Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kemajuan teknologi di dunia tentu saja berdampak
negative maupun positif bagi masyarakat. Yang tentunya juga berdampak pada
kesehatan. Banyak produk-produk cepat saji yang tersedia sekarang ini. Hal ini
tidak hanya memberikan kemudahan untuk pemenuhan kebutuhan para konsumen
tetapi juga mengakibatkan efek-efek yang kurang baik untuk kesehatan bagi tubuh
kita. Salah satunya mengakibatkan stoke atau CVA (Cerebro Vaskular Accident)
yang dikarenakan gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak atau secara cepat dengan
gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United
State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia
antara 75-85 tahun. (Long. C Barbara; 1996 hal 176). Di Indonesia, stroke
merupakan penyakit ketiga terbesar yang mematikan stelah jantung dan kanker.
Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS
Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk
yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bias pulih kembali,
sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan
sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan
penderita terus menerus di tempat tidur.
Cerebro Vaskular Accident (CVA) atau yang lebih sering dikenal
sebagai stroke dapat disebabkan oleh adanya beberapa gangguan vaskularisasi
darah ke otak, seperti trombosis, embolisme, iskemik dan hipoksia serebral.
Penyakit ini diperparah oleh adanya factor resiko, yaitu hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, dan lain-lain. Klien yang Cerebro Vaskular Accident
(CVA)
sebagai
atau
stroke
dapat
yang
disebabkan
lebih
oleh
sering
adanya
beberapa
dikenal
gangguan
hipertensi,
diabet
mendeita
stroke
akan
mengalami
berbagai
macam
stroke?
Apa saja penatalaksanaan pada Cerebro Vaskular Accident (CVA)/ stroke ?
Apa saja komplikasi dari Cerebro Vaskular Accident (CVA)/ stroke?
Apa prognosis dari Cerebro Vaskular Accident (CVA)/ stroke?
Apa asuhan keperawatan pasien dengan gangguan Cerebro Vaskular
Accident (CVA)/ stroke ?
1.3 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan Cerebro Vaskular Accident (CVA)/ stroke.
1.2.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Cerebro Vaskular Accident (CVA)/ stroke.
2. Mengetahui penyebab dari Cerebro Vaskular Accident (CVA)/
stroke.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Cerebro Vaskular Accident
(CVA)/ stroke.
4. Mengetahui pemeriksaan diagnostik Cerebro Vaskular Accident
(CVA)/ stroke.
5. Mengetahui penatalaksanaan pada Cerebro Vaskular Accident
(CVA)/ stroke.
6. Mengetahui komplikasi dari Cerebro Vaskular Accident (CVA)/
stroke.
7. Mengetahui prognosis Cerebro Vaskular Accident (CVA)/ stroke.
8. Mengetahui asuhan keperawatan dari Cerebro Vaskular Accident
(CVA)/ stroke.
2
1.4 Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini adalah:
1. Klien dapat mengetahui program mengatasi penyakit Cerebro Vaskular
Accident (CVA)/ stroke.
2. Klien dapat mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan Cerebro Vaskular
Accident (CVA)/ stroke.
3. Klien dapat mematuhi asuhan keperawatan untuk mengatasi penyakit Cerebro
Vaskular Accident (CVA)/ stroke.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2. 1 Definisi
Gangguan peredaran darah di otak (GPDO) atau dikenal dengan CVA
(Cerebro Vaskular Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang
sesuai dengan daerah yang terganggu. (Harsono, 1996, hal 67).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal
3
2131). Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State
akibat stroke pada setiap tingkat umur, tapi yang paling sering pada usia antara 75
85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).
Kata stroke didefinisikan sebagai suatu sindroma akibat lesi vaskuler
regional di Sistem Saraf Pusat (SSP) yang terjadi secara tiba- tiba dengan progresi
cepat, dan dapat mengakibatkan adanya defisit neurologis lokal ataupun global
sehingga terjadi kelumpuhan ataupun kematian pada penderita. Kalau lesi tersebut
terjadi karena ada penyumbatan arteri, maka infark yang terjadi disebut infark
iskemik, sedangkan kalau terjadi karena pecahnya arteri maka disebut infark
hemoragik. (Bima ariotejo). Hal tersebut mendasari pembagian stroke menjadi dua
tipe, yaitu :
1. Stroke iskemik, yang dibedakan menjadi dua :
a. Stroke trombotik, disebabkan karena penyumbatan pembuluh darah oleh
bekuan darah atau thrombus. Atherosclerosis plaque dapat mempersempit
pembuluh darah, sehingga membuat aliran darah lebih bergejolak dan
mendorong terbentuknya bekuan darah atau thrombus.
b. Stroke embolik, dimana penyumbatan disebabkan oleh suatu fragmen dari
thrombus, yaitu embolus yang dapat masuk kedalam arteri-arteri yang lebih
kecil di dalam otak. Seseorang dengan penyakit jantung akan lebih beresiko
karena selalu embolus yang kurang berfungsi dengan baik di jantung akan
terbawa oleh aliran darah ke otak.
2. Stroke Hemoragik
Yaitu stroke dimana pembuluh vaskuler yang mengalami arteriosklerotik pecah
akibat tekanan intravaskuler yang tinggi, sehingga menyebabkan sering pendarahan.
Dalam beberapa jam penderita dapat jatuh pada keadaan koma dan yang lebih parah
bisa meninggal.
2. 2 Etiologi
4
b. Stroke Hemoragik
1. Perdarahan serebri
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab kasus
gangguan pembuluh darah otak dan merupakan persepuluh dari semua kasus
penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteria
serebri.
2. Pecahnya aneurisma
Biasanya perdarahan serebri terjadi akibat aneurisme yang pecah maka
penderita biasanya masih muda dan 20% mempunyai lebih dari satu aneurisme.
Dan salah satu dari ciri khas aneurisme adalah kecendrungan mengalami
perdarahan ulang (Sylvia A. Price, 1995)
5
2. 4 Patofisiologi
Otak sendiri merupakan 2% dari berat tubuh total. Dalam keadaan istirahat otak
menerima seperenam dari curah jantung. Otak mempergunakan 20% dari oksigen
tubuh. Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi
pada CVA di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan kerusakan
permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total). Pembuluh
6
darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis Interna.Adanya
gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada otak
melalui empat mekanisme, yaitu:
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau
penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak
tidak adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan- perubahan iskemik
otak. Bila hal ini terjadi sedemikian hebatnya, dapat menimbulkan nekrosis.
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke
kejaringan (hemorrhage).
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial
jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula- mula menyebabkan sedikit perubahan pada
aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis terjadi
pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan
menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih
mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalurjalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi
pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah
dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah
ini. Selama berlangsungnya peristiwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga
aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Di samping
itu reaktivitas serebrovaskuler terhadap PCO2 terganggu. Berkurangnya aliran darah
serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural
dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen
2. 5 Manifestasi Klinis
Gejala- gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang
disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul
bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala- gejala itu antara lain
bersifat:
1. Sementara timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam
dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient
Ischemic Attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malah menetap.
2. Sementara, namun gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut Reversible
Ischemic Neurologic Defisit (RIND).
3. Gejala makin lama makin berat (progresif). Hal ini disebabkan gangguan aliran
darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke
inevolution.
4. Sudah menetap/ permanen. (Harsono,1996, hal 67)
Jika berdasarkan klasifikasi dari stroke, maka gejala- gejalanya adalah
sebagai berikut:
1. Stroke Iskemik
- Kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau hemiparese
- Nyeri kepala
- Mual, muntah, pandangan kabur
- Dysfhagia
2. Stroke Hemorogik
- Penurunan kesadaran
- Pernapasan cepat, nadi cepat
- Gejala fokal berupa hemiplegi
- Pupil mengecil
- Kaku kuduk
2. 6 Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
Diabetes Mellitus
Edema paru
5. Rehabilitasi psikoterapi
Memantau dan menenangkan kondisi kejiwaan penderita stroke yang tentunya
sudah dikacaukan oleh kenyataan bahwa kesembuhan yang mutlak memang tidak
mungkin pada kasus ini, pasti ada sisa-sisa defek yang diakibatkan oleh serangan
stroke.
6. Rehabilitasi fisioterapi
-
Positioning
Range of motion (ROM): Latihan pasif anggota gerak atas dan bawah, serta
latihan gerak aktif atas dan bawah.
Latihan keseimbangan
7. Rehabilitasi sosioterapi
Dengan melatih cara berkomunikasi, misalnya menulis, mendengar radio, dan
sebagainya, serta melatih daya ingat klien.
8. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. (Smeltzer C.
Suzanne, 2002, hal 2131).
Mengendalikan hypertensi dan peningkatan tekanan intra kranial
kontrol hypertensi, TIK dan perfusi serebral dapat membutuhkan upaya dokter
maupun perawat. Perawat harus mengkaji masalah-masalah ini, mengenalinya dan
memastikan bahwa tindakan medis telah dilakukan. Pasien dengan hypertensi
sedang biasanya tidak ditangani secara akut. Jika tekanan darah lebih rendah setelah
otak terbiasa dengan hypertensi karena perfusi yang adekuat, maka tekanan perfusi
10
otak akan turun sejalan dengan tekanan darah. Jika tekanan darah diastolic diatas
kira-kira 105 mmHg, maka tekanan tersebut harus diturunkan secara bertahap.
Tindakan ini harus disesuaikan dengan efektif menggunakan nitropusid.
Jika TIK meningkat pada pasien stroke, maka hal tersebut biasanya terjadi
setelah hari pertama. Meskipun ini merupakan respons alamiah otak terhadap
beberapa lesi serebrovaskular, namun hal ini merusak otak. Metoda yang lazim
dalam mengontrol PTIK mungkin dilakukan seperti hyperventilasi, retensi cairan,
meninggikan kepala, menghindari fleksi kepala, dan rotasi kepala yang berlebihan
yang dapat membahayakan aliran balik vena ke kepala. Gunakan diuretik osmotik
seperti manitol dan mungkin pemberian deksamethasone meskipun penggunaannya
masih merupakan kontroversial.
2. 8 Komplikasi
1. TIK meningkat
2. Aspirasi
3. Atelektasis
4. Kontraktur
5. Disritmia jantung
6. Malnutrisi
7. Gagal napas
2. 9 WOC
F. . WOC
Kolesterol
tinggi
PJK
Konsumsi
kokain,
alkohol
Arteriosklerosis pada
arteri
Fibrilasi
atrium
Kelainan
katup
jantung
dan otot
jantung
Irama jantung
irreguler
Diabetes
mellitus
Merokok
k
Hipertensi
Lapisan
endothelial
serebrovaskular
menjadi lemah
11
Tekanan darah
naik turun ( tidak
stabil)
Vasokontriksi
pembuluh darah
arteri
Kerusakan
pembuluh darah
yang menuju otak
tekanan darah arteri
yang menuju otak
meningkat
Menghambat aliran
darah menuju otak
Gangguan fungsi
otak
Suplai O2 ke
otak
Arteri serebri
mediaIskemik pada jaringan
otak setempat
Hilangnya
fungsi
ppengatur
Stroke
saraf motorik
iskhemik
pada
hemisfer
Perdarahan di otak
Arteri serebri
posterior
Kerusakan pada
saraf penglihatan
Stroke /CVA(Cerebral
Vaskular Accident)
Gangguan penglihatan
Gangguan persepsi
Selsensori
sel otak
mati
visual
Kerusakan
komunikasi
verbal
Area otak
tengah
Mengompresi
jaringan
otak setempat
Mengham
Perubahan perfusi
bat
hantaran Stroke jaringan serebral
impulshemmoragik
otak dan
medulla
Sel otak tidak mampu
spinalis
mengontrol cairan
yang keluar masuk
sel
Kelainan
sensorik
dan
motorik
Kerusakan
mobilitas fisik
Kerusakan area
pemahaman
bicara Wrnicke
dan area motorik
Broca
Kurang
perawatan
Pengucapan
diri
kata-kata)
Arteri pecah
Edema serebral
Perubahan cairan
lebih
dariO2
kebutuhan
Aliran
di
dalam otak
terganggu (sangat
minim)
12
Gangguan
harga diri
Paralisis
spastik *
Kerusakan pada
batang otak
Kurang
pengetahuan
Ketidakefektifan
pola napas
BAB III
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
A. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya,
spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan
gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et al, 1998)
1. Identitas klien
13
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat- obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Susan Martin
Tucker, 1998)
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
melitus, gangguan kejang, kelainan neurologis, kanker, stroke, retardasi mental.
6. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien
dan keluarga.
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada fase akut (menandakan adanya PTIK).
14
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/ nyeri otot.
f) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas
yang sakit.
proses berpikir.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
B. Pemeriksaan Fisik
15
1. Keadaan umum
a) Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran
b) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
2. Pemeriksaan integumen
a) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu
perlu
yang menonjol
minggu
b) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
c) Rambut : umumnya tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan kepala dan leher
a) Kepala : bentuk normocephalik
b) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
c) Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
4. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
5. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
7. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan neurologi
a) Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
16
b) Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
c) Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemiparestesi
d) Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahuli
Intervensi
Rasional
Independen
1.
Tentukan
fator-
faktor
koma/
penurunan
perfusi
Monitor
dan
catat
status Memantau
keadaan
klien
yang
atau tidak
4.
5.
Membantu
klien
memperjelas
Dengan
bicara
normal,
klien
bisa
gangguan fungsi
7.
Pertahankan
tirah
baring, Memberi
kesempatan
klien
untuk
sediakan lingkungan yang tenang, atur istirahat total agar staminanya bisa pulih.
kunjungan sesuai indikasi
18
8.
Dengan
posisi
elevasi,
klien
bisa
Kolaborasi
9.
10.
Antihipertensi
tinggi.
Memperlebar
pembuluh
darah
agar
2. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
Tujuan : Pola nafas efektif, inspirasi dan ekspirasi lancar
Kriteria hasil :
-
RR 18-20 x permenit
Intervensi
1. Kaji frekuensi,
irama,
Rasional
kedalaman Frekuensi, irama, dan kedalaman napas
pernafasan.
5. Berikan posisi yang nyaman : semi Posisi semi fowler mempermudah udara
fowler
6. Berikan instruksi untuk latihan nafas Dengan latihan napas yang rutin, klien
dalam
7. Catat kemajuan yang ada pada klien Sebagai indikator efektif atau tidakkah
tentang pernafasan
Intervensi
Rasional
1. Ubah posisi minimal setiap 2 jam Menurunkan resiko terjadinya
trauma/
(telentang, miring) dan sebagainya dan iskemia jaringan. Daerah yang terkena
jika memungkinkan bias lebih sering mengalami
perburukan/
sirkulasi yang
jika diletakkan dalam posisi yang lebih jelek dan menurunkan sensasi dan
terganggu.
mempertahankan
ekstensi
kali atau dua kali sehari jika pasien pinggul fungsional; tetapi kemungkinan
20
dapat mentoleransinya.
akan
meningkatkan
mengenai
ansietas
kemampuan
terutama
pasien
untuk
bernapas.
3. Mulailah melakukan latihan rentang Meminimalkan atrofi otot, meningkatakn
gerak aktif dan pasif pada semua sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
ekstremitas.
latihan
gluteal,
Anjurkan
seperti
melakukan
latihan
meremas
quadrisep/
bola
karet,
ektremitas
dalam
posisi Mencegah
kontaktur/
foot
drop
dan
Paralysis
flaksid
dapat
kemampuannya
untuk
tekanan
pada
darah
yang
daerah yang menonjol secara teratur. menonjol paling berisiko untuk terjadinya
Lakukan masase secara hati-hati pada penurunan
daerah yang kemerahan dan berikan sirkulasi
perfusi/
dan
iskemia.
Stimulasi
memberikan
bantalan
alat bantu seperti bantalan lunak kulit membantu mencegah kerusakan kulit dan
sesuai kebutuhan.
berkembangnya dekubitus.
Kolaborasi
6. Berikan tempat tidur dengan matras Meningkatkan
distribusi
merata
berat
bulat (seperti egg crate mattress) atau badan yang menurunkan tekanan pada
tempat tidur khusus sesuai indikasi.
menjaga
kekurangan
tersebut
dalam
21
obat
relaxan
pada
ekstremitas
yang
terganggu.
kerusakan
Wernick);
mengucapkan
dengan
benar
pada
(afasia
area
kata-kata
ekspresi/
kerusakan
pada
kedua
daerah tersebut.
2. Mintalah pasien untuk mengikuti Melakukan penilaian terhadap adanya
perintah sederhana (seperti buka kerusakan sensorik (afasia sensorik)
mata, tunjuk ke pintu) ulangi
dengan
kata/
kalimat
yang
22
sederhana.
3. Berikan
metode
komunikasi Memberikan
komunikasi
tentang
daftar
kebutuhan,
demonstrasi).
4. Katakan secara langsung dengan Menurunkan
pasien, bicara perlahan dan dengan sealam
tenang.
Gunakan
proses
ansietas
komunikasi
dan
kebingungan/
kembangkan
satu
waktu
tertentu.
pada
mengembangkan
komunikais
memori
dan
dapat
dengan/
rujuk Pengkajian
kemampuan
secara
bicara
individual
dan
sensori,
kekurangan/
kebutuhan terapi.
Intervensi
1. Evaluasi
Rasional
gangguan Munculnya gangguan penglihatan dapat
adanya
penglihatan.
Catat
penurunan
lapang
perubahan
ketajaman
kembali
keterampilan
lingkungan
yang
menimbulkan
mungkin
kebingungan
dapat
terhadap
benda
untuk
mengintegrasikan
persepsi
dan
6. Kurang perawatan diri b.d penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan control/
koordinasi otot
Tujuan: Kondisi tubuh terawatt, klien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
Kriteria Hasil:
1) Mendemonstrasikan teknik/ perubahan gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatn diri.
2) Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
24
Intervensi
Rasional
1. Hindari melakukan sesuatu untuk Pasien ini
pasien yang dapat dilakukan pasien ketakutan
sendiri.
mungkin
menjadi
dan sangat
sangat
tergantung
dan
meskipun
bantuan
yang
diberikan
bermanfaat
dalam
mencegah
frustasi,
adalah
penting
bagi
pasien
untuk
3. Identifikasi
kebiasaan
makanan
yang
dan
membantu
konstipasi
dan
dalam
sembelit
Kolaborasi
4. Berikan
obat
supositoria
pelunak feses.
pasien
Rasional
untuk Penerimaan/
membantu
pasien
untuk
25
ini.
2. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian Membantu peningkatan rasa harga diri dan
rapid an berdandan yang baik.
3. Dorong orang terdekat agar memberi Membangun kembali rasa kemandirian dan
kesempatan
melakukan
sebanyak menerima
kebanggaan
dan
diri
kemungkinan
adaptasi
diri
sendiri
dalam
kehidupan
selanjutnya.
(seperti
tanda/
gejala
control
secara
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Stroke adalah penyakit serebrovaskular mangacu pada setiap gangguan
neurologic mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri otak.
Stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke
iskemik bisa trombotik atau embolik. Stroke hemoragik dapat intraserebral atau
subarachnoid. Pasien pada kasus di atas menderita stroke iskemik dengan sebab
utamanya adalah arteriosklerosis.
Faktor risiko terjadinya stroke: hipertensi, makan makanan berlemak,
merokok, kurang olahraga, genetic, dan lain- lain.
27
Gejala stroke tergantung bagian otak mana yang terkena. Pada pasien di atas,
bagian otak yang terkena adalah area motorik kiri sehingga mengalami kelumpuhan
anggota gerak sebelah kiri. Kemungkinan sedikit area broca sehingga pasien
kesulitan berbicara.
4.2 Saran
Jika memiliki faktor risiko terjadinya stroke, sebaiknya rajin memeriksakan
dan konsultasi dengan dokter agar dapat mencegah serangan stroke yang
membahayakan. Pencegahan yang terbaik ada pada pola hidup pasien sendiri, jika
berpola hidup sehat, maka risiko terkena stroke lebih kecil.
Daftar Pustaka
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Ed: 6.
Jakarta: EGC.
bimaariotejo.files.wordpress.com
Muhammadariwanhari.blogspot.com
28