Professional Documents
Culture Documents
1 of 33
Anggota Koalisi
Aliansi Jurnalis Independen
(AJI), Aliansi Buruh
Menggugat/ABM (KASBI, SBSI
1992, SPOI, SBTPI, FNPBI,
PPMI, PPMI 98, SBMSK,
FSBMI, FSBI, SBMI, SPMI,
FSPEK, SP PAR REF, FKBL
Lampung, SSPA NTB, KB FAN
Solo, AJI Jakarta, SBJ, FKSBT,
FPBC, FBS Surabaya, PC KEP
SPSI Karawang,
GASPERMINDO, ALBUM
Magelang, FKB Andalas),
YLBHI, LBH Pers, LBH Jakarta,
Aliansi Nasional Bhineka
Tunggal Ika (ANBTI), PBHI,
TURC, LBH Pendidikan,
Federasi Serikat Pekerja
Mandiri (FSPM), Front
Perjuangan Pemuda Indonesia
(FPPI), Serikat Guru
Tangerang, Serikat Guru
Garut, Federasi Guru
Independen Indonesia, ICW,
LBH APIK, IKOHI, KONTRAS,
PPR, Somasi-Unas, SPR, Arus
Pelangi, GMS, LPM Kabar,
Lembaga Kebudayaan
Nasional (LKN), Praksis,
Forum Pers Mahasiswa
Jabodetabek (FPMJ), FMKJ,
Perhimpunan Rakyat Pekerja
(PRP), FSPI, Serikat
Mahasiswa Indonesia (SMI),
Repdem Jakarta, SPN, OPSI,
SP LIATA, SPTN Blue Bird
Grup
Links
IFJ
CPJ
SEAPA
Media
Detik.com
Voice of Human Rights
Tempo Interaktif
Sinar Harapan
Suara Pembaruan
Hukum Online
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
Salam perlawanan !!
Berkaitan dengan seruan sebagian wartawan kompas yang
secara tegas mendiskriditkan gerakan demokratik dalam
upayanya melawan tindakan anti serikat buruh yang di lakukan
oleh
pihak
management
kompas,
maka
kami
perlu
menyampaikan sikap sebagai berikut :
1.Bahwa tindakan management kompas yang mendemosi
kawan Bambang Wisudo sebagai sekretaris serikat
pekerja perkumpulan karyawan kompas adalah tindakan
anti union yang sudah sepatutnya di berikan ganjaran
pidana sesuai dengan UU 13/2003.
2.Bahwa dalam upaya untuk menekan pihak management
kompas dan juga pemerintah, kawan-kawan kemudian
membangun komite anti pemberangusan serikat dan melakukan
serangkaian acara seperti aksi massa, aksi pemasangan
spanduk, aksi delegasi, pengiriman statement dan lain
sebagainya adalah hal yang wajar dan memang sudah
seharusnya di lakukan dan bahkan harus di tingkatkan disaat
pemerintah dengan mudah menjadi alat bagi para pengusaha.
3.Bahwa munculnya seruan wartawan kompas yang justru
membela posisi management haruslah dicurigai sebagai
bagian
dari
upaya-upaya
management
untuk
memecah-belah kekuatan para pekerja kompas dan juga
kekuatan gerakan demokratik secara keseluruhan.
4.Oleh karena itu, PP FNPBI dengan tegas menyatakan
mengecam tindakan sebagian wartawan kompas yang
dengan
mudah
mau
dimanfaatkan
oleh
pihak
management
untuk
menyerang
perjuangan
kawwan-kawan komite anti pemberangusan serikat.
Sudah saatnya kaum buruh bersatu dengan kaum buruh,
bersatu dengan kaum tertindas lainnya, bukan bersatu
dengan kaum yang menjadi penindasnya.
5.PP FNPBI juga menyerukan kepada seluruh gerakan
demokratik agar semakin menyolidkan diri dalam perjuangan
menegakkan kebebasan berserikat sebagai salah satu syarat
bagi penguatan perjuangan rakyat ke depan, dan juga
menyolidkan diri dalam perjuangan melawan neoliberalisme dan
boneka-bonekanya.
Previous Post
SuratPencabutanPHK
Bambang Wisudo
JO Cabut Surat
Pemecatan Wisudo
Surat Protes Buat KPK
KOMPAS (sebar)
BOHONG!
Stop Press Situs
Kompas Kena Hack
MA Mulai Proses Kasasi
Wisudo
Diakui, Tim Legal
Kompas Minta Bantuan
Hakim PHI
Pemred Kompas
Suryopratomo
Mendadak Dicopot
Film Perjuangan
Wisudo Diluncurkan di
Youtube
Surga Bernama
Kompas
Archives
December 2006
January 2007
February 2007
March 2007
April 2007
May 2007
June 2007
July 2007
September 2007
October 2007
November 2007
December 2007
January 2008
February 2008
June 2008
July 2008
December 2008
Powered by
Hit Counter
4/2/2015 7:13 PM
2 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
Ketua
Dominggus Octavianus
Pjs Sekjend
Budi Wardoyo
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
3 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
0 comments
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
4 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
4/2/2015 7:13 PM
5 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
Satrio Arismunandar
(mantan jurnalis Kompas, yang dibesarkan di Kompas pada
1988-1995, dan selama itu banyak belajar tentang ilmu
jurnalistik dan kearifan dari guru-guru saya di Kompas)
_____oO0_____
(Dari milis AIPI, ditulis oleh Sri Yanuarti, istri Bambang Wisudo:)
Saya ucapkan terimakasih atas dukungan yang diberikan Mas
Rio terhadap saya dan keluarga. Perlakuan yang diberikan
jajaran manajemen Kompas terhadap suami saya, adalah satu
resiko yang sudah kami hitung sejak lama.
Perjuangan suami saya Wis (Bambang Wisudo) tentang
pemilikan saham karyawan bukanlah perjuangan yang
dilakukan dalam hitungan hari. Delapan tahun sudah, ia
dan teman-temannya di Perkumpulan karyawan Kompas
melakukan perjuangan untuk menuntut pengembalian
saham 20% yang diambil oleh perusahaan tanpa
sepengetahuan karyawan.
Selama itu pula, kami sudah terbiasa dengan berbagai kebijakan
dari management Kompas untuk
melakukan
berbagai
penjegalan atas apa yang diperjuangkan suami saya dan kawankawan. Berkaca dari kasus Albert Kuhon, Mas Rio dan Mas
Yudha, saya sadar betul bahwa pemecatan terhadap suami saya
bukan tidak mungkin akan terjadi.
Namun perlakuan dan tindakan para jajaran pimpinan kompas
yang menggunakan cara-cara kekerasan yang brutal dan primitif
adalah jauh dari bayangan kami. Sebagai salah satu pilar
demokrasi sekaligus institusi yang menyuarakan serta
menggembar-gemborkan persoalan HAM dan Demokrasi,
maka tidak sepantasnya Kompas melakukan tindakan
brutal dan primitif (dengan melakukan penyeretan dan
penyekapan) dalam proses pemutusan hubungan kerja.
Bahkan sejauh yang saya tahu, pemecatan terhadap
buruh linting di pabrik rokok pun masih dilakukan dengan
cara-cara yang sangat sopan. Sungguh suatu hal yang
sangat ironis bagi Kompas yang bangga dengan logonya
"Menyuarakan Amanat Hati Nurani Rakyat", perlakuan dan
tindakan terhadap karyawannya justru jauh dari apa yang
selama ini ditulis besar-besar di bawah kata KOMPAS.
Jika saya sedih terhadap kasus suami saya, itu bukanlah karena
suami saya dipecat dari Kompas tapi justru karena gambaran
Kompas sebagai media tempat suami saya berkarya selama ini
adalah Kompas telah mengkhianati nilai-nilainya sendiri.
Kompas yang diimpikan oleh suami saya, yang pernah menjadi
cita-cita suami saya, ternyata tidak lebih dan tidak kurang
dibandingkan pabrik sandal jepit.
4/2/2015 7:13 PM
6 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
7 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
kami,
mohon
diperhatikan
Aha Maftuchan
Departemen Jaringan Pimnas FPPI
posted by KOMPAS @ 11:13 PM
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
8 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
memberikan klarifikasi.
Dengan tidak dijawabnya surat kami tersebut, dengan sangat
terpaksa kami akan "memeriahkan" Kantor Kompas dan semua
unit usaha yang masih dalam Group Kompas.
Dengan demikian, mulai Senin, 26 Februari 2007, kami akan
"Manggung" dihadapan Kompas.
Terima kasih Brother Don Sabdono, semoga keyakinan anda
bahwa 'Seruan Wartawan Kompas' yang anda gagas itu mampu
untuk membungkam nilainilai hakiki kebenaran dan kejujuran
yang masih dimiliki oleh sedikit manusia yang berhati bersih.
In Solidarity
Odie Hudiyanto
Sekretaris Umum Federasi Serikat Pekerja Mandiri
NB : Untuk mengingatkan, kami lampirkan surat kami yang
pertama
Jakarta, 12 Februari 2007
Kepada Yth,
Brother Bre Redana atau Don Sabdono
Wartawan Kompas
Di tempat
Perihal : Protes dan Mohon Klarifikasi
Tembusan :
-Kapolda Metro Jaya, Bapak Irjen Pol Adang Firman
- Bapak Jacob Utama
- Bapak Asmara Nababan, Pimpinan Demos
- Bro Efix Mulyadi
- Sis Maria Hartiningsih
- Kawan-kawan AJI
- Seluruh Anggota FSPM
- Arsip
Dengan hormat,
Inilah kali pertama dalam sejarah Federasi Serikat Pekerja
Mandiri (FSPM) sejak berdiri pada tahun 2000 menerima julukan
PETUALANG ketika memberikan dukungan solidaritas kepada
sesama buruh.
FSPM kami rintis dengan keringat dan darah!!!.
Diantara Serikat buruh tingkat nasional mungkin kami adalah
satu-satunya Serikat buruh yang tidak seperakpun menerima
kucuran dana dari lembaga-lembaga funding di tingkat nasional
atau international. Tidak dari pemerintah, Jamsostek, partai
politik apalagi dari pengusaha. TERMASUK DARI MAS
BAMBANG WISUDO!
Kami tetap dapat hidup, berkembang dan melayani anggotaanggota kami secara baik hanya melalui uang iuran anggota.
16.753 anggota kami yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara,
Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Bali sangat marah dan kecewa atas tindakan anda melakukan
sebuah gerakan yang berjudul Seruan Wartawan Kompas
dengan
menyebut
FSPM
adalah
petualang
yang
mendiskreditkan, merongrong dan memutar-balikan nilai-nilai
yang diemban kompas.
Ini adalah sebuah hinaan terhadap FSPM.
Anggota-anggota FSPM yang merupakan Pekerja sektor Hotel,
Restaurant, Catering, Plaza, Retail dan Pariwisata telah
menyatakan sikapnya untuk melakukan tindakan balasan atas
4/2/2015 7:13 PM
9 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
Odie Hudiyanto
Sekretaris Umum
posted by KOMPAS @ 10:47 PM
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
10 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
4/2/2015 7:13 PM
11 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
12 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
Abdul Manan
Sekretaris Jenderal AJI
posted by KOMPAS @ 4:01 AM
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
13 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
1 comments
4/2/2015 7:13 PM
14 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
0 comments
Teman-teman,
Kasus yang dialami Bambang Wisudo bukanlah kasus
pribadi. Bukan kasus antara Bambang Wisudo melawan
Suryopratomo, ataupun melawan sekelompok jajaran elit (atau
yang mengelitkan diri) di Kompas. Betapapun banyaknya
alibi yang mengatakan ini bukanlah pemberangusan
serikat pekerja, jelas di depan mata kita, tindakantindakan yang dilakukan sangat bernuansa anti-serikat
pekerja. Ini adalah tindakan union busting. Tindakan
kriminal yang (umumnya) dilakukan manajemen untuk
menekan kekuatan pekerja.
Teman-teman,
Aktor union busting bukanlah manajemen sendiri. Elemenelemen serikat pekerja dan individu pekerja sering menjadi
aktor yang lebih efektif, menjadi rekan kolaborasi manajemen
dalam menekan pekerja. Tak jarang, manajemen sengaja
membangun pertentangan horisontal antara pekerja. Mereka
memanfaatkan persaingan karir, menjanjikan kesempatan dan
fasilitas bagi yang mau berkolaborasi, seraya menekan yang
kritis untuk menimbulkan efek trauma bagi mayoritas karyawan.
"Politik belah bambu" -- yang satu diinjak, satunya diangkat-selalu diterapkan. Elemen-elemen pekerja yang kritis diinjak,
elemen-elemen kolaborator diangkat. Maka, terjadilah konflik
horisontal sesama pekerja.
Jika ini terjadi, maka manajemen akan tepuk tangan. Karena,
kekuatan pekerja sudah tidak solid, sudah bisa dilemahkan.
Solidaritas diganti dengan rivalitas. Maka, manajemen tak perlu
mengotori tangannya untuk melemahkan serikat pekerja, tapi
para pekerja sudah berkelahi sendiri.
Teman-teman,
AJI adalah organisasi profesi yang berwatak serikat
pekerja. Visi ini sudah kita sepakati. Visi ini tertulis dalam
Anggaran Dasar kita.
Sebagai organisasi yang berkarakter serikat pekerja, maka kita
harus membela anggota kita, jika sedang mengalami persoalan
ketenagakerjaan. Siapapun itu. Apakah itu seorang individu
yang nyeleneh, atau bahkan seorang individu yang bejat
sekalipun. Selama ia adalah seorang pekerja, dan hak-hak
4/2/2015 7:13 PM
15 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
16 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
4/2/2015 7:13 PM
17 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
4/2/2015 7:13 PM
18 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
1 comments
Kepada Yth.
Seluruh Penandatangan "Seruan Wartawan Kompas"
tertanggal 27 Januari 2007
Di Tempat
Dengan Hormat,
4/2/2015 7:13 PM
19 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
4/2/2015 7:13 PM
20 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
bagi
seluruh
perjuangan
Asfinawati
Direktur
Tembusan:
1. Komite Anti Pemberangusan Serikat Pekerja Kompas
2. Arsip
posted by KOMPAS @ 8:33 PM
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
21 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
4/2/2015 7:13 PM
22 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
standards.
The humiliating and improper handling of Wisudo's case severely
jeopardises KOMPAS' reputation as a quality media employer,
and organisation.
The blatant intimidation tactics used by KOMPAS management to
try and force Wisudo to relocate, and your companys attempts
to phase out his influence and union representation, is not only
shocking and morally reprehensible, but also is contrary to the
International Labour Organisation's (ILO) Right to Organise and
Collective Bargaining Convention.
We must emphasise the crucial need for all media employers,
including KOMPAS Daily, to allow union members to assemble,
communicate and represent the interests of media employees.
In line with Indonesian Labour Law, we support AJI's demands
that KOMPAS:
- Reinstate Wisudo to his former position at PT KOMPAS Media
Nusantara.
-Recognise Wisudo's role as secretary of the PKK.
-Rescind the decision to send Wisudo to Ambon, Maluku
Province and abandon its continued policy of union member
relocation.
-Respect the right of employees to form and elect
representatives to trade unions without intimidation.
Conduct a thorough, transparent investigation of the events
listed herein and take decisive corrective action against its
internal security personnel, to ensure that this reprehensible
action is not repeated.
Yours sincerely
Christopher Warren
President
International Federation of Journalists (rie/E1)
posted by KOMPAS @ 2:18 AM
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
23 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
Kompas."
Kata "Petualangan" tersebut sangat mendiskreditkan &
melecehkan kami selaku Anggota Komite Anti Pemberangusan
Serikat Pekerja (KOMPAS), Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBH
Pers). Karena pengertian "Petualangan" menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia Edisi III Cetakan pertama tahun 2003
Susunan W.J.S. Poerwadarminta mempunyai arti atau konotasi
bermacam-macam diantaranya yaitu "orang yang ingin
memperoleh sesuatu dengan cara menekat (tak jujur
dsb) atau arti lain tak tentu tempat tinggalnya". Namun
kami belum jelas dalam arti yang mana yang disebut oleh
kawan-kawan penggagas dan penandatangan seruan tersebut.
Sebagai wartawan senior tolong berikan petunjuk kami arti yang
dimaksud, maklum kami bukan ahli bahasa dan bukan seorang
wartawan yang bisa menulis seindah bahasa dengan pendekatan
bahasa budaya yang sangat lembut. Namun bagi kami dibalik
kelembutan itu kata "petualangan" telah meluluh lantakkan
kalimat indah yang telah tersusun. Kami yakin bukan sekedar
wartawan yang bisa memformulasi kalimat sebagus itu, tapi jika
benar adalah mereka wartawan seniorlah yang telah
menorehkan buah pikirannya.
Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBH Pers) mempunyai kantor
atau tempat tinggal yang jelas yaitu di Jln Prof. Dr. Soepomo,
S.H., Komp. BIER, No. IA Menteng Dalam Jakarta Selatan 12870
Telp:
(021)
8295372
Fax:
(021)
8295701
Website:
www.lbhpers.org dan berbadan hukum yang diakui sebagai
subjek hukum yang jelas di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kemudian atas dasar apa Saudara mengatakan
bahwa kami melakukan "Petualangan?".
LBH Pers juga telah menggariskan dan mengharamkan bagi
lembaga maupun orang-orang yang bekerja dalam lembaga ini
meraih keuntungan dengan cara menghalalkan segala cara,
apalagi dengan melakukan segala sesuatu dengan nekat atau
konyol
tanpa
tujuan
yang
jelas
apalagi
tidak
bisa
dipertanggungjawabkan. Jika siapapun termasuk saudara
penandatangan melihat LBH Pers sebagai Lembaga atau sebagai
pribadi melakukan sesuatu yang terkategori "petualangan" demi
keuntungan, mohon saudara laporkan kepada kami, kami
mempunyai alamat yang jelas.
Untuk itu kami dari Lembaga Bantuan Hukum Pers meminta
klarifikasi yang dimaksud dengan kata-kata "Petualangan"
terhadap
1. Sdr. Bre Redana
2. Sdr. Efix Mulyadi
3. Sdr. Maria Hartiningsih
Kami memberikan batas waktu 7 hari sejak tanggal surat ini
dikirimkan hingga tanggal 19 Februari 2007 untuk mendapatkan
klarifikasi dari Saudara.
Demikian surat klarifikasi ini kami sampaikan, atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 12 Februari 2007
Hormat kami
Hendrayana, SH
Direktur Eksekutif
Sholeh Ali, SH
Kadiv. Litigasi
Horas Siringo-ringo, SH
Kadiv. Non Litigasi
posted by KOMPAS @ 8:06 PM
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
24 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
25 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
Dengan hormat,
Inilah kali pertama dalam sejarah Federasi Serikat Pekerja
Mandiri (FSPM) sejak berdiri pada tahun 2000 menerima julukan
PETUALANG ketika memberikan dukungan solidaritas kepada
sesama buruh.
FSPM kami rintis dengan keringat dan darah!!!.
Diantara Serikat buruh tingkat nasional mungkin kami adalah
satu-satunya Serikat buruh yang tidak seperakpun menerima
kucuran dana dari lembaga-lembaga funding di tingkat nasional
atau international. Tidak dari pemerintah, Jamsostek, partai
politik apalagi dari pengusaha. TERMASUK DARI MAS
BAMBANG WISUDO!
Kami tetap dapat hidup, berkembang dan melayani anggotaanggota kami secara baik hanya melalui uang iuran anggota.
16.753 anggota kami yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara,
Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Bali sangat marah dan kecewa atas tindakan anda melakukan
sebuah gerakan yang berjudul Seruan Wartawan Kompas
dengan
menyebut
FSPM
adalah
petualang
yang
mendiskreditkan, merongrong dan memutar-balikan nilai-nilai
yang diemban kompas.
Ini adalah sebuah hinaan terhadap FSPM.
Anggota-anggota FSPM yang merupakan Pekerja sektor Hotel,
Restaurant, Catering, Plaza, Retail dan Pariwisata telah
menyatakan sikapnya untuk melakukan tindakan balasan atas
seruan yang anda gagas itu.
Wartawan tidak beda dengan Pekerja pariwisata. Tidak lebih dan
tidak kurang!
Kalau anda mengaku Pekerja kerah putih, kamipun demikian.
Namun kami tidak pernah menjilat dan menjual harga diri kami
sebagai manusia.
Wartawan dan Pekerja pariwisata adalah sama-sama buruh yang
mengharapkan upah bulanan dan perbaikan kesejahteraan.
Ketika ada Pekerja pariwisata ditindas semena-mena, kami
bergerak membelanya.
Ketika Pekerja Hotel Nikko yang dahulu bernama Hotel Presiden
di PHK sepihak, kami melakukan aksi unjuk rasa menentang
pemecatan tersebut.
4/2/2015 7:13 PM
26 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
Odie Hudiyanto
Sekretaris Umum
posted by KOMPAS @ 7:19 PM
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
27 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
4/2/2015 7:13 PM
28 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
activists and it was against the labor law. Once again I protested
bitterly to the decision and when I distributed leaflets to protest
the decision, I was sacked violently and was under detention of
the internal security for two hours and then I received illegal
dismissal letter signed by Kompas editor in chief, Suryopratomo.
Two months after the incident, neither Jakob Oetama as
president of the company or Suryopratomo ask forgiveness for
the violence and the illegal dismissal despite the pressure from
national or international communities.
***
PRESS worker union is quite a new phenomenon in Indonesia
although embryos of press trade union have been established
for quite a long time in some media companies. Despite there
are approximately 1.500 media companies in Indonesia, the
number of press worker unions in Indonesia are not more than
40. Most of them are not well organized, they do not collect
membership fee, and can not legally represent the workers
because the haven't registered to the Labour Force Department.
Just few of them have collective work agreement.
During New Order regime, there are some embryo of pres
worker unions known as Board of Employees, Dewan Karyawan.
It is pioneered by Tempo Magazine with the name of Tempo
Board of Employees. It was founded in 1978 with the main
objective was to create good working atmosphere in the
company. The organization was not concerned on welfare issues
but more focused on solving disputes between employees and
management. Board of Employees was copied by some media
companies, such as Jakarta Post, Gamma, and Gatra. Tempo
Board of Employees has just recently registered to the
Department of Labour Force.
Once Republika succeed in building its trade unions. The union
was founded in 2000 under the name of PT Abdi Bangsa Board
of Employees. They even succeed in negotiation collective work
agreement with the management. However not long after its
success the union leaders were forced to retreat, the union was
co-opted, and now it dont have strong bargain with the
management. Radio 68 H can be mentioned as one of the media
company that can live together its union.
Since its formation on 7 August 1994, Alliance of Independent
Journalists (AJI) have concerned in improving professionalism
and welfare of press workers as well as struggling for press
freedom. Welfare of press workers can be achieved gradually on
condition that there is solidarity among the workers as well as a
will to build a strong organization to represent the workers. To
educate and promote union culture among press worker, AJI
established Trade Union Division. Continually AJI campaign to
journalists and press workers to form worker unions in their
workplaces and train its member to become union activists. In
Jakarta, AJI encourage the unions to establish a city-level
networking.
The slow progress in developing press worker union in
Indonesia, as I mentioned before, partly because of journalists
in Indonesia tends to identify themselves mainly as
professionals, not as workers, even the majority of journalists in
Indonesia are low-paid. A recent study conducted by AJI Jakarta
shows that there are still some journalists in Jakarta only paid
Rp 250.000 (30 US Dollars) a month. That is far below the
standard of salary for journalists in Jakarta Rp 3.200.000 (355
US Dollars). Only few of media companies that provide minimum
salary Rp 3.200.000 for its journalists. Tempo Group can not
meet the standard. However Radio 68 H can meet the standard
because of its non profit orientation.
Why this such condition do not encourage Indonesian journalists
to establish press workers union in their company? Despite
demanding for better work condition to their management, most
4/2/2015 7:13 PM
29 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
26 comments
4/2/2015 7:13 PM
30 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
4/2/2015 7:13 PM
31 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
"Kalau cuma dua tiga orang mungkin pak Jakob masih mau
menemui," ujar Nugroho saat itu.
Tapi setelah dua pekan lewat, tak ada kabar sama sekali. Maka,
rapat Komite memutuskan untuk kembali bersilahturahmi ke
kediaman JO. (wia/E4)
posted by KOMPAS @ 2:25 AM
0 comments
4/2/2015 7:13 PM
32 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
4/2/2015 7:13 PM
33 of 33
http://kompasinside.blogspot.com/2007_02_01_archive.html
0 comments
0 comments
http://rpc.technorati.com/rpc/ping <
4/2/2015 7:13 PM