Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu:
Winda Dwi Kartika, S.Si., M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Anggota Kelompok:
Riza Rosita
A1C412008
Kevin Fitrah
A1C412010
Sri Hariyati
A1C412023
Nurjanah
A1C412034
Andreo Satria
A1C412042
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam biologi, evolusi mengacu pada proses yang telah mengubah bentuk
kehidupan di atas bumi sejak bentuknya yang paling awal sampai membentuk
keanekaragaman yang sangat luas seperti apa yang dapat kita temukan saat ini
(Campbell, 2003:5). Namun Charles Darwin pada buku The Origin of Species
menyatakan bahwa semua mahkluk hidup yang ada di bumi ini merupakan hasil
keturunan dari moyang yang sama yang mengalami modifikasi. Dengan kata lain,
teori ini menyatakan bahwa spesies bukanlah merupakan sesuatu yang kekal atau
tidak mengalami perubahan, melainkan berevolusi melalui proses perubahan bertahap
dari berbagai spesies yang telah ada (Kimball, 1999:760)
Evolusi atau sering juga disebut evolusi organik atau evolusi biologi, adalah
perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat terwariskan yang dijumpai
pada populasi organisme. Ciri-ciri yang terwariskan ini mencakup anatomi, biokimia,
ataupun perilaku yang berjalan dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Hassan,
2014:1).
Winatasasmita
(1993:349)
menambahkan
bahwa,
evolusi
adalah
Sumber utama penyebab adanya variasi populasi ini adalah seleksi alam,
mutasi, penyimpangan genetik, dan aliran gen (gene flow). Evolusi telah membentuk
keragaman makhluk hidup dari nenek moyang yang sama atau sebagaimana dinyatakan
oleh Charles Darwin. bentuk-bentuk yang sangat cantik dan menarik yang tak ada
akhirnya (Hasan, 201:1).
Ada empat penyebab utama terjadinya evolusi, yakni:
a. Seleksi alam
Seleksi alam yakni suatu proses adanya perbedaan antar organisme dalam hal
kemampuan bertahan hidup dan bereproduksi. Seleksi alam umumnya membuat alam
sebagai ukuran mengenai individu mana atau sifat-sifat individu mana yang
cenderung survive, dalam hal ini yang dimaksud adalah kemampuan individu untuk
bertahan hidup dan bereproduksi yang tidak sama ini, mengakibatkan suatu perubahan
secara bertahap dalam suatu populasi, dan sifat-sifat menguntungkan akan
berakumalasi sepanjang generasi. Contohnya pada paruh burung Finch Galapagos
merupakan adaptasi evolusioner terhadap sumber makanan yang berbeda. Burung
tersebut menggunakan paruhnya yang kuat untuk menghancurkan biji-bijian. Burung
ini suka terhadap makanan berupa biji-bijian kecil, akan tetapi pada musim kemarau
produksi biji-bijian kecil berkurang. Sehingga burung ini terpaksa memakan bijibijian berukuran besar. Perubahan dalam pola ketersediaan makanan ini berhubungan
dengan perubahan dalam rata-rata ketebalan paruh burung tersebut. Sebenarnya
kemungkinan yang lebih besar adalah burung-burung yang kebetulan yang memiliki
paruh yang lebih kuat memiliki keuntungan dalam hal makanan dan dengan demikian
memiliki keberhasilan reproduksi yang lebih besar selama masa kering. Dengan
demikian burung-burung itu akan menurunkan gen untuk paruh yang lebih tebal
sampai keketurunannya (Campbell,2003:13).
Belalang kerdil juga merupakan salah satu proses seleksi alam. Belalang ini
hidup di Padang rumput yang hijau. Sifat warna atau gen dari belalang ini yaitu dua
alel: hijau dan hitam, karena belalang kerdil dengan alel hijau menyatu dengan
lingkungannya dan tersembunyi dari burung predator, burung lebih sering memakan
belalang hitam. Dengan demikian, belalang hijau bertahan hidup dan menghasilkan
banyak keturunan daripada belalang hitam. Namun hijau tidak selalu menjadi alel
terbaik: saat terjadi kebakaran padang rumput, belalang hitam memiliki keunggulan
dan frekuensi alel hitam menjadi lebih umum.
b. Mutasi
Mutasi adalah perubahan urutan dalam DNA suatu organisme secara permanen
yang dapat disebabkan oleh radiasi, virus, transposon, zat-zat kimia mutagenik dan
kesalahan yang terjadi secara miosis atau replikasi DNA sehingga menghasilkan
variasi genetik pada populasi. Mutasi lebih sering dapat menyebabkan hilangnya
fungsi gen dibandingkan mutasi yang membentuk gen baru yang dapat berfungsi
penuh, hilangnya fungsi ini dapat mempengaruhi terjadinya evolusi.
Misalnya jika suatu organisme mengalami mutasi kemudian mutasi baru
tersebut diturunkan dalam gamet dapat dengan segera mengubah kumpulan gen suatu
populasi dengan cara menggantikan satu alel dengan alel lainnya. Sebagai contoh
mutasi pada suatu populasi tumbuhan yang berbunga putih (aa). Dalam populasi
bunga liar, estimasi kita untuk menghasilkan gamet yang mengandung alel dominan
bagi bunga merah muda (A) akan menurunkan frekuensi a dalam populasi dan dapat
meningkatkan frekuensi alel besar (Campbell,2003:28).
c. Penyimpangan Genetik
Penyimpangan genetik yakni perubahan dalam kumpulan gen suatu populasi
kecil akibat kejadian acak. Hanya faktor keberuntungan saja yang mengakibatkan
penyimpangan acak dapat memperbaiki daya adaptasi populasi itu kelingkungannya.
Menurut Campbell (2003:26) contohnya ada dua kondisi yang dapat mengakibatkan
terjadinya pergeseran genetik yaitu efek leher botol atau penyempitan dan efek
pendiri.
1.
2. Efek pendiri
Efek pendiri merupakan penyimpangan genetik pada beberapa individu yang
menempati suatu pulau, danau atau beberapa habitat baru yang terisolir memebentuk
sebuah kumpulan baru. Apabila dalam suatu kumpulan tersebut terdapat kemungkinan
susunan genetik penghuni baru yang mewakili kumpulan gen populasi besar yang
mereka tinggalkan maka susunan genetik penghuni baru tersebut akan mempengaruhi
frekuensi alel dalam kumpulan gen sampai populasi baru tersebut menjadi cukup
besar dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Contohnya pada tahun 1814 lima belas orang membentuk koloni orang inggris
di Tristan da Cunha, yakni pulau-pulau kecil laut atlantik di pertengahan antara afrika
dan amerika selatan antara afrika dan amerika selatan. Ternyata salah seorang diantara
penduduk koloni awal tersebut membawa suatu alel resesif untuk kelainan yang
disebut retinitis pigmentosa, suatu kebutaan progresif yang menyerang individu
homozigot. Setelah sekian lama, pada generasi tersebut tepatnya tahun 1960-an dari
240 0rang keturunan, empat diantaranya mengidap retinitis pigmentosa dan Sembilan
lainnya telah diketahui sebagai pembawa sifat (karier).
1. Masa Pra-Darwin
Pemikiran-pemikiran evolusi tentang nenek moyang bersama dan transmutasi
spesies telah ada paling tidak sejak abad ke-6 SM ketika hal ini dijelaskan secara rinci
oleh seorang filsuf Yunani, Anaximander. Beberapa orang dengan pemikiran yang
sama meliputi Empedocles, Lucretius, biologiawan Arab Al Jahiz, filsuf Persia Ibnu
Miskawaih, Ikhwan As-Shafa, dan filsuf Cina Zhuangzi.
Pada masa pra Darwin, teori evolusi organik memperkirakan bahwa sejak
kehidupan muncul di bumi, telah terjadi suatu proses berkesinambungan. Organisme
yang hidup berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya. Variasi-variasi yang besar adalah
sebagai hasil respons makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan. Respons ini
berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk individu hidup yang kemudian
dilangsungkan kepada generasi selanjutnya melalui suatu proses pewarisan sifat yang
telah mengalami perubahan itu.
Masa pra-Darwin dapat digolongkan menjadi dua tahapan, yaitu:
1. Masa Fiksisme
Yang pemikirannya memiliki kedekatan dengan mitos, sehingga
pendapatnya juga lebih bercorak sebagai fiksi ilmiah. Konsep-konsep
utama yang berkembang masa itu adalah:
Sampai abad ke-18, paham yang berkembang adalah bahwa organisme
adalah sebagai ciptaan Tuhan, sehingga dalam bahasan Biologi tentang
Asal-usul Kehidupan disebut sebagai Teori Ciptaan Khusus (The
Special Creation). Leewenhoek, meskipun dengan eksperimen yang
menemukan Paraemecium dari potongan jerami yang direndam air
selama 7 hari (sesuai dengan kitab Kejadian, saat Tuhan menciptakan
dunia dan seisinya), menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda
tak hidup, yang disebutnya dengan konsep generatio spontanea atau
adalah
sesuatu
yang
keberadaannya
tidak
terbatas
(Winatasasmita,1993:351)
Pemikiran yang mulai berbeda dengan teori Ciptaan Khusus kemudian mulai digagas
oleh beberapa orang ahli, seperti :
Linnaeus mengelompokkan organisme berdasarkan kesamaan alat reproduksinya, dan
manusia dimasukkan ke dalam kelompok kera (kera = Primata tidak berekor, monyet =
Primata berekor)
Buffon menyatakan bahwa hewan-hewan bersifat plastis. Variasi-variasi kecil yang
dihasilkan lingkungan akan berakumulasi membentuk perbedaan-perbedaan yang lebih
besar. Setiap hewan pada jalur tipe-tipe hewan, berubah dari moyangnya yang
keadaanya lebih sederhana.
Cuvier menyatakan bahwa tipe-tipe baru spesies terbentuk setelah ada bencana. Setiap
spesies tercipta secara terpisah. Georges Cuvier percaya bahwa bencana dan
malapeteka yang terjadi di muka bumi akan mengikis kehidupan yang ada. Dalam
setiap peristiwa bencana, selalu ada satu wilayah yang terhindar dari bencana.
Kehidupan yang tersisa akan menyebar ke wilayah-wilayah lainnya. Cuvier meyakini
bahwa ada kehidupan yang telah mengalami kepunahan.
dingin. Pendapat ini dipercaya karena hasil penelitian Ivan Mitschurin, seorang
pemulia tanaman Rusia, menunjukkan hal itu.
Charles Lyell mengemukakan adanya evolusi geologi. Teori ini berbicara mengenai
perubahan ketinggian tanah, sedimen yang dibawa oleh air, perubahan partikel dan
perubahan iklim. Dalam teori ini, organisme-organisme yang ada dianggap sebagai
turunan hasil modifikasi spesies-spesies lain yang hidup di masa geologi
sebelumnya
Malthus menyatakan bahwa kenaikan produksi bahan makanan seperti fungsi deret
hitung, sedangkan kenaikan jumlah penduduk (populasi) menurut fungsi deret
ukur. Karena pertumbuhan makanan tidak sebanding dengan pertumbuhan
populasi, maka setiap individu makhluk hidup harus berjuang untuk mendapatkan
makan sebagai prasyarat untuk mempertahankan hidup.
2. Masa Darwin
1. Masa Seleksi Alam (Darwin, Wallace)
Organisme di bumi yang beranekaragam itu merupakan hasil dari seleksi alam.
Kondisi alam yang selalu berubah (dinamik), baik yang berupa faktor nirhayat (abiotik)
maupun hayat (biotik), adalah sebagai penyeleksi. Individu yang mampu menyesuaikan diri
(karena kuat, tahan penyakit, dsb) terhadap perubahan alam akan dapat bertahan hidup,
sedangkan yang tidak mampu akan terseleksi (tereliminasi, mati). Struktur dan fungsi tubuh
makhluk yang telah lolos dari seleksi merupakan sifat yang akan diwariskan kepada generasi
penerusnya (Henuhili,2012:8).
Charles Robert Darwin yang dilahirkan di Inggris tahun 1809 adalah seorang tokoh
pertama yang ajarannya tentang evolusi dapat diterima oleh dunia ilmu pengetahuan. Hal ini
disebabkan Darwin dalam mengembangkan pendapatnya disertai dengan bukti-bukti dan
alasan yang dapat diterima oleh dunia ilmiah. Darwin mengemukakan teorinya setelah dia
melakukan perjalanan dengan kapal Beagle (1831-1885) menjelajahi Amerika Selatan, Pulau
Galapagos dan bagian-bagian lainnya. Dari hasil perjalanan itu dia membuat catatan yang
sangat
baik
tentang
fosil
mamalia,
geologi
dan
terbentuknya
karang
(Winatasasmita,1993:375).
Darwin mempelajari variasi yang terdapat pada berbagai burung jenis merpati yang
dipelihara (domestikasi) oleh para penggemar burung di Inggris. Darwin menemukan
berbagai variasi, seperti: merpati gundul, merpati jambul, merpati pos, merpati ekor merak,
pouter, dan sebagainya.
Waktu itu Darwin menganggap bahwa variasi itu adalah spesies (ini tidak betul setelah
ditemukan definisi spesies). Semua variasi itu dinyatakan sebagai peristiwa spesiasi
(pembentukan spesies baru) yang berasal dari moyang merpati, yaitu merpati liar (rock
pigeon) yang masih banyak hidup di Inggris.
Melakukan observasi tentang asal-usul burung di kepulauan Galapagos. Sasaran
pengamatannya adalah burung finch (emprit branjangan). Darwin menemukan fakta bahwa
berbagai spesies finch, berdasarkan pada tempat hidup (habitat khusus) dan jenis
makanannya, terdapat variasi pada struktur paruh mereka.
Konsep Darwin tentang spesiasi ini ditulisnya sebagai buku yang berjudul : The Origin of
Species by Means Natural Selection and Preservation of The Fits in Struggle for Life, pada
tahun 1844.
Menurut Darwin evolusi terjadi karena adanya seleksi alam (faktor alam yg mampu
menyeleksi makhluk hidup. Adaptasi merupakan penyebab terjadinya seleksi alam
(mekanisme seleksi alam). Ia juga mengoreksi pendapat Lamarck tentang jerapah.
Jerapah yang berleher panjang berasal dari yang berleher panjang pula, sedangkan
yang berleher pendek musnah. Faktor yang menyebabkan evolusi (mekanisme evolusi
2. Semua organisme menunjukkan variasi, tidak ada dua individu dlm satu jenis yg
persis sama.
3. Semakin banyak individu memiliki peluang untuk hidup, tetapi karena
keterbatasan makanan, tiap individu harus berjuang mempertahankan hidup, yang
didukung oleh: ukuran tubuh, kekuatan, kemampuan lari, atau ciri apapun untuk
bertahan yang menyebabkan individu punya kelebihan tehradap yang lain.
4. Ciri yang mendukung kemampuan bertahan hidup akan diwariskan kepada
generasi berikutnya.
5. Sepanjang masa geologik,
variasi-variasi
yang
mampu
bertahan
akan
dibawa oleh gen hasil mutasi) semakin jauh. Hasilnya adalah makhluk hidup yang
makin beragam hingga kini.
Bateson menyatakan bahwa kesesuaian antara warna tubuh makhluk hidup dengan
lingkungannya, atau disebut mimikri, merupakan adaptasi dalam bentuk warna
penyamaran, sehingga tidak tampak mencolok. Contoh yang diambil olehnya
adalah warna sayap berbagai kupu-kupu. Penyamaran warna ini sebagai
perlindungan makhluk, baik terhadap hewan lain sebagai pemangsa (predator)
alaminya maupun bagi predator ketika mencari korban (prey).
Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang hidup pada tahun
1834-1912, menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap
faktor genetis. Variasi yang diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh
dari lingkungannya tetapi perubahan yang diatur oleh faktor genetik atau gen.
Dalam percobaannya Weismann memotong ekor tikus sampai 20 generasi, tetapi
anaknya tetap saja berekor. Percobaan ini menyanggah teori evolusi Lamarck.
Berdasarkan pendapat para ahli seperti yang telah disebut di atas, perdebatan
mengenai mekanisme evolusi terus berlanjut. Ketika Darwin mencetuskan teori evolusinya, ia
tidak dapat menjelaskan sumber variasi terwariskan yang diseleksi oleh seleksi alam. Seperti
Lamarck, ia beranggapan bahwa orangtua (parental) mewariskan adaptasi yang diperolehnya
selama hidupnya, teori yang kemudian disebut sebagai Lamarckisme. Pada tahun 1880-an,
August Weismann mengindikasikan bahwa perubahan ini tidak diwariskan, dan Lamarckisme
berangsur-angsur ditinggalkan. Selain itu, Darwin tidak dapat menjelaskan bagaimana sifatsifat diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Pada tahun 1865, Gregor Mendel
menemukan bahwa pewarisan sifat-sifat dapat diprediksi. Ketika karya Mendel ditemukan
kembali pada tahun 1900-an, ketidakcocokan atas laju evolusi yang diprediksi oleh
genetikawan dan biometrikawan meretakkan hubungan model evolusi Mendel dan Darwin
(Hanuhili,2012:11).
3. Pasca Darwin
Pada masa ini masyarakat ilmiah lebih komunikatif, dibandingkan pada masa
sebelumnya, sehingga para ahli bisa melihat keterkaitan antara ilmu satu dengan lainnya.
Penemuan oleh Hugo de Vries dan lainnya pada awal 1900-an memberikan dorongan
terhadap pemahaman bagaimana variasi terjadi pada sifat tumbuhan dan hewan. Seleksi alam
menggunakan variasi tersebut untuk membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptasi yang
terpantau pada organisme hidup. Walaupun Hugo de Vries dan genetikawan pada awalnya
sangat kritis terhadap teori evolusi, penemuan kembali genetika dan riset selanjutnya pada
akhirnya memberikan dasar yang kuat terhadap evolusi, bahkan lebih meyakinkan daripada
ketika teori ini pertama kali diajukan.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang
dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori
yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati
organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19
bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan
ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin
of Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin
dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun
1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk
sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme
evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang
secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip
pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang
keanekaragaman hayati di bumi (Hanuhili,2012:12).
Kontradiksi antara teori evolusi Darwin melalui seleksi alam dengan karya Mendel
disatukan pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh biologiawan evolusi seperti J.B.S. Haldane,
Sewall Wright, dan terutama Ronald Fisher, yang menyusun dasar-dasar genetika populasi.
Hasilnya adalah kombinasi evolusi melalui seleksi alam dengan pewarisan Mendel menjadi
sintesis evolusi modern.
Bukan hanya Genetika dan Evolusi saja yang saling menunjang, tetapi semua cabang
ilmu biologi dapat menjelaskan fenomena evolusi. Pernyataan ini didukung oleh sebagian
besar ahli biologi pada waktu itu. Theodozius Dobzhansky, ahli genetika, berjasa merangkum
begitu banyak fenomena evolusi dari berbagai macam disiplin biologi. Ahli-ahli lain yang
terlibat dalam pengembangan teori evolusi pasca Darwin antara lain : Morgan, yang
melakukan pengamatan terhadap fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila
melanogaster); Mayr & Darlington, seorag ahli taksonomi sistematik & zoogeografi burung,
menemukan fenomena evolusi yang baru; Simpson, ahli Paleontologi (Hanuhili,2012:13).
Evolusi Modern
Umumnya biologiwan sekarang mengakui bahwa evolusi adalah fakta. Karena itu,
istilah teori dalam hal ini dipandang tidak cocok lagi, kecuali untuk menyebut berbagai
model yang mencoba menjelaskan bagaimana evolusi itu berlangsung. Diskusi panjang lebar
di kalangan biologiwan sekarang hanya mengenai mekanismenya.
Sejak abad ke-20 genetika dan biologi populasi menyisip ke dalam kajian evolusi.
Teori Darwin tentang seleksi alami tidak lagi dipandang sebagai teori terbaik tentang
mekanisme evolusi. Gagasan sekarang tentang evolusi biasanya disebut sebagai Modern
Synthesis (Sintesis Modern) yang mencakup mekanisme selain seleksi alami. Evolusi
menjadi didefinisikan sebagai perubahan komposisi genetik (frekuensi alel di dalam
kumpulan gen) suatu populasi dari generasi ke generasi. Ketika biologiwan berkata ia telah
mengamati evolusi, maksudnya ia telah mendeteksi adanya perubahan dalam frekuensi gen di
dalam suatu populasi. Sering adanya perubahan frekuensi gen itu diinferensikan dari
perubahan fenotipe yang dapat diwariskan.
Prinsip utama Sintesis Modern sebagai berikut:
1. Populasi mengandung variasi genetik yang muncul melalui mutasi acak (artinya tidak
terarah secara adaptif) dan rekombinasi.
2. Populasi berevolusi dengan perubahan-perubahan dalam frekuensi gen akibat random
genetic drift, gene flow, dan khususnya seleksi alami.
3. Sebagian besar varian genetik mempunyai pengaruh fenotipe yang kecil sehingga
perubahan fenotipe terjadi bertahap.
4. Diversifikasi terjadi melalui spesiasi, yang normalnya melibatkan berkembangnya
secara bertahap isolasi reproduksi di antara populasi-populasi.
5. Proses-proses tersebut, yang terus berlangsung dengan cukup lama, membuahkan
perubahan-perubahan yang cukup besar untuk membenarkan ditetapkannya taraf-taraf
taksonomik yang lebih tinggi (genus, famili, dan seterusnya.)
Ada dua macam evolusi: mikroevolusi dan makroevolusi. Perubahan di dalam populasi,
yang hanya berupa perubahan frekuensi alel, disebut mikroevolusi. Perubahan yang lebih
besar, misalnya yang menyebabkan terbentuknya spesies baru, disebut makroevolusi.
Sebagian evolusionis berpendapat bahwa makroevolusi hanyalah kumpulan mikroevolusi.
Sebagian lagi berpendapat bahwa mekanisme makroevolusi berbeda dari perubahan
mikroevolusi. Punctuated equillibrium adalah salah satu teori yang diajukan untuk
menjelaskan mekanisme makroevolusi berdasarkan pola yang terekam dalam catatan fosil
(Gafur,2011:4)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Evolusi atau sering juga disebut evolusi organik atau evolusi biologi, adalah
perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat terwariskan yang
DAFTAR PUSTAKA
Henuhili,V.2012.Evolusi.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ir.
%20Victoria%20Henuhili,%20%20M.Si./Evolusi_%20diktat%20kuliah.pdf. Diakses
9 maret 2015.