Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Tri Gunandar
(106112053)
D-III KEPERAWATAN
STIKES AL-ARSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2015/2016
PENGERTIAN
a
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi anemia aplastik yang tinggi terdapat di bagian tropik yang
dapat mencapai hingga 40 % di daerah tertentu. Prevalensi anemia aplastik
lebih rendah di dapat juga di daerah Mediteranian, Saudi Arabia dan
beberapa bagian di India. Pembawa sifat diturunkan secara dominan.
Insiden diantara orang Amerika berkulit hitam adalah sekitar 8 %
sedangkan status homozigot yang diturunkan secara resesif berkisar antara
0,3 1,5 %. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal 535).
PENYEBAB
Penyebab dari anemia antara lain :
Kehilangan darah
1) Akut karena perdarahan
2) Kronis karena perdarahan
3) Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
Manifestasi klinis
Area
Keadaan umum
Manifestasi klinis
Pucat , penurunan kesadaran, keletihan
berat , kelemahan, nyeri kepala, demam,
dipsnea,
Kulit
vertigo,
sensitive
terhadap
dingin, BB turun.
Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit
pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh,
koylonychia, clubbing finger, CRT > 2
detik,
elastisitas
kulit
munurun,
aplastik)
Penglihatan
Telinga
Mulut
konjungtiva pucat.
Vertigo, tinnitus
Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis,
kabur,
jaundice
sclera,
asam folat)
Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi,
sesak waktu kerja, angina pectoris dan
bunyi
Gastrointestinal
jantung
murmur,
Muskuloskletal
System persyarafan
hipotensi,
(pada
anemia
hemolitik)
Nyeri pinggang, sendi
Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata
berkunang-kunang,
kelemahan
otot,
PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
(Smeltzer & Bare. 2002 : 935 ).
PATHWAY
Defisiensi B12,
asam folat, besi
Kegagalan
produksi SDM o/
sum-sum tulang
Destruksi SDM
berlebih
Perdarahan/hemofilia
Penurunan SDM
Hb berkurang
Perubahan
Makanan
nutrisi
Kerja
susah
PeristaltikPenurunankurang
As.
Anoreksia
Lambung
dari
lambung
Konstipasi
dicernaGastro
menurun
mual
meningkat
intestinal
kebutuhan
kerja GI menurun
Anemia
Energy untukPK Anemia
Intoleransi
Reaksi antarPola nafas
membentuk
antibodi
Suplai
O
dan
nutrisi
ke
aktivitas2
sesak saraf
berkurang
berkurang
Kelelahan
Mekanisme
ATP
Hipoksia
berkurang
an
aerob
Resiko
infeksi
Asam
laktat
Nyeri
SSP
Pusing
tidak efektif
jaringan berkurang
Gg. perfusi
jaringan
serebral
Pelepasan Toksin
Polisakarida(Zat
Pirogen) OLeh
Bakteri Toksik
Terpengaruhnya
Pusat Pengaturan
Suhu
6
KLASIFIKASI
Klasifikasi anemia menurut faktor morfologi :
a
Hipertermi
1)
Anemia defisiensi besi
2)
Thalasemia major
3)
Anemia akibat penyakit kronik
4)
Anemia sideroblastik
Anemia normokromik normositer : MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
Sel darah merah memiliki ukuran dan bentuk normal serta
mengandung jumlah hemoglobin dalam batas normal.
1
2
3
4
5
6
7
1)
a)
b)
2)
a)
b)
c)
Bentuk megaloblastik
Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
Bentuk non-megaloblastik
Anemia pada penyakit hati kronik
Anemia pada hipotiroidisme
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Faktor ekstrakorpuskuler
1) Antibody
terhadap
eritrosit:
(Autoantibodi-AIHA,
isoantibodi-HDN)
2) Hipersplenisme
3) Pemaparan terhadap bahan kimia
4) Akibat infeksi
5) Kerusakan mekanik
2
Factor intrakorpuskuler
6) Gangguan membrane (hereditary spherocytosis, hereditary
elliptocytosis)
7) Gangguan enzim (defisiensi piruvat kinase, defisiensi
G6PD)
8) Gangguan
hemoglobin
(hemoglobinopati
structural,
thalasemia)
(Bakta, 2003:15,16)
Anemia yang terjadi akibat menurunnya produksi SDM antara lain :
a. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan
hipokromik (konsentrasi Hb kurang), mikrositik yang disebabkan oleh
suplai besi kurang dalam tubuh. kurangnya besi berpengaruh dalam
pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam SDM berkurang, hal
ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen
keseluruh jaringan tubuh. Pada keadaan normal kebutuhan besi orang
meningkatkan
kebutuhan
folat,
wanita
hamil,
masa
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges, 1999 :
572)
a. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV
(volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
q. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
r. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
s. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
t. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum
dengan penurunan sel darah (aplastik).
8
KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
dengan
berat
badan
rendah,
anemia
bisa
juga
mengganggu
PENATALAKSANAAN
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat berbedabeda tergantung dari jenis anemia yang diderita oleh pasien. Berikut ini
beberapa terapi yang diberikan pada pasien sesuai dengan jenis anemia
yang diderita:
a
iron
sorbitol
citric
acid
complex)Pengobatan
penderita
yang
memerlukan
peningkatan
kadar
(Bakta, 2003:36)
b
Anemia Sideroblastik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia
sideroblastik adalah:
1) Terapi untuk anemia sideroblastik herediter bersifat simtomatik
dengan transfusi darah.
2) Pemberian vittamin B6 dapat dicoba karena sebagian kecil
penderita responsif terhadap piridoxin. (Bakta, 2003:44)
Anemia Megaloblastik
Terapi utama anemia defisiensi vitamin B12 dan deficiensi asam
folat adalah terapi ganti dengan vitamin B12 atau asam folat
meskipun demikian terapi kausal dengan perbaikan gizi dan lainlain tetap harus dilakukan:
1) Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan
puncak pada hari 7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu.
Neuropati biasanya dapat membaik tetapi kerusakan medula
spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta, 2003:48)
2) Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari
selama 4 bulan.
3) Untuk
deficiensi
vitamin
B12:
hydroxycobalamin
Anemia Perniciosa
Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka
terapi utama untuk anemia pernisiosa adalah:
1) Terapi ganti (replacement) dengan vitamin B12
2) Terapi pemeliharaan
3) Monitor kemungkinan karsinoma gaster. (Bakta, 2003: 49)
Anemia Hemolitik
Pengibatan anemia hemolitik sangat tergantung keadaan klinik
kasus tersebut serta penyebab hemolisisnya karena itu sangat
bervariasi dari kasus per kasus. Akan tetapi pada dasarnya terapi
anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1) Terapi gawat darurat
Pada hemolisis intravaskuler, dimana terjadi syok dan gagal ginjal
akut maka harus diambil tindakan darurat untuk mengatasi syok,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, sertaa
memperbaiki
fungsi
ginjal.
Jika
terjadi
anemia
berat,
pertimbangan transfusi darah harus dilakukan secara sangat hatihati, meskipun dilakukan cross matchng, hemolisis tetap dapat
terjadi sehingga memberatkan fungsi organ lebih lanjut. Akan
tetapi jika syok berat telah teerjadi maka tidak ada pilihan lain
selain transfusi.
2) Terapi Kausal
Terapi kausal tentunya menjadi harapan untuk dapat memberikan
kesembuhan total. Tetapi sebagian kasus bersifat idiopatik, atau
disebabkan oleh penyebab herediter-familier yang belum dapat
dikoreksi. Tetapi bagi kasus yang penyebabnya telah jelas maka
terapi kausal dapt dilaksanakan. (Bakta, 2003:69)
3) Terapi Suportif-Simtomatik
Terapi ini diberikan untuk menek proses hemolisis terutama di
limpa. Pada anemia hemolitik kronik familier-herediter sering
diperlukan transfusi darah teratur untuk mempertahankan kadar
Pengkajian
a Primer Assesment
1 Data subjektif
a) Riwayat penyakit saat ini: pingsan secara tiba-tiba atau penurunan
kesadaran, kelemahan, keletihan berat disertai nyeri kepala,
demam, penglihatan kabur, dan vertigo.
b) Riwayat sebelumnya : gagal jantung, dan/atau perdarahan massif.
2 Data objektif
a) Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
b) Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
c) Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada kulit
dan membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan), kuku mudah patah, berbentuk seperti
sendok (clubbing finger), rambut kering, mudah putus, menipis,
perasaan dingin pada ekstremitas.
d) Disability (status neurologi)
Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi,
insomnia,
penglihatan
kabur,
kelemahan,
2) Five intervention
Hipotensi,
takikardia,
dispnea,
ortopnea,
takipnea,
demam,
Head to toe
a) Daerah kepala : konjunctiva pucat, sclera jaundice.
b) Daerah dada : tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung
murmur, bunyi napas wheezing.
c) Daerah abdomen : splenomegali
d) Daerah ekstremitas : penurunan kekuatan otot karena kelemahan,
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan dipsneu, takikardia
b. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
O2 ke otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah ditandai dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
d. Konstipasi berhubungan dengan perubahan proses pencernaan
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)
Rencana Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d
dispnea, takikardia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam, diharapkan pola
nafas pasien kembali efektif dengan kriteria hasil :
1) pasien melaporkan sesak napas berkurang
2) pernafasan teratur
3) takipneu atau dispneu tidak ada
4) tanda vital dalam batas normal (TD 120-90/90-60 mmHg, nadi 80100 x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu 36,5 37,5 C)
Intervensi :
Mandiri :
1
informasi
tentang
derajat/keadekuatan
perfusi
kolaborasi :
1) Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan
sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
2) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan
mencerna makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah ditandai dengan mual-muntah,
anoreksia, penurunan BB
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 1 x 24 jam diharapkan intake
nutrisi pasien adekuat dengan kriteria hasil:
1) mual muntah (-)
2) makan habis 1 porsi
Intervensi :
Mandiri :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
2) Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
3) Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster.
4) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala
lain yang berhubungan.
nyeri
kepala,
pasien
Nampak
meringis,
dispneu/takipneu
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 1 x24 jam diharapkan nyeri
pasien terkontrol dengan kriteria hasil:
1) klien melaporkan nyeri berkurang,
2) klien tidak meringis,
3) RR dalam batas normal (18-22x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
120-100/
70-80
Intervensi :
Mandiri :
1 Kaji kemampuan ADL pasien.
mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
PK Anemia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam, diharapkan
perawat dapat menangani dan meminimalisir komplikasi dari anemia
dengan kriteria hasil:
1) Hb 12-16 g%
2) Konjungtiva tidak pucat
3) Pasien melaporkan kelelahan berkurang
4) Perdarahan tidak terjadi
Intervensi :
Mandiri :
1) Kaji konjungtiva pasien dan keluhan letih. Laporkan jika kondisi
yang letih berlebihan dan sangat pucat pada konjungtiva.
2
3
7
Hipertermia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam, diharapkan suhu
dalam batas normal dengan kriteria hasil :
1) Suhu 36 37C
2) tidak ada pusing
3) merasa nyaman
Intervensi :
1) Monitor suhu sesering mungkin
2) Monitor warna dan suhu kulit
3) Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4) Monitor penurunan tingkat kesadaran
5) Monitor WBC, Hb, dan Hct
6) Monitor intake dan output
7) Berikan anti piretik:
8) Kelola Antibiotik:..
9) Selimuti pasien
10) Berikan cairan intravena
11) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
12) Tingkatkan sirkulasi udara
13) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
14) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
15) Catat adanya fluktuasi tekanan darah
DAFTAR PUSTAKA
Daniel.
2009.
Anemia
Acute.
http://emedicine.medscape.com/article/159803-media,
emergency_medicine. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011
Nanda.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda definisi dan Klasifikasi
2005-2006.Editor : Budi Sentosa.Jakarta:Prima Medika