You are on page 1of 20

The Case

You were a doctor in charge at an ER when Asyantih,a 10 yea-old girl came to your office with
pain in her left ankle as chief complain.
History of ilness :
Two days ago,she got pain in her left ankle which migated to her right ankle.Two weeks ago she
suffered a fever and sore throat.No sign of chorea,erytema marginatun and subcutaneous nodul
were observed.No signs of heart failure were found.
Physical examination
Body weight : 25 kg
Temperature : 38 C
Respiration : 32x/min
HEENT : cyanosis was not found
Neck veins were not distanded
Heart : systolic murmur grade 3/6 heard at the apex
Lungs: clear to auscultation and resonant to percussion over all fields
Abdomen : liver and spleen were not palpable
Extremitas : Swelling,heat,redness,severe pain,and limitation of motion on her right and left
ankle
Neurological findings : No Neurological abnormalities
Laboratory Findings :
Hb :9 gr %
Hct : 30%

C reactive protein (+)


ASTO : 1/400
ESR : 40/80 mm/hour
Chest X ray Showed
-Mild cardiomegaly
-Normal Pulmonary Vascular marking
EKG showed
-Prolonged PR Interval
Echocardiography Showed

Situs solitus
AV-VA Concordance
No VSD,ASD,PDA were found
Mild left Ventricular Enlargement
Mild mitral regurgitation was found

She was given benzathin penicilin G 600.000 U IM,aspirin 4x500mg/day and transferred to the
pediatric ward.After being hospitalized for

two weeks the patient was discharge in good

condition

Page 2
After being hospitalized for two weeks the patient was discharge in good condition.She was
advised to have a Benzathin peniciln G injected every 4 weeks.After for weeks,she did not come
to the outpatient clinic for long time and loss from follow up until she came ER with orthopneu
when she was 23-years-old

Present ilness :

The exertional dyspneu slowly worsened over the ensuing years.A year ago she noted
intermittent ankle edem and fatigue in addition to her effort dyspneu.Three months ago these
sympthoms worsened to the extend thather physician started her on diuretic a low salt diet
which resulted in some relief o her shympthoms.
Past medical History
She was told 13 years ago that she had a fever and polyarthrtys migrant
Family history : Not significant

Page 3:
BP : 100/70 mmhg
RR: 32/min
P : 104 bpm and regular
T : 37 C
HEENT : Normal
Neck : There was an increase of JVP
Chest : Bilateral basilar rales
Heart : PMI was inthe midclavicular line and the 5th ntercostal space.No thrill was palpable.The
firs hear sound was accentuated;the second heart sound was normally split with a loud pilmonic
component.An opening snap was not heard at the apex full-lenght disyolic rumbling
murmur(III/IV) heard best at the apex.A grade of II/IV systolic murmur could be heard over the
apex transmitted to the axilla
Abdoment : Soft .The liver was enlarged and could be felt 3 cm below the costal margin>No
spleen or other messes was palpable
Ext,vaginal,and neurological exam : N

Routine Lab test : N


ECG :Demonstrated bilaterl atrial and right ventrycular hypertrophy
Chest X ray :
Moderate cardiomegaly with specific enlargement or right ventricel and left atrium heavy
calcification in the mitral velve area.Lung fields show pulmonary venous congestion and kerley
B lines in the costopherenic angles
Ecochardiography :

Left atrial enlargement


Right ventricular enlargement
Normal left ventricular demension
Mitral valve area 1,0 cm2 mitral score 8 and mitral gradient 10 mmHg
Mild mitral regurgitation

Therapy ?????
Page 4
Epilogue :
Last year she underwent surgery.Her remaining post operative course was uncomplicated and
she will be married next month.

INTERPRETASI
PAGE 1

1. KU : sakit dipergelangan kaki kiri


Analisis : Disini kita curiga kemungkinan pasien terkena artritis
2. RPS :
- 2 hari lalu nyeri pergelangan kaki kiri yang berpindah ke pergelangan kaki kanan
Analisis : merupakan polyarthritis migrant yang merupakan bagian dari gejala
-

mayor demam rheuma


2 minggu lalu demam dan sakit tenggorokan
Analisis : Disini kita curiga kemungkinan pasien terkena ISPA karena masuknya

bakteri
Tidak ada korea, eritema marginatum, nodus subkutan, maupun gagal jantung
Analisis : ini merupakan bagian dari tanda-tanda mayor dari demam rheuma, namun
pada pasien ini tidak ditemukan.
Korea
merupakan gerakan-gerakan tidak teratur dari ekstremitas, tubuh, otot wajah, yang
diluar kemauan atau kesadaran.
Eritema marginatum
merupakan ruam kulit, tidak teratur, geometris, bertepi

melingkar, merah, tidak

teratur, geometris, bertepi melingkar, merah, meliputi seluruh batang tubuh yang
cepat menghilang.
Nodul Subkutan
nodul keras diatas permukaan bertulang, seperti siku, pergelangan tangan, kaki, dan
lutut.
HIPOTESIS
1. Demam Rheumatik karena terdapat poliarthritis migrant karena merupakan
bagian dari gejala mayor demam rheumatic dan didukung dengan faktor predisposisi
masuknya kuman melalui ISPA
2. SLE (Sindrom Lupus Erythematosus) karena terdapat nyeri sendi (arthritis) karena
merupakan salah satu gejala dari SLE
3. Rheumathoid Arthritis karena terdapat nyeri sendi (arthritis) dan demam

PEMERIKSAAN FISIK

BB

: 25 kg

TB

: 110 cm

BMI

: 20,66

Analisis : untuk menilai tumbuh kembang dari anak. BMI termasuk normal.
Suhu : 38 C
Analisis : menandakan adanya infeksi atau peradangan
Nadi : 102 bpm dan regular
Analisis : disini terdapat peningkatan dari denyut nadi nya. Kemungkinan karena pada pasien
ini mengalami demam (terdapat kenaikan suhu inti 1C) menyebabkan metabolisme basal
meningkat oksigen banyak terpakai sehingga kebutuhan oksigen meningkat jantung
memompa lebih banyak untuk menyuplai darah ke seluruh jaringan nadi meningkat.
Normalnya : 60-100 kali/menit
RR

: 32x/menit

Analisis : disni terdapat peningkatan dari respirasi rate nya. Kemungkinan karena pada pasien
ini mengalami demam (terdapat kenaikan suhu inti 1C) menyebabkan metabolisme basal
meningkat oksigen banyak terpakai sehingga kebutuhan oksigen meningkat RR
meningkat. Normalnya : 16-24 x/menit
HEENT : cyanosis not found
Analisis : tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan kepala dan leher. Disini bisa
melemahkan hipotesis dari SLE, karena pada pemeriksaan ini tidak ditemukan ruam malar
dibagian wajahnya.
JVP : tidak teraba
Analisis :JVP tidak teraba normal. Jika ditemukan benjolan pada JVP kemungkinan karena
adanya bendungan dan tekanan pada paru-paru maupun pembuluh darah.

Jantung : sistolik murmur grade3/6 terdengar di apeks


Analisis :
-

murmur merupakan bunyi yang timbul akibat getaran-getaran di jantung.


Murmur terdapat dua jenis : murmur sistolik dan murmur diastolic
Murmur sistolik : murmur yang timbul pada permulaan sistol ventrikel dan timbul

diatara bunyi jantung 1 dan 2 (bunyinya : lub murmur dub).


Murmur diastolic : murmur yang timbul pada saat permulaan diastolic ventrikel dan

timbul diantara bunyi jantung 2 dan 1 (bunyinya : lub dub murmur)


Bising jantung menunjuka adanya kelainan katup
Grade murmur :
Derajat 1 : sangat lemah
Derajat 2 : lemah namun mudah didengar
Derajat 3 : agak keras tapi tidak disertai getaran bising
Derajat 4 : cukup keras dan disertai getaran bising
Derajat 5: sangat keras yang tetap terdengar bila stetoskop diletakan sebagian saja
dibagian dinding dada.
Derajat 6 : paling keras dan tetap terdengar walaupun stetoskop diangkat dari
dinding dada.

Paru-paru : auskultasi bersih, perkusi sonor di semua lapang paru.


Analisis : paru-paru pada keadaan normal. Disini menandakan tidak adanya penimbunan
cairan di paru-paru dan menunjukkan RR meningkat bukan karena gangguan pada paru-paru
nya.
Hati dan Lien : tidak teraba
Analisis : disini hati dan lien dalam keadaan normal, tidak ada heptosplenomegali.
Menunjukkan tidak adanya bendungan darah di vena cava inferior yang merupakan penyebab
dari gagal jantung kanan.
Extremitas: bengkak, panas, eritema, nyeri dan gerakan terbatas dari pergelangan kaki kiri ke
kanan.
Analisis :
-

menunjukkan adanya tanda peradangan pada sendi.

Pada ekstremitas tidak ditemukan adanya nodul rheumatoid pada sendi yang
terkena. Nodul ini merupakan salah satu manifestasi klinis dari rheumatoid arthritis.
Disni dapat melemahkan hipotesis dari rheumatoid arthritis.

Neurologi : tidak ada keabnormalitasan


Analisis : status neurologi dalam keadaan normal. Dapat melemahkan hipotesis SLE karena
pada SLE ditemukan gangguan neurologi seperti kejang tanpa sebab maupun gangguan
psikosis.
PEMERIKSAAN LAB
Hb : 9 gr%
Normal Hb anak : 10-16 gr%.
Hct : 30%
Normal Hct pada anak : 34-40%
WBC : 18.000

Normal WBC :4500-11000


C-Reactive Protein : (+)
Normal CRP : (-)
ASTO : 1/400
Normal ASTO pada anak < 200 IU
Pada pasien ini ASTO mengalami peningkatan menunjukkan pasien terkena infeksi
Sterptococcus hemoliticus Group A. Pemeriksaan bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan
antigen streptolisin O yang dapat menyebabkan hemolysis.

ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) : 40/80 mm/jam


Normal : 0-10 mm/jam
ESR atau LED (Laju Endap Darah) merupakan laju sel darah merah yang menetap dalam darah
yang belum membeku. Merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengukur kecepatan
endap eritrosit dan plasma dlm waktu 1 jam dan dinyatakan dalam mm/jam. LED dipengaruhi
oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta gravitasi bumi. Pada pasien ini LED mengalami
peningkatan yang bisa disebabkan karena adanya inflamasi akut maupun infeksi akut & kronis.
Analisis Px. Lab
Infeksi streptococcus -Hemoliticus

CPR (+)
WBC meningkat

Mensekresikan enzim yang disebut O-stretolisin yang mampu melisiskan sel darah merah

Enzim tersebut sebagai antigen

Hb menurun

yang menstimulasi system imun


untuk membentuk antibody antistreptolisin

ASTO (+)

PEMERIKSAAN X-RAY THORAX


Hasilnya :
Kardiomegali ringan

Hct menurun

Analisis :
-

Terdapat pembesaran pada jantung kemungkinan karena adanya gangguan pada

fungsi jantungnya.
Ukuran jantung normal : 48-50%

Cara ukur :

Sifat cardiomegaly : menyeluruh pada miokardium/pericardium; local


perbesaran atrium/ventrikel/pembuluh darah besar.

Pulmonary vascular marking : Normal


Analisis :
-

Pulmonary vascular marking normal menandakan bahwa pembuluh darah paru dan

sirkulasinya baik dan lancer.


Apabila Pulmonary vascular marking bertambah menandakan jumlah darah

meningkat atau caliber membesar


Apabila Pulmonary vascular marking berkurang menandakan jumlah darah
menurun.

PEMERIKSAAN EKG
Hasil :
Pemanjangan interval PR
Analisis :
-

Interval PR merupakan jarak antara permulaan gelombang P sampai permulaan


komplek QRS. Nilai normal: 0,12-0,20 detik. Interval PR adalah interval paling
pendek, yang merupakan waktu yang diperlukan rangsang listrik jantung dari nodus

SA, menyebar ke atrium sampai di nodus AV.


Pada pasien ini, terdapat perpanjangan interval PR menunjukkan adanya
gangguan di nodus AV, dinamakan blokade nodus AV derajat ditandai dengan
PR>0,2 detik dan ini ditemukan pada karditis,rheumatoid akut, maupun gangguan
elektrolit.

PEMERIKSAAN ECHOCARDIOGRAPHY
Tujuan pemeriksaan :
-

Untuk melihat gambaran kamar jantung.


Pemeriksaan ini dengan cara perekaman dari gerakan dinding jantung. Prosedur
pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasonic (>20.000 Hz) sebagai media
pemeriksaan

Hasil :
-

Situs Solitus merupakan posisi normal ruang jantung, dimana terlihat atrium
kanan terletak di kanan dan atrium kiri terletak di kiri. menunjukkan tidak ada
kelainan keongenital

AV-VA concordance normal


Analisis : pada pasien ini AV-VA concordance dalam keadaan normal, dimana atrium
kiri berhubungan dengan ventrikel kiri, dan atrium kanan berhubungan dengan
ventrikel kanan, ventrikel kanan terhubung dengan arteri pulmonalis dan ventrikel
kiri terhubung dengan aorta

Tidak ada VSD, ASD, PDA


Analisis :
1. ASD (Atrium Septum Defect) merupakan kelainan bawaan (kongenital)
ditandai dengan adanya lubang pada septum interatrial
2. VSD (Ventrikel Septum Defect) merupakan kelainan jantung bawaan berupa
lubang pada septum interventrikuler (kongenital)
3. PDA (Patent Ductus Arterious) kelainan bawaan (kongenital) yang berupa
tidak menutupnya ductus arterious (yang menghubungkan aorta dengan arteri
pulmonalis pada masa janin) yang setelah lahir seharusnya menutup.

Pembesaran ringan ventrikel kiri


Analisis : menandakan bahwa kerja ventrikel kiri lebih berat dikarenakan tekanan
darah yang menurun atau curah jantung yang menurun.

Regurgitasi mitral ringan


Analisis : keadaan yang menunjukan adanya aliran darah balik dari ventrikel kiri ke
atrium kiri pada saat sistol karena katup mitrla tidak menutup sempurna.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, dapat mencoret beberapaa hipotesis yang diambil :
1. SLE (Sindrom Lupus Erythematosus) hipotesis ini dapat dicoret karena dari keluhan
pasien dan hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak memenuhi 4 dari 11 kriteria SLE,
dimana kriteria tersebut merupakan hal yang mutlak dalam mengakan diagnosis SLE.
Sebelas kriteria tersebut adalah :
- Discoid Rash : bercak eritema menonjol dengan gambaran SLE keratolitik dan
-

sumbatan folikular
Oral ulcers : ulkus mulut atau orofaring dan umumnya tidak nyeri
Photosensitivity : ruam kulit yang diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar

matahari
Arthritis (non-erosif) : melibatkan dua ata lebih sendi perifer, nyeri, bengkak, dan

efusi
Malar rash : eritema menetap, datar/menonjol, pada malar eminence dan lipat

nasolabial
Immunologis disorder : terdapat Anti-DNA, Anti-Sm, temuan positif terhadap

antibody antifosfolipid.
Neurologic disorder : kejang tanpa sebab maupun gangguan psikosis
Renal disorder : terdapat proteinuria menetap > 0,5 gr/hari atau > positif -3, atau

terdapat cetakan selular berupa sel darah merah, Hb, granular, tubular ,atau gabungan.
ANA (antibodi antinuclear) : terdapat titer abnormal dari antibodyantinuklear

(berdasarkan px.immunofluoresensi) tanpa keterlibatan obat.


Serocitis : terdapat pleuritis maupun pericarditis
Hematologi disorder : seperti anemia hemolitik dengan retikulosis, leukopenia
(leukosit < 4.000/mm3 pada dua kali pemeriksaan), limfopenia (limfosit <
1.500/mm3 pada dua kali pemeriksaan), trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3)
tanpa disebabkan obat-obatan

2. Rheumathoid Arthritis hipotesis ini dapat disingkirkan karena pasien tidak


mengeluhkan kekauan pada sendi yang lebih dari satu jam saat pagi hari. Selain itu pada
pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya nodul rheumatoid yang terdapat pada bagian
sendi yang terkena (merupakan manifestasi khas dari Rheumatoid arthritis). Kemudian
dari segi umur, rheumatoid arthritis lebih sering terdapat pada usia 40-60 tahun.
Dan dari hasil anamnesa serta pemeriksaan yang dilakukan, diagnosis untuk An. Asyantih lebih
mengarah pada Demam Rheumatik

Kemudian An. Asyantih diberikan Benzathine Penicillin G 600.000 U IM, aspirin 4 x 500
mg/hari dan dirujuk ke bagian pediatric. Setelah menjalani rawat inap 2 minngu, keadaan pasien
kembali membaik.

Benzathine Penisilin G
1. Benzatin benzilpenisilin
Benzatin benzilpenisilin atau benzatin penisilin adalah penisilin yang lambat diserap pada
sirkulasi, dimasukkan secara intramuskular atau disuntikkan pada otot, dan akan terhidrolisa
menjadi benzilpenisilin in vivo. Obat ini dipilih ketika konsentrasi rendah benzilpenisilin
diperlukan, memperpanjang kerja antibiotika 2-4 minggu setelah dosis tunggal intramuskular.

Benzilpenisilin (penisilin G)
Benzilpenisilin atau penisilin G adalah penisilin standar emas. Penisilin G secara khusus
diberikan tidak melalui mulut karena sifatnya yang tak stabil dengan asam hidroklorat di
lambung.
Mekanisme kerja
Menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel
mikroba efek bakterisid.
Bergabung dengan PBPs

Hambatan sintesis dinding sel kuman

Aktivasi enzim proteolitik pada dnding sel

Penisilin G mempunyai aktivitas terbaik terhadap bakteri gram-positif yang sensitif.


Spectrum
- Penisilin G efektif terutama terhadap bakteri gram-positif dan Spirochaeta.
- Meningokokus cukup sensitif pada penisilin G.
- Penisilin V mempunyai spektrum yang sama dengan penisilin G.
- Metisilin spektrumnya lebih sempit daripada penisilin G karena tidak efektif sama
sekali pada gram negatif.

Resistensi
Pembentukan enzim betalaktamase

Enzim autolisin bakteri tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran bakteri terhadap obat

Kuman tidak punya dinding del

Obat tidak dapat mencapai PBP


Farmakokinetik
Absorpsi
- Mudah rusak dalam susana asam (pH 2).
- Dosis oral harus 4-5x lebih besar daripada dosis IM.
- Tidak dianjurkan diberikan oral.
- Menghasilkan dalam waktu 15-30 menit.
- Untuk memperlambat absorpsinya, diberikan supositoria,ex: penisilin G benzatine
Distribusi
-

Luas dalam tubuh.


Kadar obat yang memadai dapat mencapai hati, empedu, usus, limfe, dan semen,
kecuali CSS.

Biotransformasi
Umumnya dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan
amidase.
Efek samping
- Reaksi alergi,ex: angioedema, fenomena arthus.
- Nefropati ex: nefritis interstisium.
- Anemia hemolitik.
- Syok anafilaksis adrenalin 1:1000 SK 0,3-0,4 mL.
- Reaksi toksik dan iritasi local
Sediaan
- Digunakan secara parenteral (biasanya), bisa berupa larut air dan cepat lambat untuk
suntikan IM.
- Penisilin G repositor berupa: penisilin G prokain, penisilin G benzatin, penisilin G
prokain dengan suspensi aluminium monostearat dalam minyak.
- Penisilin G oral tidak dipasarkan di Indonesia
Indikasi
- Tidak alergi terhadap Penisilin.
- Untuk mikroba yang 14ensitive terhadap penisilin, khususnya Gram positif.

Indikasi spesifik untuk benzatin penisilin:


- Profilaksis dari demam reumatik
- Sifilis awal atau laten
Indikasi spesifik untuk benzilpenisilin:
- Selulit
- Endokarditis bakteri
- Meningitis
- Pneumonia aspirasi, abses paru-paru
- Sifilis
- Septisemia pada anak-anak

Pengaturan dosis
- Bergantung pada berat ringannya penyakit dan preparat yang digunakan.
- Satu satuan internasional penisilin G-natrium sesuai dengan 0,6 g.

antibiotika Dosis
(cara
dewasa
pemberian)
Penisilin G
(IV)

Dosis anak

Dosis neonatus
(< 7 hari)

1-4 mU/ 25.000-400.000 75.000-150.000


4-6 j unit/kg/hr dalam 4- unit/kg/hr dalam 2
6 dosis
atau 3 dosis

Demam reumatik
-

Pada anak, Diberikan penisilin V 0,2 juta unit, 2x sehari.


Untuk profilaksis secara parenteral digunakan penisilin G benzatine 1,2 juta unit
untuk dewasa, dan untuk dibawah 5 tahun diberi 0,6 juta unit IM 1x tiap 2-3 minggu.
Diberikan sebelum tonsilektomi atau ekstraksi gigi pada kasus demam reumatik.

Penggunaan klinik
- Infeksi gram positif : pneumokokus (pneumonia, meningitis, endokarditis),
streptokokus (faringitis, demam reumatik, meningitis, pneumonia, OMA,
endokarditis), stafilokokus.
- Infeksi gram negatif : meningokokus, gonokokus, sifilis.
- Aktinomikosis.
- Infeksi batang gram positif.
Penggunaan untuk profilaksis
- Infeksi Streptococcus Pyogenes grup A 200.000 unit penisilin V oral 2x sehari atau
suntikan tunggal penisilin benzatin 1,2 juta unit selama beberapa hari, tetapi karena

sukar menjamin keteraturan makan obat, lebih dianjurkan suntikan penisilin G


benzatin 1,2-2,4 juta unit sebulan sekali.
Biasanya profilaksis cukup diberikan slama 5 tahun sehabis episode demam rematik;
atau selama masa remaja bila demam rematik terjadi pada anak.
Tujuan profilaksis : mencegah kerusakan lebih berat pada jantung akibat terulangnya
penyakit

Aspirin

Aspirin merupakan obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

Merupakan derivat asam salisilat


Mekanisme Kerja
Trauma/ luka pada sel

Gangg pd membran sel


Fosfolipid
Enzim fosfolipid
Asam arakidonat
aspirin

Enzim lipoksigenase

Dihambat

Enzim siklooksigenase

Hidroperoksid

Endoperoksid
PGG2

Leukotrien

PGE2

Tromboksan A2

PGI2

Aspirin menghambat reaksi inflamasi dengan menghambat enzim siklooksigenase


sehingga tidak terbentuk prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi
Peran Prostaglandin

Inflamasi

PGE2 dan PGI2 menimbulkan eritema,vasodilatasi dan peningkatan aliran darah lokal

Nyeri
PG menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi

Demam
Pirogen endogen memicu penglepasan PGE2 demam

Farmakokinetik
Absorpsi
Oral : diabsorpsi dg cepat dalam bentuk utuh di lambung, tapi sebagian besar di usus
halus bagian atas
Distribusi : Menyebar ke seluruh jaringan tubuhdan cairan transelular shg ditemukan
dalam cairan sinovial, cairan peritoneal, liur dan air susu. Mudah menembus sawar darah
otak dan sawar darah uri
Ekskresi
Terutama melalui ginjal, sebagian kecil melalui keringat dan empedu
Indikasi

Analgesik

Antipiretik

Demam reumatik akut

Artritis reumatoid

Penggunaan lain : aspirin digunakanuntuk mencegah trombus koroner dan trombus vena

Efek Samping

Tukak lambung/ tukak peptik

Gangguan fungsi trombosit

Reaksi hipersensitivitas

PAGE 3

PEMRIKSAAN FISIK
TD: 100/70 mmHg
(menurun karena apabila terjadi penyakit kelainan katup jantung baik stenosis atau regurgitasi
membuat volume darah yang dalirkan berkurang, sesuai dengan rumus TD= Cardiac Output X
Resistensi Perifer; pada kasus volume darah cardiac output berkurang sehingga TD juga
menurun)
Nadi: 104 bpm, regular
(naik tapi mendekati normal, penurunan tekanan darah merangsang tonus otot simpatis
meningkat, jadi takikardi)
RR: 32x/menit
(meningkat, karena aliran darah berkurang berkonstriksi lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan,
karena ada peningkatan tekanan/ volume di atrium, sehinggga penekanan dipantulkan ke
belakang, tekanan vena pulmonal meningkat-kongesti paru-paru-dipsneu-RR meningkat)
Temperatur: 37C
(normal, diperiksa nilai ada infeksi atau tidak)
HEENT: Normal
Leher: Peningkatan JVP (Jugularis venous pressure)
Merupakan peningkatan tekanan vena jugularis bisa diakibatkan gagal jantung kanan sehingga
menyebabkan bendungan vena
Dada:
Bilateral basilar rales
(Rales kasar=Ronkhi, sedang=krepitasi)
(Suara nafas yang abnormal (Ronkhi) yang terdengar saat auskultasi hanya di dasar paru-paru,
mengindikasikan adanya cairan/ timbunan pada paru-paru, bisa jg inflamasi)

Jantung:
-PMI-Point of maximal impulse/ denyut jantung maximal berada di garis midclavicula ICS 5
(normal)
-Tidak ada thrill ,normal
( Thrill=getaran abnormal akibat aktivitas jantung berlebih/ karena bising jantung)
-Bunyi jantung 1 terdengar lebih Accentuated/ menonjol lebih keras
-Bunyi jantung 2 terdengar normal split dengan komponen pulmonal lebih keras
Bunyi jantung 2 disebabkan karena getaran menutupnya katup semilunaris aorta maupun
pulmonal. Pada keadaan normal, terdengar pemisahan (splitting) dari ke-2 komponen (aorta &
pulmonal)
Pada orang dewasa, Bunyi jantung 2 akan terdengar tunggal karena komponen pulmonalnya tak
terdengar
Jika bunyi jantung 2 terdengar terpisah dengan komponen pulmonal mengeras-menunjukan
adanya hipertensi pulmonal
-Opening snap tidak terdengar, normal
( Opening snap adalah bunyi jantung yang menyentak seperti tali putus terjadi waktu terbuka
mendadak saat diastole, akibat katup kehilangan kelenturan). Opening snap merupakan gejala
stenosis mitral
-Murmur diastolic panjang-penuh kasar (III/ VI) di apeks (menunjukkan lokasi)
-Murmur sistolik (II/VI) di apkes yang menjalar ke axila
(Murmur terjadi karena getaran-getaran dalam jantung/ dalam pembuluh darah besar dekat
jantung, akibat aliran darah yang melalui suatu penyempitan/ aliran arah abnormal)
Murmur diastolic- saat fase diastolic sesudah bunyi jantung 2 (lub-dup-murmur)
Murmur sistolik- saat fase sistolik setelah bunyi jantung 1 (lub-murmur-dup)
II/VI= Lemah tapi mudah didengar
III/VI= Agak keras tapi tidak disertai getaran bising
( perbedaan ini kemungkinan tergantung dari luasnya/ derajat keparahan kelainan pada katup)

di apeks (menunjukkan lokasi, apeks cordis dibentuk oleh ventrikel sisnistra, disebelah kiri,
dorsal dari spatium intercostale IV, tempat terjadinya denyut jantung maksimal)

Abdomen:
Halus, Hati membesar sekitar 3cm di batas costae (Hepatomegali). Tidak ada Splenomegali
(Gejala gagal jantung kanan sehingga menyebabkan bendungan vena sistemik)
Ekstremitas:
(+) pedal edema
(gejala jantung kanan sehingga menyebabkan bendungan vena sistemik
Rectum, Vaginal, dan Px. Neurologi : Normal

You might also like