You are on page 1of 109

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG


BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Oleh :

MELVA
047023013/AKK

K O L A

PA

.
0000

A S A R JA

00000

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository 2008

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG DATANG
BEROBAT DI RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN TAHUN 2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)


dalam Program Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MELVA
047023013/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Judul Tesis

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok
Program Magister
Konsentrasi

: FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
KEJADIAN
KANKER
LEHER RAHIM PADA
PENDERITA YANG DATANG BEROBAT DI RUMAH
SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008
: Melva
: 047023013
: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
: Epidemiologi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof.dr.H.M.Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K))


Ketua

(dr. Deri Edianto, Sp.OG(K))


Anggota

Ketua Program Studi

Direktur

(Dr.Drs. Surya Utama, MS)

(Prof. Dr. Ir.T.Chairun Nisa B, MSc)

Tanggal lulus : 16 Desember 2008

Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di
RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository 2008

Telah diuji
Pada tanggal : 16 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua

Prof.dr.H.M. Nadjib Dahlan Lubis Sp.PA(K)

Anggota

1. dr. Deri Edianto, Sp.OG(K)


2. dr. Rahayu Lubis, M.Kes
3. dr. Ria Masniari, M.Si
4. dr. Jules H. Hutagalung, MPH

Melva : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang
Berobat Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008, 2008
USU Repository 2008

PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
KANKER LEHER RAHIM PADA PENDERITA YANG
DATANG BEROBAT DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang sepengatahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Medan, 16 Desemder 2008

Melva

ABSTRAK
Kanker leher rahim (KLR) masih menjadi problema kesehatan bagi
masyarakat Indonesia , karena kanker ini masih merupakan salah satu keganasan
yang paling banyak pada wanita. Di Indonesia terjadi peningkatan penyakit KLR
dan menjadi salah satu penyebab kematian pada usia produktif
Untukmengetahui factor yang mempengaruhi terjadinya KLR telah
dilakukan penelitian dengan rancangan studi Cross Sectional terhadap penderita
KLR sebanyak 60 kasus dan 60 tidak penderita KLR. Sampel diambil pada
penderita yang datang berobat dan rawat inap bulan Februari Maret 2008 di
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam MalikMedan. Data primer dikumpulkan
dengan teknik wawancara menggunakan kuestioner. Data dianalisis secara
Univariat, Bivariat, Multivariat
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara 4 faktor yang menentukan kejadian KLR: usia pertama
hubungan seks (p=0.000), paritas (p=0.034), ganti pasangan (p=0,020), infeksi
kelamin (p=0.000). Hasil analisis Multivariat melalui uji Regresi Logistik Ganda
menunjukkan ada pengaruh usia pertama melakukan hubungan seks
(p=0.005;Rasio Prevalens 2.3), infeksi kelamin (p=0.000; Ratio prevalens 2.5)
Berdasarkan hasil penelitian ini maka petugas kesehatan perlu melakukan
sosialisasi KLR secara terpadu oleh Dinas Kesehatan, Puskesmas, Departemen
Agama, Tokoh Masyarakat, melalui Komunikasi Informasi Edukasi (KIE).
Pelaksanaan Deteksi Dini menjadi suatu Program Penanggulangan KLR, baik di
tingkat daerah maupun tingkat Puskesmas.
Kata kunci : Kanker Leher Rahim

ii

ABSTRACT
Cervical cancer is still a major health problem for Indonesian women , as
the cancer is the first rank incidence of malignancy in Indonesian. The incidence
of cervical cancer is increasing in Indonesian that it becomes one of the causes of
death of women in their productive age
To find out the influencing risk factor of the incidence of the cervical
cancer, it is done a cross sectional study to sixty patiens suffering of cervical
cancer and sixty people not surffering .The sample for this study are those who
came to H.Adam Malik General Hospital Medan in period of February to March
2008.The datas were achieved by enterviewing, fulfilling the questionnaire and
analysed by univariate, bivariate and multivariate analysis.
Chi Square test shows that there were four factors that significantly
determine the incidence of cervical cancer i.e, the age of under twenty year, the
first time committed sexual intercourse (p=0,000), parity of more than three
(p=0,000), Changing of sexual patner (p=0,020), being ever get cervical infection
(p=0,000). Multivariate (logic Regression) analysis showed that the most
determining factor influencing were the first time of commiting sexual
intercourse (p=0.005; ratio prevalence 2,3) cervical infection (p=0,000; ratio
prevalens 2,5).
Based the result it is suggested that health service, personnels, primary
health center, Department of Religious Affairs, prominent community leaders
joinly do an intergrated socialitation of cervical cancer through education
information communication. The implemation of early detection has become a
cervical cancer prevention program either at district or Puskesmas levels.
Key words : Cervical Cancer

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena HidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim pada Penderita
yang Datang Berobat di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2008.
Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada Bapak/ibu : Prof.dr, H.M. Nadjib Dahlan Lubis, Sp.PA(K) sebagai
Ketua Komisi Pembimbing, dr. Deri Edianto, Sp.OG(K) selaku anggota komisi
pembimbing serta dr. Rahayu Lubis, M.Kes. selaku anggota komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing penulis
mulai dari pembuatan proposal hingga selesainya penulisan tesis ini. Tidak lupa
ucapan terimakasih kepada Ibu Ria Masniari, MS,. dr. Jules H. Hutagalung, MPH
dan yang telah menyediakan waktu, menjadi Dosen Pembanding dan tim penguji
tesis ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terimakasih
kepada Bapak/Ibu :
1. Bapak Prof., Charuddin P. Lubis, DTM&H,SpA(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr, Ir. T.Chairun Nisa B, MSc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Wakil direktur Medis dan Penelitian RSUP. H. Adam Malik Medan
dan staff yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam melakukan
penelitian ini.
5. Ibu Prof. Dr.Dra. Ida Yustina, MSi. selaku Sekretaris Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi yang telah memberikan
pengajaran, bimbingan dan pengarahan serta bantuan selama pendidikan.
7. Ibu Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Depkes Medan
yang telah memberikan izin belajar kepada penulis.
8. Kepada suami tercinta dan anak-anak tersayang serta seluruh keluarga, Bapak,
Kakak dan Adik-adik serta teman-teman di Institusi Prodi D-III & D-IV
Kebidanan Medan yang selalu memberikan dorongan moril maupun materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Penulis yakin dalam tesis ini terdapat kekurangan, untuk itu penulis
menerima masukan, kritik dan saran demi perbaikan tesis ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa membalas kebaikan Bapak/Ibu.
Medan,

Penulis

vi

RIWAYAT HIDUP
Nama

: Melva

Tempat/tanggal Lahir

: Pematang Siantar, 23April 1961

Pekerjaan

: Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Jurusan


Kebidanan Medan

Alamat

: Jalan Sido Mulyo Dusun VI Pasar IX Tembung

Riwayat Pendidikan
1967 1973

: SD TP Mardi Lestari Medan

1973 1976

: SMP TP Mardi Lestari Medan

1976 1980

: SMA Negeri IV Medan

1980 1983

: Fakultas Non Gelar Kesehatan Program D III


Keperawatan Universitas Darma Agung Medan

1999 2000

: D IV Perawat Pendidik USU Medan

2004 2008

: Sekolah Pascasarjana USU Medan

Riwayat Pekerjaan
1986 Sekarang

: Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Medan

vii

DAFTAR ISI
Halaman.
ABSTRAK........................................................................................................... i
ABSTRACT......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP............................................................................................. v
DAFTAR ISI...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................
1.1. Latar Belakang ............................................................................
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................
1.4. Hipotesis Penelitian.....................................................................
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................

1
1
6
6
6
7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................


2.1. Pengertian Kanker Leher Rahim.................................................
2.2. Epidemiologi Kanker Leher Rahim ............................................
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kanker Leher
Rahim ..........................................................................................
2.4. Patologi .......................................................................................
2.5. Gambaran Klinis .........................................................................
2.6. Tindakan Pengobatan ..................................................................
2.7. Prognosis Kanker Leher Rahim .................................................
2.8. Landasan Teori............................................................................
2.9. Kerangka Konsep ........................................................................

8
8
8
11
20
21
25
26
27
28

BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................


3.1. Jenis Penelitian............................................................................
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .....................................
3.3. Populasi dan Sampel ...................................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data .........................................................
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ..............................................
3.6. Metode Pengukuran ....................................................................
3.7. Metode Analisis Data...................................................................

29
29
29
30
30
33
35
36

viii

BAB 4. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 39


4.1. Deskripsi Rumah Sakit Umum Pusat. H.Adam Malik................ 39
4.2. Hasil Penelitian ........................................................................... 41
BAB 5. PEMBAHASAN ..................................................................................
5.1. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks dengan Kejadian
KLR.............................................................................................
5.2. Paritas (Jumlah Anak) dengan Kejadian KLR ............................
5.3. Ganti Pasangan dengan Kejadian KLR.......................................
5.4. Infeksi dengan Kejadian KLR....................................................
5.5. Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian KLR ...........................
5.6. Merokok dengan Kejadian KLR .................................................

52
53
54
55
57
58
60

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 62


6.1. Kesimpulan ................................................................................. 62
6.2. Saran............................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65

ix

DAFTAR TABEL
Nomor

Judul

Halaman.

2.1

Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000........

24

3.1

Metode Pengukuran ....................................................................

35

4.1

Distribusi Karakteristik Penderita Kanker Leher Rahim di


RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008. ................................

41

Gambaran Faktor yang mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP


H. Adam Malik Medan tahun 2008. ...........................................

43

Distribusi proporsi penderita KLR berdasarkan variabel


independen, nilai p, RP dengan 95% CI di RSUP H. Adam
Malik Tahun 2008. ......................................................................

45

Hasil Analisis Uji regressi logistik ganda untuk identifikasi


variabel yang akan masuk dalam model dengan nilai p 0.05 ..

51

Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Faktor Yang


Mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP H. Adam Malik
Medan tahun 2008.......................................................................

51

4.2
4.3

4.4
4.5

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

Kerangka Teori ........................................................................

27

Kerangka Konsep Penelitian ....................................................

28

xi

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Judul

Halaman

1.

Daftar Pertanyaaan Penelitian............................................

70

2.

Hasil uji validitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP.


HAM Medan Tahun 2008 (n.30) ............................

75

3.

Hasil uji Reliabilitas Kuesionerdi Ruang Rindu B RSUP.


HAM Medan Tahun 2008.(n.30) .......................

76

4.

Master tabel data penelitian faktor-faktor yang


mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada
penderita yang datang berobat di RS. H. Adam Malik
Medan................................................................................

77

5.

Hasil uji univariat, bivariat, dan multivariat data


penelitian...........................................................................

79

6.

Surat Permintaan Izin dari Program Pasca Sarjana USU

86

7.

Pernyataan Setuju Menjadi Responden

87

8.

Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di RSUP. H.


Adam Malik medan

88

xii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Azis(2001). Muslim(2003) Kanker Leher Rahim (KLR)
merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita setelah kanker
payudara dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita. Diperkirakan
500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi setiap tahunnya di dunia, 80% dari
kasus tersebut terdapat di Negara Negara yang sedang berkembang.
Menurut data Organisasi Kesehatan Sedunia,( WHO) setiap tahun jumlah
penderita kanker didunia bertambah 6,25 juta orang atau setiap 11 menit ada satu
penduduk meninggal dunia karena kanker dan setiap 3 menit ada satu penderita
kanker baru. Dalam 10 tahun mendatang

di perkirakan 9 juta orang akan

meninggal setiap tahun akibat kanker, 2/3 dari penderita kanker tersabut berada
di Negara Negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia ( Bustan,1997.
Ratna 2004).
Menurut Riono(1999) di Amerika Selatan, Afrika dan beberapa di negara
Asia ditemukan kejadian kanker leher rahim sebanyak 40/100.000 penduduk,
sedangkan di wilayah Australia Barat, tercatat setiap tahunnya sebanyak 85 orang
wanita didiagnosa positif menderita kanker leher rahim.
Menurut Hacker & Moore(2001) di Amerika Serikat pada tahun 1990
KRL menduduki urutan ke 8 diantara kanker pada wanita , dengan angka kejadian

xiii

sebesar 13.500 kasus. Di Asia pada tahun 2000 incidence rate KLR di temukan
sebanyak 510/ 100.000.wanita dengan case fatality rate ( CFR ) sebesar 39,8 %.
Menurut Wiknjosastro, Saefudin, Rachimhadhi (1999) di Asia dijumpai
insiden KLR sebanyak 20-30/100.000 wanita dengan angka kematian 510/100.000.wanita, penderita KLR terutama banyak dijumpai pada usia 45-50
tahun, puncak kejadian pada usia 35-39 tahun dan 60-64 tahun, dengan usia ratarata 52 tahun.
Data Departemen Kesehatan di Indonesia saat ini ada sekitar 200.000
kasus KLR setiap tahunnya, atau 100 kasus per 100.000.wanita., 70 % kasus yang
datang kerumah sakit ditemukan dalam stadium lanjut. Di Indonesia penderita
KLR saat ini

masih menempati urutan pertama setelah kanker payudara.

Incidence kanker saat ini di perkirakan 100 per 1000.000 ribu pertahun atau
sekitar 180.000 ribu penderita pertahun (Sahil, 2003. Mustari, 2006).
Penyakit kanker merupakan hal yang sangat menakutkan, karena penyakit
ini ganas bahkan kerap diibaratkan sebagai lonceng kematian. Di Indonesia terjadi
peningkatan penyakit kanker dan menjadi salah satu penyebab kematian usia
produktif. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)menunjukkan proporsi
penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3 % pada tahun
1976, menjadi 3,4 % pada tahun 1980. Pada tahun 1986, meningkat menjadi 4,3
% dan 4,8 % pada tahun 1992 (Nuranna,1992).

xiv

Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi jumlah


penderita kanker leher rahim pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahuan 2000
sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 683 kasus.
Data RS dr. Pirngadi Medan tahun 2000 menunjukkan bahwa

KLR

menempati peringkat teratas dari seluruh kanker pada wanita. Pada tahun 1999
terdapat 57 kasus, tahun 2000 sebanyak 66 kasus, dan tahun 2001 sebanyak 85
kasus, 2002 sebanyak 62 kasus dan tahun 2003 sebanyak 92 kasus, tahun 2004
sebanyak 72 kasus, dan 2005 sebanyak 98 kasus. Data dari RSUP. Haji Adam
Malik Medan penderita KLR tahun 2001 sebanyak 55 kasus,tahun 2002 sebanyak
53 kasus dan tahun 2003 sebanyak 56 kasus, tahun 2004 sebanyak 62 kasus, tahun
2005 (111 kasus) dan tahun 2006 (140 kasus), 2007 (215 kasus).
Kematian karena KLR di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam
waktu 5 tahun terakhir sangat tinggi yaitu sebanyak 66,1% dari 327 kasus
kematian kanker ginekologik, disusul oleh Ovarium 22,6%, uterus 2,4%, vulva
0,9% dan vagina 0,6% (Ramli, 2005).
Menurut Edianto (2006) lebih dari 90% penyebabnya KLR saat ini akibat
Human Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Selain HPV, ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya KLR yaitu (1)
Insidens lebih tinggi pada yang kawin dari yang tidak kawin, (2) Perempuan
kawin usia muda atau koitus pertama usia < 16 tahun, (3) Insidens meningkat
dengan tingginya paritas, (4) Golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan
dengan pendidikan yang rendah, kawin usia muda, hygiene seksual jelek, paritas

xv

tinggi serta pekerjaan dan penghasilan yang tidak tetap, (6) Aktivitas seksual
sering berganti pasangan (promiskuitas), (7) Hubungan seks dengan lelaki yang
memiliki penderita kanker leher rahim uteri, sering pada wanita yang mengalami
infeksi HPV serta kebiasaan merokok baik pasif maupun aktif.
Menurut Bustan(1997), Wiknjosastro(1999) kanker dapat disembuhkan
jika dideteksi dan ditanggulangi sejak dini, namun dikarenakan minimnya gejala
yang ditimbulkan oleh KLR, maka penanganan terhadap penyakit ini sering kali
terlambat yang menyebabkan kematian.
Penanganan kanker sering

terlambat akibat minimnya gejala yang

ditimbulkannya,sehingga terjadi peningkatan kasus dari tahun ketahun bahkan


cenderung mengalami pergeseran kearah usia yang lebih muda(Jonathan, 2000).
Pemeriksaan yang

paling utama dalam deteksi dini KLR adalah

pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya perempuan yang sudah


aktif melakukan hubungan seks. (Bastaman,1999.Aziz,2002)
Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi , sederhana , cepat dan tidak
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong murah. Papsmear
efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh kanker
leher rahim.
Menurut Heru(2000) tiga puluh persen dari penderita neoplasma, kasus
ditemukan pada saat skrining dengan Papsmear. Melalui papsmaer KLR dapat
disembuhkan bahkan dapat dicegah (preventable disease).Di beberapa negara
maju yang telah cukup lama melakukan program penyaringan (screening), melalui

xvi

papsmear dapat menemukan penyakit pada tingkat pra kanker , dan angka
kematiam turun secara drastis sekitar 50 60%.
Di Kanada insidens kanker serviks turun dari 28,4 menjadi 6,9 per 1000
wanita dan angka kematian turun dari 11,4 menjadi 3,3 per 1000 wanita selama 20
tahun program penyarigan.( Scaberg,1985.Sianturi,1996)
Menurut Hacker & Moore (2001) di Amerika Serikat tahun 1990 KLR
menduduki rangking ke delapan diantara penyakit kanker pada wanita. Insidensi
telah banyak berkurang sejak tahun 1930. Sebagian penurunan KLR berhubungan
dengan adanya sediaan apus Papanicolau yang memungkinkan pendeteksian
penyakit sebelum invasif.
Tingginya angka kematian penderita KLR di Indonesia disebabkan
sebagian besar penderita KLR, baru datang berobat setelah stadium lanjut, sekitar
70% penderita datang dalam stadium lanjut , hal ini karena masih kurangnya
kesadaran wanita

Indonesia untuk mencegah dan mendeteksi secara dini

kanker leher rahim ( Ratna,2004 ).


Data Rumah Sakit Kanker Dharmais 1993-1997 dari 710 kasus baru,
sebesar 65 % pasien datang pada stadium lanjut ( IIB-IV )dengan angka ketahanan
hidup, dalam dua tahun stadium lanjut berkisar 53,2% dan untuk stadium awal
hampir 90% (Hidayani, 2003).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada
penderita rawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

xvii

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka yang menjadi
permasalahan adalah masih tingginya angka kejadian kanker leher rahim, dan
ingin diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim,dan
deteksi dini yang dilakukan pada penderita yang datang berobat dan rawat inap di
RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui karakteristik penderita kanker leher rahim (umur, pendidikan,
pekerjaan dan deteksi dini) yang datang berobat dan rawat inap di RSUP
Haji Adam Malik Medan.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi (usia pertama kali kawin/
melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, riwayat pemakaian
kontrasepsi, merokok) dengan kejadian kanker leher rahim pada penderita
yang datang berobat dan rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4 Hipotesis Penelitian


1. Ada pengaruh usia pertama kali kawin dengan kejadian kanker leher rahim
2. Ada pengaruh paritas dengan kejadian kanker leher rahim
3. Ada pengaruh ganti pasangan dengan kejadian kanker leher rahim
4. Ada pengaruh riwayat pemakaian kontrasepsi dengan kejadian kanker
leher rahim

xviii

5. Ada pengaruh merokok dengan kejadian kanker leher rahim


6. Ada pengaruh penyakit/ infeksi kelamin dengan kejadian kanker leher
rahim
1.5 Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi petugas
kesehatan dalam memahami faktor resiko terjadinya kanker leher rahim.
2. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan resiko terjadinya kanker leher rahim.

xix

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kanker Leher Rahim
Menurut Sarjadi (1995) Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada
serviks uteri, suatu daerah pada organ perempuan yang merupakan pintu masuk
kearah rahim yang terletak antar rahim dan liang senggama.

2.2 Epidemiologi kanker leher rahim


2.2.1 Kejadian Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian utama kanker pada
wanita di negara

berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000

kasus KLR baru di seluruh dunia , 77 % berada di Negara sedang berkembang


( Sjamsudin, 2001 ).
Data Insidensi rate KLR (Age standardized cancer incidence rate /
ASR). Di negara Thailand didapatkan bahwa dalam kurun waktu 5 tahun ( 1983
1987 ) sebesar 33,2 % , Korea Selatan dalam kurun waktu 2 tahun sebesar 23,2 %
, India dalam kurun waktu 1 tahun ( 1982 ) sebesar 41,7 %, sedangkan Myanmar
dalam kurun waktu 3 tahun ( 1978 - !980 ) sebesar 31,3 % ( Sarjadi,1995 ).
Secara umum di seluruh dunia, baik insiden dan mortalitas KLR berada
pada urutan kedua setelah kanker payudara , sedangkan pada negara berkembang

xx

KLR masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita
(Sarjadi , 1995 ).
Di Indonesia, KLR menempati urutan kedua setelah kanker payudara.
Diantara tumor ganas ginekologi sebesar 68,90 % , diperkirakan terdapat 200 ribu
kasus baru pertahunnya. Insidens rate penderita kanker di Indonesia berjumlah
100 orang per 100.000 (Ratna, 2004).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) proporsi
kematian meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 4,8 % tahun 1989 menjadi 5 %
tahun 1992 serta 4,9 % tahun 1995, dan 6,0 % tahun 2001, dimana kanker
merupakan urutan kelima terbanyak penyebab kematian. KLR menempati urutan
pertama dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker
pada wanita ( SKRT 2002 ).
Berdasarkan data dari 13 pusat Patologi di Indonesia tahun 1990. Insiden
KLR menempati urutan pertama dengan persentasi sebanyak 27 % disusul kanker
payudara 11,22 %, Sedangkan data dari beberapa gabungan rumah sakit di
Indonesia proporsi KLR menduduki peringkat tertinggi yaitu 16,0 %, disusul oleh
kanker hati / hepatoma (12,0 %), payudara (10,0%), kanker paru (9,0 %), kanker
kulit (7,5 %), kanker nasofaring (7,0 %0, leukemia (5,0 %), kanker usus besar (4,5
%) dan lain-lain (1,7 %) (Fauzi, 2002.Aziz, 1996).
Data dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 1717 kasus kanker
ginekologi dalam kurun waktu 1989 1992 (3 tahun) terdapat 76,2 % diantaranya
adalah KLR. Kematian karena KLR di RSCM tahun (1990-1994 ) sangat tinggi

xxi

yaitu sebanyak 66,1 % dari 327 kasus kematian kanker ginekologik , disusul oleh
kanker ovarium 22,6 % ,penyakit trofoblas ganas 7,3 % , kanker uterus 2,4 %
,kanker vulva 0,9 % dan kanker Vagina 0,6 % ( Sahil ,2002 ).
Penelitian lain di Amerika dilakukan oleh Sidibe Kassim (2000)
memperkirakan setiap tahun terjadi 13.000 kasus KLR . 31,54 % diantaranya
berada pada stadium lanjut . Diperkirakan sekitar 10 -15 % displasia ringan
hingga sedang berkembang menjadi kanker invasif .dan membutuhkan waktu 3 20 tahun untuk menjadi kanker invasif ( Tambunan ,1996 ).
KLR jarang terjadi sebelum umur 20 tahun, umur rerata dari kejadian ini
47 tahun. Di beberapa daerah geografis , umur rerata dilaporkan 39 tahun dan
yang terbanyak antara 45 50 tahun ( Hacker dan Moore, 2001 ).
Periode laten dari fase pra invasif menjadi invasif memakan waktu sekitar
10 tahun, hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR invasif
pada saat didiagnosis sedangkan 53 % dari Karsinoma insitu terdapat pada wanita
di bawah usia 35 tahun. Hasil penelitian dari beberapa laboratorium Patologi
Anatomi di Indonesia (2000), KLR ditemukan pada wanita yang berusia antara 25
34 tahun dengan puncaknya pada usia 45 54 tahun. Sedangkan menurut Hatch,
umur rata-rata penderita KLR 52 tahun dengan puncaknya diantara umur 35 39
tahun dan 60 64 tahun. Sebenarnya pada usia di bawah 15 tahun pun kanker ini
sudah berkembang akan tetapi baru tampak gejala setelah 10 sampai 30 tahun
kemudian. Pada wanita kulit putih dan kulit hitam paling sering terjadi pada usia
25 dan 35 tahun ( Novaks and Jonathan ,1996 . Sahil, 2003 ).

xxii

2.3 Faktor Faktor Yang mempengaruhi terjadinya Kanker Leher Rahim


Penyebab KLR belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan
2.3.1

predisposisi yang menonjol :


Umur
Kanker leher rahim sering ditemukan antara umur 30 60 tahun dimana

insiden terbanyak pada umur 40 50 tahun, dan akan menurun drastis sesudah
berumur 60 tahun (Parson). Sedangkan menurut Bendson, penderita KLR rata-rata
dijumpai pada umur 45 tahun serta menurut Davis dan banyak peneliti lainnya
mengemukakan dalam 1000 per 100.000 dari kanker intra epitalia dijumpai pada
wanita 30 45 tahun ( Yakub,1993 ).
Periode laten dan fase pra invasif untuk menjadi invasif memakan waktu
sekitar 10 tahun. Hanya 9 % dari wanita berusia < 35 tahun menunjukkan KLR
yang invasif pada saat didiagnosa, sedangkan 35 % dari KLR terdapat pada wanita
di bawah usia 35 tahun. Sedangkan menurut Aziz(1996), umumnya insidens KLR
sangat rendah di bawah umur 20 tahun dan sesudahnya menaik dengan cepat dan
menetap pada usia 50 tahun. Sedangkan KLR mulai naik pada umur lebih awal,
dan puncaknya pada umur 30 34 tahun, dan mencapai puncak menetap pada usia
35 55 tahun dan terus menurun sesudah usia tersebut.
Menurut Riono(1999), KLR biasanya terjadi pada wanita yang berumur
tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa KLR dapat juga menyerang wanita
yang berumur antara 20 30 tahun.

xxiii

2.3.2 Pendidikan
Penelitian Harahap 1983 di RSCM antara tingkat pendidikan dengan
kejadian KLR terdapat hubungan yang kuat, dimana KLR cenderung lebih banyak
terjadi pada wanita yang berpendidikan rendah dibanding wanita yang
berpendidikan tinggi(88,9%). Tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan
tingkat sosio ekonomi, kehidupan seks dan kebersihan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Surbakti E ( 2004 ) pendidikan mempunyai hubungan bermakna
dengan kejadian KLR OR= 2,012 dengan kata lain penderita KLR yang
berpendidikan rendah merupakan factor resiko yang mempengaruhi terjadinya
KLR .

2.3.3 Pekerjaan
Menurut Teheru(1998) dan Hidayati(1999) terdapat hubungan antara KLR
dengan pekerjaan, dimana wanita pekerja kasar, seperti buruh, petani
memperlihatkan 4 kali lebih mungkin terkena KLR dibandingkan wanita pekerja
ringan atau bekerja di kantor. Dua kejadian yang terpisah memperlihatkan adanya
hubungan antara KLR dengan pekerjaan. Para istri pekerja kasar 4 kali lebih
mungkin terkena KLR dibandingkan para istri pekerja kantor atau pekerja ringan,
kebanyakan dari kelompok yang pertama ini dapat diklasifikasikan ke dalam
kelompok sosial ekonomi rendah, mungkin standard kebersihan yang tidak baik
pada umumnya factor sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktifitas seksual
pada usia lebih muda.

xxiv

Wanita dengan sosio ekonomi tinggi dengan wanita dari masyarakat urban
sebagai kelompok resiko rendah, dan wanita dengan status sosial ekonomi yang
rendah dengan wanita dari masyarakat rural sebagai wanita yang beresiko tinggi
terhadap terjadinya KLR, biasanya dikaitkan dengan hygiene, sanitasi dan
pemeliharaan kesehatan masih kurang. Pendidikan rendah, kawin usia muda,
jumlah anak yang tinggi, pekerjaan dan penghasilan tidak tetap, serta faktor gizi
yang kurang akan memudahkan terjadinya infeksi yang menyebabkan daya
imunitas tubuh menurun

sehingga

menimbulkan resiko terjadinya KLR

(Teheru,1998. Hidayati,1999 ).Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh


Hibridawati ( 2001 ) ditemukan proporsi terbesar penderita KLR adalah pekerjaan
Ibu rumah tangga sebesar 73,7 %.

2.3.4 Deteksi Dini.


Di beberapa Negara maju yang telah cukup lama melakukan program
penyaringan (screening), melalui Papsmear dapat menemukan penyakit pada
tingkat pra kanker, dan angka kematian turun secara dratis 50-60%. Di Kanada
insidenkanker leher rahim turun dari 28,4 menjadi 6,9 sedang mortalitas turun dari
11,4

menjadi

3,3,

per

1000

wanita

selama

20

tahun

program

penyaringan(screening).Di negara maju, seperti Jepang , angka penderita KLR


dapat ditekan dengan adanya kesadaran melakukan deteksi dini.Beberapa peneliti
mengemukakan dari 4467 kasus kanker ,sebesar 1800 kasus ditemukan pada

xxv

stadium lanjut.,dari keseluruhan

wanita yang menderita KLR tidak pernah

melakukan Papsmear sebanyak 85 %(Aziz,2000.Evennett 2003 ).


Di negara-negara Skandinavia dengan melakukan deteksi dini sejak
pertengahan tahun enam puluhan selama 20 tahun (1965 1978) angka kematian
KLR menurun sebesar 50 60 % di Kanada insidens KLR turun dari 28,4%
menjadi 6,9% dan mortalitas turun dari 11,4% menjadi 3,3 per 100.000
wanita.Sedangkan penelitian di Australia pada penderita dengan kanker invasif
sebesar 35 % dimana tidak pernah melakukan deteksi dini, sebesar 19,4 %, tidak
melakukan deteksi dini paling sedikit 4 tahun sebesar 21,5 % (Aziz, 2000).
Di Indonesia , terjadi peningkatan kejadian kanker dalam jangka waktu
10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian naik dari
peringkat 12 menjadi peringkat 6.Setiap tahun diperkirakan terdapat 190.000
penderita baru dan 1/5 akan meninggal akibat penyakit kanker.Namun angka
kematian akibat kanker ini bisa dikurangi 3 35% bila dilakukan tindakan
perventif, screening dan deteksi dini.Misalnya dengan melakukan tes pap smear
bagi mereka yang telah aktif secara seksual dapat menurunkan angka kematian
(Dalimartha, 2004).
Menurut Aziz(2003) tingginya angka kematian penderita KLR di
Indonesia disebabkan karena sebagian besar penderita KLR atau 70 % penderita
KLR ditemukan pada stadium lanjut.

xxvi

Pemeriksaan yang paling utama dan deteksi dini kenker leher rahim
adalah pemeriksaan Papaniculou Smear (Papsmear) khususnya pada perempuan
yang sudah aktif melakukan hubungan seks (Canavan T at.all, 2000).
Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (1989 1992), penderita KLR
kebanyakan datang pada stadium lanjut (II dan IV )sekitar 80 % dimana,stadium I
19,9 %, stadium II 32,0 %, stadium III 40,7 % dan stadium IV 7,4 % keadaan ini
dapat terjadi karena kurangnya kesadaran wanita Indonesia untuk mencegah dan
mendeteksi secara dini KLR (Hidayati, 2001 ).
Papsmear merupakan pemeriksaan sitologi, sederhana cepat dan tidak
sakit dengan tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tergolong relatif
murah,efektif menurunkan angka kejadian dan kematian yang diakibatkan oleh
KLR. Tiga puluh persen dari penderita KLR, kasus ditemukan pada saat skrining
Papsmear. Melalui Papsmear kanker leher Rahim dapat dicegah (preventable
disease) Walaupun hasil test Papsmear telah terbukti bermanfaat bagi penemuan
dini KLR namun penggunaannya secara nasional masih merupakan masalah
besar.(Aziz , 2002 ).

2.3.5 Usia Pertama Kawin/ Melakukan Hubungan Seksual


Kawin muda berpengaruh terhadap terjadinya KLR. Penelitian Sandra
Van Loon di RSHS (1996), wanita penderita KLR kawin pertama kali antara
umur 15 19 tahun. Beberapa sarjana melihat adanya hubungan erat antara KLR

xxvii

dengan kawin muda. Wanita yang kawin muda atau

pertama kali koitus pada

umur 15- 20 tahun lebih sering terkena KLR (Lussat ).


Umur pertama kali hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang
cukup penting. Dimana makin muda seorang perempuan melakukan hubungan
seksual semakin besar resiko yang harus ditanggungnya, karena terjadinya KLR
dengan masa laten KLR memerlukan waktu 30 tahun sejak melakukan hubungan
seksual pertama, sehingga hubungan seksual pertama dianggap awal dari mula
proses munculnya KLR pada wanita (Yakub ,1993 ).
Menurut Riono (1999 ), Edward (2001), Aziz ( 2002) Wanita menikah di
bawah usia 16 tahun biasanya 10 12 kali lebih besar kemungkinan terjadi KLR
daripada mereka yang menikah setelah berusia 20 tahun ke atas. Pada usia
tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitive. Serviks remaja lebih
rentan terhadap stimulus karsinogenik karena terdapat proses metaplasia
skuamosa yang aktif, yang terjadi di dalam zona transformasi selama periode
perkembangan. Metaplasia skuamosa ini biasanya merupakan suatu proses
fisiologi tetapi di bawah pengaruh karsinogen, perubahan sel dapat terjadi
sehingga mengakibatkan suatu zona transformasi yang tidak patologik. Perubahan
yang tidak khas ini menginisiasi suatu proses yang disebut neoplasia intraepitel
serviks (Cervic Intraepithel Neoplasma = CIN) yang merupakan fase prainvasif
dari KLR.

xxviii

2.3.6 Paritas
KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan .
Kategori partus sering belum ada keseragaman akan tetapi menurut beberapa
pakar berkisar
.

3 5 kali melahirkan .(Tambunan,1996 .Harjono,1996).

Green menemukan penderita KLR 7,9 % adalah multi para dan 51 %

pada nulli para. Dimana bila persalinan pervaginam banyak maka KLR cenderung
akan timbul (Harahap, 1997).
KLR banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana
hubungan jumlah persalinan dengan kejadian KLR, karena pada wanita yang tidak
melahirkan juga dapat terjadi KLR ( Yakub,1993 ).

2.3.7 Ganti pasangan


Telaah pada berbagai penelitian epidemiologi KLR berhubungan kuat
dengan perilaku seksual seperti multiple mitra seks, dan usia saat melakukan
hubungan seks yang pertama. Resiko meningkat lebih dari 10 X bila bermitra seks
6 atau lebih. Juga resiko meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi
pria yang melakukan hubungan seks

dengan multiple mitra seks atau yang

mengidap kondiloma akuminatum (Aziz, 2000).


Menurut Aziz (2000) Wanita yang melakukan hubungan seksual pada
usia < 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual berganti-ganti lebih beresiko
untuk

terjadi

KLR.

Berganti-ganti

pasangan

dalam

hubungan

seksual

memperbesar kemungkinan terinfeksi HPV.

xxix

Penelitian Corscoden ditemukan faktor koitus dengan seringnya berganti


pasangan, merupakan faktor yang berpengaruh untuk terjadinya KLR. Benson
menemukan

kasus KLR 4 kali lebih banyak pada wanita yang melakukan

prostitusi ( Yakub, 1993).


Menurut Rortkin, pergantian pasangan lebih dua kali akan meningkatkan
resiko terjadinya KLR., resiko meningkat 10 x lipat pada wanita yang mempunyai
mitra seksual enam atau lebih atau bila aktivitas seksual dimulai sebelum 15 tahun
(Evennett, 2003).

2.3.8 Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap
sebagai rokok atau yang dikunyah. Wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah
serviks 56 x lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan
tersebut pada leher rahim akan menurunkan status immun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen. Hasil penelitian bila merokok 20 batang setiaphari resiko
untuk terkena kanker adalah 7 kali dibanding orang yang tidak merokok. Atau
bila merokok 40 batang setiap hari, resiko untuk terkena kanker adalah 14 kali
dibanding orang yang tidak perokok.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin tinggi resiko untuk
terkena KLR (Hidayati,2001.Evennett,2003).

xxx

2.3.9 Infeksi
Penyebab utama KLR adalah adalah infeksi virus Human Vapiloma
Virus (HPV) lebih dari 90 kanker serviksjenis skuamosa mengandung DNA
VirusHPV dan 50 % KLR berhubungan dengan HPV tipe 16 . Infeksi virus HPV
telah terbukti menjadi penyebab lesi prakanker, kondiloma akuminatum, dan
kanker. Terdapat lebih dari 200 tipe virus HPV dari tipe tersebut tipe 16 dan 18
mempunyai peranan yang penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan
mengkode pembentukan protein protein yang penting dengan replikasi virus.
Tipe virus resiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein E6 dan
E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel seviks ,
p53dan pRb adalh protein penekan tumor yang berperan menghambat
kelangsungan siklus sel, dengan tidak aktifnya p53 dan pRb sel yang bermutasi
akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus tanpa harus memperbaiki kelainan
DNA nya, ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama
terjadinya kanker, dengan mengkode pembentukan protein protein yang penting
dalam replikasi virus. virus HPV ini menginfeksi membran basalis pada daerah
metaplasia dan zona transformasi serviks, setelah menginfeksi sel epitel sebagai
upaya untuk berkembang biak, virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya
pada sel inang. Genom HPV dijumpai pada CIN dan berintegrasi dengan DNA
inang pada kanker infasif dimana Infeksi terjadi melalui kontak langsung
(Edianto,2006)

xxxi

2.3.1 Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama lebih dari 4 atau 5 tahun
dapat meningkatkan resiko terkena KLR sebesar 1,5 2,5 kali. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitive
terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia
sehingga berisiko untuk terjadinya KLR (Hidayati, 2001).Pil kontrasepsi oral
diduga akan menyebabkan defisiensi asam folat yang mengurangi metabolisme
mutagen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang
membuat replikasi DNA HPV

2.4 Patologi
Kanker Leher Rahim timbul dibatas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis servikalis yang disebut sambungan
skuamo kolumnar (SSK), histologik antara epitel gepeng berlapis (skuamos
komplek) dari porsio dengan epitel kuboid/ silindris pendek selapis bersilia dari
endoserviks, sedangkan pada wanita muda SSK ini berada di luar ostium uteri
eksternum, pada wanita usia lebih dari 35 tahun SSK berada di dalam kanalis
servikalis. Tumor dapat tumbuh : (1) exophitie mulai dari SSK kearah lumen
vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis ;
(2) endophititie mulai dari SSK tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus ; (3) Ulseratif mulai dari SSK dan cenderung
merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal forniks vagina untuk

xxxii

menjadi ulkus yang luas.Serviks yang normal, secara alamiah mengalami proses
metaplasia (erosi) akibat saling desak mendesak kedua jenis epitel yang melapisi.
Dengan masuknya mutagen porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang
semula faali/ fisiologik dapat berubah menjadi patologik(displasia dikariotik)
melalui NIS-I,II,III dan KIS dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. (Hacker &
Moore,2001.Wiknjosastro,1999 ).

2.5 Gambaran Klinis


2.5.1 Keputihan
Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium preklinik (Karsinoma insitu
dan mikro invasif) belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan sering
tidak mempunyai gejala. Tetapi awalnya keluaran cairan mucus yang encer,
keputihan seperti krem tidak gatal. Kemudian menjadi merah muda lalu
kecoklatan seperti air kotoran dan sangat berbau bahkan sampai dapat tercium
oleh seisi rumah penderita, bau ini timbul karena ada jaringan nekrosis (Hacker &
Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)

2.5.2 Pendarahan Pervaginam


Awal stadium invasif keluhan yang timbul pada penderita KLR adalah
pendarahan di luar siklus haid, yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama
makin banyak atau pendarahan terjadi di antara 2 masa haid. Pendarahan terjadi
akibat terbukanya pembuluh darah disertai dengan pengeluaran sekret berbau
busuk. Bila pendarahan berlanjut lama dan semakin sering akan menyebabkan

xxxiii

penderita menjadi anemis dan dapat terjadi shock, biasanya dijumpai pada
penderita kanker serviks uteri stadium lanjut (Hacker & Moore, 2001.
Wiknjosastro , 2002)
2.5.3 Pendarahan Kontak.
Keluhan ini sering dijumpai pada penderita kanker serviks uteri pada awal
stadium invasif, biasanya timbul pendarahan setelah bersenggama. Hal ini terjadi
akibat trauma pada permukaan serviks uteri yang telah mengalami lesi (Hacker &
Moore, 2001. Wiknjosastro, 2002)

2.5.4 Nyeri
Nyeri bukanlah suatu gejala dari kanker serviks uteri stadium lanjut dan
tidak selamanya serius ataupun keadaan parah. Rasa nyeri ini dirasakan di bawah
perut di bagian bawah sekitar panggul yang biasanya unilateral yang terasa
menjalar ke paha dan ke seluruh panggul. Nyeri bersifat progresif sering dimulai
dengan Low Back Pain di daerah lumbal, menjalar ke pelvis dan tungkai bawah
(Wiknjosastro, 2002. Tambunan, 1996)

2.5.5 Penyebaran
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh darah getah bening
menuju 3 arah yaitu :
1. ke arah fornises dan dinding vagina.
2. ke arah korpus uteri.

xxxiv

3. ke arah parametrium dan dalam tingkatan yang lebih lanjut mengilfritrasi


septum retrovaginal dan kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel
tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Karsinoma servik
umumnya terbatas pada daerah panggul saja tetapi tergantung dari kondisi
immunologi tubuh penderita, KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan
menembus membrane basalis. Jika sel tumor sudah berada dalam pembuluh limfa
atau darah maka prosesnya sudah invasif, sesudah tumor menjadi invasif
penyebaran secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornises vagina, korpus
uterus rectum atau kandung kemih yang pada tingkat akhir (terminaltage) dapat
menimbulkan fistula rectum atau kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa regional
melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar illiak, obturator, hipogastrika,
parasakral, paraaorta, melalui trunkus limfatikus di kanan dan vena subklavia kiri
mencapai paru, hati, ginjal, tulang dan otak (Jonathan, Neville, Hacker, 2000)

xxxv

2.5.6 Stadium Klinik Kanker Leher Rahim


Tabel.2.1 Stadium KLR menurut FIGO tahun 2000
Stage
0
I
IA

IA1
IA2
IB
IB1
IB2
II
IIA
IIB
III

Stage
IIIA
IIIB
IV
IVA
IVB

Description
Carcinoma in situ, intraephitelial carcinoma (Cases of stage 0 should
not be included in any therapeutic statistics for invasive carcinoma
Carcinoma strictly confined to the cervic (Extension to the corpus
should be disregarded)
Invasive cancer identified only microscopically. All gross lesion even
with superficial invasion are stage IB cancers. Invasion is limited to
measured stromal invasion with maximum depth of 5,0 mm dan no
wider than 7,00 mm
Measured invasion of stroma no greater than 3,00 mm in depth and no
wider than 7,00 mm
Measured invasion of stroma greater than 3,00 mm and no greater
than 5,0 mm and no wider than 7,00 mm
Clinical lession confined to the cervix or preclinical lession greater
than stage IA
Clinical lession no greater than 4,0 cm
Clinical lession greater than 4,0 cm
Carcinoma extends beyond the cervix but has not extended onto the
pelvic wall. Carcinoma involves the vagina, but not as far as the lower
third
No obvious parametrial involvement
Obvious parametrial involvement
Carcinoma has extended to the pelvic wall. On rctal examination,
there is no cancer-free space between the tumor and pelvic wall.
Tumor involves the lower third of the vagina. All cases with
hydronephrosis or a non-functioning kidney are included, uncless they
are known to be due to another cause
Description
No extension onto the pelvic wall, but involvement of the lower third
of the vagina, with no extension to the pelvic wall
Extension to the pelvic wall or hydronephrosis or non-functioning
kidney
Carcinoma has extended beyond the trues pelvis or has clinically
involved the mucosa or the bladder or rectum
Spread to adjacent organs
Spread to distant organs

xxxvi

2.6 Tindakan Pengobatan


Bila diagnosa hispatologik telah dibuat maka pengobatan harus segera
dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu: letak
dan luas lesi, usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak,
adanya patologi lain dalam uterus, keadaan sosial ekonomi, fasilitas
Pengobatan KLR tergantung pada tingkatan stadium klinis, secara umum
dapat digolongkan kedalam tiga golongan terapi yaitu:

2.6.1 Operasi
Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II, meliputi histerektomi
radikal, histerektomi ekstrafasial dan limpadenoktomi. Pada stadium klinis Ii
disamping operasi, dilakukan juga terapi radiasi (Riono, 1999. Hacker dan Moore,
2001).

2.6.2

Radioterapi
Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar peugion berkekuatan

tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun ekternal. Tetapi radiasi
dilakukan pada stadium klinis Ib. Selain radiasi terkadang diberikan pula
kemoterapi sebagai kombinasi terapi (Riono, 1999. Wiknjosastro, 1999. Hacker
dan Moore, 2001)

xxxvii

2.6.3

Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena

metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada stadium klinis IV B dan
hanya bersifat paliatif (Wiknjosastro, 1999. Hacker dan Moore, 2001).

2.7 Prognosis Kanker Leher Rahim


Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah penderita, keadaan
umum fisik, tingkat klinik, ciri-ciri histologik sel-sel tumor, kemampuan ahli atau
tim yang menangani dan sarana pengobatan yang tersedia. Kemampuan
mempertahankan kelangsungan hidup pasien (survival live) 5 tahun setelah
pengobatan adalah sebagai berikut:
Untuk tingkat klinik I

: lebih kurang 85%

Untuk tingkat klinik II

: antara 42% dan 70%

Untuk tingkat klinik III

: antara 26% dan 42%

Untuk tingkat klinik IV

: antara 0% dan 12%

xxxviii

2.8 Landasan Teori


Penyakit kanker leher rahim dapat disebabkan ole banyak faktor seperti
terlihat diwah ini ( Aziz, 1996).

Faktor Etiologi
Faktor resiko
Virus
Perilaku Seksual:
- Kawin usia muda
- Banyak anak
- Multi Partner
- Merokok
- Infeksi mulut
rahim
- Kontrasepsi

Kanker Leher
Rahim

Gambar 1. Kerangka Teori

xxxix

2.9 Kerangka Konsep


Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas serta kerangka teori
yang ada,maka penyusun membuat kerangka konsepdalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Faktor yang mempengaruhi :


- Usia pertamakali melakukan
hubungan seks
- Paritas
- Ganti Pasangan
- Penyakit kelamin/infeksi
- Kontrasepsi hormonal
- Merokok

Penderita
KLR

Tidak
penderita KLR

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

xl

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 JenisPenelitian
Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan rancangan
studi penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan crossectional atau
studi potong lintang yang menilai hubungan antara faktor resiko dengan kejadian
penyakit dengan cara memilih kasus (yang mengalami kanker leher rahim) dan
yang tidak menderita kanker leher rahim dimana seluruh variabel diukur pada saat
yang bersamaan ketika penelitian berlangsung.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP.H.Adam Malik Medan
lokasi

didasarkan

memiliki data

pada pertimbangan bahwa

pemilihan

di rumah sakit

tersebut

rekam medis yang baik dan guna terpenuhinya jumlah sampel

yang nantinya akan mempermudah dalam pengumpulan data yang dibutuhkan


tersedia dengan cukup dan merupakan RS rujukan untuk wilayah regional
Sumatera.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai Maret 2008.

xli

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita kanker leher
rahim dan yang bukan penderita kanker leher rahim yang datang berobat dan
rawat inap di bagian ginekologi RS H Adam Malik

Medan dari Februari

sampai Maret 2008 sebanyak 120 orang.

3.3.2

Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi,yaitu semua penderita

KLR dan tidak penderita KLR yang datang berobat dan rawat inap di bagian
ginekologi RS.H.Adam Malik

Medan sebanyak 120 orang serta

memenuhi

kriteria inklusi sebagai berikut:


a. kawin
b. Bersedia menjadi responden penelitian

3.4 Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder :
1 Data primer yaitu data yang diambil dari wawancara langsung dengan
penderita yang dijadikan responden dan berpedoman pada instrumen yang
telah dipersiapkan dengan jawaban tertutup.
2 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan rekam medik pada
bagian ginekologi RSU H. Adam Malik tahun 2008

xlii

3 Peneliti dibantu oleh empat orang tenaga kesehatan berpendidikan D


III kebidanan yang sudah dilatih dan memahami isi instrumen, cara
mengisi dan tehnik wawancara yang baik

3.4.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


Uji coba kuesioner penelitian dilaksanakan di RSUP.HAM. Medan pada
tanggal 2 Februari 2008. Adapun pemilihan tempat lokasi uji coba kuesioner
dengan pertimbangan RSUP .HAM. mempunyai karakteristik yang hampir sama
dengan karakteristik sampel sehingga diharapkan kuesioner ini akan memberikan
jawaban sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Tujuan uji coba kuesioner adalah untuk mengetahui apakah item-item
pertanyaan dapat dimengerti oleh responden dengan mudah tanpa mengalami
kesulitan. Apabila dalam uji coba ini ditemukan kesulitan baik dari redaksi
ataupun bahasa yang menyulitkan akan diadakan revisi kembali. Tujuan lain yang
sangat penting adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari item-item
dalam pertanyaan.
a Uji Validitas
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan uji coba terhadap 30
responden yang bukan penderita KLR, kuesioner penelitian ini dinyatakan valid
karena berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan diketahui bahwa t hitung
lebih tinggi dibanding nilai ttabel. nilai r tabel pada taraf signifikan 5% dengan

xliii

rumus df= N 2 = 0,361, sedang hasil uji kuesioner didapatkan nilai r hasil > nilai
r tabel
b. Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan, bahwa hasil uji statistik (rhitung) lebih tinggi dari pada r-tabel, sehingga kuestioner penelitian ini
dinyatakan reabel pada uji reliabilitas didapatkan bahwa alpha (0.9535) > nilai r
tabel maka uji kuesioner ini dinyatakan memiliki validitas dan reliabilitas dengan
konsistensi baik.
validitas menggunakan rumus Pearson, bila dalam pengujian ternyata ada
pertanyaan/variabel yang tidak valid maka dilakukan analisa kembali dengan
mengeluarkan variabel/pertanyaan yang tidak valid. Setelah semua variabel atau
pertanyaan valid dilanjutkan dengan uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha
Cronbach dalam Sugiono (1999), yaitu dengan membandingkan nilai r tabel
dengan r hasil, uji coba hasil analisis didapatkan sebagai berikut pada tabel 3.1.
Menurut Sugiono ( 1999), nilai r tabel pada taraf signifikan 5% dengan rumus df=
N 2 = 0,361, sedang hasil uji kuesioner didapatkan nilai r hasil > nilai r tabel,
maka suatu kuesioner dinyatakan ujinya valid, namun bila nilai r hasil < nilai r
tabel maka dinyatakan suatu kuesioner ujinya tidak valid. Dari tabel di atas
diketahui bahwa kuesioner no 30 dan 31 tidak valid, maka kedua kuesioner
tersebut dikeluarkan untuk selanjutnya dilakukan uji reliabilitas seperti tabel
terlihat pada tabel di bawah ini.

xliv

Pada uji reliabilitas didapatkan bahwa alpha (0.9535) > nilai r tabel maka uji
kuesioner ini dinyatakan memiliki validitas dan reliabilitas dengan konsistensi
baik.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional


3.5.1 Varibel
Varibel independent (bebas) dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
variabel yaitu; karateristik terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan dan deteksi
dini serta faktor yang mempengaruhi

terdiri dari usia pertama kali kawin/

melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, penyakit kelamin/ infeksi pada
kelamin, kontrasepsi hormonal, merokok. Variabel dependent (terikat) adalah
penderita kanker leher rahim.

3.5.2 Definisi Operasional


Variabel dependent. Kejadian kanker leher rahim adalah kanker yang
diderita

oleh

pasien

yang

telah

didiagnosa

berdasarkan

pemeriksaan

histopatologik biopsi jaringan.


Variabel Independent :
1.

Umur responden adalah jumlah tahun hidup responden sejak lahir sampai
didiagnosa menderita kanker serviks uteri

2.

Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh penderita


kanker leher rahim.

xlv

3.

Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh penderita kanker leher
rahim yang menghasilkan

4.

uang atau tidak

Papsmear adalah pemeriksaan lendir serviks yang pernah dilakukan oleh


penderita kanker leher rahim

5.

Usia pertama kali kawin/ melakukan hubungan seks adalah usia penderita
kanker leher rahim ketika melakukan hubungan seks pertama.

6.

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita kanker
leher rahim dengan bayi hidup atau mati

7.

Ganti pasangan adalah

aktivitas seksual

penderita kanker leher rahim

dengan mitra seksual yang berganti-ganti


8.

Penyakit kelamin adalah riwayat penyakit kelamin yang pernah diderita oleh
penderita kanker leher rahim.

9.

Pemakaian Kontrasepsi adalah penggunaan alat kontrasepsi yang pernah


digunakan oleh penderita kanker leher rahim

10.

Merokok adalah kebiasaan merokok sehari-hari yang dilakukan penderita


kanker leher rahim.

xlvi

3.6

Metode Pengukuran
Tabel 3.1 Metode Pengukuran
Variabel

Kanker
rahim
Umur

Alat Ukur

Hasil Ukur

leher Status
pasien
Kuesioner

1.
2.
1.
2.

Pendidikan

Kuesioner

Pekerjaan

Kuesioner

1.
2.
1.
2.

Papsmear

Status
pasien

Usia
pertama Kuesioner
melakukan
hubungan seks
Paritas
Kuesioner
Ganti pasangan

Kuesioner

1.
2.
1.
2.
1.
2.
1.
2.

Penyakit infeksi Kuesioner


pada kelamin

1.
2.

Penggunaan
kontrasepsi

Kuesioner

1.
2.

Merokok

Kuesioner

1.
2.

Ya
Tidak
40 Tahun 9beresiko)
< 40 Tahun (kurang
beresiko)
< SMA
SMA
Tidak bekerja
Bekerja (PNS,
Wiraswasta, Buruh,
Petani)
Tidak pernah (beresiko)
Pernah (kurang
beresiko)
< 20 Tahun (beresiko)
20 Tahun (kurang
beresiko)
> 3 (beresiko)
< 3 (kurang beresiko)
Pernah (beresiko)
Tidak pernah (kurang
beresiko)
Pernah (beresiko)
Tidak pernah (kurang
beresiko)
Pernah (beresiko)
Tidak pernah (kurang
beresiko)
Pernah (beresiko)
Tidak pernah (kurang
beresiko)

Skala Ukur
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal

Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal
Nominal

xlvii

3.7 Metode Analisis Data


3.7.1 Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul dicek tentang kelengkapan data, dalam
pengumpulkan data tidak dijumpai kekurangan maka tidak dilakukan pendataan
ulang, kemudian di edit dan diberi kode sebelum dimasukkan dalam komputer.

3.7.2 Analisis Data


a Analisis Univariat
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis secara univariat untuk
mendapatkan gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi dari variabel
yang diteliti baik untuk variabel Independen maupun variabel dependen
b Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependent yang dilakukan secara
statistik dengan menggunakan uji t test independent dan test X2 (chi square)
pada tingkat kemaknaan 95% .
Rumus chi square yang digunakan adalah X2 = (fo fe)2
Fe
Keterangan :
X2

= Harga Chi kuadrat yang dihitung dan dibandingkan dengan Chi kuadrat
tabel.

xlviii

Fo

= Frekuensi yang diselidiki (diobservasi) atau frekuensi empiris.

Fe

+ Frekuensi yang diharapkanatau frekuensi teoritis.


Hasil perhitungan statistik dapat menunjukkan ada tidaknya hubungan

yang signifikan antara variabel yang diteliti yaitu dengan melihat nilai p. Bila dari
hasil perhitungan statistik nilai p < 0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara satu variabel dengan
variabel lainnya.
Selain itu dilakukan juga perhitungan ratio prevalens (RP) untuk melihat
estimasi risiko relatif terjadinya outcome, sebagai pengaruh adanya variabel
independen. Yang dimaksud RP adalah suatu perbandingan pajanan diantara
kelompok kasus terhadap pajanan pada kelompok tanpa resiko. Perubahan satu
unit variabel independen akan menyebabkan sebesar nilai RP pada variabel
dependen. Estimasi confidence interval (CI) untuk RP ditetapkan pada tinggkat
kepercayaan 95%. Interprestasinya adalah sebagai berikut:
Bila RP > 1 berarti sebagai faktor risiko menyebabkan terjadinya penyakit.
Bila RP = 1 berarti tidak ada faktor risiko tetapi sebagai faktor proteksi atau
perlindungan.
Bila RP < 1 berarti tidak ada hubungan faktor risiko dengan kejadian.
RP = a/(a+b) : c/(c+d).

xlix

c Analisis Multivariat
Selanjutnya dapat dilakukan analisis multivariat, yaitu untuk melihat
hubungan antara satu variabel dependen dengan seluruh variabel independen,
sehingga dapat diketahui variabel independen yang paling dominan berpengaruh
terhadap kejadian kanker leher rahim dengan menggunakan uji Regressi Logistik
Uji Regressi Logistik Ganda dilakukan melalu beberapa tahapan untuk
mendapatkan nilai p < 0, 05 pada setiap variabel independen yang berpengaruh
terjadinya kanker leher rahim. Analisis secara simultan dari beberapa variabel
faktor terhadap suatu hasil dapat dilakukan dengan metode regressi logistik
Adapun tahapan dalam proses analisis multivariat meliputi :
1. Memasukkan variabel kandidat dalam proses analisa multivariat Regressi
Logistik, dengan cara memilih variabel independen yang memiliki nilai p <
0,25.
2. Melakukan analisis semua variabel independent yang masuk dalam
pemodelan, dengan cara mengeluarkan variabel independen yang memiliki
nilai p terbesar, sehingga didapatkan model awal dengan variabel faktor
penentu yang memiliki nilai p < 0,05.
3. Hasil uji multivariat yang mempunyai nilai p < 0,05 merupakan model akhir
dari penentu faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker leher
rahim.

BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik resmi berdiri pada tanggal 21
Juli 1993 yang terletak di jalan Bungalau no .17 Medan Tuntungan kota Medan
Propinsi sumatera Utara .Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik , adalah
rumah sakit pemerintah dengan kategori Kelas A ( Profil RSUP H.Adam Malik
2007 ).
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik memiliki luas 10 ha dengan
tenaga seluruhnya sebanyak 1627 orang, dengan jumlah terbesar (35,9 % ) adalah
tenaga para medis , tenaga medis sebesar 24,3% .
Visi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik adalah sebagai Pusat
unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta pusat rujukan kesehatan
wilayah sumatera bagian utara dan tengah pada tahun 2010 yang bertumpu pada
kemandirian. Adapun yang menjadi Misi RSUP H. Adam Malik adalah : (1)
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna , bermutu dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, ( 2) menyelenggarakan pendidikan dan latihan yang
bermutu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang profesional dibidang
kesehatan , ( 3) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dibidang
kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan , (4) Menyelenggarakan
pelayanan yang menunjang peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

li

Fungi dari Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah sebagai
berikut : (1) Menyelenggarakan pelayanan medis ,( 2) Menyelenggarakan
pelayanan penunjang medis dan non medis , (3) Menyelenggarakan pelayanan
asuhan

keperawatan

,(4)

Menyelenggarakan

pelayanan

rujukan

,(5)

Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan,(6) Menyelenggarakan Penelitian


dan Pengembangan ,(7) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
(Profil Adam malik Medan 2007 ).
RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang direktur rumah sakit yang
bertanggung jawab kepada direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis RI Pusat
.Direktur membawahi : Wakil direktur pelayanan medik dan pendidikan , wakil
direktur penunjang medik dan penelitian dan wakil direktrur umum dan keungan
deserta sub bagiannya masing masing.
Jenis pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Pusat Aj Adam
Malik meliputi : ( 1) Rawat jalan (2) Rawat inap (3) Pelayan intensif (40
pelayanan gawat darurat (5) farmasi (6)Radiologi (7) Laboratorium (80 Patologi
anatomi ( 9) Gizo (10) IDT (11) Cath lab (12)CVCU ( 13 ) Breast clinic (14) dan
pelayan pendukung lanilla ( Profil RSUP H Adam Malik 2007 )

lii

4.2 Hasil penelitian


4.2.1 Analisa Diskriptif
1 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 120 yang terdiri dari kelompok yang
menderita 60 dan kelompok bukan penderita 60, distribusinya menurut variabel
yang diteliti disajikan dalam tabel 4.1 seperti di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik penderita Kanker Leher Rahim di RSUP
H. Adam Malik Medan tahun 2008
No

Penderita

Karakteristik
N

Umur (tahun)
1. < 40
2. > 40
Jumlah
Pendidikan
1. < SMP
2. > SMA
Jumlah
Pekerjaan
1. bekerja
2. tidak bekerja
Jumlah
Papsmear
1. pernah
2. tdk pernah
Jumlah

Bukan penderita
N
%

14
46
60

23.3
76.7
100

20
40
60

33.3
66.7
100

45
15
60

75
25
100

40
20
60

66.7
33.3
100

8
52
60

13.3
86.7
100

13
47
60

21.7
78.3
100

5
55
60

8.3
91.7
100

4
56
60

6.7
93.3
100

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 60 penderita KLR proporsi
umur terbesar adalah > 40 tahun (76.7%), dengan umur rata-rata 47 tahun, umur
terendah 30 tahun dan umur tertinggi 73 tahun. Sedangkan dari 60 responden

liii

bukan penderita kanker proporsi terbesar adalah umur 40 tahun (66,7%) dengan
umur rata-rata 47 tahun dan umur terendah 32 tahun dan umur tertinggi 70 tahun.
Dari 60

penderita KLR proporsi pendidikan terbesar adalah SMP ke

bawah (75%), sedangkan yang bukan penderita KLR dari 60 responden proporsi
terbesar pendidikan SMP ke bawah juga (66.7%). Sementara itu kebanyakan dari
penderita KLR tidak bekerja (86.7%) dan demikian juga pada yang bukan
penderita KLR (78.3%). Sedangkan dari 60 responden dari 60 kasus proporsi
terbesar adalah responden yang tidak pernah melakukan papsmear (91.7%),
demikian juga

bukan penderita sebesar (93.3%) tidakpernah melakukan

papsmear.

liv

2 Gambaran hasil faktor yang mempengaruhi


Tabel 4.2 Gambaran Faktor yang mempengaruhi Kejadian KLR di RSUP
H. Adam Malik Medan tahun 2008
Penderita
N
%

Variabel
Usia pertama hub.seks
< 20 tahun
> 20 tahun
Jumlah
Paritas
3 kali
> 3 kali
Jumlah
Ganti pasangan
Tidak pernah
pernah
Jumlah
Infeksi kelamin
Tidak pernah
pernah
Jumlah
Kontrasepsi hormonal
Tidak pernah
Pernah
Jumlah
Merokok
Tidak pernah
Pernah
Jumlah

Bukan penderita
N
%

36
24
60

60
40
100

11
49
60

39.2
60.8
100

34
26
60

56.7
43.3
100

45
15
60

75
25
100

46
14
60

76.7
23.3
100

34
26
60

56.7
43.3
100

20
40
60

33.3
66.7
100

47
13
60

55.8
44.2
100

24
36
60

40
60
100

21
39
60

35
65
100

39
21
60

65
35
100

36
24
60

62.5
37.5
100

Dari tabel 4.2. dapat dilihat bahwa kasus KLR proporsi terbesar terjadi
pada kelompok usia pertama melakukan hubungan seks < 20 tahun (60%), dan
pada yang bukan penderita ternyata proporsi terbesar 20 tahun (60.8). Proporsi
paritas terbesar pada kasus KLR adalah dengan paritas 3 kali (56.7%) demikian
juga pada bukan penderita KLR (75%). Pada kelompok kasus KLR proporsi

lv

terbesar riwayat ganti pasangan adalah pada yang tidak pernah berganti pasangan
(76.7%) dan begitu juga dengan kelompok bukan penderita KLR (56.7%).
Proporsi terbesar infeksi kelamin kasus KLR adalah pada kelompok yang pernah
mengalami infeksi kelamin (66.7%) dan pada bukan penderita KLR proporsi
terbesar tidak pernah mengalami infeksi kelamin (55.8%). Pada kelompok kasus
KLR proporsi terbesar riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal adalah dengan
kelompok yang pernah ada riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (60%),
demikian juga pada kelompok yang bukan penderita (65%). Pada kelompok kasus
KLR proporsi terbesar riwayat merokok adalah yang tidak pernah merokok
(65%), dan begitu juga pada kelompok yang bukan penderita KLR (62.5%).

4.2.2 Analisis bivariat


Setelah

dilakukan

pengumpulan

data,

diedit

dan

diolah

dengan

menggunakan piranti lunak komputer diperoleh gambaran responden. Untuk


melihat kemaknaan pengaruh antara faktor

risiko dengan terjadinya KLR

dilakukan analisis uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%. Apabila hasil
perhitungan statistik dengan p < 0.05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independent dengan variael dependent.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 120 yang terdiri dari kelompok
penderita 60 dan bukan penderita 60, dimana distribusi Ratio Prevalensi (RP)
adalah nilai p, RP dengan 95% CI pada penderita KLR di RS. Adam Malik Medan
2008, disajikan dalam tabel 4.3 seperti di bawah ini.

lvi

Tabel 4.3 Distribusi proporsi penderita KLR berdasarkan variabel


independen, nilai p, RP dengan 95% CI di RSUP H. Adam
Malik Tahun 2008
FaktorFaktor

Penderita
N

Usia
pertama
Hub. seks.
1.<20 thn
2.20 thn

Bukan
penderita
N
%

36
24

60
40

11
49

18.3
81.7

Jumlah
Paritas
1. 3 kali
2.> 3 kali

60

100

60

100

34
26

56.7
43.3

45
15

75
25

Jumlah
Ganti
pasangan
1.pernah
2.tdk
pernah
Jumlah
Infeksi
penyakit
kelamin
1.pernah
2.tdk
pernah

60

100

60

100

14
46

23.3
76.7

26
34

43.3
56.7

60

100

60

100

40
20

66.7
33.3

13
47

21.7
78.3

Jumlah

60

100

60

100

X2

P
value

RP

21.860

0.000*

2.330

1.619-3.352

4.483

0.034*

0.679

0.481-0.957

5.400

0.020*

1.643

1.035-2.609

24.635

0.000*

2.528

1.698-3.764

CI 95%

lvii

Lanjutan Tabel 4.3


FaktorFaktor

Penderita
N

Riwayat
kontra
sepsi
hormonal
1.pernah
2.tdk
pernah

Bukan
penderita
N
%

36
24

60
40

39
21

65
35

Jumlah
Merokok
1.pernah
2.tdk
pernah

60

100

60

100

21
39

35
65

24
36

40
60

Jumlah

60

100

60

100

X2

P
value

0.320

0.572

1.111

0.775-1.594

0.320

0.572

1.114

0.762-1.630

RP

CI 95%

Ket * = signifikan
Dari tabel 4.3 di atas dapat diuraikan analisis bivariat yaitu :

a. Usia pertama melakukan hubungan seks dengan kejadian KLR


Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang melakukan
hubungan seks pertama kali pada usia < 20 tahun (60%). Dari hasil uji chi square
diperoleh nilai 0.000 (p< 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara responden yang melakukan hubungan seks pertama pada kelompok umur <
20 tahun dengan 20 tahun terhadap kejadian KLR. Nilai RP 2.330 (95% CI
1.619 3.352), berarti bahwa usia pertama kali melakukan hubungan seks

lviii

kemungkinan merupakan faktor risiko terjadinya KLR pada tingkat kepercayaan


95%.

b. Paritas dengan kejadian KLR


Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang
mempunyai paritas 3 kali (56.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.034
(p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden
yang mempunyai paritas 3 terhadap kejadian KLR. Nilai RP 1,473 (95% CI
1.044-2.079), berarti bahwa paritas 3 kemungkinan merupakan faktor protektif
untuk terjadinya KLR.
KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3-5 kali
untuk terjadinya KLR ( Harjono ) Sedangkan menurut Green penderita KLR 7.9
% adalah multi para dan 51 % pada nulli para dimana bila persalinan pervaginam
maka KLR cenderung akan timbul ( Harahap ER ) . Menurut Matingly KLR
banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana hubungan
jumlah persalinan dengan kejadian KLR , karena pada wanita yang tidak
melahirkan juga terjadi KLR .
Menurut teori pada umumnya KLR paling banyak dijumpai pada wanita
yang sering melahirkan walaupun kategori sering melahirkan belum ada
keseragaman para ahli kanker memberi batasan 3-5 kali melahirkan.
Dari hasil penelitian di RS .Adam Malik Medan didapatkan bahwa
proporsi terbesar terdapat pada paritas 3 .Hal ini sesuai dengan pendapat Green

lix

bahwa pada Nulli para juga dapat terjadi KLR , tidak hanya pada multi para yang
dapat meninigkatkan resiko terjadinya KLR.

c. Ganti pasangan dengan kejadian KLR


Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang
mempunyai riwayat tidak pernah berganti pasangan (76.7%). Dari hasil uji chi
square diperoleh nilai 0.020 (p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara responden yang mempunyai riwayat berganti pasangan dengan
tidak pernah berganti pasangan terhadap kejadian KLR. Nilai RP 1.643 (95% CI
1.035 2.609), berarti bahwa berganti pasangan kemungkinan merupakan faktor
risiko untuk terjadinya KLR.

d. Infeksi kelamin dengan kejadian KLR


Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang pernah
menderita infeksi kelamin (66.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.000
(p < 0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden
yang pernah mengalami infeksi kelamin dengan kejadian KLR. Nilai RP 2.528
(95% CI 1.698 3.764), berarti bahwa infeksi kelamin kemungkinan merupakan
faktor risiko untuk terjadinya KLR

lx

e. Kontrasepsi hormonal dengan kejadian KLR


Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang pernah
menggunakan kontrasepsi hormonal (60%). Dari hasil uji chi square diperoleh
nilai 0.572 (p > 0.05) artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara responden yang mempunyai paritas terhadap kejadian KLR. Nilai RP 0.900
(95% CI 0.627 1.291), berarti bahwa kontrsepsi hormonal kemungkinan bukan
merupakan faktor risiko untuk terjadinya KLR.

f. Merokok dengan kejadian KLR


Proporsi kasus KLR terbesar terjadi kelompok responden yang mempunyai
tidak pernah merokok (65%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.572 (p >
0.05) artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara responden
yang mempunyai paritas terhadap kejadian KLR. Nilai RP 0.897 (95% CI 0.613
1.313), berarti bahwa merokok kemungkinan bukan merupakan merupakan faktor
risiko untuk terjadinya KLR.

4.2.3 Analisis multivariat


Analisa multivariat dilakukan untuk melihat beberapa variabel yang
berpengaruh dengan kejadian KLR. Dengan menggunakan uji regressi logistik
ganda bertujuan untuk mencari faktor risiko yang paling dominan dengan kejadian
KLR di RS Adam Malik Medan. Adapun tahapan analisis multivariat sebagai
berikut :

lxi

a. Melakukan analisa pada model deskriptif pada setiap variabel dengan tujuan
untuk mengestimasi peranan variabel masing-masing.
b. Melakukan pemilihan variabel yang potensial untuk dimasukkan dalam
model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap signifikan yaitu variabel
yang mempunyai nilai p kurang dari 0.25 (p < 0.25).
c. Pembuatan model faktor risiko kejadian KLR, variabel yang akan dimasukkan
di dalam model ini adalah variabel yang mempunyai nilai p kurang dari 0.05
(p < 0.05) (Murti B, 1997).
Dalam penelitian ini ada 10 variabel yang diduga berpengaruh dengan
kejadian KLR yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, usia pertama kali melakukan
hubungan seks, paritas, ganti pasangan, infeksi kelamin, kontrasepsi hormonal,
merokok dan melakukan papsmear. Untuk membuat model multivariat, variabel
tersebut terlebih dahulu dilakukan analisa bivariat dengan kejadian KLR seperti
tabel 4.3.
Dari hasil analisa bivariat antara variabel independen dengan dependen
pada tabel 4.3. ternyata ada 4 variabel yang memiliki nilai p value < 0.25 yaitu
usia pertama melakukan hubungan seks, paritas, ganti pasangan, infeksi kelamin.
Tahap selanjutnya ke 4 variabel ini dimasukkan sebagai kandidat untuk dilakukan
analisa multivariat.
Analisa multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik
dalam menentukan variabel dominan yang mempengaruhi kejadian KLR. Dalam
pemodelan ini semua kandidat dimasukkan secara bersama kemudian variabel

lxii

yang memiliki nilai p value > 0.25 akan dikeluarkan secara berurutan dimulai dari
nilai p value terbesar (backward selection), dimulai dari variabel pendidikan,
kontrasepsi hormonal, merokok, melakukan papsmear. Hasil dapat dilihat pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji regressi logistik ganda untuk Identifikasi
variabel yang akan masuk dalam model dengan nilai p 0.05
Variabel

S.E

Wald

df

Sig

Exp(B)

Usia Hub Seks Pertama

1.312

.523

6.282

.012

3.713

1.331

10.356

Paritas

1.112

.571

3.797

.051

3.040

.994

9.300

Ganti Pasangan

.361

.509

0.502

.479

.697

.257

1.892

Infeksi Kelamin

2.21

.511

18.726

.000

9.113

3.350

24.793

-6.789

1.766

14.786

.000

.001

Constant

95% C.I.
Lower
Upper

*= dikeluarkan bertahap (backward selection)


Setelah dikeluarkan variabel dengan nilai p 0.05 secara bertahap, maka
didapatkan 3 variabel yang akan masuk sebagai kandidat model yaitu jumlah
anak, usia pertama kali melakukan hubungan seks dan infeksi kelamin.Dapat
dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil Analisis Multivariat Regressi Logistik Faktor yang
mempengaruhi kejadian KLR di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2008
Variabel

S.E

Wald

df

Sig

Exp(B)

95% C.I.
Lower
Upper

Usia Hub Seks Pertama

1.425

.504

7.981

.005

4.157

1.547

Paritas

1.049

.559

3.524

.060

2.855

.955

8.539

Infeksi Kelamin

2.243

.508

19.467

.000

9.425

3.479

25.532

Constant

-7.526

1.463

26.448

.000

.001

11.169

Overal percentage 74.2%

lxiii

Maka didapatkan model akhir persamaan regressi logistik untuk menentukan


faktor risiko kejadian KLR, Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi
besarnya/tinggi rendahnya pengaruh faktor risiko dalam hubungannya dengan
KLR sebesar 74.2% (overal percentage 74.2%). Jadi dari hasil regressi logistik
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada variabel jumlah anak menunjukkan
nilai RP 0.039 artinya jumlah anak > 3 kemungkinan bukanlah merupakan faktor
risiko terjadinya KLR, walaupun pada hasil regressi didapatkan adanya pengaruh.
Sedangkan pada variabel usia pertama melakukan hubungan seks didapatkan nilai
RP 2.330 artinya bahwa kemungkinan usia pertamakali melakukan hubungan
seks

< 20 tahun akan mendapatkan risiko terkena KLR 2 kali lipat bila

dibandingkan melakukan hubungan seks diatas usia 20 tahun. Sementara itu pada
variabel infeksi kelamin didapatkan RP 2.528 artinya bahwa kemungkinan orang
yang pernah terkena infeksi kelamin akan mendapatkan risiko KLR 2 kali lipat
bila dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mengalami infeksi kelamin.

lxiv

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Usia pertama melakukan hubungan seks dengan kejadian KLR


Proporsi kasus KLR terbesar terjadi pada kelompok responden yang
melakukan hubungan seks pertamakali pada usia < 20 tahun sebesar (60%). Dari
hasil uji chi square diperoleh nilai 0.000 (p < 0.05) artinya bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara responden yang melakukan hubungan seks
pertama pada kelompok umur < 20 tahun dengan 20 tahun terhadap kejadian
KLR. Nilai Rp = 2.330 (95% CI 1.619 3.352) berarti bahwa usia pertama kali
melakukan hubungan seks merupakan faktor risiko terjadinya KLR pada tingkat
kepercayaan 95%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sandra
wanita kawin muda/melakukan hubungan seks pada saat usia 15 19 tahun
cenderung menderita KLR, dari studi epidemiologi kejadian KLR meningkat lebih
sepuluh kali bila melakukan hubungan seks pertama di bawah usia 15 tahun.
Menurut Aziz, wanita menikah di bawah usia 16 tahun, biasanya 10 12 kali
lebih besar kemungkinan terjadinya KLR daripada mereka yang menikah setelah
usia di atas 20 tahun, dimana pada usia tersebut kondisi rahim seorang remaja
putri sangat sensitif dan serviks remaja lebih rentan terhadap stimulus
karsinogenik karena terdapat proses metaplasia skuamosa yang aktif.
Menurut Yakub usia pertama melakukan hubungan seksual merupakan salah
satu faktor yang cukup penting, dimana makin muda seorang perempuan semakin

lxv

besar resiko untuk terjadi KLR dengan masa laten 30 tahun sejak melakukan
hubungan seksual pertama. Menurut Rasyidi I, dikutip dari Morrotuatar bahwa
usia pertama melakukan hubungan seks pada usia < 16 tahun relatif 16 x pada usia
16 19 hubungan seks pertama. RR 3 x untuk terjadi KLR, sedang bila
melakukan hubungan seks pertama pada usia > 19 tahun kemungkinan resiko
meningkat 1 kali lebih besar untuk terjadinya KLR(RR 1).

5.2 Paritas (jumlah anak) dengan kejadian KLR


Proporsi kasus KLR

terbesar terjadi pada kelompok responden yang

mempunyai paritas 3 kali (56.7%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0.034
(p<0.05) artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang
mempunyai paritas 3 terhadap kejadian KLR. Nilai RP 1.473 (95% CI 1.44
2.079) berarti bahwa paritas 3 kali merupakan faktor resiko untuk terjadinya
KLR.
KLR dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan 3 5 kali
untuk terjadinya KLR (Haryono). Sedangkan menurut Green penderita KLR 7.9%
adalah multipara dan 51% pada nullipara dimana bila persalinan pervaginam
banyak maka KLR, cenderung akan timbul (Harahap). Menurut Matingly KLR
banyak ditemukan pada paritas tinggi tetapi tidak jelas bagaimana hubungan
jumlah persalinan dengan kejadian KLR, karena pada wanita yang tidak
melahirkan juga terjadi KLR. Menurut teori pada umumnya KLR paling banyak

lxvi

dijumpai pada wanita yang sering melahirkan walaupun kategori sering belum ada
para ahli kanker memberi batasan 3 5 kali melahirkan.
Hasil penelitian di RS H.Adam Malik, didapatkan bahwa proporsi terbesar
pada paritas 3. Hal ini sesuai dengan pendapat Green bahwa pada nullipara juga
dapat terjadinya KLR tidak hanya pada multipara yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya KLR.

5.3 Ganti pasangan dengan kejadian KLR


Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan sering berganti
pasangan merupakan faktor resiko terhadap terjadinya KLR. Hasil penelitian dari
uji chi square diperoleh nilai 0,020 ( p < 0,05 ) artinya bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara responden yang mempunyai minat berganti pasangan
dengan tidak pernah berganti pasangan terhadap kejadian KLR, nilai Rp 0.609( 95
% CI 0.0383-0.967) berarti bahwa berganti pasangan merupakan faktor resiko
untuk terjadinya KLR. Sesuai dengan pendapat beberapa peneliti umumnya.
Menurut Maptha. proporsi terbesar frekuensi perkawinan 1 kali ( 97,2% ) dan
terkecil adalah > 1 kali dan juga ditemukan pada yang tidak pernah kawin ( 61,4
% ). Hal ini sejalan dengan penelitian Elisabeth proporsi terbesar pada pekawinan
1 kali ( 97,8 % ). Penelitian Lilis ( 2002 ) RSU.Sardjito menemukan proporsi
terbesar frekuensi perkawinan penderita 1 kali ( 94,8 % ). Menurut Rasjidi I
dikutip dari Morrow at All jumlah pasangan seks > 4 pasangan resiko relatif 3,6
untuk terjadinya KLR. Menurut Rutkin ID, pergantian pasangan lebih dari 2 kali

lxvii

akan meningkatkan resiko terjadinya KLR. Resiko meningkat 10 kali lipat pada
wanita yang memiliki mitra seksual lebih dari 6 atau lebih bila aktivitas seksual
dimulai sebelum usia 15 tahun. Penelitian Indriyani D, resiko seseorang untuk
terkena KLR dengan perkawinan lebih dari 1 kali adalah 1,48 kali lebih tinggi dari
wanita dengan frekuensi pernikahan 1 kali ( RR = 1,48 ), dan faktor resiko
pernikahan lebih dari 1 kali meningkat 2,55 kali lebih tinggi dibanding dengan
wanita tanpa KLR ( OR,255 ). Benson menemukan kasus KLR 4 kali lebih
banyak pada wanita yang melakukan prostitusi. Dan mengatakan bahwa hubungan
seksual yang terlalu sering atau dengan pasangan yang berbeda-beda akan
meningkatkan resiko.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di RS.H.Adam Malik proporsi
tebesar terjadi pada kelompok responden yang mempunyai riwayat tidak pernah
berganti pasangan. Tidak seperti disebutkan beberapa teori dan beberapa hasil
penelitian. Hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia khususnya perempuan
yang sudah berumah tangga, masih memegang norma dan budaya yang tinggi
dimana akan merasa tabu bila mempunyai pasangan lebih dari 1, juga resiko KLR
meningkat bila berhubungan dengan pria beresiko tinggi atau yang mengidap
Kondoloma Akuminatum.
Tetapi hal ini merupakan kelemahan peneliti karena merupakan hal yang
tabu bagi responden untuk menyatakan perilaku suami atau mungkin faktor
ketidaktahuan responden besar tentang suami yang suka berganti-ganti pasangan

lxviii

yang berisiko tinggi menularkan virus papilloma dari pasangan yang menderita
KLR.

5.4 Infeksi dengan Kejadian KLR


Hasil penelitian di RS.Adam Malik Medan proporsi terbesar kasus KLR
terjadi pada kelompok responden yang pernah menderita infeksi kelamin ( 66,7
%). Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0,000 ( p 0,05 ) artinya bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang pernah mengalami
infeksi kelamin dengan kejadian KLR. Nilai RP 2,528 ( 95 % CI.1,698 3,764 )
berarti bahwa infeksi kelamin 2 kali lebih besar bila dibandingkan dengan orang
yang tidak mengalami infeksi, berarti bahwa kemungkinan orang yang pernah
terkena infeksi kelamin akan mendapat resiko KLR 2 kali lebih besar bila
dibandingkan orang yang tidak pernah mengalami infeksi kelamin. Hal ini sejalan
dengan pendapat beberapa ahli, dari beberapa pemeriksaan laboratorium terbukti
90 % penyebab KLR adalah human papiloma virus ( HPV ) dimana HPV terdapat
pada wanita yang secara aktif melakukan hubungan seksual atau melalui penyakit
menular seksual juga hubungan seksual multi pasangan. HPV menyebabkan
peradangan pada genetalia wanita. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa
faktor resiko epidemiologi penyumbang terjadinya dan berkembangnya KLR
adalah infeksi yaitu infeksi HPV. Kurangnya pengetahuan deteksi dini dan hygene
serta ganti pasangan dan pada umumnya gejala KLR tidak tampak hanya ada
keluhan seperti keputihan yang lama dan menahun sehingga infeksi merupakan

lxix

faktor resiko untuk terjadinya KLR ( Aziz ) serta proses yang lama 3 20 tahun
untuk menjadi kanker invasive ( Hecker & Mur ). Penelitian terkini juga mencatat
hubungan yang kuat antara KLR dengan virus papiloma squamosa. Menurut
Elisabeth T.perilaku seksual dimana resiko meningkat lebih dari 10 kali bila
berhubungan seks dengan pria beresiko tinggi yang mengidap kandiloma
akuminatum, kebersihan diri yang kurang baik sebelum dan sesudah melakukan
hubungan seksual tidak membersihkan alat kelamin sehingga diperkirakan akan
memudahkan terjadinya infeksi disamping kehidupan seks yang kurang sehat atau
melakukan hubungan seks sewaktu menstruasi dimana infeksi terjadi akibat
parasit sejenis tricomonan vaginalis memudahkan timbulnya KLR.
5.5 Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian KLR
Proporsi kasus KLR terbesar terjadi pada kelompok responden yang pernah
menggunakan kontra sepsi hormonal ( 60 % ) .Dari hasil penelitian uji chi square
diperoleh nilai 0.0527 ( p > 0.05 ) artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara responden ynag menggunakan kontra sepsi hormonal dengan
kejadian KLR .Nilai RP 0.900 ( 95 % CI 0.0627 1.291), berarti bahwa
kontrasepsi hormonal kemungkinan bukan merupakan factor risiko untuk
terjadinya KLR di RS H.Adam Malik Medan.
Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pemakaian
kontrasepsi oral lebih dari 4- 5 tahun dapat meningkatkan risiko terkena KLR 1,5
-2,5 kali . Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan

lxx

wanita sensitive terhadap Human Papiloma Virus

Yang dapat menyebabkan

adanya peradangan pada genitalia yang dapat berisiko untuk terjadinya KLR.
Menurut Evi ( RS Adam Malik 2003 ) proporsi terbesar riwayat
pemakaian kontrasepsi pada umumnya tidak menggunakan kontrasepsi ( 77,9 % )
.Hal ini sejalan dengan penelitian Swando ( 1995 ) di RS Sardjito menyimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi IUD dengan KLR,
Thow (Swando, 1995 ) menyatakan bahwa pada umumnya Devoprovera ( KB
Suntik ) dan IUD menyebabkan perubahan yang tidak spesifik pada epitel vagina
dan servik, namun dalam tanda- tanda peradangan , menunjukkan ada pada wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral ( Harjono ).
Pada studi awal mengkaji hubungan pemakaian kontrasepsi oral dengan
risiko kanker menimbulkan kekuatiran terutama pemakaian jangka panjang
.Sebagian besar studi

menunjukkan peningkatan sekitar dua kali lipat bagi

pemakai 5 tahun atau lebih. Kontrasepsi pil ataupun suntikan

pernah

dikawatirkan kontrasepsi hormeonalmerupakan salah satu factor penyebab


terjadinya

KLR. Akan tetapi para pakar peneliti membuktikan bahwa pil

kontrasepsi tidak ada hubungan

dengan kejadian neoplasma . Sebaliknya

pemakaian pil kontrasepsi dapat menimbulkan regresi pra karsinoma serviks uteri
Pemakaian kontrasepsi dalam rahim ( IUD ) juga pernah mempunyai hubungan
dengan kejadian KLR .sedangkan penelitian

di Indonesia atau Negara maju

menunjukkan bahwa kasus displasia lebih banyak pada akseptor IUD , akan tetapi
tidak ada yang berkembang menjadi karsinoma . ( Hoskin )

lxxi

Pada penelitian ini sebagian besar responden tidak menggunakan


kontrasepsi , dimana lama pemakaian kontrasepsi kurang dari 5 tahun dengan
jenis kontrasepsi hormonal , dari hasil penelitian tidak ada hubungan yang ber
makna antara pemakaian kontrasepsi dengan kajadian KLR di RS .H Adam Malik
Medan ,hal ini masih sesuai dengan beberapa teori tersebut diatas , bahwa dengan
pamakaian kontrasepsi tidak ada yang berkembang menjadi KLR( Hoskin).

5.6 Merokok dengan kejadian KLR


Dari berberapa penelitian dilaporkan bahwa risiko terkena KLR akan
menjadi lebih tinggi pada wanita perokok dibanding yang tidak merokok ( Riyono
J)dan mengisap okok atau meroko dianggap merupakan salah satu factor etiologi
untuk terjadinya KLR dimana wanita perokok berisiko lebih tinggi terkena KLR.
Tetapi hasil penelitian di RS .H.Adam Malik diketahui bahwa proporsi
kasus terbesar KLR terjadi pada kelompok responden yang tidak pernah merokok
( 65 %) .Dari uji chi square diperoleh nilai 0.572 ( p > 0.05 ) artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara yang merokok dengan kejadian KLR . Nilai RP
0.897(95% CI 0.613- 1.313), berarti bahwa merokok kemungkinan bukan
merupakan factor risiko untuk terjadinya KLR.Hal ini tidak sesuai dengan
beberapa hasil penelitian terdahulu dimana wanita perokok mempunyai risiko
terkena KLR dari nikotin dibawa aliran darah hingga sampai keservik . Nikotin
yang sampai di servik memudahkan virus masuk kedalam leher rahim .Studi
menunjukkan bahwa kadar nikotin yang didapat dari asap ditemukan pada mucus

lxxii

leher rahim perokok yang mungkin menyebabkan efek genotoxic atau


immunosupresif ( Hoskin ).
Dari beberapa penelitian epidemiologi menyatakan terjadi peningkatan
risiko KLR prainfasif dan infasif pada perokok . Beberapa peneliti melakukan
pengontrolan atas usia saat melakukan hubungan seksual pertama , jumlah
pasangan seksual dan kelas social menyatakan ada keterkaitan kejadian KLR
dengan merokok. Sedangkan sebagian besar studi menyatakan terjadi peningkatan
risiko bagi perokok sekitar dua kali lipat , khususnya bagi perokok

jangka

panjang dengan jumlah konsumsi > 10 batang perhari . Hasil penelitian di RS


H.Adam Malik Medan umumnya responden tidak merokok dan diketahui bahwa
masyarakat Indonesia khususnya Sumatera Utara bukan perempuan perokok, Jadi
merokok bukan

merupakan factor risiko unutuk terjadinya KLR Merokok pada

wanita selain mengakibatkan penyakit pada paru- paru dan jantung , kandungan
nikotin dalam rokokpun biaanya mengakibatkan KLR, dimana nikotin
mempermudah

selaput

untuk

dilalui

zat

karsinogen.

Hasil

penelitian

menyimpulkan bahwa semakin banyak dan lama wanita merokok maka semakin
tinggi risiko untuk terkena KLR ( Hidayati).

lxxiii

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan mengenai faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim di
RSUP H,Adam Malik Medan
1.

Dari 6 variabel yang diteliti merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian


kanker leher rahim setelah dianalisis ada 4 variabel yang berhubungan
secara significant yaitu Usia melakukan hubungan seks < 20 tahun, Paritas,
Ganti Pasangan, Infeksi pada alat kelamin.

2.

Setelah dilakukan uji multivariat didapat 3 varibel faktor penentu yang


merupakan model akhir dan secara statistik mempunyai pengaruh yang
sangat dominan dengan kejadian kanker rahim rahim di RSUP H.Adam
Malik Medan yaitu faktor infeksi pada alat kelamin dengan nilai taraf
signifikan (0,000) beta =4,157, faktor usia melakukan hubungan seks
pertama < 20 tahun dengan nilai signifikan (0,0600) beta=2,855

3.

Faktor yang tidak berpengaruh secara statistik adalah: faktot riwayat


penggunaan kontrasepsi hormonal, serta merokok.

lxxiv

6.2 Saran
1.

Faktor yang mempengaruhi kejadian KLR pada penderita yang berobat


kerumah sakit H Adam Malik Medan , usia melakukan hubungan seks
pertama kali kurang dari 20 tahun,dan berganti pasangan lebih dari 1kali,
infeksi penyakit kelamin mengindikasikan masih kurangnya informasi
tentang KLR kepada masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dan unit
pelayanan kesehatan lainnya perlu melakukan sosialisasi KLR dan
pemberian informasi melalui media cetak, elektronik yang dapat menambah
pengetahuan dan merubah perilaku masyarakat .

2.

Besarnya proporsi KLR ketika datang berobat kerumah sakit tidak pernah
melakukan deteksi dini (paps smear), perlunya team penanggulangan kanker
secara terpadu paripurna propinsi sumatera utara , yayasan kanker ,
departemen kesehatan, peran serta masyarakat untuk lebih meningkatkan
program penanggulangan KLR.

3.

Dengan adanya pelaksanaan deteksi dini kanker berupa Inspeksi Visual


AsamAsetat (IVA), yang efektif

mudah dilakukan, disarankan kepada

departemen kesehatan agar menindak lanjuti dan membuat deteksi dini


(IVA) menjadi suatu program penanggulangan KLR tidak hanya ditingkat
propinsi akan tetapi juga di ditingkat daerah dan tingkat puskesmas.

lxxv

4.

Memasyarakatkan salah satu program pelaksanaan deteksi sini kanker leher


rahim yaitu IVA yang saat ini sedang berlangsung agar dapat ditindak lanjuti
sampai ketingkat puskesmas dan akan menjadi salah satu program deteksi
dini KLR yang dapat dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD).

5.

Puskesmas sebagai sarana kesehatan yang langsung berhadapan dengan


masyarakat agar lebih meningkatkan kegiatan berupa pemberian informasi,
penyuluhan individu, keluarga, maupun kelompok dan masyarakat.

6.

Perlunya dukungan dari Departemen Agama, tokoh masyarakat, juga peran


serta masyarakat yang dapat memberikan informasi, motivasi kepada
masyarakat untuk memelihara kesehatan reproduksi, tidak kawin atau
melakukan hubungan seks pada usia muda(kurang dari 20 tahun) ataupun
perilaku seks yang sehat, serta mau melakukan deteksi dini paps smear.

lxxvi

DAFTAR PUSTAKA
Andrijono, 2005 Sinopsis ,Kanker Ginekologi, DIVISI Onkologi Departemen
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas I ndonesia
Aziz, Farid M, 2002 Deteksi Dini Kanker , Skrining dan Deteksi Dini Kanker
Serviks : ed Ramli Muchils, Umbas Rainy, Panigoro S.Sonar,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta;97-110
Azis MF, 1996 Skrining dan Deteksi Dini Penyakit Kanker FK-UI Jakarta,
Basuki Bastaman, 1999 Aplikasi Metode Kasus Kontrol, Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas FK-UI
Budiarto E, 2001 Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Jakarta, EGC, Cetakan I
Bustan, MN, 1997 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Penerbit Rineka
Cipta;71-80
Chabaud M, Munoz N, coottu C, Coursaget P, Anthonioz P, day N, et al, 1994
Human Papiloma Virus Infection in Women With Cervical Cancer
in: Stanley Ma, ed. Immunology of human papiloma viruses (HPVS).
New York
Dali Marta Setiawan, Deteksi Dini Kanker, Penerbit Swadaya
Edianto Deri, 2008. Kanker Serviks, Buku Acuan Nasional: ed Aziz Farid,
Andrijono, Saifuddin Bari A, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro
Harjo
Ginting M, Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap di RSU. Dr.
Pirngadi Medan, Tahun 2002. Skripsi.
Hacker & Moore, 2001 Essential of Obstetri and Gynecology , alih bahasa Edi
Nugroho, Penerbit J.George Hypocrates;637.
Hanifa W, 1998, Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit Kanker, UI Press
Jakarta.

lxxvii

Harahap E. Ruslan, 1997 Neoplasia Intra Epitel (NIS) pada Serviks, UI Press
Jakarta.
Harjono, M, 1996 Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar
Harapan Jakarta.
Hidayati W.b, 2001 Kanker Serviks Displasia Dapat Disembuhkan, Medika
No.3 tahun XXVIII;97.
Hoskin J,Willem, Peres,Carlos A, Robert C, Young, 2000 Principle and Practice
of Gynecologic Oncology 3 ed. Philadelphia Lippincot Raven;1218;726-733.
Hugh M.Shingleton, MD, James W,Orr Jr, MD. 1995, Cancer of the Cervik, J.B.
Lippincot Compeny, Philadelphia.
http://www.KesproInfo/Kanker/Bambang, 2003.
Indriyani D, 1991 Faktor-faktor Risiko Yang Berpengaruh Pada Insidens
Karsinoma Seviks Uteri; Study Retrospektif di RS. Dr.Sardjito 19891990, Berita Kedokteran Msyarakat VII (4);234-238.
Irianti E. Karateristik Penderita Kanker Serviks Uteri Rawat Inap di
RSUP.H.Adam Malik tahun 1998-2002, 2003, Skripsi.
Jonathan S.Berek, Neville F.Hacker, 2000, Practical Gynecologic Oncologic
Third Edition Lippincott Wiliam, Philadelphia;349.
Karen Evennett, 2003 Paps Smear Penerbit Arcan
Marjdikoen H.Prastowo, 1990 Pokok-pokok Kebijakan Penanggulangan
Kanker di Indonesia , Ketua Kelompok, Kerja Onkologi FKUGM/RS.
Sardjito
Yogyakarta,Anggota
Komite
Nasional
Penanggulangan Penyakit Kanker di Indonesia Depkes RI Jakarta,
Berita Kedokteran Msyarakat VI (4);246-260.
Ramli Muchlis.Umbas Rainy.Panirogo S, 2005 Deteksi Dini Kanker Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Murhti Bisma, 1995 Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Universitas Gajah
Mada Press.
Mustari . Kanker leher Rahim http://hgBKKBN/artikel/htm, 2004.

lxxviii

Nurranna L, Azis M.Farid, 1992 Upaya Downstaging Sebagai Pilihan Untuk


Skrining Kanker Serviks di Indonesia, Majalah Obstetri Ginekologi
Indonesia.;23-38.
Nuranna Laila, 1992 Tindak Lanjut Tets Pap Abnormal dan Permasalahan
Pelaksanaan di Indonesia, Majalah Obstetri dan Ginekologi di
Indonesia Vol 8, No.1 Januari;47-45.
Noor, 2003 Kanker Mengintai Perempuan.
Noto Atmadjo, S, 2002 Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi Rineke
Cipta Jakarta.
Novakas and Jonathan S, 1996 Gynekology, Twelve, Edition, Williem &
Wilkis.p.1111.
Pradjatmo Heru, 2000 Pengaruh Derajat dan Jenis Hispatologik Karsinoma
Serviks Uteri Terhadap Kemampuan Hidup Penderita, Berkala
Ilmu Kedokteran, vol 32 no 2 juni
Rabe Thomas 2002 Buku Saku Ilmu Kandungan, Alih Bahasa, Ida Bagus Gde
Manuaba at all, ed. Nathasia A.Joy at all. Penerbit Hipokrates,
Jakarta;201-204.
Rahimi,

Deteksi
Dini
Kanker
Leher
http://www.pikiranrakyat/hikmah/kesehatan.05.htm

Rahim,

Rasjidi I, 2007 Panduan Penatalaksanaan Kanker Genokologi Berdasarkan


Evidence Base, Penerbit EGC, Cetakan I
Ratna,

2004.Apa
yang
harus
Anda
http://www.forums/viewtopic.php

Ketahui

Tentang

Kanker,

Riono Yohanes, 1999 Kanker Leher Rahim, Dept of Sugery Holliwood


Hospital, Australia,;1-4.
RSUD.Dr. Pirngadi Laporan Morbiditas Tahun 2002-2003,Medan,Sumatera
Utara.
Sarjadi, 1995 Patologi Ginekologik, Penerbit Hipokrates Jakarta;44-56.

lxxix

Sastroasmoro Sudigdo,Ismael Sofyan, 2002 Dasar-dasar Metodologi Penilitian


Klinis Edisi 2; Perpustakaan Nasional RI, Katalog Dalam Terbitan,
Jakarta;110-128; 315-323.
Scaraberg, 1985 Karsinoma Serviks Uteri Dalam Onkologi, Penerbit Pustaka
Jakarta.
S.Fauzi, 2002 Deteksi Dini dan Penanggulangan Kanker Leher Rahim,
Makalah disampaikan pada seminar sehari YKI April.
Sianturi M.H.R, 1996 Prakanker Serviks Dalam Kamar Praktek, Balai Penerbit
FKUI Jakarta;4,6,13-15.
Sirait AM, Soetiarto F, Ratih O, 2003 Ketahanan Hidup Penderita Kanker Serviks
di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, Buletin Penelitian
Kesehatan Vol 31 No1;13-23.
Siregar M., Angka Kejadian dan Karateristik Penderita Kanker Ginekology di
RSUP.H.Adam Malik dan RSUP.Pirngadi Medan 1996-1998,Tesis.
Sofian A., Penafisan Lesi Intra Epitelial Skuamosa Seriviks dengan Test Visual
Apusan Asam Asetat di RSUP. Adam Malik Medan RSUD Dr.
Pirngadi Medan, 2001.
Sugiono, 1999 Statistik Untuk Penelitian Cetakan II, Bandung, CV. Alvabeta.
Surbakti E., Pendekatan Faktor Resiko Sebagai Rancangan Alternatif Dalam
Penanggulangan Kanker Serviks Uteri di RS Pirngadi Medan, 2004.
Tesis.
Survei Kesehatan Masyarakat RumahTangga Laporan Mortalitas 2001, Pola
Panyakit Kematian di Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 2002.
Syamsudin S. 1991 Kanker Serviks, Sub Bagian Onkologi Bagian Obstetri dan
Ginekology FK UI Jakarta.
Tara Elizabeth MD, 2001 Kanker pada Wanita, Panduan Lengkap Pencagahan
dan Pengendalian Kanker pada Wanita. Penerbit Ladang Pustaka dan
Intimedia.1,26,30,35,46,76.

lxxx

Tambunan Gani W, 1996 Diagnosis dan Tata Laksana Sepuluh Jenis Kanker
Terbanyak di Indonesia EGC Jakarta;1-2.
Teheru Edi, Setiawan, Tjkraatmadja Joice. Penanggulangan Kanker Terpadu
Paripurna ( PKPT ) Di wilayah DKI Jakarta, Majalah Ilmiah
Fakultas Kedokteran USAKTI V OL 17 NO 2 1998
Wien Jannet, A Cancer Journal for Clinicians Sosial Service and The Cancer
Patient, http://caonline.amcancersoc.org/subscriptions/, 2007.
Wiknjosatro, H, 1999 Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjdo Jakarta d/a. Bagian Obstetri Ginekologi FK UI.;380388.
Wim De Jong, 2004 Kanker.Penerbit Arcan
World Health Organization, 1993 Cancer Pain Relief, Penerbit ITB;1-7.
Yakub, MY, 1993 Tinjauan Kasus Penderita Kanker Leher Rahim Yang
Dirawat di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan Periode 1 Januari 191
31 Desember 1990. Tesis Bagian Obstetric dan Ginekology Fakultas
Kedokteran USU Rumah Sakit Pirngadi Medan.
Yatim Faisal, 2005 Penyakit Kandungan .Pustaka Populer Obor Jakarta.

lxxxi

Lampiran 1
DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker leher rahim pada penderita


yang datang berobat di RS.H.Adam Malik Medan .
I.Keterangan pewawancara.
1. No. urut kuesioner
:
2. Nama pewawancara
:
3. Tanggal wawancara
:
II. Identitias responden.
Umur responden
Pendidikan
Pekerjaan ibu
Pekerjaan suami

:
:
:
:

I.Kawin.
1. Bila ibu sudah menikah ini adalah perkawinan
a. pertama
b. kedua
c. > 2 x
2.Bila ibu sudah menikah, usia menikah pertama
a. usia < 20 tahun
b. usia 20 30 tahun
c. usia > 30 tahun
II. Usia pertama melakukan hubungan seksual.
3.Pada usia berapa ibu pertama sekali melakukan hubungan seksual
a. usia < 15 20 tahun
b. usia 21 30 tahun
c. usia > 30 tahun
III. Mitra seksual (berganti pasangan).
4.Dalam melakukan hubungan seksual, pernahkah ibu berganti pasangan
a.kadang-kadang (1-2x)
b.sering (>2x)
c.tidak pernah

lxxxii

IV. Infeksi/penyakit kelamin.


5. Sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual apakah ibu membersihkan
alat kelamin
a. tidak pernah
b. kadang-kadang
c. selalu
6. Pernahkah ibu menderita gatal-gatal pada alat kelamin
a. kadang-kadang
b. selalu
c. tidak pernah
7. Rasa gatal-gatal yang ibu alami pada daerah
a. di sekitar kulit dekat paha
b. alat kemaluan bagian luar
c. alat kemaluan bagian dalam
8. Pernahkah ibu mengalami keputihan
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
9. Bila pernah, sudah berapa lama ibu mengalami keputihan
a. < 1 tahun
b. 1 5 tahun
c. > 5 tahun
10.Apakah keputihan tersebut berbau
a. berbau
b. sedikit berbau
c. tidak berbau
11.Apakah ibu pernah menderita penyakit pada daerah kelamin
a. pernah sekali
b. selalu
c. tidak pernah
12.Bila pernah, sudah berapa lama menderita penyakit tersebut :
a. < 1 tahun
b. 1 2 tahun
c. > tahun

lxxxiii

13. Pernahkah ibu melakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut


a. tidak pernah
b. kadang-kadang
c. sering
14. Bila pernah pengobatan yang dilakukan
a. tradisional, alternatif
b. dokter/tenaga kesehatan
c. puskesmas/rumah sakit
15. Bila melakukan hubungan seksual apakah ibu merasakan nyeri pada daerah
kemaluan
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
16. Bila ya, sudah berapa lama ibu merasakan rasa nyeri tersebut
a. < 1 tahun
b. 1 5 tahun
c. > 5 tahun
17. Setelah selesai mengadakan hubungan seksual apakah ada darah yang keluar
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
18. Bila ada, sudah berapa lama ibu mengalaminya
a. 1 6 bulan
b. 7 bulan 1 tahun
c. > 1 tahun
19. Jumlah darah yang keluar :
a. satu softek
b. membasahi pakaian dalam
c. berupa flek-flek
20. Pada saat buang air besar ada keluar darah secara spontan
a. pernah satu kali
b. kadang-kadang
c. tidak pernah

lxxxiv

21. Bila ya, sudah berapa lama ibu alami


a. < 1 tahun
b. 1- 2 tahun
c. > 2 tahun
V. Riwayat pemakaian kontrasepsi.
22. Pernahkah ibu menggunakan alat kontrasepsi
a. selalu (> 5 tahun)
b. kadang-kadang (1-5 tahun)
c. tidak pernah
23. Bila pernah jenis kontrasepsi yang ibu gunakan
a. pil
b. KB suntik ( 1 bulan, 3 bulan) atau implan
c. IUD
24. Sewaktu menggunakan alat kontrasepsi tersebut keluhan yang ibu rasakan
a. perdarahan
b. keputihan
c. tidak ada keluhan
VI. Merokok
25. Apakah ibu pernah merokok
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
26. Bila ya, sudah berapa lama ibu merokok
a. < 1 tahun
b. 1-5 tahun
c. > 5 tahun
27. Jumlah rokok yang ibu konsumsi perhari
a. < 1 bungkus
b. 1 2 bungkus
c. > 2 bungkus
VII. Deteksi dini.
28. Pernahkah ibu mendengar atau mengetahui tentang deteksi dini /Paps smear
a. tidak pernah
b. pernah sekali
c. sering

lxxxv

29. Kalau ya, pada saat kapan ibu melakukan deteksi dini (paps smear)
a. tidak pernah
b. pernah satu kali (kadang-kadang)
c. selalu/rutin (1 setahun, 2 atau 3 sekali

lxxxvi

Lampiran 2
Hasil Uji Validitas Kuesioner di Ruang Rindu B RSUP.HAM Medan tahun 2008
(n.30)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Pertanyaan
Jumlah perkawinan
Usia menikah
Usia melakukan hubungan seksual
Berganti pasangan
Kebersihan alat kelamin
Gatal-gatal alat kelamin
Daerah yang gatal-gatal pada alat kelamin
Keputihan
Lama mengalami keputihan
Bau keputihan
Penyakit pada daerah kelamin
Lama menderita penyakit kelamin
Pengobatan terhadap penyakit
Pengobatan yang dilakukan
Nyeri pada daerah kemaluan
Lama merasakan nyeri
Hubungan seksual berdarah
Lama terjadi perdarahan
Jumlah darah yang keluar
Darah keluar saat buang air besar
Lama mengalami perdarahan
Alat kontrasepsi
Jenis kontrasepsi
Keluhan penggunaan kontrasepsi
Riwayat merokok
Lama merokok
Jumlah konsumsi rokok
Pengetahuan tentang deteksi dini
Waktu melakukan papsmear
Hasil papsmear
Stadium pada hasil papsmear

r hasil
0.6218
0.8857
0.8857
0.6218
0.6218
0.8857
0.8857
0.8857
0.8857
0.8857
0.4589
0.4589
0.4589
0.4589
0.4589
0.8857
0.4947
0.8857
0.4589
0.4997
0.4997
0.4947
0.4997
0.4997
0.6218
0.6218
0.6218
0.6218
0.6218
0.1393
0.1393

r tabel
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak valid
Tidak valid

lxxxvii

Lampiran 3
Hasil uji reliabilitas kuesioner di Rindu B RSUP.HAM Medan tahun 2008 (n.30)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Pertanyaan
Jumlah perkawinan
Usia menikah
Usia melakukan hubungan seksual
Berganti pasangan
Kebersihan alat kelamin
Gatal-gatal alat kelamin
Daerah yang gatal-gatal pada alat kelamin
Keputihan
Lama mengalami keputihan
Bau keputihan
Penyakit pada daerah kelamin
Lama menderita penyakit kelamin
Pengobatan terhadap penyakit
Pengobatan yang dilakukan
Nyeri pada daerah kemaluan
Lama merasakan nyeri
Hubungan seksual berdarah
Lama terjadi perdarahan
Jumlah darah yang keluar
Darah keluar saat buang air besar
Lama mengalami perdarahan
Alat kontrasepsi
Jenis kontrasepsi
Keluhan penggunaan kontrasepsi
Riwayat merokok
Lama merokok
Jumlah konsumsi rokok
Pengetahuan tentang deteksi dini
Waktu melakukan papsmear

r hasil
0.6878
0.9112
0.9112
0.6878
0.6878
0.9112
0.9112
0.9112
0.9112
0.9112
0.3894
0.3894
0.3894
0.3894
0.3894
0.9112
0.3894
0.9112
0.3894
0.3894
0.3894
0.3894
0.3894
0.4947
0.6878
0.6878
0.6878
0.6878
0.6878

r tabel
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361
0.361

keterangan
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid
valid

Alpha = 0.9535

lxxxviii

lxxxix

xc

Lampiran 4
Data responden penderita kanker serviks dan bukan penderita.
No

No.reg

umur

pendidikan

pekerjaan

Jumlah

usia hub.

riwayat

infeksi

riwayat

riwayat

melakukan

anak

seks

ganti

kelamin

KB

merokok

papsmear

pertama

pasangan

336684

48

irt

346954

50

irt

347909

51

irt

347018

48

irt

347943

35

petani

324321

55

petani

345201

56

irt

347699

50

irt

347943

51

irt

10

348822

73

irt

11

349343

23

irt

12

347699

30

irt

13

347943

55

irt

14

349462

50

petani

15

345487

45

irt

16

349343

48

buruh

17

349462

37

irt

18

345537

48

irt

19

350021

35

irt

20

346877

40

pns

21

347699

40

irt

22

346119

46

irt

23

349602

56

irt

24

346877

57

irt

xci

25

348822

57

irt

26

280855

58

irt

27

347699

60

irt

28

347943

37

irt

29

350864

60

irt

30

323058

47

irt

31

346509

49

irt

32

350114

58

irt

33

347943

58

petani

34

348822

56

irt

35

349602

52

irt

36

349701

38

irt

37

350114

47

irt

38

350564

45

irt

39

322728

46

wiraswas

40

323058

48

irt

41

347866

36

irt

42

347866

48

irt

43
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58

347943
348822
35114
351070
348822
351070
351812
351070
353008
320393
348822
349602
349088
352356
332863

47
35
50
50
55
54
37
35
37
39
67
31
58
56
55

2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
1
1
1
1

irt
irt
irt
wiraswas
irt
irt
wiraswas
irt
irt
irt
pns
irt
irt
petani
petani

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1

2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

xcii

59
60
61
62
63
64
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92

345406
345613
347430
347134
343116
346598
348176
348370
347258
348522
347048
325501
348374
324321
348176
348360
347664
348322
348530
348370
347048
332247
345408
348580
347552
347256
348786
348736
348348
348580
348523
348934
347900

55
30
45
48
58
59
57
60
70
67
30
48
33
48
40
40
45
46
47
48
39
49
32
36
49
48
39
36
48
30
49
60
55

1
1
1
1
2
2
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
2
1
1
1

irt
irt
irt
irt
irt
wiraswas
petani
wiraswas
irt
wiraswas
irt
petani
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
petani
wiraswas
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1

2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
3
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1

2
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1

xciii

1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
1

1
1
2
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120

348786
348580
347552
349152
348169
348948
348958
349424
347900
349480
349384
349485
349620
347048
349146
348572
349722
349061
349342
349280
349687
341670
349384
347900
325501
348199
348948
348829

40
40
56
55
54
45
35
39
38
67
56
55
48
49
50
51
42
43
44
35
32
36
37
38
39
36
50
48

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1

irt
irt
irt
pedagang
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt
irt

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2

2
2
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

xciv

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Lampiran 5. Hasil Uji Univariat, bivariat, dan Multivariat data


Penelitian
pendidikan responden * ca.servix Crosstabulation
Count
ca.servix

pendidikan
responden

menderita
45
15
60

<smp
>sma

Total

tidak
menderita
40
20
60

Total
85
35
120

umur responden * ca.servix Crosstabulation


Count

umur responden

>=40
<40

Total

ca.servix
tidak
menderita
menderita
46
40
14
20
60
60

Total
86
34
120

pekerjaan responden * ca.servix Crosstabulation


Count

pekerjaan responden

irt
bekerja

Total

ca.servix
tidak
menderita
menderita
52
47
8
13
60
60

Total
99
21
120

melakukan papsmear * ca.servix Crosstabulation


Count

melakukan
papsmear
Total

tidakpernah
pernah

ca.servix
tidak
menderita
menderita
55
56
5
4
60
60

Total
111
9
120

xcvi

usia melakukan hub.seks * ca.servix Crosstabulation

usia melakukan
hub.seks

<20

>=20

Total

Count
Expected Count
% within usia
melakukan hub.seks
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within usia
melakukan hub.seks
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within usia
melakukan hub.seks
% within ca.servix
% of Total

ca.servix
tidak
menderita
menderita
36
11
23.5
23.5

Total
47
47.0

76.6%

23.4%

100.0%

60.0%
30.0%
24
36.5

18.3%
9.2%
49
36.5

39.2%
39.2%
73
73.0

32.9%

67.1%

100.0%

40.0%
20.0%
60
60.0

81.7%
40.8%
60
60.0

60.8%
60.8%
120
120.0

50.0%

50.0%

100.0%

100.0%
50.0%

100.0%
50.0%

100.0%
100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
21.860b
20.146
22.746
21.677

df
1
1
1
1

Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000

Exact Sig.
(2-sided)

Exact Sig.
(1-sided)

.000

.000

.000

120

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
23.50.

xcvii

Risk Estimate

Value
Odds Ratio for usia
melakukan hub.seks
(<20 / >=20)
For cohort ca.servix =
menderita
For cohort ca.servix =
tidak menderita
N of Valid Cases

95% Confidence
Interval
Lower
Upper

6.682

2.904

15.374

2.330

1.619

3.352

.349

.203

.599

120

Crosstabs
jumlah anak * ca.servix Crosstabulation

jumlah
anak

>3

<=3

Total

Count
Expected Count
% within jumlah anak
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within jumlah anak
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within jumlah anak
% within ca.servix
% of Total

ca.servix
tidak
menderita
menderita
26
15
20.5
20.5
63.4%
36.6%
43.3%
25.0%
21.7%
12.5%
34
45
39.5
39.5
43.0%
57.0%
56.7%
75.0%
28.3%
37.5%
60
60
60.0
60.0
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%

Total
41
41.0
100.0%
34.2%
34.2%
79
79.0
100.0%
65.8%
65.8%
120
120.0
100.0%
100.0%
100.0%

xcviii

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
4.483b
3.705
4.524

df
1
1
1

4.446

Asymp. Sig.
(2-sided)
.034
.054
.033

Exact Sig.
(2-sided)

Exact Sig.
(1-sided)

.054

.027

.035

120

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
20.50.
Risk Estimate

Value
Odds Ratio for jumlah
anak (>3 / <=3)
For cohort ca.servix =
menderita
For cohort ca.servix =
tidak menderita
N of Valid Cases

95% Confidence
Interval
Lower
Upper

2.294

1.056

4.985

1.473

1.044

2.079

.642

.411

1.004

120

xcix

penyakit kelaminK * ca.servix Crosstabulation

penyakit kelaminK

pernah

tidak pernah

Total

Count
Expected Count
% within penyakit
kelaminK
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within penyakit
kelaminK
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within penyakit
kelaminK
% within ca.servix
% of Total

ca.servix
tidak
menderita
menderita
40
13
26.5
26.5

Total
53
53.0

75.5%

24.5%

100.0%

66.7%
33.3%
20
33.5

21.7%
10.8%
47
33.5

44.2%
44.2%
67
67.0

29.9%

70.1%

100.0%

33.3%
16.7%
60
60.0

78.3%
39.2%
60
60.0

55.8%
55.8%
120
120.0

50.0%

50.0%

100.0%

100.0%
50.0%

100.0%
50.0%

100.0%
100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
24.635b
22.844
25.618
24.430

df
1
1
1
1

Asymp. Sig.
(2-sided)
.000
.000
.000

Exact Sig.
(2-sided)

Exact Sig.
(1-sided)

.000

.000

.000

120

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
26.50.

Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Lower
Upper

Value
Odds Ratio for penyakit
kelaminK (pernah /
tidak pernah)
For cohort ca.servix =
menderita
For cohort ca.servix =
tidak menderita
N of Valid Cases

7.231

3.198

16.347

2.528

1.698

3.764

.350

.213

.575

120

lama penggunaan kontrasepsi * ca.servix Crosstabulation

lama penggunaan
kontrasepsi

pernah

tidakpernah

Total

Count
Expected Count
% within lama
penggunaan kontrasepsi
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within lama
penggunaan kontrasepsi
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within lama
penggunaan kontrasepsi
% within ca.servix
% of Total

ca.servix
tidak
menderita
menderita
36
39
37.5
37.5

Total
75
75.0

48.0%

52.0%

100.0%

60.0%
30.0%
24
22.5

65.0%
32.5%
21
22.5

62.5%
62.5%
45
45.0

53.3%

46.7%

100.0%

40.0%
20.0%
60
60.0

35.0%
17.5%
60
60.0

37.5%
37.5%
120
120.0

50.0%

50.0%

100.0%

100.0%
50.0%

100.0%
50.0%

100.0%
100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
.320b
.142
.320
.317

df
1
1
1
1

Asymp. Sig.
(2-sided)
.572
.706
.571

Exact Sig.
(2-sided)

Exact Sig.
(1-sided)

.706

.353

.573

120

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
22.50.

ci

Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Lower
Upper

Value
Odds Ratio for lama
penggunaan kontrasepsi
(pernah / tidakpernah)
For cohort ca.servix =
menderita
For cohort ca.servix =
tidak menderita
N of Valid Cases

.808

.385

1.694

.900

.627

1.291

1.114

.762

1.630

120
pernah merokok * ca.servix Crosstabulation

pernah merokok

pernah

tidakpernah

Total

Count
Expected Count
% within pernah merokok
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within pernah merokok
% within ca.servix
% of Total
Count
Expected Count
% within pernah merokok
% within ca.servix
% of Total

ca.servix
tidak
menderita
menderita
21
24
22.5
22.5
46.7%
53.3%
35.0%
40.0%
17.5%
20.0%
39
36
37.5
37.5
52.0%
48.0%
65.0%
60.0%
32.5%
30.0%
60
60
60.0
60.0
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%

Total
45
45.0
100.0%
37.5%
37.5%
75
75.0
100.0%
62.5%
62.5%
120
120.0
100.0%
100.0%
100.0%

Chi-Square Tests

Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases

Value
.320b
.142
.320
.317

df
1
1
1
1

Asymp. Sig.
(2-sided)
.572
.706
.571

Exact Sig.
(2-sided)

Exact Sig.
(1-sided)

.706

.353

.573

120

a. Computed only for a 2x2 table


b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
22.50.

cii

Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Lower
Upper

Value
Odds Ratio for pernah
merokok (pernah /
tidakpernah)
For cohort ca.servix =
menderita
For cohort ca.servix =
tidak menderita
N of Valid Cases

.808

.385

1.694

.897

.613

1.313

1.111

.775

1.594

120

Uji regressi logistik ganda untuk identifikasi variabel


dengan nilai p < 0.05
Variables not in the Equation
Step
0

Variables

JMLANAKK
GANTIPAK
KELAMINK
HUBSEKSK

Overall Statistics

Score
4.483
5.400
24.635
21.860
41.521

df
1
1
1
1
4

Sig.
.034
.020
.000
.000
.000

Variables in the Equation

Step
a
1

JMLANAKK
GANTIPAK
KELAMINK
HUBSEKSK
Constant

B
1.112
-.361
2.210
1.312
-6.789

S.E.
.571
.509
.511
.523
1.766

Wald
3.797
.502
18.726
6.282
14.786

df
1
1
1
1
1

Sig.
.051
.479
.000
.012
.000

Exp(B)
3.040
.697
9.113
3.713
.001

95.0% C.I.for EXP(B)


Lower
Upper
.994
9.300
.257
1.892
3.350
24.793
1.331
10.356

a. Variable(s) entered on step 1: JMLANAKK, GANTIPAK, KELAMINK, HUBSEKSK.

Hasil akhir regressi logistik ganda faktor risiko KLR

ciii

Variables not in the Equation


Step
0

Variables

Score
4.483
24.635
21.860
41.153

JMLANAKK
KELAMINK
HUBSEKSK

Overall Statistics

df
1
1
1
3

Sig.
.034
.000
.000
.000

Omnibus Tests of Model Coefficients


Step 1

Step
Block
Model

Chi-square
46.593
46.593
46.593

df
3
3
3

Sig.
.000
.000
.000

Variables in the Equation

Step
a
1

JMLANAKK
KELAMINK
HUBSEKSK
Constant

B
1.049
2.243
1.425
-7.526

S.E.
.559
.508
.504
1.463

Wald
3.524
19.467
7.981
26.448

df
1
1
1
1

Sig.
.060
.000
.005
.000

Exp(B)
2.855
9.425
4.157
.001

95.0% C.I.for EXP(B)


Lower
Upper
.955
8.536
3.479
25.532
1.547
11.169

a. Variable(s) entered on step 1: JMLANAKK, KELAMINK, HUBSEKSK.

civ

Lampiran 7

PERNYATAAN SETUJU MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama
: ..
Alamat
: ..................................................
Menyatakan kesediaan untukmenjadi respondendalampenelitian ini yang
berjudul: Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Saya tidak akan menuntut
terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam penelitian dan bersedia
memberikan jawaban sejujurnya.
Demikian surat persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar tanpa
paksaan dari siapapun.

Responden

Peneliti

Melva

cv

You might also like