Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Autisme merupakan gangguan pervasive yang mencakup gangguan dalam
komunikasi, interaksi sosial, dan emosi. Diet GFCF adalah diet yang dilakukan
dengan menghilangkan sumber bahan makanan/minuman yang mengandung
kasein dan gluten. Penerapan diet GFCF akan memberikan hasil yang maksimal
apabila dilakukan sesuai dengan aturannya, secara konsisten, serta dibarengi oleh
pengawasan yang ketat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepatuhan
orang tua dalam menerapkan diet GFCF. Desain penelitian adalah deskriptif
kuantitatif, jumlah responden 40 orang tua di Yayasan Pelita Hafizh dan SLBN
Cileunyi Bandung. Variabel dalam penelitian ini adalah kepatuhan orang tua
dalam menerapkan diet GFCF. Analisis univariat menunjukkan hanya sebagian
kecil responden (15%) yang patuh dalam menerapkan diet GFCF. Saran pada
penelitian ini adalah perlu dikembangkannya penelitian mengenai pengaruh dari
diet GFCF terhadap perkembangan anak autisme sebagai salah satu intervensi
yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Kata kunci : Autisme, Kepatuhan Orang tua, Diet GFCF
ABSTRACT
Autism is a pervasive disorder that involves disturbance in verbal and non verbal
communication, social interaction and emotional behavior. GFCF diet is a diet
that is done by removing any material source of food/drink which contains
protein casein and gluten. The application of GFCF diet will give a maximal
result if it is done according to rules, consistently, and strictly. This research is
conducted to identify the parents compliance of diet GFCF. With descriptive
design, this research involves 40 respondent of parents in Yayasan Pelita Hafizh
dan SLBN Cileunyi Bandung. Variabels of this research is parents compliance of
diet GFCF. Univariat analysis indicates that most of respondents (85%) are not
compliance in applying GFCF diet. Suggestion of this research is that it is
important to develop a research about influences of GFCF diet for autism child
development as one of the interventions provided by health professionals.
Keywords : Autisme, Compliance of Parent, Diet GFCF
PENDAHULUAN
Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
ditandai adanya gangguan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Gangguan perkembangan pada fungsi otak yang kompleks ini
disertai dengan kurangnya intelektual dan perilaku dalam rentang dan keparahan
yang luas (Wong, 2009).
Autisme dapat terjadi pada seluruh anak dari berbagai tingkat sosial dan
kultur. Hasil survei yang diambil dari beberapa negara menunjukkan bahwa 2-4
anak per 10.000 anak berpeluang menyandang autime dengan rasio 3 : 1 untuk
anak laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, anak laki-laki lebih rentan
menyandang autisme dibandingkan anak perempuan (Wijayakusuma, 2004).
Di Indonesia hingga kini belum ada data resmi berapa jumlah penyandang
autisme. Sumber yang penulis dapatkan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
tercatat ada sekitar 559 anak autisme tersebar di seluruh SLB yang ada di Provinsi
Jawa Barat, dengan jumlah tertinggi anak autisme terdapat di kota Bandung yaitu
126 orang. Badan pusat statistik kota Bandung tahun 2010 mencatat komposisi
penduduk untuk usia 0-14 tahun yaitu 600.414 orang. Bila dihitung dari
perbandingan jumlah tersebut, maka didapatkan angka kejadian autis pada anak
usia 0-14 tahun di kota Bandung sekitar 0,02 % dengan perbandingan 1 : 4765
anak.
Dengan adanya metode diagnosis yang makin berkembang hampir berbagai
jenis terapi telah dilakukan untuk mengembangkan kemampuan anak autisme agar
dapat hidup mendekati normal. Dengan terapi dini, terpadu, dan intensif gejala
Amilia Destiani Sofia
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang
Email : pianers@ymail.com
gejala autisme dapat dihilangkan sehingga anak bisa bergaul secara normal,
tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat, berkarya bahkan membina keluarga. Jika
anak autisme tidak atau terlambat mendapat intervensi hingga dewasa, maka gejala
autisme bisa menjadi semakin parah, bahkan tidak tertanggulangi. Melalui
beberapa terapi anak autisme akan mengalami kemajuan seperti anak normal
lainnya (Danuatmaja, 2003). Salah satu jenis terapi untuk anak autisme adalah
melalui makanan atau yang disebut dengan terapi diet. Dari beberapa jenis diet
untuk anak autisme, diet yang umum dilakukan adalah Diet Gluten Free Casein
Free (GFCF). Pada umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan kasein,
yang berarti menghindari makanan dan minuman yang mengandung gluten dan
kasein.
Reichelt (1970), dalam penelitiannya menemukan kandungan peptida yang
tidak normal dalam urine penderita autisme. Sebagian besar dari peptida yang
terkandung dalam urine tersebut terbentuk karena penderita mengonsumsi gluten
atau kasein, atau keduanya. Gluten adalah protein yang terkandung dalam gandum,
sedangkan kasein adalah protein yang ditemukan di semua susu hewan dan produkproduk olahannya. Bagian yang tidak dapat terpisah dari peptida, yang disebut
beta-casomorphin dan gliadinomorphin, adalah zat yang mirip dengan opioid. Zat
ini memiliki efek sama seperti heroin atau morfin dan akan menimbulkan gejala
sama seperti pecandu heroin. Maka dari penelitian tersebut disimpulkan anak-anak
dan orang dewasa yang urinenya banyak mengandung peptida dari gluten dan
kasein kondisinya hanya akan membaik jika setiap sumber kasein dan gluten
dihilangkan dari diet makanan dan lingkungan mereka (Kessick, 2009).
Amilia Destiani Sofia
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang
Email : pianers@ymail.com
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang
terjadi di dalam masyarakat. Pada umumnya penelitian deskriptif digunakan untuk
membuat penelitian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di
masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan
perbaikan program tersebut (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk
Amilia Destiani Sofia
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang
Email : pianers@ymail.com
mengetahui gambaran kepatuhan orang tua dalam menerapkan diet GFCF di SLBN
Cileunyi dan Yayaan Pelita Hafizh Bandung.
Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dari siswa penyandang
autisme yang masih aktif bersekolah di Yayasan Pelita Hafizh dan SLBN Cileunyi
yang berjumlah 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Total
Sampling yaitu mengambil semua anggota populasi menjadi sampel yang
berjumlah 40 orang responden.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Peneliti
menggunakan angket dengan jenis checklist atau daftar cek, dimana daftar ini berisi
pernyataan atau pertanyaan dan responden memberikan jawaban dengan
memberikan tanda cek () sesuai dengan hasil yang diinginkan (Hidayat, 2003).
Analisa data deskriptif kuantitatif dalam bentuk analisa presentasi berdasarkan
hasil angket, setelah data terkumpul kemudian diproses dengan bantuan software.
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
Jumlah
22
18
Persentase
55 %
45 %
Jumah
6
34
40
Persentase
15%
85%
100%
akan berdampak pada penerapan diet yang tidak konsisten dan tidak didukung oleh
orang-orang sekitar.
Menurut Elder (2006), peran orang tua pada terapi yang sangat dibutuhkan
yaitu pengawasan yang ketat pada pola makan anak. Penerapan diet harus
dilakukan secara tetap, teratur dan terus menerus untuk melihat manfaat penuh dari
diet. Dibutuhkan komitmen dalam menjalaninya, karena diet harus dilakukan
dirumah, disekolah, dan dimanapun saat anak makan. Seorang ibu harus konsisten
dan tegas dalam menerapkan diet GFCF pada anak agar hasil yang dicapainya pun
maksimal. Ketika seseorang menerapkan diet ini, maka mereka harus mengikutinya
dengan sangat ketat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pengawasan yang
ketat sangat diperlukan dalam mengatur pola makan anak, dan kurangnya
pengawasan tersebut dapat berpengaruh terhadap penerapan diet GFCF (Thompson
dalam Washnieski 2009).
Selain itu, ada beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku
orang tua dalam menerapkan diet GFCF pada anaknya. Salah satunya perilaku anak
autisme yang mungkin dapat menjadi hambatan orang tua seperti perilaku tantrum
dan picky eaters yang muncul pada anak yang cenderung membuat orang tua
mengalah sehingga mempengaruhi perilaku orang tua itu sendiri dalam
menerapkan diet GFCF pada anaknya (Reilly, 2008). Pada anak autisme biasa
ditemukan picky eater, susah makan, dan sulit menerima makanan baru (Provost,
2010). Bila terdapat perilaku tantum dan picky eaters maka akan sangat
mempengaruhi dalam penerapan diet. Perilaku tersebut akan muncul dan
10
menimbulkan kesulitan bagi orang tua, apabila mereka tidak patuh dalam
menerapkan diet GFCF.
Sesuai dengan hasil penelitian yaitu sebanyak 85% orang tua yang tidak
patuh dalam menerapkan diet GFC, hal ini menunjukkan adanya ketidaktepatan
orang tua dalam penerapan diet GFCF pada anak autisme. Tidak semua makanan/
minuman yang mengandung kasein dan gluten dihilangkan dalam menu makan
anaknya. Protein kasein dan glutein yang terkandung dalam makanan/ minuman
yang dikonsumsi anak autisme masuk kedalam tubuh dan akan berpengaruh pada
sistem tubuh, termasuk fungsi otak yang akhirnya mempengaruhi emosi anak,
sehingga munculah perilaku tantrum yang akan semakin menyulitkan orang tua
dalam menerapkan diet GFCF.
Penyandang autisme dianjurkan untuk berdiet GFCF. Selain dapat
memperbaiki gangguan pencernaan, glutein dan kasein juga bisa mengurangi gejala
atau tingkah laku autistik. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan diet
makanan, hindari pemberian makanan yang mengandung glutein dan kasein
(Lewis, 2011). Menurut Washnieski (2009), sebagian besar orang tua mengakui
bahwa makanan yang dilarang kadang-kadang diberikan kepada anak-anak secara
sengaja, dan beberapa anak benar-benar mengalami kemunduran dalam perilaku
ketika makanan tersebut diberikan. Thompson (dalam Washnieksi 2009)
menyatakan bahwa ketika seseorang menerapkan diet ini, maka mereka harus
mengikutinya dengan sangat ketat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Melalui terapi ini dapat membantu meringankan beberapa perilaku autistik yang
diperlihatkan anak dengan menerapkan diet GFCF.
Amilia Destiani Sofia
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang
Email : pianers@ymail.com
11
12
diluar rumah, karena anak sulit dikendalikan oleh orang tua disaat ada kerabat yang
memberikan makanan dan minuman yang mengandung glutein dan kasein. Ketika
anak berada dirumah, orang-orang disekitarnya akan menjadi role model bagi si
anak, karena ia akan mengamati, meniru dari apa yang dilihatnya. Disinilah peran
orang tua dan keluarga untuk mengawasi sangat dibutuhkan.
Keberhasilan diet dipengaruhi oleh lingkungan yang sangat mendukung.
Keterlibatan orang orang dirumah pada pelaksanaan terapi akan menyita
perhatian dan memberi pengaruh kepada seluruh keluarga dirumah yang secara
tidak langsung menimbulkan tuntutan-tuntutan/ penyesuaian dari anggota keluarga
tersebut. Anak autisme akan menjadikan orang tua dan saudara kandungnya
sebagai contoh (Dawson & Osterling dalam Washnieski, 2009).
Beberapa upaya diperlukan agar orang tua dapat menerapkan diet GFCF
dengan tepat pada anaknya. Informasi yang terpercaya, tepat, dan mudah diperoleh
sangat dibutuhkan orang tua yang berharap untuk mengikuti diet ini, karena
keterbatasan sifat dari diet dan pentingnya kepatuhan yang tepat pada diet.
Membantu orang tua mengerti tentang mekanisme fisiologi dibalik penerapan diet
mungkin dapat membantu mereka merasa lebih nyaman dalam menerapkan diet.
Kemudahan untuk mendapatkan informasi yang tepat dan mengetahui dasar ilmu
dibalik diet mungkin dapat membantu orang tua mengerti prosesnya lebih baik
karena tanpa 100% kepatuhan terhadap diet, kekuatan dari diet tersebut tidak akan
terlihat (Washnieski, 2009).
13
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 40 responden penelitian
tentang kepatuhan orang tua dalam menerapkan diet GFCF di Yayasan Pelita
Hafizh dan SLBN Cileunyi Bandung dapat disimpulkan bahwa dari 40 responden,
sebagian besar tidak patuh dalam menerapkan diet GFCF karena tidak semua
sumber makanan/minuman yang mengandung kasein dan gluten dihilangkan dari
menu makan anak, masih rendahnya pengawasan dan diet yang tidak dilakukan
secara konsisten. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya faktor-faktor yang
ikut berpengaruh/ menghambat sehingga orang tua kesulitan dalam menerapkan
diet GFCF pada anaknya.
SARAN
Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada perawat mengenai
kepatuhan orang tua dalam menerapkan diet GFCF, sehingga dengan hasil tersebut
perawat dapat berkolaborasi dengan pihak sekolah untuk memberikan pendidikan
kesehatan atau mengadakan diskusi bersama orang tua (perenting class) mengenai
pentingnya menerapkan diet GFCF pada anak secara konsisten, membantu orang
tua mengerti tentang diet GFCF meliputi tujuan, manfaat, efek dari diet agar orang
tua paham mekanisme fisiologi dibalik penerapan diet pada anaknya. Selain itu
diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai data awal bagi
penelitian selanjutnya mengenai pengaruh diet GFCF terhadap perkembangan
perilaku pada anak autisme.
14
DAFTAR PUSTAKA
Danuatmaja, B. 2003. Terapi Anak Autis Di Rumah. Jakarta : Puspa Swara.
Elder, J.H., Shankar, M., Shuster, J., Theriaque, D., Burns, S., Sherrill, L. 2006.
The gluten free casein free diet in autism : results of a preliminary double
blind clinical trial. Available at : http://web.ebscohost.com (Diakses pada 3
Juni 2012).
Hidayat,A.A.A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika.
Kessick, R. 2009. Autisme dan Pola Makan Yang Penting Untuk Anda Ketahui.
Penerjemah Savitri, I.D. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Koka, E.M. 2011. Perilaku ibu tentang pemberian makan dan status gizi anak
autism di kota Binjai tahun 2011. Available at : http://repository.usu.ac.id.
Lewis, L. 2011. Special Diet for Special Kids. Canada : Publisher Cataloging.
Available at : http://books.google.co.id/books (Diakses pada 3 Juni 2012).
Mashabi, N & Tajudin, N. R. 2009. Hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan
pola makan anak. Available at : http://journal.ui.ac.id/upload/artikel
(Diakses pada 5 Oktober 2011).
Nora, H. 2010. The positive impact of a specialized diet. The exceptional parent;
ProQuest Nursing & Allied Health Source pg. 46. Available at :
http://search.proquest.com/docview (Diakses pada 5 Oktober 2011).
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kessehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Provost, B., Crowe, T.K., Osbourn, P.L., McClain, C., Skipper, B.J. 2010.
Mealtime behaviors of preeshcool children. USA : Informa Healthcare.
Available at : http://search.proquest.com (Diakses pada 3 Juni 2012).
Reilly, J.T., Amaral, S.C., Zebrowski, P.P. 2008. Addressing feeding disorders in
children on the autism spectrum in school-based settings. Available at :
http://web.ebscohost.com (Diakses pada 3 Juni 2012).
Scaglioni, S., Salvioni, M., Galimberti, C. 2008. Influences of parental attitudes in
the development of children eatiang behavior. England : British Journal of
Mutrition. Available at : http://scholar.google.co.id/scholar (Diakses pada 3
Juni 2012).
Suherlan, D. 2011. Memori Jabatan Kepala Bidang PLB. Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Barat : Bandung.
Washnieski, G. 2009. Gluten-free and casein-free diets as a form of alternative
treatment for autism spectrum disorders. Available at
:
http://www2.uwstout.edu/content (Diakses pada 30 Desember 2011).
Widodo, R. 2010. Pemberian Makanan, Suplemen, dan Obat pada Anak. Jakarta :
EGC.
Wijayakusuma, H. 2004. Psikoterapi Untuk Anak Autism. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
Wong, D.L. 1989. Whaley and Wongs Essentials of Pediatric Nursing 4th ed.
USA : Mosby.
15