Professional Documents
Culture Documents
Insisi Vertikal
Insisi Transversal dan oblique
Insisi Abdominothoracic
Insisi Retroperitoneal dan ekstraperitoneal
a. Insisi Vertikal
Insisi vertikal memiliki 3 subtipe, yaitu:
1. Insisi Midline
Insisi midline mengisyaratkan insisi vertikal melalui kulit, lemak
subkutan, linea alba dan peritoneum. Sebagian besar serat melintasi
linea alba pada arah medio caudal dan medio proksimal dipotong
melintang. Sayatan ini mudah untuk dilakukan dan mengakibatkan
kehilangan darah yang minimal karena sifat linea alba yang avaskular.
Sayatan dapat dibuat secara cepat, rata-rata 7 menit. Terlebih lagi, perut
terpapar sangat baik. Jika diperlukan, ekstensi dapat dengan mudah
dibuat superior atau inferior, menyediakan akses ke seluruh rongga
perut termasuk retroperineum. Keunggulan ini membuat insisi midline
sesuai untuk bedah eksplorasi dan emergensi.
2. Insisi Paramedian
Alternatif dari insisi midline. Dengan teknik ini, linea alba yang relatif
avaskular dihindari, sehingga dapat mencegah gangguan penyembuhan
luka. Ada 2 variasi yang digunakan : insisi paramedian medial
konvensional, dimana selubung dan otot rektus di insisi didekat linea
alba dan teknik paramedian lateral. Pada insisi paramedian lateral, insisi
dilakukan pada batas lateral selubung rektus. Muskulus rektus
dibebaskan dari selubung anterior dan ditarik kearah lateral. Retraksi
b. Insisi Transversal
sehingga kerusakan minimal. Insisi ini juga membagi 3 lapis otot abdomen
sejajar dengan arah seratnya. Waktu untuk melakukan insisi dan hilangnya
darah sebanding dengan insisi transversal.
insisi Pfannenstiel
d. Insisi Abdominothoracic
Sayatan thoracoabdominal memberikan paparan yang sangat baik dengan
mengubah ruang peritoneal dan pleura menjadi satu rongga umum. Sayatan
thoracoabdominal kiri sangat berguna untuk akses ke hemidiafragma kiri,
gastroesophageal junction, kardia lambung dan perut, pankreas distal dan
limpa, ginjal kiri dan kelenjar adrenal, dan aorta. Sayatan thoracoabdominal
benar digunakan secara efektif untuk operasi pada hemidiafragma kanan,
esofagus atas, hati, triad hati, vena cava inferior, ginjal kanan dan kelenjar
adrenal, dan pankreas proksimal. Ketika operasi dengan aman dapat
dilakukan melalui sayatan perut, ini adalah lebih baik, karena morbiditas
meningkat dengan pembukaan dua rongga. Beberapa komplikasi anatomi
lebih umum ditemui harus dihindari termasuk cedera limpa dan cedera saraf
frenikus dengan disfungsi diafragma berikutnya.
Pasien ditempatkan dalam "pembuka botol" posisi di meja operasi untuk
akses maksimal ke kedua perut dan rongga dada. Perut dimiringkan sekitar
45 derajat dari horisontal dengan menggunakan karung pasir, dan dada yang
dipelintir menjadi lateral posisi penuh. Bagian perut sayatan dapat terdiri
dari garis tengah atau sayatan paramedian atas, yang memungkinkan
eksplorasi awal dari perut. Pada pasien dengan kanker esofagus bagian
untuk
melanjutkan
sepanjang
garis
sela
kedelapan,
kejadian hernia insisional 14% pada insisi midline dan 1% pada insisi transversal (P
< 0.05). 2 dari 3 studi retrospektif menunjukkan hasil yang sama namun gagal untuk
mencapai hasil yang signifikan.
Perbandingan insisi midline dan oblikus dilakukan pada 2 studi. Pada
percobaan acak oleh Garcia Valdecasas, dkk tidak ditemukan perbedaan bermakna.
Sebuah studi retrospektif oleh Blomstedt, dkk melaporkan bahwa 14% hernia
terjadi pada insisi midline dan 4% pada insisi oblik (P < 0.01).
3 percobaan klinis prospektif acak membandingkan insisi paramedian lateral
dengan midline dan tidak menemukan adanya hernia insisional pada insisi
paramedian lateral. Perbandingan dengan midline signifikan pada ketiga percobaan
tersebut. Hasil rendahnya hernia insisional pada insisi paramedian lateral juga
dilaporkan oleh Donaldson, dkk pada percobaan retrospektif besar. Sebuah studi
acak dan sebuah studi retrospektif tidak mendapatkan perbedaan yang signifikan,
namun pada keduanya digunakan insisi paramedian medial konvensional. Teknik
lateral terbukti superior pada 2 percobaan acak.
Insisi paramedian dibandingkan dengan insisi transversal pada sebuah
percobaan acak dan dengan insisi oblik pada sebuah studi retrospektif. Tidak ada
studi yang melaporkan perbedaan statistik, namun yang digunakan adalah
paramedian konvensional, bukan paramedian lateral.
Diskusi
Insisi midline secara umum lebih disukai oleh para dokter bedah karena
mudah, cepat dan memberi pajanan yang sangat baik. Namun, seperti yang telah
dibahas pada laporan ini, insisi midline berhubungan dengan peningkatan nyeri
pasca bedah dibandingkan insisi transversal atau oblik. Kejadian hernia insisional
pun lebih tinggi pada insisi midline, dibandingkan paramedian lateral, oblik atau
transversal.
Setelah laparotomi, insidensi hernia insisional berkisar antara 2 19%. Di
Belanda, negara dengan 16 juta penduduk, sekitar 125.000 laparotomi dikerjakan
setiap tahun, yang berarti munculnya 12.500 pasien dengan hernia insisional baru
setiap tahun. Hal ini berpengaruh secara individual dan sosial. Pasien menderita
nyeri, tidak nyaman dan pada kasus terburuk inkarserata yang dapat mematikan dan
membutuhkan pembedahan segera. Hilangnya produktivitas, dampak terhadap
kapasitas rumah sakit dan finansial perlu dipertimbangkan. Hasil dari herniorepair
mengecewakan dengan kekambuhan 43% setelah perbaikan dengan jahitan dan
24% dengan MESH. Oleh karena itu, pencegahan hernia insisional diperlukan.
Ada penjelasan mengenai tingginya kejadian hernia insisional setelah
laparotomi dengan insisi midline. Pertama, kontraksi otot dinding abdomen menarik
luka ke arah lateral. Kedua, sifat avaskular pada insisi midline mengganggu
penyembuhan luka. Ketiga, serabut linea alba yang berlanjut dengan aponeurosis
otot dinding perut melewati garis tengah dengan arah transversal atau oblik.
Artinya, insisi vertikal memotong tegak lurus serabut-serabut tersebut.
Insisi transversal menjadi populer sejak awal abad ini. Teknik ini
dipopulerkan oleh Maylard, Pfannenstiel, Rees dan Thompson. Hal ini disebabkan
oleh berkurangnya komplikasi luka pasca bedah sesuai dengan sifat anatomi dan
fisiologi dari insisi, dibandingkan insisi vertikal. Ketika insisi transversal
digunakan, garis lipatan Langer mengikuti, begitu juga arah serabut otot onlik dan
transversal, saraf dan pembuluh darah segmental. Dengan demikian, diseksi
pembuluh darah dan saraf menjadi minimal. Hal ini dapat menjelaskan kurangnya
nyeri pasca beda. Lebih lanjut, kontraksi otot dinding abdomen (batuk, muntah)
tidak meningkatkan tekanan pada luka, karena tekanan sejajar dengan luka
transversal. Tidak seperti luka insisi midline, luka insisi transversal juga terjadi pada