You are on page 1of 13

LP & ASKEP FRAKTUR HUMERUS (MAYA)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN KASUS FRAKTUR HUMERUS
DI IGD RSUD dr.ISKAK TULUNGAGUNG
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah kegawatdaruratan

Dosen Pembimbing :

KUKUH HERU S, SKep, Ners


Disusun Oleh :

MAYA INTAN ALDONA


NIM 02.12.020
PRODI DIII KEPERAWATAN TINGKAT II A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HUTAMA ABDI HUSADA
Jalan Dr. WahidinSudiroHusodo No.1, Telp/Fax : 0355-322738
TULUNGAGUNG 66224
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN KASUS FRAKTUR HUMERUS
DI IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
I. DEFINISI
a .Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation
menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama
yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensens Medical Surgical Nursing.
b.Patah Tulang Tertutup
Didalam buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000, diungkapkan bahwa patah tulang
tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar. Pendapat lain menyatidakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang
bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
C. Patah Tulang Humerus
Adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas :

1)

Fraktur Suprakondilar Humerus

2)

Fraktur Interkondiler Humerus

3)

Fraktur Batang Humerus

4)

Fraktur Kolum Humerus

Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :


Tipe Ekstensi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
Tipe Fleksi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.
(Mansjoer, Arif, et al, 2000)

2.

ETIOLOGI

1)

Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

2)

Kekerasan tidak langsung


Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.

3)

Kekerasan akibat tarikan otot


Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan
penarikan.(Oswari E, 19)

3. PATOFISIOLOGI
Trauma langsung

Trauma tak langsung

kondisi patologis

Fraktur
Dekontiunitas tulang

nyeri
pergeseran fragmen tulang

Perubahan jaringan sekitar


Pergeseran fragmen tulang Laserasi kulit
Spasme otot
kerusakan frag.tulang
gg. resti infeksi
Deformitas
peningkatan tekana tekanan system
gg. fungsi
kapiler
tulang
Gg. Mobilitas fisik
putus vena /arteri pelepasan histamine
reaksi stress
tulang
perdarahan
edema
melepaskan
kehilangan vol.cairan penekana pemb. Darh katekolamin
shock hipovolemik
penuruan perfusi jaringan memobilisasi
Gg. Perfusi jaringan
asam lemak
bergabung dengan
trombosit
emboli
menyumbat
pembuluh
darah
4. MANIFESTASI KLINIS
Pada tipe ekstensi posisi siku dalam posisi ekstensi . Pada tipe fleksi posisi siku
dalam posisi semi fleksi . ( Kapita selekta kedokteran jilid 2)
Menurut Smeltzer (2002) tanda dan gejala fraktur adalah :
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik, karena fungsi normal otot bergantung pada
intregitas tulang tempat melekatnya otot .
Deformitas (terlihat maupun teraba)
Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat di atas dan dibawah tempat fraktur .
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan , teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus
yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya .
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur .
5. KOMPLIKASI FRAKTUR
1) Komplikasi Awal
a) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan
oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya
otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema

atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan
dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c)

Fat Embolism Syndrom


Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus
fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow
kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang
ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin
dan plat.
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
a) Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke
tulang.
b) Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan
yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya
pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis.
Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c)

1)
2)
3)
a)
b)
c)
4)

Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat
kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik. (Black, J.M, et al, 1993)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien fraktur menurut Doenges (2000:762) adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Rontgen
Untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur .
CT Scan
Untuk memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak .
Pemeriksaan Laboratorium
Hb mungkin meningkat atau juga dapat menurun (pendarahan )
Leukosit meningkat sebagai respon stress.
Kreatinin , trauma meningkat beban kreatinin untuk klien ginjal.
Arteriogram ,
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai .

7. PENATALAKSANAAN
Bila pembengkakan tak hebat, dapat dicoba reposisi dalam narkosis umum. Setelah
tereposisi, posisi siku dibuat fleksi secara perlahan lahan . Gerakan fleksi diteruskan
sampai arteri radialis mulai tak teraba. Kemudian siku diekstensikan sedikit untuk
memastikan arteri radialis teraba lagi . Dalam posisi fleksi maksimal ini dilakukan imobilisasi
dengan gips spalk (foreslab ). Pascareposisi harus juga diperiksa denyut arteri radialis untuk
menghindarkan terjadi komplikasi iskemia Volksmann. (Kapita Selekta Kedokteran ,jilid 2 )

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan
lunak.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler :
nyeri/ketidaknyamanan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka atau bedah
perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup, plat.
9. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Dx 2 nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan
lunak.
a) . Hindari penggunaan sprei/bantal plastik di bawah ekstremitas dalam gips.
R/ Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips
yang kering.
b) Evaluasi keluhan nyeri/ ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karekteristik, termasuk
intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan
emosi/perilaku).
R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
c). Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
R/ Membantu untuk menghilangkan ansietas. /Pasien dapat merasakan kebutuhan untuk
menghilangkan pengalaman kecelakaan.
d). Dorong menggunakan teknik manajemen stress, contoh relaksasi progressif, latihan nafas
dalam, imanjinasi visualisasi, sentuhan terapeutik.
R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan
kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin mentap untuk periode lebih lama.
e) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan
2.Dx 2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler :
nyeri/ketidaknyamanan.

a). Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi
pasien terhadap imbolisasi.
R/ Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik
aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
b). Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsang lingkungan
contoh radio, TV, koran, barang milik pribadi/likisan, jam, kalender, kunjungan
keluarga/teman
.R/ Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi sosial.
c). Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang
sakit dan yang tak sakit.
R/Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan gerak sendi : mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak
digunakan
3. Dx 5 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka atau bedah
perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup, plat
a) . Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna,
kelabu, memutih
.

R/Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan

oleh alat dan atau pemasangan gips/bebat atau traksi atau pembentukan edema yang
membutuhkan intervensi medik lanjut.
b). Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
Tempatkan bantalan air/bantalan lain bawah siku/tumit sesuai indikasi.
R/ Menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi/kerusakan kulit.
c). Ubah posisi dengan sering. Dorong penggunaan trapeze bila mungkin. Mengurangi
tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan risiko kerusakan kulit
.R/ Penggunaan trapeze dapat menurunkan abrasi pada siku/tumit.
.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta,
1999.
Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1991.
Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.
Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta,
2000.
Oswari, E, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KASUS FRAKTUR HUMERUS
DI RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
FORMAT PENGKAJIAN
662264
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
DATA IDENTITAS SOSIAL PASIEN
Nama Lengkap (Nama sendiri)
Ny Anggita

NO. MR :
Sex
P

Umur /Tgl lahir


35 thn /1979

Alamat Pasien (Menurut KTP/SIM)


No. KTP/SIM : 36040694099400
Jln/Dsn
:Mulyorejo
Kel/Desa
:Mulyosari
Kec.
: Pagerwojo
Kodya/Kab. :Tulungagung
Agama
Islam

Suku
Jawa

Bangsa
Indonesia

Kasus Polisi
-

Status
Perkawinan

Jenis Pembayaran

Pendidikan

Pekerjaan

Kawin

Sendiri

Cara Datang
Rujukan dari
puskesmas
pagerwojo

SMA

Wiraswasta

Transportasi ke IRD
Menggunakan ambulance
puskesmas pagerwojo

Komunikasi
Baik

Kejadian tgl : 24-02-2014


Jam : 08.30
WIB
Di :
Pertigaan menuju
waduk wonorejo
Datang di IRD tgl : 24-02-2014
Jam : 09.00
WIB
Keadaan Pra Hospitalisasi : GCS :3-4-5Tensi 120/70 mmHg, Nadi : 86 x/mnt
Pernafasan : 22. x/mnt, Suhu : 36,4. C
infus
Tindakan Pra Hospital :
Bida
ia
RJP
Bebat
ETT
Penjahitan
Trakeostomi
NGT
Bidai
Pipa oro/naso
O2
Obat
Kateter
Suetion
Pharingial
Dll.
Urine

TRIAGE : Jam 09.00WIB oleh perawat


Keluhan Utama
Px mengatakan nyeri hebat di lengan atas
dan tidak bisa digerakan .

Riwayat Alergi :
Lain lain

Ya

Tidak

Keadaan Umum ; (Obyektif) : Baik


Pernafasan : (B)
Gerak dada
Simetris Asunetris
Pernafasan : (B)
Normal

S.ax : 365 C
S.rec : C

N : 84 x/mnt
T : 110/80 .
mmHg

P : 22. x/mnt

(Pediatri)
BB : 56.Kg

Riwayat Penyakit :
DM
PJK
- Dll
Asma
- Tidak ada
P2
Kategori Triage :
P1
P3
Sedang
Sirkulasi : (C)
N.Carotis :./mnt
N.Radial :./mnt
Kulit Muskulo :
Normal

PO
Buruk
GCS :
R.Mata
:3
R.Verval : 4
R.Motorik : 5

Retractive
Kusmaul
Dangkal
Trachypnoe

Jaundice
Cyanosis
Pucat
Berkeringat
Akralhangat

Total

: 12

Pemeriksaan Fisik (Assasment)


Keterangan
Kepala tdk ada luka, pernafasn cuping hidung (-) ,akral hangat ,konjungtiva anemis, bibir kering ,turgor
elastis, bentuk thorax normal , RR 22, irama regular ,
Abdomen nyeri tekan (-),ascites (-), hepar dan lien tdk teraba ,peristaltic usus 6x/mnt ,
GCS 3-4-5 , odema (+) di tangan kanan , pus (-)
kekuatan otot 1 5
5 5

Jam :

Pemeriksaan : Lab / Foto / ECG / Lain lain

Diagnosa : fraktur humerus 1/3 distal.


Jam
08.30

Terapi / Tindakan / Konsul


Infuse Ns 20 tts/ MNT
Inj . Antrain Ranitidine
Antibiotik IV/topikal.
Inj. Ceftri
Inj , ketorolac

Jam keluar IRD : 10.00


MRS
Tindakan Lanjut
KRS
PP

operasi

Jawaban / catatan
1 ampul
5 cc
2x1 mg
2x1 mg

Pindah ke bag .. Lain lain .

Tanggal

Tanda Tangan

Nama Perawat :
MAYA INTAN A

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.A

Umur : 35 thn

No. Register : 662264

N
O

TANGGAL
MUNCUL

DIAGNOSA KEPERAWATAN

24/02/2014

Nyeri b/d gerakan fragmen tulang, edema


dan cedera pada jaringan lunak.

24/02/2014

Ds : Px mengatakan nyeri hebat di lengan


atas bag. Kanan.
Do: K/u cukup
Skala nyeri 5
Ekspresi menyeringai
Mukosa bibir kering
TTV : TD 110/70 mmHg
N: 86/mnt, S:365,RR :20 x/,mnt
Intoleransi aktifitas b/d perubahan
Jaringan sekitar .
Ds: Px mengatakan tidak dapat
menggerakan tangan kanannya
Do : k/u cukup
Skala aktifitas 2
Kekuatan otot
1 5
GCS 3-4-5
5 5

TANGGAL
TERATASI

TTD

ANALISA DATA
Nama Pasien
Umur
No. Register

: Ny. A
:35 thn
: 662264

KELOMPOK DATA
1. Nyeri b/d gerakan fragmen
tulang, edema dan cedera pada
jaringan lunak.
Ds : Px mengatakan nyeri
hebat di lengan atas bagian
kanan
Do: K/u cukup
Skala nyeri 5
Ekspresi menyeringai
Mukosa bibir kering
Terpasang spalek

KEMUNGKINAN
PENYEBAB
Trauma langsung

MASALAH
Nyeri akut

Pendarahan disekitar daerah


patahan(Humeris ) bagian dalam
Kerusakan jaringan lunak
Sel darah merah dan sel darah
putih
terakumulasi
Aliran darah meningkat

TTV : TD 110/70 mmHg


N: 86/mnt, S:365
RR : 20 x/mnt
2. Intoleransi aktifitas b/d
perubahan jaringan sekitar
Ds: Px mengatakan tidak dapat
menggerakan tangan kanannya
Do : k/u cukup
GCS : 3-4-5
Skala aktifitas 2
Kekuatan otot
1 5
5 5

Edema
kehilangan fungsi jaringan
nyeri
Fraktur

Intoleransi
aktivitas

Diskontiunitas tulang
Perubahan jaringan sekitar
Pergeseran fragmen tulang
Deformitas
gg. fungsi

DIAGNOSA

TUJUAN

KRITERIA

RENCANA

RASIONA

KEPERAWATAN
STANDART
TINDAKAN
Nyeri b/d gerakan fragmen tulang,
Setelah
-k/u baik
1.BHSP
dilakukan
-skala
nyeri
3edema dan cedera pada jaringan lunak.
tind.kep nyeri 0
2. Kaji skala nyeri
berkurang .
- px mampu
Ds : Px mengatakan nyeri hebat di
tenang dan
3. Obs. TTV
lengan atas bag. Kanan.
istirahat.
4. Ajarkan teknik ditraksi
Do: K/u cukup
relaksasi
Skala nyeri 5
5. kolaborasi dengan tim
Ekspresi menyeringai
medis dalam pemberian
Mukosa bibir kering
terapi.
Terpasang spalek
Tx: Antrain ranitidine 1
TTV : TD 110/70 mmHg
ampul
N: 86/mnt, S:365
Ketorolac 2x1 mg
RR : 20 x/mnt
Intoleransi aktifitas b/d perubahan
Jaringan sekitar .
Ds: Px mengatakan tidak dapat
menggerakan tangan kanannya
Do : k/u cukup
Skala aktifitas 2
Kekuatan otot
1 5
GCS 3-4-5
5 5

Setelah
dilakukan tind
. kep px
mampu
melakukan
aktifitas
ringan

-k/u baik
-bisa
melakukan
aktivitas ringan
tanpa bantuan.
-kekuatan otot
5 5
5
5

1. Motivasi px agar tetap


melakukan mobilisasi .
2. Memasang spalek
3. kolaborasi dengan tim
medis lain

: Ny.A

Umur

: 35 thn

No. Register

TINDAKAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien :

Ny.A

Umur : 35 thn

No. Register

: 662264

Kasus : Fraktur Humerus 1/3 distal


N
O

NO.
DX

TANGGA
L/
JAM

IMPLEMENTASI

TTD

TANGGAL
/
JAM

1. a
dek
2. a
tap
frak

3. m
pen

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama pasien
: 662264

1. A
sali
dgn
2. u
nye
tera
3. u
kea
4. u
nye
5. M
pen

E VALU AS I

24/02/2014
08.30
08. 45

08.30

BHSP
Menanyakan pada px mengenai tingkat
nyeri yang dirasakan.
Obs. TTV
TD : 110/70mmHg, N: 82x/mnt , S: 364,
RR: 18 x/mnt
Mengajari teknik distraksi relaksasi
Inj. Ceftri 2x1 mg
Inj. Antrain ranitidine 1 amp
Inj. Ketorolac 2x1 mg
Memotivasi agar px tetap mobilisasi ,
Memasang spalek

Diposkan oleh D3keperawatan di 20.49

24/02/2014
09.45

S: px mengatakan nyeri mula


berkurang
O: k/u cukup
TD : 110/80 mmHg,
N: 84, S: 365 , RR:18
Skala nyeri 3
A : nyeri
P : Intervensi dilanjutkan
(1-5)

09.45

S: px masih sulit untuk


Melakukan aktivitas ringa
O: k/u cukup
TD : 110/80 mmHg,
N: 84, S: 365 , RR:18
A: Intoleransi aktivitas
P : Intervensi dilanjutkan.
(1-3)

You might also like