsb
menangkap salah satu di antara
peptide bakteri itu ke dalam lekukan
pengikat antigennya dan
membawanya ke permukaan,
sehingga memperlihatkan peptide
asing itu ke sel T helper.

Interaksi antara APC dan sel

T helper semakin meningkat


dengan kehadiran protein
permukaan sel T yang disebut
CD4.
CD4 mempunyai afinitas
terhadap sebagian protein
MHC kelas II.

Interaksi antara CD4 dan

molekul MHC kelas II membantu


mempertahankan sel T helper dan
APC tetap menyatu sementara
aktivasi antigen yang bersifat
spesifik sedang berlangsung.

Ketika sel T helper diseleksi melalui

kontak spesifik dengan kompleks MHC


kelas II dan antigen pada sebuah APC,
sel Th akan memperbanyak diri dan
berdiferensiasi menjadi klon sel T
helper efektor dan sel T helper memori.
Sel T helper yang diaktifkan
mensekresi beberapa sitokin yang
berbeda, yang merupakan protein atau
peptide yang berfungsi untuk
merangsang limfosit lain.

Sebagai contoh, sitokin IL-2

membantu sel B yang telah


mengadakan kontak dengan
antigen untuk berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang
mensekresi antibodi.
IL-2 juga membantu sel T
sitotoksik menjadi pembunuh
yang aktif.

Sel T helper itu sendiri patuh pada

pengaturan oleh sitokin. Sementara


makrofag memfagositosis dan
menyajikan antigen, makrofag
dirangsang untuk mensekresi sitokin
yaitu IL-1.
IL-1 berkombinasi dengan antigen
yang disajikan, mengaktifkan sel T
helper untuk menghasilkan IL-2 dan
sitokin lain.

Merupakan satu contoh umpan balik

positif adalah peristiwa saat IL-2 yang


disekresi oleh sel T helper juga akan
merangsang sel tersebut untuk
memperbanyak diri lebih cepat lagi
dan untuk menjadi penghasil sitokin
yang lebih aktif lagi.
Dengan cara ini, sel T helper
memodulasi respon imun humoral
(sel B) maupun respon imun yang
diperantarai sel (sel T sitotoksik).

Jenis lain limfosit T yaitu sel T supresor

(Ts), bisa berfungsi dalam menghentikan


respons imun setelah antigen dikeluarkan
dari tubuh.
Pada kenyataannya mengakhiri sistem
imun sama pentingnya dengan
merangsangnya.
Namun, jenis sel ini belum diketahui
dengan pasti. Para ahli imunologi percaya
bahwa sel Ts sesungguhnya merupakan
variasi dari sel T helper dan bukan
merupakan suatu jenis sel yang terpisah.

Sel Th memobilisasi baik respon humoral maupun yg diperantarai sel.


TcR mengenali kompleks MHC kelas II dgn antigen yg ada
dipermukaan APC, yg biasanya makrofag. Interaksi kedua sel tsb
ditingkatkan oleh CD4, protein permukaan Th yg berikatan dgn protein
MHC kelas II pada APC. Makrofag mensekresi IL-1, yang selanjutnya
mengaktifkan sel Th. Sel Th yg diaktifkan kmd tumbuh dan membelah,
dan menghasilkan klon sel Th, yang semuanya memiliki reseptor yg
terpasang dengan molekul MHC yg juga berikatan dgn antigen spesifik
yg memicu respons tersebut. Sel Th tsb kmd mensekresi IL-2 yg
memperbesar respons yg diperantarai sel dgn cara merangsang
proliferasi dan aktivitas semua sel Th di daerah tsb. IL-2 dan sitokin
lain juga membantu mengaktifkan sel B yg berfungsi dalam respons
humoral dan sel T yg berfungsi dalam respons yg diperantarai sel

Sel T sitotoksik melawan patogen


intraseluler
Sel T sitotoksik membunuh sel kanker dan

sel yang terinfeksi virus maupun patogen


intrasel lainnya.
Yang berperan adalah MHC kelas I yang
akan menyajikan antigen ke sel T
sitotoksik.
Semua sel berinti dalam tubuh secara
terus menerus menghasilkan molekul
MHC kelas I.

Saat molekul MHC kelas I yang baru disintesis

bergerak menuju permukaan sel, molekul tsb


menangkap fragmen kecil dari salah satu protein
lain yang disintesis oleh sel tersebut.
Jika sel tsb mengandung virus yang bereplikasi,
fragmen peptida protein virus akan ditangkap
dan diangkut ke permukaan sel.
Dengan cara ini, molekul MHC kelas I
memaparkan protein asing, yang disintesis
dalam sel terinfeksi atau sel abnormal, ke sel
sitotoksik.

Interaksi antara sel APC dan sel T

sitotoksik akan ditingkatkan dgn


kehadiran protein permukaan sel
T, yaitu CD8.
CD8 terdapat pada sebagaian
besar sel T sitotoksik, dan
mempunyai afinitas terhadap
sebagian molekul MHC kelas I.

Interaksi MHC kelas I dan CD8

membantu mempertahankan kedua


sel itu tetap menyatu, sementara
aktivasi antigen yang bersifat spesifik
sedang berlangsung.
Dgn kata lain, bahwa peranan MHC
kelas I dan CD8 serupa dengan
molekul MHC kelas II dan CD4,
kecuali sel yang terlibat berbeda

Sel T sitotoksik yang diaktifkan oleh kontak

spesifik dengan kompleks MHC kelas I dan


antigen pada sel yang terinfeksi oleh sel tumor,
dan dirangsang lebih lanjut oleh IL-2 dari sel T
helper, berdiferensisasi menjadi sel pembunuh
yang aktif.
Sel ini membunuh sel target terutama dengan
cara membebaskan perforin, yaitu protein yang
membentuk pori atau lubang pada membran sel
target. Karena ion dan air mengalir ke dalam sel
target, maka sel ini membengkak dan akhirnya
lisis.

Kematian sel yang terinfeksi itu

bukan saja menghilangkan tempat


bagi patogen untuk bereproduksi,
tetapi juga memaparkannya ke
antibodi yang sedang beredar,
sehingga menandainya untuk dibuang
dan dihancurkan.
Setelah merusak sel yang terinfeksi,
sel Tc terus bergerak membunuh selsel lain yang terinfeksi oleh patogen
yang sama.

Dengan cara yang sama, sel T

sitotoksik melawan tumor


ganas.
Karena sel-sel tumor
membawa molekul yang
berbeda yang tidak ditemukan
pada sel-sel normal, maka selsel tumor diidentifikasi sebagai
zat asing oleh sistem imun.

Molekul MHC kelas I pada sel

tumor menyajikan fragmenfragmen antigen tumor ke sel T


sitotoksik.
Kanker tertentu dan juga virus
(Epstein Barr) secara aktif
menurunkan jumlah protein MHC
kelas I pada sel yang terserang.

Sebagai akibatnya, kanker dan infeksi

akan bisa menghindar dari deteksi dan


pengawasan sel T sitotoksik.
Tubuh mempunyai cadangan pertahanan,
yaitu sel NK juga melisiskan sel yang
terinfeksi oleh virus dan kanker.
Meskipun sel NK dan sel Tc membunuh
targetnya dengan cara melisiskannya, sel
NK tidak mempunyai reseptor antigen dan
tidak merespon terhadap antigen yang
spesifik.

Reseptor sel T sitotoksik mengenal kompleks MHC kelas


I dgn antigen pada permukaan suatu sel yang terinfeksi
(sel kanker). Interaksi ini ditingkatkan oleh CD8 yang
berikatan dgn MHC kelas I, juga oleh IL-2 dari sel T
helper. Sel Tc yang diaktifkan melepaskan protein
perforin, yang melisiskan APC

Peranan antibodi dalam melawan


patogen ekstraseluler
Aktivasi sel B dibantu oleh IL-2 dan

sitokin lain yang disekresikan oleh sel


T helper dan diaktifkan oleh antigen
yang sama.
Adanya rangsangan antigen dan
sitokin, sel B memperbanyak diri
(berproliferasi) dan berdiferensiasi
menjadi klon sel plasma dan
mensekresikan antibodi dan klon sel B
memori yang berumur panjang.

Antigen yang memicu sel B disebut

sebagai T dependent antigen karena


dapat merangsang produksi antibodi
hanya dengan bantuan dari sel T.
Sebagian besar antigen protein
adalah T dependent antigen.

Antigen lain seperti polisakarida dan

protein polipeptida identik, berfungsi


sebagai T antigen independent.
Antigen jenis ini mencakup polisakarida
dari kapsul bakteri dan protein penyusun
flagela bakteri.
Subunit dari antigen ini berikatan secara
simultan dengan sejumlah antibodi
membran pada permukaan sel B untuk
membangkitkan sel plasma yang
mensekresikan antibodi tanpa bantuan IL-2.

Respons terhadap antigen yang tidak

bergantung sel T ini sangat penting


dalam melawan banyak bakteri, akan
tetapi respons ini umumnya lebih
lemah dibandingkan dengan respons
terhadap antigen yang bergantung
pada sel T, dan tidak ada sel memori
yang dihasilkan dalam respons yang
tidak bergantung pada sel T ini.

Sel B mengandung molekul MHC

kelas II, sel B sebagai penyaji antigen.


Ketika antigen pertamakali berikatan
dengan antibodi membran, sel B akan
menghancurkan beberapa molekul
asing melalui endositosis yang
diperantarai reseptor.

Dalam sebuah proses yang mirip

dengan penyajian dalam makrofag, sel


B menyajikan antigen ke sel T helper.
Meskipun makrofag dapat menelan
dan menyajikan fragmen peptida dari
berbagai variasi antigen, sel B
membawa dan hanya menyajikan
peptida antigen yang terikat padanya
secara spesifik.

Para ahli imunologi menduga bahwa

makrofag adalah penyaji antigen


utama dalam respons primer,
sementara sel B, khususnya sel B
memori lebih penting sebagai sel
penyaji antigen dalam respons imun
sekunder.

Pada respons humoral, merangsang

sel B yang berlainan, yaitu masingmasing sel menjadi suatu klon yang
terdiri dari ribuan sel plasma.
Masing-masing sel plasma
diperkirakan dapat mensekresi sekitar
2000 molekul antibodi perdetik
selama 4 sampai 5 hari masa hidup sel
tersebut.

Respons humoral terhadap antigen yang


bergantung pada sel T.
1. Fragmen antigen dari patogen yg dicerna
sebagian kmd membentuk kompleks dgn MHC
kelas II. Kompleks ini kmd diangkut ke
permukaan sel, tempat kompleks tersebut
disajikan ke sel-sel lain milik sistem imun
2. Sel T helper dgn reseptor yg spesifik untuk
antigen yg disajikan berinteraksi dgn makrofag
dgn cara berikatan dgn kompleks MHC dan
antigen.
3. Sel T helper yg diaktifkan kmd berinteraksi dgn
sel B yg telah menghancurkan antigen dgn
cara endositosis dan memperlihatkan fragmen
antigen bersama dgn protein MHC kelas II. T
helper mensekresikan IL-2 dan sitokin lain yg
mengaktifkan sel B.
4. Sel B lalu membelah secara berulang-ulang
dan berdiferensiasi menjadi sel B memori dan
sel plasma yg merupakan sel efektor yg
mensekresi antibodi pada respons humoral.

TERIMA KASIH

You might also like