Professional Documents
Culture Documents
I.
Pendahuluan
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan,
elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena.
Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang
banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman
diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam
basa. Tindakan ini merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan
ke dalam kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan berdasarkan order
dokter dan perawat bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan.
Pemilihan pemasangan terapi intravena didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan
lamanya terapi, diagnosa pasien, usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien.
Apabila pemberian terapi intravena dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka
perawat harus mengidentifikasi larutan yang benar, peralatan dan prosedur yang
II.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
III.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
IV.
Pembuluh darah dapat di ibaratkan sebagai selang yang bersifat elastis, yaitu diameternya dapat
membesar atau mengecil. Sifat elastis ini sangat bermanfaat untuk mempertahankan tekanan
darah yang stabil. Sebagai contoh, apabila tekanan di dalam pembuluh darah meningkat, maka
diamater pembuluh darah akan melebar sebagai bentuk adaptasi untuk menurunkan tekanan yang
berlebih agar menjadi normal. Bila pembuluh darah mengalami kekakuan maka ia menjadi
kurang fleksibel sehingga tidak dapat mengantisipasi terhadap kenaikan/penurunan tekanan
darah.
Elastisitas pembuluh darah tidak tetap, pembuluh darah akan menjadi kaku seiring bertambahnya
usia (misal oleh karena terjadi pengapuran pada dindingnya) oleh karena itu tekanan darah pada
orang lanjut usia cenderung sedikit lebih tinggi dari pada orang muda,. Penyebab lain dari
kekakuan pembuluh darah adalah karena adanya tumpukan kolesterol pada dinding sebelah
dalam pembuluh darah, kolesterol juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh
darah yang kaku akan menyebabkan hipertensi (penyakit darah tinggi), walau sebenarnya tidak
semua penyakit darah tinggi disebabkan karena kekakuan pembuluh darah. Apabila pembuluh
darah menjadi kaku dan disertai penyempitan pada sebagian besar pembuluh darah dalam tubuh
seseorang, maka tekanan darahnya
(UNICORE,2010).
V.
VI.
dengan
mengurangi
kebutuhan
denganinjeksi intramuskuler.
5. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat di campurdalam
6.
satu botol.
Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (misal:pada pasien
koma) atau intra muskuler (missal : pasien dengan gangguan koagulasi)
VII.
VIII.
Kontraindikasi
Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada
pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi
yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke
sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam
otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah
cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%,
NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk
IX.
X.
1. Hematoma
pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum
2. Infiltrasi
: Hilaria Windy
NIM
: 1302024
Program Studi
: S1 Keperawatan
Semester/ Tingkat
: III / 2A
Tanggal Praktik
: 15 November 2014
Tempat Praktik
: RS Bethesda / Ruang C
A. Laporan Pendahuluan
1. Pengertian
Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah
jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat
mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan
masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang
berat, dehidrasi, dan syok.
2. Tujuan :
a. Mempertahankan
atau
mengganti
cairan
tubuh
yang
mengandung
air,
elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara
b.
c.
d.
e.
f.
3. Alasan dilakukan :
a. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
b. Infuse pengobatan dan pemberian nutrisi
4. Hal-hal yang diperhatikan
a. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
b. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis
(cuci darah).
c. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
5. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Kumpulkan data pasien dan melihat status pasien
Keluhana yang dirasakan pasien
Perencanaan
N
o
1
Langkah - Langkah
Persiapan alat
Baki berisi :
1. Cairan
diperlukan,
Rasional
infus
yang
perhatikan
perhatikan
waktu kadaluarsa.
3. Intra vena kateter.
4. Obat desinfektan/ alkohol
swap.
5. Lidi kapas dan kasa steril
pada temaptnya.
6. Tourniquet
7. Alas untuk fixasi; kasa
steril, plester atau hepavix
dan gunting
8. Salf desinfektasn
9. Pengaslas
10. Bengkok
11. Jam tangan
12. Kertas label
Alat perlindungan diri : yas
Tahap pra-interaksi
1. Verifikasi order
2. Siapakan alat
3. Persiapan diri perawat
4. Siapakan lingkungan
Tahap orientasi
1. Berikan salam terapeutik
2. Klarifikasi waktu
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Beri kesempatan klien bertanya
5. Persiapan alat dekat klien
Tahap Kerja :
1. Perawat cuci tangan
2. Kenakan yas dan masker
3. Atur posisi nyaman bagi klien
4. Setting cairan dengan set infus
(perhatikan prinsip steril)
Periksa kejernihan, warna dan
waktu kadaluarsa
Buka set infus, kelm ditutup,
perhatikan slang infus (kearah
cairan dan kearah klien), buka
penutup jarum kearah cairan
tusukkan ditempat yang telah
ditentukan,
isi
pengontrol bagian.
Alirakn
cairan
tabung
dengan
(sesuaikan
arah
kebijakan
melingkar
RS),
atau
lubang jarum.
Rendahkan posisi jarum sejajar
kulit, tarik mandrin sedikit,
lalu dorong jarum masukan
kedalam vena.
Lepaskan
hubungkan
tourniquet,
selang
infus
dipasang,
kemudian
infus.
abocath/
venflon/
jarum
tanggal
pemasangan
16. Rapikan alat alat
17. Lepaskan yas dan masker
18. Perawat cuci tangan.
Tahap terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Pemberian pesan
4. Kontrak selanjutnya
Dokumnetasi
1. Nama klien
2. Jenis cairan
3. Jumlah tetesan dalam satu menit
4. Botol keberapa
5. Respon klien
Sikap
1. Teliti
2. Empati
3. Peduli
4. Sabar
5. Sopan
Pembimbing II
Pembimbing I
Praktikan,
Bunga Christy
A. Nama Klien
: Tn.R
Umur
: 45 th
Jenis Kelamin
:L
Pendidikan
: SD
Alamat
: Keledokan, Yogyakarta
Diagnosa Medis
: Trismus
B. Data Subyektif :
- Pasien mengeluh badannya panas
- kepala pusing.
- Badan lemas
Data Obyektif :
- Pasien nyeri skala 2
- Suhu : 40 C
- Tekanan Darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 119 x/menit
- Respirasi : 30 x/menit
C. Analisa
:
- Gangguan kekurangan elektrolit dalam tubuh
D. Planning
:
Kolaborasi dengan medis untuk pemasangan infuse.
E. Implementasi
Pemasangan infus
No Langkah Langkah
Pembahasan
1
Mempersiapakan alat :
- Pada persiapa
- Ciran infus dan infus set sesuai kebutuhan
alat
tidak
- Jarum / wings needle / abocath sesuai
menggunakan
dengan ukuran yang dibutuhkan
- alas infus
betadine karena
- Perlak dan torniquet
digantikan
- Plester dan gunting
- Bengkok
dengan alkohol
- Sarung tangan bersih
swap
- Kassa seteril
- Tidak
- Alkohol swap
digunakan
bangkok,
karena
yang
tersedia adalah
2
keresek
Tidak dilakukan, karena
alat sudah disipakan awal
Tahap Orientasi
1. Berikan salam terapeutik
2. Klarifikasi kontrak waktu
3. Jelaskan tujauan dan prosedur
4. Beri kesempatan bertanya
5. Mempersiapakan alat dekat klien
Tahap kerja
1. Melakukan cuci tangan
2. Memberitahu
tindakan
yang
sarung
tangan
karena
infus
di sevalika
mempertahankan
keseterilan
mengecek adanya
udara
dalam
selang
4. Memakai sarung tangan
5. Memilih posisi yang tepat untuk memasang
infus
6. Meletakan perlak dan pengalas dibawah
bagian yang akan pasang
Memilih vena yang tepat dan benar
Memasang torniquet
Desinfeksi vena dengan tekhnik
pada
vena
darah
pada
ujung
plastik
keamanan
benar
kateter
dan
/
memfiksasi
serta
Pasien cemas
Pasien takut
Pasien meringis
DS :
-
Pembimbing II
Pembimbing I
Praktikan,
Bunga Christy