Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan,
beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan
radiasi ), (Smeltzer. 2001).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor
yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya tumor
tulang yang meliputi:
Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,
misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian
3
diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada
beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma,
antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam
terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM2 (Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat
mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.
Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat
radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien
penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak
dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun
jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma
(MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan
terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan
sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida
(Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar,
selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin
klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.
Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka
bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma
dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien
karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi
parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat
menimbulkan limfangiosrakoma.
2.1.3
Klasifikasi
Klasifikasi Neoplasma Tulang Berdasarkan Asal Sel
1. Primer
a. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : - Osteoid Osteoma
Ganas: - Osteosarkoma
- Osteoblastoma
- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
b. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak : - Kondroblastoma
Ganas : - Kondrosarkoma
- Kondromiksoid Fibroma
- Enkondroma
- Osteokondroma
c. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
d. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : - Multiple Myeloma
- Sarkoma Ewing
- Sarkoma Sel Retikulum
e. Tumor lain-lain
Jinak : - Giant cell tumor
Ganas : - Adamantinoma
- Kordoma
2. Sekunder/Metastatik
3. Neoplasma Simulating Lesions
- Simple bone cyst
- Fibrous dysplasia
- Eosinophilic granuloma
- Brown tumor/hyperparathyroidism
Klasifikasi menurut TNM
T. Tumor induk
TX tumor tidak dapat dicapai
T0 tidak ditemukan tumor primer
T1 tumor terbatas dalam periost
T2 tumor menembus periost
T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang
N Kelenjar limf regional
6
2.1.4
PATOFISOLOGI
Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain :
1) Perluasan secara langsung
2) Mengikuti aliran darah balik vena
3) Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe.
Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapilerkapiler pada tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan
membentuk emboli di kapiler tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel
kanker akan mulai berkembang.
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan
tulang yang hebat. Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi
osteoclast seperti prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor
pertumbuhan seperti ( TGF ) dan , Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan pula.
Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut osteolitik. Proses ini terjadi
pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.
Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat
menyebabkan pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik
atau osteosklerotik. Contoh proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate.
Kedua jenis kelainan ini dapat menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan
tulang yang normal sehingga menjadi lebih mudah patah.
Pathway
2.1.5
MANIFESTASI KLINIS
a. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena
b. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise. (Smeltzer., 2001)
2.1.6
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi,
eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
4. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya skip lesion, ( Rasjad. 2003).
2.1.7
KOMPLIKASI
1. Akibat langsung : patah tulang
2. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh
3. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.
2.1.8
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal
dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
9
11
d. Hasil laboratorium/radiologi
1. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.
2. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek tulang.
3. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.
2.2.2
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke
jaringan sekitanya, perdarahan dan degenerasi.
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan peningkatan kebutuhan yang berlebihan.
3. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit.
4. Gangguan citra diri b.d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang
disebabkan oleh penyakit atau terapi.
2.2.3
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke
jaringan sekitanya, perdarahan dan degenerasi.
Tujuan
: Nyeri terkontrol
Kriteria hasil
:
a.Ekspresi wajah rileks.
b.
Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktifitas
hiburan.
Intervensi :
a.Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas
(skala 0-10), tindakan penghilangan yang digunakan.
Rasional :
Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan
intervensi. Catatan : Pengalaman nyeri adalah individual yang digabungkan
dengan baik respons fisik dan emosional. (Doenges, 1999).
b.
Evaluasi/sadari terapi tertentu misalnya pembedahan, radiasi, kemoterapi,
bioterapi. Anjarkan pasien/orang terdekat apa yang diharapkan.
Rasional :
Ketidaknyaman rentang luas adalah umum (misalnya nyeri insisi, kulit terbakar,
nyeri punggung bawah, sakit kepala) tergantung pada prosedur/agen yang
digunakan. (Doenges, 1999)
c.Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi) dan aktifitas hiburan
(misalnya menonton televisi).
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
(Doenges, 1999).
12
d.
13
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000).
2.2.5
EVALUASI KEPERAWATAN
Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien tumor dan keganasan
pada system muskuloskletal adalah:
1. Nyeri berkurang atau terjadi perbaikan tingkat kenyamanan
2. Terpenuhinya nutrisi yang adekuat.
3. Berkurang atau hilangnya tingkat kecemasan
4. Mengalami perbaikan citra diri
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat
dan pertimbangannya tidak terkendali. Kanker dapat berasal dari dalam tulang juga timbul
dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan dengan epiphipisis atau dari
unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer.
2001).
1)
2)
3)
4)
Diagnisa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Ca. Tulang
adalah:
Gangguan rasa nyaman: yeri b.d ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke
jaringan sekitanya, perdarahan dan degenerasi,
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan peningkatan kebutuhan yang
berlebihan.
Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit.
Gangguan citra diri b.d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang
disebabkan oleh penyakit atau terapi.
3.2 SARAN
1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam berbagai ilmu
pada proses pembelajaran.
2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca
tulang.
3. Bagi pembaca semua, diharapkan mampu menambah wawasan kita semua tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan ca tulang.
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi .jakarta: EGC
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran
EGC. Jakarta.
Arif Muttaqin, S.Kep. (2005). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Otto, Shirley E. 2005. Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Agusnovi. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Tulang. Diunduh dari
http://www.agusnofi.mhs.unimus.ac.id/files/2012/12/tik-agus.pdf pada tanggal 19 Maret 2015.
18