You are on page 1of 11

LAYER OF PROTECTION ANALYSIS (LOPA)

HEAT EXCHANGER RUPTURE AND AMMONIA


AT GOODYEAR TIRE AND RUBBER COMPANY,
HOUSTON IN JUNE 11, 2008

Tugas Mata Kuliah Analisis Resiko Industri (ARI)


OLEH :
Dody Guntama

14/373614/PTK/9968

MAGISTER TEKNIK PENGENDALIAN


PENCEMARAN LINGKUNGAN
PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
I.

Profil Perusahaan
Goodyear adalah perusahaan ban dan karet internasional, perusahaan manufaktur
ini didirikan pada tahun 1898 dan berkantor pusat di Akron, Ohio. Amerika utara
fasilitas memproduksi ban dan komponen ban. Houston fasilitas, awalnya dibangun pada

tahun 1942 dan diperluas pada tahun 1989, menghasilkan karet sintetis di beberapa pro
lini proses.
II. Diskripsi Proses Proses pada Unit Ammonia Heat Exchangers
Fasilitas ini termasuk dalam tahapan akhir produksi yaitu tahapan pemisahan. Di
area produksi, serangkaian proses seperti reaktor kimia yang menggunakan styrene dan
termasuk butadiena menggunakan amoniak sebagai penukar panas dalam proses reaktor,
serta amonia digunakan untuk mengontrol suhu.
Seperti digambar amonia menyerap panas dari larutan yang mengalir melalui tubetube di tengah-tengah Heat Exchangers ini, amonia mendidih di shell Heat Exchangers
( gambar 1). Katup kontrol tekanan berguna untuk membuat tekanan uap amonia tetap
berada pada posisi tekanan pada suhu 150 psig di Heat Exchanger. Uap amonia yang
sudah dipakai untuk mendinginkan di kirim ke unit pendingin amoniak dan di cairkan
kembali.
Bahan kimia yang keluar dari Heat Exchanger mengalir ke reaktor proses. Setiap
alat penukar panas juga dilengkapi dengan disk pecah yang disusun secara seri dengan
sebuah katup pengatur tekanan ( tekanan ditetapkan pada 300 psig ) untuk melindungi
heat exchanger dari tekanan yang berlebihan. Rilis uap amoniak melalui atap menuju
atmosfer.

Gambar 1. Process Flow dari Unit Ammonia Heat Exchangers


Fungsi dari heat exchanger adalah untuk mendinginkan bahan baku sehingga suhu
bahan baku sesuai dengan suhu yang diinginkan di reaktor. Proses pendinginan ini
menggunakan amonia karena amoniak bisa mendinginkan bahan baku berupa styrene
dan butadiene.

III. Insiden yang Terjadi pada Goodyear Tire And Rubber Company
Studi kasus ini meneliti Heat Exchanger yang pecah dan melepaskan amonia, di
perusahaan ban dan karet goodyear fasilitas di houston, texas. Menewaskan satu tenaga
kesehatan dan mencederai enam orang lainnya. Goodyear menggunakan amonia anhidrat
bertekanan dalam alat penukar panas untuk mendinginkan bahan kimia yang digunakan
untuk membuat karet sintetis. Proses bahan kimia dipompa melalui tube tube di dalam
alat penukar panas yang didinginkan oleh amonia yang mengalir mengelilingi tabungtabung di shell silinder baja.
Pada 10 juni 2008, operator goodyear menutup katup isolasi sebagai langkah
mengisolasi antara shell alat panas penukar dan untuk menggantikan disk yang meledak
dan pecah, di bawah katup rilis yang disediakan apabila terjadi over-pressure sebagai
perlindungan. Pekerja pemeliharaan mengganti disk yang pecah pada hari itu, namun
yang katup isolasi yang tidak dibuka kembali .
Pada pagi hari tanggal 11 juni, pekerja menutup katup isolasi yang mengatur
tekanan dari amonia exchanger panas. Selain itu, operator juga menutup bagian yang
menghubungkan saluran uap dengan proses untuk membersihkan pemipaan. Uap panas
yang mengalir melalui tabung exchanger, dapat memanaskan amonia cair dalam shell
exchanger, dan dapat menambah tekanan dalam shell exchanger. Katup isolasi dan katup
pengeblokan berguna untuk mengamankan penambahan amonia dengan ventilasi
tekanan dari amonia aman, pada tekanan yang dikendalikan oleh katup atau katup disk
yang pecah. Tekanan di dalam shell Hest exchanger mengalami kenaikan secra continue
sampai dengan pukul 7.30.
Yang menjadi bencana heat exchanger pecah melemparkan puing-puing yang
memancung dan membunuh seorang goodyear karyawan berjalan melalui area. Heat
Exchanger pecah juga mengeluarkan amonia, mengekspos lima pekerja di dekatnya
.Tambahan satu pekerja cedera diluar daerah kerja.
Segera setelah heat exchanger pecah dan merilis amonia, goodyear melakukan
efakuasi. Pekerja medis mengangkut pekerja yang cedera. Enam Karyawan tanggap
darurat gagal mempertimbangkan untuk semua pekerja dan akibatnya, goodyear
manajemen percaya semua pekerjanya memiliki wilayah bencana sudah diefakuasi
ketempat yang aman. Manajemen mengumumkan kejadian terjadi pagi hari 11 juni.
Meskipun puing-puing memblokir akses ke daerah langsung sekitar alat penukar panas.
Area plant dilakukan pembersihan sementara bidang-bidang lain di memulai lagi

operasi. Beberapa jam kemudian menemukan jenazah sebuah goodyear karyawan yang
terletak di bawah puing-puing dalam sebuah remang-remang.

Gambar 2. Foto kejadian pada saat terjadi ledakan

Gambar 3. Process Flow dari Unit ammonia Heat Exchanger ketika insiden
IV. Layer Of Protection Analysis (LOPA)
Layer Of Protection Analysis (LOPA) merupakan suatu metode perhitungan semi
kuantitatif dengan cara menentukan probabilitas frekuensi terjadinya failure. LOPA
mempertimbangkan frekuensi kegagalan setiap penangkal kegagalan/safeguard (probability

of failure on demand = PFD) dalam suatu sistem proses. Proses perhitungan untuk
menentukan probabilitas frekuensi terjadinya failure dilakukan dalam dua tahap, yaitu
dengan menentukan risk criteria serta frequency of consequence (per year).
Berdasarkan kejadian yang telah terjadi (realisasi hazard) dilakukan penyusunan LOPA
scenario seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. LOPA scenario

a. Risk criteria
Diasumsikan bahwa bahan baku yang release adalah amonia. Berdasarkan data yang
diambil dari MSDS amonia merupakan bahan yang bersifat flammable dan highly
toxic.
Data:
Kapasitas : 150.000 m3/hari
Densitas : 0,817 gr/ml
Massa ammonia = 270.227,75 lb
Setelah diketahui besarnya konsekuensi dan karakteristik dari bahan yang akan
release kemudian di plot kedalam Tabel 1 untuk mengetahui category dari resiko
yang terjadi.
Tabel 1. Risk Criteria

Berdasarkan Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa bahan yang digunakan (crude oil)
masuk kedalam Category 5. Setelah diketahui category dari bahan kemudian
dilakukan perhitungan nilai frequency of consequence (per year).

b. Frequency of consequence (per year)

Gambar 5. Perhitungan frequency of consequence (per year) dari kejadian terbakarnya HE

Berdasarkan perhitungan frequency of consequence yang dilakukan diketahui bahwa


frekuensi terjadinya kejadian (top accident) adalah sebesar 10-4. Kategori dari bahan
serta frekuensi terjadinya kejadian (top accident) kemudian di plot kedalam Tabel 2
untuk mengetahui tingkat resiko yang akan terjadi akibat kejadian (top accident).
Tabel 2. Tingkat Resiko dari kejadian

Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tingkat resiko yang terjadi tergolong
tolerable if ALARP (as low as reasonably practicable), yaitu tingkat resiko yang dpat
ditoleransi namun tetap harus dievaluasi untuk alternatif lain yang lebih aman. Oleh
karena itu dilakukan penyusunan skenario baru untuk menjamin proses dapat
berlangsung secara aman dan mencegah terjadinya realisasi hazard berupa insiden
yang serupa. Skenario baru yang disusun tidak dapat mengubah kategori dari bahan
karena kategori bahan merupakan spesifikasi dari bahan yang digunakan. Hal yang
dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat resiko adalah dengan memperkecil
frekuensi terjadinya kejadian (top accident). Untuk memperkecil frekuensi dapat
dilakukan dengan mengganti bahan pendingin dari heat exchanger yang digunakan
karena dengan menggunakan ammonia resiko yang didapatkan cukup besar, lebih
baik memilih pendingin yang aman seperti dowterm a atau b yang dapat
mendinginkan bahan baku tersebut, atau dengan menambah Independent Protection
Layer (IPL). Independent Protection Layer (IPL) berupa Pressure Relief Valve (PRV)

yang dipasang setelah Pressure High Alarm (PHA) untuk mengontrol tekanan dalam
Heat Exchanger.

You might also like