Professional Documents
Culture Documents
Ade Irfan S
Agra Yusuf P
Febrry Indah Ekacipta
Mega Oktavianti
Nevi Setyawati
Oktaviani
Rizka Nugraeni
mampu
memahami
pengertian
hiperparatiroid
dan
hipoparatiroid.
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi hiperparatiroid dan hipoparatiroid.
c. Mahasiswa
mampu
memahami
patofisiologi
hiperparatiroid
dan
hipoparatiroid.
d. Mahasiswa mampu memahamimanifestasi klinik hiperparatiroid dan
hipoparatiroid.
e. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnosk hiperparatiroid dan
hipoparatiroid.
f. Mahasiswa
mampu
memahami
komplikasi
hiperparatiroid
dan
hipoparatiroid.
g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan hiperparatiroid dan
hipoparatiroid.
h. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan
hiperparatiroid dan hipoparatiroid.
C. Metode Penulisan
Penyusunan makalah ini disusun dengan menggunakan metode studi pustaka
(literatur) dan internet.
D. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR PARATIROID
1. Anatomi
masih belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang
tidak lagi mensekresi sejumlah hormon.
2. Fisiologi
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH)
yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam
darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat
sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH
akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi
kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan
kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam
mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R.
Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695
B.HIPOPARATIROID
1.
Definisi
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid
yang tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering
sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada
saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya
kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik
tidak dapat diketahui.
2.
Prevalensi
Di luar negeri, terutama di Amerika Serikat kasus ini agak jarang ditemukan.
Kira-kira 1000 kasus setahun yang dapat ditemukan menderita penyakit ini.
Di Indonesia, penyakit ini juga agak jarang ditemukan. Kira-kira 100 kasus
Etiologi
Jarang sekali terjadi hipoparatiroidisme primer, dan jika ada biasanya
terdapat pada anak-anak dibawah umur 16 tahun. Ada empat kategori dari
hipoparatiroidisme:
a. Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua penyebab utama:
1) Post operasi pengangkatan kelenjar partiroid dan total
tiroidektomi.
2) Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat kongenital atau
didapat (acquired).
b. Hipomagnesemia.
c. Sekresi hormon paratiroid yang tidak aktif.
d. Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme)
4.
Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium
dan fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat
serum meninggi (bisa sampai 9,5-12,5 mgr%). Pada yang post operasi
disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk
mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid.
Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang
berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak jaringan yang diangkat.
Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini
disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat
(diperdarahi oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid
dapat terkena sayatan atau terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya
kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada banyak pasien tidak adekuatnya
produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara sesudah operasi
kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat
segera sesudah operasi.
Pada
pseudohipoparatiroidisme
timbul
gejala
dan
tanda
(1) pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas
Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat meningkatkan secara normal
konsentrasi AMP siklik,
(2) pada bentuk yang lebih jarang, respons AMP siklik normal tetapi efek
fosfaturik hormon terganggu.
5.
Pathway hippoparatiroidisme
6.
Manifestasi Klinik
Gejala-gejala
utama
adalah
reaksi-reaksi
neuromuscular
yang
g. Aritmia jantung
Pada pemeriksaan kita bisa menemukan beberapa refleks patologis:
1) Erbs sign:Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada
kontraksi dari otot (normal pada 6 milli-ampere)
2) Chvosteks sign: Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga
tempat keluarnya dari foramen sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari
otot-otot muka
3) Trousseaus sign: Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset
(lebih dari tekanan sistolik) maka dalam tiga menit tangan mengambil posisi
sebagaipada spasme carpopedal
4) Peroneal sign:Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya
akan terjadi dorsofleksi dan adduksi dari kaki Pada 40 % dari penderitapenderita kita mencurigai adanya hipoparatiroidisme karena ada kejangkejang epileptik. Sering pula terdapat keadaan psikis yang berubah,
diantaranya psikosis. Kadang-kadang terdapat pula perubahan-perubahan
trofik pada ectoderm:
bulla.
Kuku : tipis dan kadang-kadang ada deformitas.
Pada anak-anak badan tumbuh kurang sempurna, tumbuhnya gigi-gigi
tidak baik dan keadaan mental bisa tidak sempurna. Juga agak sering
terdapat katarak padahipoparatiroidisme.
7.
Diagnostik
Laboratorium:
o Kalsium serum rendah
o Fosfat anorganik dalam serum tinggi
o Fosfatase alkali normal atau rendah
Foto Rontgen:
o Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di
tengkorak
o Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid
o Density dari tulang bisa bertambah
idiopatik
berkelanjutan
dapat
yang
mengakibatkan
menimbulkan
perubahan-
perubahan pada kulit rambut, kuku, gigi, dan lensa. Kuku menjadi
kasar, kering dan bersisik, dan dapat timbul alopesia dan rambut alis
dan bulu mata yang berbecak atau hilang. Kuku menjadi tipis dan
rapuh disertai alur transveral. Erupsi gigi terlambat dan tampak
hipoplastik. Dapat timbul katarak dalam waktu beberpa tahun pada
hipokalsemia yang tidak diobati.
b. Insufisiensi ginjal kronik
Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat
tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah
meninggi. Hal ini disebabkan tidak adanya kerja hormon paratiroid
yang diakibatkan oleh keadaan seperti diatas (etiologi).
9. Terapi
Vitamin D dan suplemen kalsium merupakan terapi primer untuk penyakit ini
tanpa
mempedulikan
penyebabnya.
Kecuali
jika
penyebabnya
C. HIPERPARATIROIDISME
1. Definisi
adalah
Hiperparatiroidisme
adalah
suatu
keadaan
dimana
kelenjar-kelenjar
60
tahun
keatas
sekitar
dari
10000
bisa
terkena
hiperparatiroidisme.
Di Indonesia sendiri kira-kira sekitar 1000 orang diketahui terkena
hiperparatiroidisme tiap tahun. Wanita yang berumur 50 tahun keatas
mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria.
3. Etiologi
Adenoma soliter (penyakit von Recklinghausen).Penyebab hiperparatiroidisme
ini merupakan salah satu dari banyak hiperfungsi kelenjar.Secara umum
bahwa kelainan kelenjar yang biasanya tunggal ditemukan 80 % dari pasien.
Kelainan pada kelenjar biasanya neoplasma yang benigna atau adenoma dan
yang sangat jarang adalah paratiroid karsinoma. Beberapa ahli bedah dan ahli
patologis melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar yang multiple
umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada 15 % pasien semua kelenjar
hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia, biasanya herediter dan
frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin lainnya. Multiple
Endocrine Neoplasia (MEN). Hiperparatiroidisme yang herediter dapat terjadi
tanpa kelainan endokrin lainnya tetapi biasanya bagian dari Multiple
Endocrine Neoplasia syndrome. MEN 1 (Wermers syndrome) terdiri dari
hiperparatiroidisme dan tumor dari pituitary dan pancreas, juga berhubungan
dengan hipersekresi gaster dan ulkus peptikum (Zollinger-Ellison syndrome).
4. Patofisiologi
Adenoma adalah yang sering terdapat pada lobus inferior kelenjar paratiroid,
tetapi hanya kira-kira 6-10 % kasus. Adenoma paratiroid bisa terdapat di
thymus, tiroid, pericardium, esophagus bagian belakang. Adenoma biasa
beratnya 0,5-5 gram tapi bisa juga beratnya 10-20 gram. Chief cells sering
dominan pada hiperplasia atau adenoma. Adenoma kadang-kadang
encapsulated berbentuk lingkaran dengan jaringan sekitar.Dengan hiperplasia
chief cell, pembesaran bisa asimetrik yang terlihat sangat nyata.
Karsinoma paratiroid biasanya karakternya tidak agresif. Daya hidup jangka
panjang tanpa rekurens jika operasi yang dilakukan dalam mengangkat
kelenjar tanpa menimbulkan rupture dari kapsul. Karsinoma paratiroid yang
rekuren biasanya tumbuhnya lambat dengan penyebarannya ke leher, dan
operasi untuk koreksi ulang mungkin dapat dilakukan. Karsinoma paratiroid
akan lebih agresif jika ada metastasis (ke paru, hepar, dan tulang) ditemukan
pada saat permulaan operasi. Jika kadar kalsium antara 3,5-3,7 mmol / L (1415 mg / dL) merupakan tanda awal adanya karsinoma dan tindakan yang
harus dilakukan adalah mengangkat kelenjar yang abnormal dengan
perhatian akan rupturnya capsul.
Pada heperparatiroidisme, kelebihan jumlah sekresi PTH menyebabkan
hiperkalsemia yang langsung bisa menimbulkan efek pada reseptor di tulang,
traktus intestinal, dan ginjal. Secara fisiologis sekresi PTH dihambat dengan
tingginya ion kalsium serum. Mekanisme ini tidak aktif pada keadaan
adenoma, atau hiperplasia kelenjar, dimana hipersekresi PTH berlangsung
bersamaan dengan hiperkalsemia. Resorpsi kalsium dari tulang dan
peningkatan absorpsi dari usus merupakan efek langsung dari peningkatan
PTH.
Dalam non hiperparatiroid hiperkalsemia, tidak ada kompensasi ginjal dan
traktus intestinal pada kalsium yang normal. Mekanisme ini tidak berlaku
pada saat peningkatan PTH bersamaan dengan hiperkalsemia. Pada saat
kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi
kalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini
dapat meningkatkan insidens nefrolithiasis, yang mana dapt menimbulkan
penurunan kreanini klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium
ekstraselular dapat mengendap pada jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat
5. Manifestasi Klinik
Kebanyakan pasien dengan hiperparatiroidisme adalah asimtomatik.
Manifestasi utama dari hiperparatiroidisme terutama pada ginjal dan tulang.
Kelainan pada ginjal terutama akibat deposit kalsium pada parenkim
ginjalatau nefrolitiasis yang rekuren. Dengan deteksi dini, komplikasi ke
ginjal dapat berkurang pada 20 % pasien. Batu ginjal biasanya terdiri dari
kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Pada kebanyakan pasien episode
berulang dari nefrolitiasis atau pembesaran kalikuli ginjal dapat mengawali
obstruksi traktus urinarius, infeksi, gagal fungsi ginjal. Nefrolitiasis juga
menyebabkan
penurunan
fungsi
ginjal
dan
retensi
fosfat.
perifer,
traktus
gastrointestinal,
dan
sendi.
Manifestasi
dari
dan
pseudogout
frekuensinya
kurang
pada
Kardiovaskular:
Hipertensi.
Mata:
Konjunctivitis, keratopathy.
Kulit:
Pruritus.
6. Diagnostik
Laboratorium:
o Kalsium serum meninggi
o Fosfat serum rendah
o Fosfatase alkali meninggi
o Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
Foto Rontgen:
o Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
o Cystic-cystic dalam tulang
o Trabeculae di tulang PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus
bertambah
7. Diferensial Diagnosis
A. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia didefinisikan sebagai kadar kalsium darah lebih dari 10,5
mg/100ml. Banyak keadaan yang dapat menyebabkan hiperkalsemia, tetapi
hiperparatiroid merupakan penyabab paling utama. Sekresi hormon
paratiroid yang berlebihan menyebabkan terjadinya hiperklasemia,
hipofosfatemia, dan peningkatan resorbsi tulang.
Gagal ginjal kronik (Osteodistrofi ginjal) Pada ginjal akibat tingginya
sekresi hormon paratiroid dapat mengakibatkan nefrokalsinosis yang
akhirnya gagal ginjal kronik. Retensi fosfat menyebabkan penurunan kadar
kalsium serum. Keadaan azotemia juga mengganggu pengaktivan vitamin D
oleh ginjal, yang diperlukan untuk absorpsi kalsium dari usus. Kedua faktor
tersebut
cenderung
mengakibatkan
hipokalsemia.
Hipokalsemia
arthritis
yang
menimbulkan
nyeri,
didalam
ginjal
B. Hiperparatiodisme Sekunder
Pada penyakit ini terdapat hiperplasia dan hiperfungsi dari kelenjar
paratiroid. Sebab primer adalah keadaan hipokalsemia kronik yang
disebabkan di antaranya oleh:
Penyakit ginjal kronik karenaGlomerulonefritis
Pielonefritis
Kongenital dari traktus urinarius pada anak-anak
Kurang efektifnya PTH pada beberapa penyakit, yaitu pada:
Defisiensi vitamin D
Defek herediter darimetabolisme vitamin D
Kelainan-kelainan gastrointestinal
Penyakit-penyakit lain dapat juga menyebabkan hipokalsemia dan
kemudian hiperparatiroidisme sekunder, misalnya:
Osteogenesis
imperfecta
Pagets disease Mieloma multiple
Karsinoma dengan metastasis di tulang
C. Terapi
Kausal:
Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
Simptomatis:
o Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L):
o Hidrasi dengan infus
Sodium chloride per os
Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide)
Hiperkalsemia berat (> 15 mgr % atau 3,75 mmol / L):
Koreksi (rehidrasi) cepat per infus
Forced diuresis dengan furosemide
Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau infus perlahn
lahan (1-2 kali seminggu)
Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi) Dialysis peritoneal, kalau ada
insufisiensi ginjal.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Hiperparatiroidisme
a. Pengkajian
Tidak terdapat manifestasi yang jelas tentang hiperparatiroidisme dan
hiperkalsemia resultan. Pengkajian keperawatan yang rinci mencakup :
plasma
yang
merupakan
menegakkan
kondisi
laboratorium
pada
pemeriksaan
hiperparatiroidisme.
hiperparatiroidisme
terpenting
Hasil
primer
akan
dalam
pemeriksaan
ditemukan
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan
hiperparatiroidisme antara lain :
1) Risiko terhadap cidera yang berhubungan dengan demineralisasi tulang
yang mengakibatkan fraktur patologi.
2) Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan keterlibatan ginjal
sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.
3) Perubahan nutrisi yang berubahan dengan anorexia dan mual.
4) Konstipasi
yang
berhubungan
dengan
efek
merugikan
dari
keterlibatan
ginjal
sekunder
terhadap
hiperkalsemia
dan
hiperfosfatemia.
Tujuan : Klien akan kembali pada haluaran urine normal, seperti yang
ditunjukkan oleh tidak terbentuknya batu dan haluaran urine 30 sampai 60
ml/jam.
Intervensi Keperawatan :
1. Perbanyak asupan klien sampai 2500 ml cairan per hari. Dehidrasi
merupakan hal yang berbahaya bagi klien dengan hiperparatiroidisme
karena akan meningkatkan kadar kalisum serum dan memudahkan
terbentuknya batu ginjal.
2. Berikan sari buahn canbery atau prune untuk membantu agar urine
lebih bersifat asam. Keasaman urine yang tinggi membantu mencegah
b) Bantu klien untuk tetap dapat aktif sesuai dengan kondisi yang
memungkinkan.
c) Tingkatkan asupan cairan dan serat dalam diet. Klien harus minum
sedikitnya enam sampai delapan gelas per hari kecuali bila ada
kontra indikasi.
d) Jika konstipasi menetak meski sudah dilakukan tindakan, mintakan
pada dokter pelunak feses atau laksatif.
2. Hipoparatiroidisme
a. Pengkajian
Dalam pengkajian klien dengan hipoparatiroidisme yang penting adalah
mengkaji manifestasi distres pernapasan sekunder terhadap laringospasme. Pada
klien dengan hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda
perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering. Kaji juga terhadap sindrom
seperti Parkinson atau adanya katarak. Pengkajian keperawatan lainnya
mencakup:
1) Riwayat kesehatan klien.
1. Sejak kapan klien menderita penyakit.
2. Apakah ada anggota keluarga yang berpenyakit sama.
3. Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi khususnya
pengangkatan kelenjar paratiroid atau tiroid.
4. Apakah ada riwayat penyinaran daerah leher.
2) Keluhan utama, antara lain :
1. Kelainan bentuk tulang.
2. Perdarahan sulit berhenti.
3. Kejang-kejang, kesemutan dan lemah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh
kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu
ginjal yang mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme dibagi menjadi 2, yaitu
hiperparatiroidisme primer dan sekunder.Hiperparatiroidisme adalah karakter
penyakit yang disebabkan kelebihan sekresi hormone paratiroid, hormon asam
amino polipeptida. Sekresi hormon paratiroid diatur secara langsung oleh
konsentrasi cairan ion kalsium. Efek utama dari hormon paratiroid adalah
meningkatkan konsentrasi cairan kalsium dengan meningkatkan pelepasan
kalsium dan fosfat dari matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium oleh
ginjal, dan meningkatkan produksi ginjal.Hipoparatiroid adalah gabungan gejala
dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali
ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau
pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang
lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.
B. SARAN
Untuk mahasiswa diharapkan agar :
1. Mahasiswa/i mampu memahami mengenai konsep dan asuhan keperawatan
klien dengan hiperparatiroid dan hipoparatiroid.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mencari sumber bacaan lain yang terkait
dengan hiperparatiroid dan hipoparatiroid.
DAFTAR PUSTAKA
- Ranakusuma Boedisantoso, Soewondo Pradana; Gangguan Metabolisme
Kalsium; dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Ed ke-3. Balai penerbit
FKUI Jakarta 1999.
- Ganong. F. William; Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, alih bahasa: dr. M.
Djauhari.