Professional Documents
Culture Documents
1) Kelemahanbadan
2) Batuk
3) Sesaknapas
4) Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
5) Mengiatau wheeze
6) Ekspirasi yang memanjang
7) Bentuk dada tong (Barrel Chest) padapenyakitlanjut.
8) Penggunaanotot bantu pernapasan
9) Suaranapasmelemah
10) Kadangditemukanpernapasanparadoksal
11) Edema kaki, asitesdanjaritabuh.
d. Pathways
Di lampirkaN
e. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
1. Gagal napas
Gagal napas kronik
Gagal napas akut pada gagal napas kronik
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
Gagal napas kronik :
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal,
penatalaksanaan :
- Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2
- Bronkodilator adekuat
- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
- Antioksidan
- Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing
Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :
- Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
- Sputum bertambah dan purulen
- Demam
- Kesadaran menurun
Infeksi berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni
kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti
menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit darah.
f. Pemenriksaan penunjang
dada yaitu:
Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
Corak paru yang bertambah.
2. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan
KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM
(kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate),
kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas
lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan hanya pada
saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena
permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis.Hipoksia yang kronik
merangsang
pembentukan
eritropoetin
sehingga
menimbulkan
komplikasi
Gagal/insufisiensi pernapasan
Hipoksemia
Atelektasis
Pneumonia
Pneumotoraks
Hipertensiparu
Gagaljantungkanan
h. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
yang
dapat
terjadi
termasuk:
1. Memeperbaik ikemampuan penderita mengatasi ugejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih
awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan
berbagai cara.
2. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba
tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman
penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
3. Mengatasi
bronkospasme
dengan
obat-obat
bronkodilator.
Penggunaankortikosteroiduntukmengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
4. Pengobatansimtomatik.
5. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. Pengobatan oksigen, bagi
yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1 2 liter/menit.
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang
paling efektif.
3) Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
4) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula.
5) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang dideritanya.
i. Fokus intervensi keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga
dan infeksi bronco pulmonal.
Tujuan:
b.
a. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
menumpuk.
10) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui
sumber informasi.
Tujuan: Klien meningkat pengetahuannya.
Intervensi keperawatan:
a. Bantu pasien mengerti tentang tujuan jangka panjang dan jangka pendek; ajarkan
pasien tentang penyakit dan perawatannya.
b. Diskusikan keperluan untuk berhenti merokok. Berikan informasi tentang
sumber-sumber kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth,
alihbahasa: AgungWaluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses keperawatan,
LAPORANPENDAHULUAN
KASUS PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK
DI RUANG CEMPAKA
DI SUSUN OLEH
NUR UTARI GANI