Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN
Tetanus atau lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan
syaraf pusat yang disebabkan racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh racun
tetanospasmin yang dihasilkan oleh clostridium tetani ( Rampengan, 1997 ; 35
)
Tetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan
oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.
Penyakit ini ditandai oleh adanya trismus, disfagia, dan rigiditas otot lokal
yang dekat dengan tempat luka, sering progresif menjadi spasme otot umum
yang berat serta diperberat dengan kegagalan respirasi dan ketidakstabilan
kardiovaskular ( Sjaifoellah, 2000 )
Tetanus adalah penyakit yang diakibatkan toksin kuman Clostrydium
tetanii, bermanifestasi sebagai kejang otot proksimal, diikuti kekakuan otot
seluruh badan (Hudak and Gallo, 1994 :79)
Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium
tetani (Arif Mansjoer, 2000)
B. ETIOLOGI
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan
kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut
terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium
tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu
tetanospasmin dan tetanolysin.
terutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupan imunisasi DPT yang
rendah. Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran
ternak sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora
kuman Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.
Masa inkubasi penyakit ini adalah antara 5-14 hari. Pada umumnya tetanus
neonatorum berlangsung lebih berat daripada tetanus pada anak.
Selain disebabkan oleh clostridium tetani, tetanus neonatorum juga
dapat disebabkan oleh :
1.Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
Terpapar kuman
Eksotoksi
n
Ganglion
Sumsum
Otak
Saraf Otonom
Tonus otot
Menjadi kaku
Hilangnya keseimbangan
tonus otot otot
Hipoksia berat
Kekakuan
Sistem
-Keringat berlebihan
-Hipertermi
-Hipotermi
-Aritmia
-Takikardi
Sistem
O2 di otak
Kesadaran
-Ggn. Eliminasi
-Ggn. Nutrisi (< dr. kebut)
-Ketidakefektifan jalan
jalan nafas
-Gangguan Komunikasi
Verbal
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-PK. Hipoksemia
-Ggn. Perfusi Jaringan
-Ggn. Pertukaran Gas
-Kurangnya
Pengetahuan ortu
cairan otak.
2. Diagnostik secara
klinis
ditemukan
adananya
trismus,
spasme,
opistotonus.
3. Prosedural test ( dengan test spatula)
a. Tes yang sederhana ini dengan menyentuhkan spatula pada oropharing
b. Pada test ini klien akan mencoba untuk memakssa keluar spatula ( test
negatif)
c. Pada tetanus klien mengalami reflek spasme dari otot masseter dan
mengigit spatula.
G. Penatalaksanaan
1. Umum
a. Merawat dan membersihkan luka sebaik- baiknya
b. Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka mulut dan menelan.
c. Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara
d. Obat obatan
1) Antitoksin
2) Tetanus imun globulin lebih dianjurkan
pemakaiannya
Kriteria hasil :
Tidak terjadi aspirasi
Bunyi napas terdengar bersih
Rongga mulut bebas dari sumbatan
Intervensi :
1. Berikan O2 nebulizer
2. Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar.
3. Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk.
4. Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut.
5. Berikan perawatan kebersihan mulut.
6. Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif
dengan melihat waktu.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan
kebutuhan kalori yang tinggi, makan tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan
dan pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
-
Intervensi :
1. Catat intake dan output secara akurat.
2. Berikan makan minum personde tepat waktu.
3. Berikan perawatan kebersihan mulut.
4. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas.
5. Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan
sesuaikan dengan kebutuhan.
6. Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari.
7. Tegakkan diet yang ditentukan dalam bekerja sama dengan ahli gizi.
Wajah rileks
Intervensi :
1. Tempatkan klien di tempat tidur
2. Pasang restain tempat tidur
3. Pertahankan tirah baring saat kejang
4. Minimalkan sumber pada lingkungan
4. Resiko infeksi b.d adanya jalan masuk mikroorganisme
Tujuan : faktor resiko infeksi akan hilang dengan dibuktikan oleh
keadekuatan status imun pasien.
Kriteria Hasil :
-
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital
2. Ganti balutan infus 2 hari sekali
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
4. Pemberian antibiotik sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA