Professional Documents
Culture Documents
tahun 1980-an di seluruh negara barat. Pada tahun 2002 mencapai 26,1%, angkatertinggi yang
pernah tercatat di Amerika Serikat.
Di Indonesia angka persalinan dengan seksio sesaria di 12 Rumah Sakit Pendidikan berkisar
antara 2,1%-11,8%. Di RS Sanglah Denpasar insiden seksio sesaria selama sepuluh tahun (19841994) 8,06%-20,23%; rata-rata pertahun 13,6%, sedangkan tahun 1994-1996 angkakejadian
seksio sesaria 17,99% dan angka kejadian persalinan bekas seksio 18,40%.
2. Pengertian, Indikasi, dan Kontraindikasi Sectio Caesarea
a. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengansyarat dinding dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Wikjosastro, 2000). Sementara menurut(Bobak et al, 2004). Sectio Caesarea
merupakan kelahiran bayi melalui insisi transabdominal. Menurut (Mochtar, 1998) Sectio
Caesarea adalah suatu cara melahirkan janindengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vagina atau Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dalam rahim.
b. Indikasi
1. Faktor janin
a. Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari
jalan lahir, umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan (macrosomia) karena ibu menderita
diabetes mellitus. Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan
janinnya.
b. Kelainan letak janin
Ada 2 kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak lintang. Letak sungsang
yaitu letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.Panggul janin merupakan kutub bawah.
Sedangkan letak lintang terjadi bila sumbumemanjang ibu membentuk sudut tegak lurus dengan
sumbu memanjang janin.Oleh karena seringkali bahu terletak diatas PAP (Pintu Atas Panggul),
malposisi ini disebut juga prensentasi bahu.
c. Gawat janin (fetal disstres)
Keadaan janin yang gawat pada tahap persalinan, memungkinkan untuk segera dilakukannya
operasi. Apabila ditambah dengan kondisi ibu yang kurangmenguntungkan. Janin pada saat
belum lahir mendapat oksigen (O2) dari ibunyamelalui ari-ari dan tali pusat. Apabila terjadi
gangguan pada ari-ari (akibat ibumenderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim), serta pada
tali pusat (akibat talipusat terjepit antara tubuh bayi), maka suplai oksigen (O2) yang disalurkan
ke bayi akan berkurang pula. Akibatnya janin mengalami hipoksia. Kondisi ini dapat
menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim.
Apabila proses persalinan sulit dilakukan melalui vagina maka bedah casarea merupakan jalan
keluar satu-satunya.
d. Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal, kerusakan genetik, dan hidrosepalus (kepala besar karena otak berisi
cairan), dapat menyababkan memutuskan dilakukan tindakan operasi.
e. Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang dapat menyebabkan keadaan gawatdarurat pada ibu atau
janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi yaitu, plasenta previa (plasenta
menutupi jalan lahir), solutio plasenta (plasenta lepas), plasenta accrete (plasenta menempel kuat
pada dinding uterus), dan vasa previa (kelainan perkembangan plasenta).
f. Kelainan tali pusat
Berikut ini ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu prolapses talipusat (tali pusat
menumbung), dan terlilit tali pusat. Prolapsus
tali pusat (tali pusatmenumbung) adalah keadaan penyembuhan sebagian atau seluruh tali pusat
beradadi depan atau di samping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di jalanlahir
sebelum bayi. Terlilit tali pusat atau terpelintir menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke janin
tidak lancar. Jadi, posisi janin tidak dapat masuk ke jalan lahir, sehingga mengganggu persalinan.
g. Bayi kembar (multiple pregnancy)
Tidak selamanya bayi kembar dilakukan secara Caesarea. Kelahiran kembar memiliki resiko
terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Bayi kembar dapat mengalami
sungsang atau letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan melalui persalinan alami. Hal ini
diakibatkan, janin kembar dancairan ketuban yang berlebihan membuat janin mengalami
kelainan letak. Oleh karena itu, pada kelahiran kembar dianjurkan dilahirkan di rumah sakit
karena kemungkinan sewaktu-waktu dapat dilakukan tindakan operasi.
2. Faktor Ibu
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya pada usia sekitar 35 tahun memiliki resiko
melahirkan dengan operasi. Apalagi perempuan dengan usia 40tahun ke atas. Pada usia ini,
biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko,misalnya tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, diabetes mellitus, pre- eklamsia dan eklamsia.
b. Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul
sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan.
c. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir.
d. Kelainan kontraksi rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak
elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala
bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar
e. Ketuban pecah dini
Kondisi ini membuat air ketuba merembes keluar sehingga tersisa sedikit atau habis sehingga
tidak adanya pelumas untuk jalan lahir. Keadaan ini juga dapat memicu terjadinya gawat janin
(fetal distress).
f. Rasa takut kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit,
yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat dan
menggigit. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru melahirkan merasa
ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak
tahan melahirkan dengan sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses
persalinan alami yang berlangsung.
c. Kontraindikasi
Kontraindikasi yang perlu diperhatikan dalam sebelum dilakukan operasi section caesarea antara
lain:
-
Janin mati atau berada dalam keadaan kritis kemungkinan hidup relative kecil, dalam
ekstrapritoneal.
Adanya gangguan mekanisme pembekuan darah ibu, persalina pervaginam lebih
perlekatan.
Adapun
kerugiannya
adalah
terdapat
kesulitan
secara umum. Keuntungan dilakukannya anestesi general pada section caesarea adalah induksi
yang lebih cepat, hemodinamik yang lebih stabil, jalan napasa bebas dan ventilasi dapat
dikontrol. Namun karena sifatnya yang sistemik, general anestesi juga mempengaruhi keadaan
janin dalam kandungan, sehingga terdapat bukti bahwa anestesi umum berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan resusitasi neonates. Oleh karena itu anestesi ini jarang dilakukan pada
bedah section caesarea.
3. Komplikasi dan Penyulit Sectio Caesarea
Komplikasi yang dapat timbul akibat section caesarea antara lain:
a. Perdarahan
Rata-rata darah yang hilang akibat section caesarea dua kali lipat lebih banyak daripada
kelahiran pervaginam. Perdarahan masa nifas post seksio sesarea didefenisikan sebagai
kehilangan darah lebihdari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai
homeostatis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atoni uteri.
b. Infeksi puerperal (Nifas)
Infeksi post partum terjadi apabila sebelum pembedahann sudah ada gejala-gejala terhadap
kelainan tersebut. Infeksi dapat bersifat ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja, atau
yang lebih berat dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung, sepsis, dan ileus paralitik.
c. Tromboemboli atau emboli pulmonal
Tromboemboli atau emboli pulmonal dapat disebabkan karena penderita dengan insisi abdomen
kurang dapat mobilisasi dibandingkan dengan kelahiran pervaginam.
d. Perlukaan pada vesica urinaria
Karena posisi anatomis vesical urinaria yang berdekatan dengan uterus, tidak jarang terjadi
perlukaan saat melakukan insisi pada uterus.
e. Kemungkinan rupture uteri siontanea pada kehamilan mendatang
f. Penyulit diabetes mellitus
g. Penyulit hipertensi kehamilan
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD. 2010. Williams
obstetric. 23rd ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Mochtar, R., 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi 3 Cetakan II. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Winknjosastro, H. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.