You are on page 1of 5

Perawatan Atraumatik Pada Anak

A. Definisi perawatan atraumatik pada anak


Menurut Hidayat (2005), atraumatik care adalah perawatan yang tidak
menimbulkan adanya trauma pada anak maupun keluarga. Perawatan tersebut difokuskan
dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam keperawatan anak.
Perhatian khusus kepada anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang,
sangat penting karena masa anak merupakan proses menuju kematangan. Dengan
demikian, atraumatik care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan kepada
anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan
yang diberikan seperti memperhatikan dampak tindakan yang deiberikan dengan melihat
prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma
(Hidayat, 2005).
Menurut (Whaley dan Wong 1995) dalam Wong (2005) atraumatic care
merupakan sebagai ketetapan dan kepedulian dari tim pelayanan kesehatan melalui
intervensi yang meminimalkan atau meniadakan stressor yang dialami oleh anak dan
keluarga di rumah sakit baik fisik maupun psikis. Perawatan atraumatik juga disebut
dengan perawatan yang terapeutik yang meliputi pada pencegahan trauma, hasil
diagnose, dan mengurangi dampak kondisi-kondisi yang akut maupun kronis. Dan
Wiggins (1994) dalam (Wong, 2005) mengungkapkan bahwa stressor lingkungan yang
sering dialami oleh anak adalah lingkungan rumah sakit yang tidak nyaman bagi mereka
yang mengakibatkan anak stress selama dirawat dirumah sakit.
B. Prinsip perawatan atraumatik pada anak
Pada umumnya anak yang dirawat di rumah sakit akan timbul rasa takut baik pada
dokter maupun perawat, apalagi jika anak telah mempunyai pengalaman mendapatkan
imunisasi. Dalam bayangannya, perawat atau dokter akan menyakiti dan menyuntik.
Selain itu anak juga merasa terganggu hubungannya dengan orang tua dan saudaranya.
Lingkungan di rumah tentu berbeda bentuk dan suasananya dengan ruang perawatan.
Rekasi pertama selain ketakutan, tidak mau makan dan minum bahkan menangis. Untuk
mengatasi masalah tersebut adalah memberikan perawatan atraumatik. Ada beberapa
prinsip
perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh perawat anak (Hidayat,
2005).
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan psikologis
seprti kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih saying , gangguan ini akan
menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Bila anak dirawat di rumah sakit dan selama itu tidak boleh
berhubungan dengan orang tuanya, maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan

mengakibatkan anak cenderung emosi saat kembali pada keluarganya. Pada


umumnya anak bereaksi negative waktu pulang ke rumah (Mc. Ghie, 1996) dalam
Juli (2008). Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran bersifat
dukungan moril seperti kasih saying, perhatian, rasa aman, dan dukungan materil
berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Jika dukungan
tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk penyembuhan sangat berkurang.
Untuk mencegah atau meminimalkan damapak perpisahan dari keluarga dapat
dilakukan dengan cara melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam
(roomin in), jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk
melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka dan
mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, diantaranya dnegan memfasilitasi
pertemanan dengan guru, teman sekolah dan lain-lain (Supartini, 2004)
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak
Melalui peningkatan control orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu
dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas seharihari, selalu bersikap waspada dlam segala hal. Erta pendidikan terhadap kemampuan
dan keterampilan oaring tua dalam mengawasai perawatan anak. Dan fokuskan
intervensi keprawatan pada upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara
meberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua.
3. Mencegah atau mengurnagi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan
anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi
dapat dikurangi melaui berbagai teknik misalnya, distraksi, relaksasi, imaginary.
Apabila tindakan pemcegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan
berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dilakukan
dengan cara mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur
yang menibulkan rasa nyeri, yairut dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan
menberikan dukungan psikologis pada orang tua. Laukan permainan terlebih dahulu
sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya dengan bercerita yang berkaitan
dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan pada anak.
Aktivitas bermain dilakukan perawat pada anak akan memberikan keuntungan
seperti meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga dan perawat dank
lien, aktivitas bermain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak,
dan bisa mengekspresikan perasaan anak. Pertimbangkan untuk menghadirkan orang
tua pada saat dilakukan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka
tidak dapat menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini,

tawarkan pada anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada perawat sebagai
pendamping anak.
Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut
akibat prosedur yang menyakitkan. Pada tindakan pembedahan elektif, lakukan
persiapan khusus jauh hari sebelumnya apabila memungkinkan. Misalnya, dengan
mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan dan lain-lain.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Secara umum kekerasan di definisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan
oleh individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan psikis.
Kekerasan pada anak adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau individu pada
mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan kondisi fisik dan
psikis terganggu (Sugiarno, 2007).
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti
dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh
kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan
demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak seperti melakukan tindakan keperawatan yang berulangulang (dalam pemasangan IVFD).
5. Modifikasi lingkungan fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga
anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya. Modifikasi ruang
perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan ruangan
tersebut memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya
gambar dinding berupa gambar binatang, bunga, tirai, dan sprei serta sarung bantal
yang berwarnan dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna, serta
tangga yang pengangannya berwarna ceria.
Wong (2005) mengungkapkan ada 3 prinsip perawatan atraumatik yang harus
dimiliki oleh tim kesehatan dalam merawat pasien anak yaitu diantaranya adalah
mencegah atau meminimalkan stressor fisik dan psikis yang meliputi prosedur yang
menyakitkan seperti suntikan, kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur yang tidak
nyaman, pengekangan , suara bising, bau yang tidak sedap dan lain-lain, mencegah
dampak perpisahan orang tua dan anggota keluarga yang lain, bersikap empati kepada
keluarga dan anak yang sedang dirawat serta memberikan pendidikan kesehatan
tentang kondisi sakit yang dialami anak.

Daftar Pustaka

Kurniawati, S. (2009). Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada


anak

di

ruang

III

RSU

Dr.

Pirngadi

Medan

diunduh

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14261/1/09E01053.pdf

melalui
pada

tanggal 13 november 2014.


Nursalam, dkk. (2004). Asuhan keperawatan bayi dan anak, Salemba Medika, Jakarta
Supartini, Y. (2004). Konsep dasar keperawatan anak, EGC, Jakarta
Wong, D. L. (2003), Pedoman klinis keperawatan pediatric, EGC, Jakarta

You might also like