Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan UU.23 tahun 1992 (pasal 19) dijelaskan bahwa manusia lansia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.
Beberapa alasan timbulnya perhatian kepada lanjut usia, meliputi :
1. Pensiun-pensiunan dan masalah-masalahnya
2. Kematian mendadak karena penyakit jantung dan stroke
3. Meningkatkan jumlah lanjut usia
4. Pemerataan pelayanan kesehatan
5. Kewajiban Pemerintah terhadap orang cacat dan jompo
6. Perkembangan ilmu :
a. Gerontologi
b. Geriatri
7. Program PBB
8. Konferensi Internasional di WINA tahun 1983.
9. Kurangnya jumlah tempat tidur rumah sakit
10. Mahal obat-obatan
11. Tahun Lanjut Usia Internasional 1 Oktober 1999
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, penting bagi kita untuk mengetahui lebih lanjut
hal-hal yang berkaitan dengan asuhan keperawatan yang perlu diberikan pada lansia yang di
bahas pada bab selanjutnya. Hal ini penting karena agar lansia dapat hidup secara produktif dan
dapat memberikan asuhan secara tepat pada lansia sesuai dengan asuhan yang diperlukannya.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dasar bagi lansia.
2. Untuk mengetahui pendekatan keperawatan lansia.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANJUT USIA
A. KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR BAGI LANJUT USIA
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan bantuan,
bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu
maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang
di berikan perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota
keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah
atau panti. (Depkes, 1993 1b).
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia,
apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal
hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang sesuai dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama
sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit
berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3. Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
4. Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.
Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya dekubitus,
yakni :
1. Status gizi
2. Anemia
3. Adanya hipoalbunemia
4. Adanya penyakit-penyakit neurologik
5. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6. Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni :
1. Kurang kebersihan tempat tidur
2. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
3. Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan
a.
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
b.
Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama
tentang hal-hal yang berhubunga dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya. kebersihan perorangan (personal hygiene) sanga penting dalam usaha mencegah
timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila keberihan kurang mendapat
perhatian.
2.
Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan adukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhaadap segala sesuatu
yang asing, sebagai penamung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip Triple S, yaitu sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung
mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua dan
bahagia.
3.
Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame klien
lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan suatu
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalh mahluk social yang membutuhkan
orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia
dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton film, atau
hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton tv,
mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam
proses penyembuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
4.
Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian,
DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut
semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti tidakpastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit / penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan untuk tidak
kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan sekitarnya.
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan
jalan perawatan dan pencegahan.
3.
Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangathidup klien lanjut
usia (Life Support ).
4.
Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit / mengalami gangguan
tertentu ( kronis maupun akut ).
5. Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertent.
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit /
gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (Memelihara kemandirian secara maksimal ).
D. FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Oencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental.
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek :
a. Fisik
Wawancara
Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat.
Sosial ekonomi
d. Spiritual
Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya
pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
PENGKAJIAN DASAR
1. Temperatur
Mungkn serendah 95 F(hipotermi) 35C.
Lebih teliti di periksa di sublingual.
2.
Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri.
Hipotensi akibat posisi tubuh.
5. Berat badan perlahan lahan hilang pada tahun-tahun terakhir.
6. Tingkat orientasi.
7. Memori (ingatan).
8. Pola tidur.
9. Penyesuaian psikososial.
Sistem persyarafan
1. Kesemetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang mnjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
Sistem Genitourinarius
1. Warna dan bau urine
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk BAK )
3. Frekwensi, tekanan, desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksualitas
Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks
Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual
Sistem Kulit / Integumen
1. Kulit
Temperatur, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
Perubahan pigmen
2. Adanya jaringan parut
3. Keadaan kuku
4. Keadaan rambut
5. Adanya gangguan-gangguan umum
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilkan tendo
Ketidakadekuatannya gerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan / peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan
3. Gerakan sendi
4. paralisis
5. kifosis
Psikososial
1.
2.
3.
4.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Fisik / Biologi
Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan yang tidak adekuat.
Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan sehubungan dengan hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan.
Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas atau adanya sekret
pada jalan nafas.
b. Psikososial
Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan pendapat
secara tepat.
Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c.
Spiritual
Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.
Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi
kematian.
lain :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peningkatan keamanan dan keselamatan.
Memelihara kebersihan diri.
Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin
Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia :
1.
Kalori pada lansia : laki-laki = 2.100 Kal sedangkan perempuan : 1.700 kalori. Dapat
dimodivikasi tergantung keadaan lansia. Misalnya gemuk / kurus atau disertai penyakit demam.
2. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
3. Lemak, tidak dianjukan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit. 15%20% dari total kalori yang dibutuhkan.
4. Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20%-25% dari total kalori yang dibutuhkan.
5. Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
6. Air, 6-8 gelas perhari.
Rencana makanan untuk lansia :
1.
2.
3.
4.
5.
1. Klien (lansia)
Biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik latih klien untuk menggunakan alat bantu
berjalan.
Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang mrnggunakan obat penenang / deuretik.
Meggunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan sesuatu.
Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
2. Lingkungan
Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkaui.
digunakannya.
Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
Pasang pegangan dikamar mandi / WC
Hindari lampu yang redup / menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan mata sesaat.
skin lotion
Mengingatkan lansia untuk membersihkan telinga, mata, dan gunting kuku
4. Memberikan kesempatan pada lansia untuk menekspresikan atau tanggap terhadap respond an
verbal lansia
5. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia
6. Menghargai pendapat lansia
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Meliputi :
Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
Sediakan cukup penerangan
Perubahan lingkungan
Jam
Saling mengunjungi
Berikan perawatan sirkulasi
Ubah posisi
Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama perpindahan
Latihan batuk
Hati hati dengan terapi O2, cek terjdinya CO2 narkosis, yang biasanya ditandai dengan :
-
Gelisah
Keringat berlebihan
Gangguan pengelihatan
Kejang otot
Cukup cairan
Berikan laksatif atau supositorial , jika hal hal diatas tak efektif
Berikan perawatan genitorinaria
Cegah ankontinensia
Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk BAK tiap 2 jam
Seksualitas
Mandi
Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2x seminggu untuk
mencegah kekeringan kulit
Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk menambah kesehatan kulit
Potong kuku kaki jika tidak ada kontra indikasi, missal : ada jamur dikuku atau adanya
gangguan medic atau bedah
Berikan perawatan muskuluskeletal
Lakukan latihan aktif dan pasif misalnya waktu istirahat atau pada waktu waktu tertentu
Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk memandirikan klien contohnya
membiarkan klien duduk tanpa dibantu
Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar tercipta suasana
normal
Fasilitas pembicaraan
Pertahankan sentuhan yang merupakan suatu alat yang sangat berguna dalam menetapkan atau
memelihara kepercayaan.
Usahakan ada pagar tempat tidur jika tempat tidur dalam posisi tinggi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Fokus asuhan keperawatan lanjut usia terdiri dari :
Peningkatan kesehatan (health promotion)
Oencegahan penyakit (preventif)
Mengoptimalkan fungsi mental.
Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.
2. Konsep asuhan keperawatan, yaitu :
Pengkajian
Tujuan :
Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar,
antara lain :
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Peningkatan keamanan dan keselaamatan.
Memelihara kebersihan diri.
Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat kelompok sampaikan bagi pembaca khususnya mahasiswa/i
Jurusan Keperawatan Singkawang, hendaknya memberikan asuhan keperawatan lansia dengan
benar dan tepat sehingga dapat sesuai dengan evaluasi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC