You are on page 1of 8

FRAKTURA MANDIBULA

Penyebab dan mekanisme terjadinya kepatahan :


1. Letak paling menonjol (prominen) ke depan
dibanding tulang wajah lainnya sehingga
memungkinkan lebih dahulu menerima
benturan.
2. Tulang mandibula relatif pipih dan berbentuk
U atau tapal kuda.
3. Tempat perlekatan otot-otot kunyah.

Lokasi dan frekuensi kepatahan :


Menurut Kruger (1874) :
1. Sudut mandibula (angulus mandibula) 31%
2. Leher condyle.. 18 %
3. Regio molar 15 %
4. Regio mental 14 %
5. Symphysis 8 %
6. Regio caninus .. 7 %
7. Ramus ascendens. 6 %
8. Proc. Coronoideus .. 1 %

Pergeseran fragmen tulang yangpatah disebabkan oleh :


1. Tarikan otot-otot kunyah
Sistem perlekatan otot-otot pada mandibula
dalam fungsi menggerakkan mandibula tersebut
akan menarik fragmen bila terjadi kepatahan
2. Arah garis fraktur
3. Kekuatan daya bentur
Tanda-tanda/gejala klinis fraktur mandibula :
Selalu ada riwayat trauma, kecuali fraktur patologis
Adanya perubahan oklusi antara gigi-gigi atas dan
bawah
Gerakan abnormal
Rasa sakit

5.
6.
7.
8.
9.

Krepitasi
Functiolaesa (gangguan fungsi)
Trismus, sering pada fraktur angulus mandibula
Laserasi gingiva
Rasa paresthesia pada gingiva atau sudut bibir
bawah
10.Ecchymosis pada gingiva atau mukosa bukal /
lingual
11.Hypersalivasi
Untuk mendiagnosa fraktur perlu dilakukan foto Rontgen
untuk melihat :
Macam kepatahan (single, multiple, compound)
Arah garis fraktur

Derajat pergeseran fragmen dan arah pergeseran


Apakah ada hubungannya dengan letak abnormal gigi,
misal M3 bawah yang tidak erupsi
Apakah ada hubungannya dengan kelainan patologis
Proyeksi foto yang bisa digunakan :
Lateral oblique (Eisler) kiri / kanan
Oklusal rahang bawah, Cross section atau Oblique
TMJ open dan close
Panoramic foto
Postero anterior foto (PA foto)

Perawatan tulang mandibula yang fraktur :


Reposisi tertutup (non bedah)
Reposisi terbuka (open reduction, surgical)
Reposisi Tertutup
Ada 2 cara :
1. Secara manual
dilakukan dengan tangan dengan koreksi oklusi
gigi RA dan RB untuk ketepatan letak kedua fragmen
kemudian difixasi dengan wire / splin.
2. Secara bertahap
untuk kasus perawatan terlambat setelah upaya reposisi
manual tidak berhasil karena ada faktor penghambat :
- kekejangan (spasme) otot-otot yang melekat pada fragmen
- ada serpihan tulang atau benda asing, jaringan lunak yang
masuk antara kedua fragmen, organisasi blood clot, dll.

Reposisi Terbuka (Bedah)


Reposisi langsung pada tulangnya (fixasi intraosseus).
Alat fixasi yang dipakai : ligatur kawat, platmetal dengan
sekrup, metal trays dengan sekrup.
Indikasi Reposisi Terbuka :
Fraktur dengan non union (tidak sambung)
Fraktur dengan mal union (sambung yang salah)
Multiple fraktur (compound, comminuted, complikata)
Fraktur angulus mandibula
Fraktur ganda mandibula / maxilla
Fraktur ramus dan processus coronoideus
Fraktur condyle

Komplikasi lanjut dalam proses penyembuhan :


1. Kelambatan penyambungan (delayed union)
Penyebab :
a. Tehnik fixasi yang salah / tidak adekuat
b. Longgar / kurang kokohnya sistem fixasi
c. Infeksi yang menyertai
2. Non union
Akibat delayed union yang tidak terkoreksi sehingga
terjadi persendian semu (pseudo arthrosis).
3. Mal union
Penyembuhan tulang dalam posisi salah, sebab :
* Tidak dijalaninya perawatan medis
* Mendapat benturan mekanik lagi sewaktu perawatan

You might also like