You are on page 1of 21

MAKALAH

KONSEP DAN SEJARAH EVOLUSI

Dosen Pengampu:
Winda Dwi Kartika, S.Si., M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Anggota Kelompok:
Riza Rosita

A1C412008

Kevin Fitrah

A1C412010

Sri Hariyati

A1C412023

Nurjanah

A1C412034

Andreo Satria

A1C412042

PROGRAM STUDI PENDIDKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahasiswa biologi tentu telah kita ketahui bahwa pada zaman modern ini
mahluk hidup khususnya manusia telah mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan
alam. Akan tetapi pada tahap pembelajarannya manusia selalu mendapatkan masalah dan
perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang ditelitinya. Salah satu permasalahan yang diteliti
dalam hal ini adalah penelitian mengenai asal usul kehidupan yang menjadi permasalahan
sejak berabad-abad tahun yang lalu hingga zaman modern sekarang. Karena pada umumnya
biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan mahluk hidup yang ada disekitarnya.
Makhluk hidup yang ada di alam ini telah banyak mengalami perubahan dimana
perubahan terssebut umumnya disebabkan oleh keadaan lingkungan yang dapat
mempengaruhi kondisi makhluk hidup itu sendiri sehingga terjadi perubahan dalam
kemampuan bertahan hidup akibat perubahan lingkungan tersebut. Perubahan dalam diri
makhluk hidup akan mempengaruhi keadaan sistem pada tubuh makhluk hidup maupun
kemampuan bereproduksi. Kemampuan ini akan mempengaruhi keberlangsungan generasi
atau keturunan dari makhluk hidup dalam populasinya. Populasi tersebut dapat punah atau
pun tetap bertahan hingga saat ini dengan mengalami perubahan stuktur tubuh. Perubahan
tersebut terjadi secara lama dan lambat. Perubahan ini disebut dengan evolusi.
Nah, disaat kita berbicara tentang asal usul kehidupan tentu tidak akan lepas dari
dinamika pro dan kontra teori-teori evolusi. Oleh sebab itu, melalui makalah ini kami ingin
menjelaskan dan menyampaikan beberapa pendapat para ahli mengenai konsep dan sejarah
evolusi. Dengan adanaya makalah ini kami berharap dapat menambah wawasan ataupun ilmu
pengetahuan bagi kita mengenai konsep dasar dan sejarah dari evolusi itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

Apa definisi dari evolusi?


Bagaimana konsep dasar dari evolusi?
Bagaimana sejarah dari teori evolusi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui definisi dari evolusi.


Untuk mengetahui konsep dasar dari evolusi.
Untuk mengetahui sejarah dari teori evolusi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Evolusi

Dalam biologi, evolusi mengacu pada proses yang telah mengubah bentuk
kehidupan di atas bumi sejak bentuknya yang paling awal sampai membentuk
keanekaragaman yang sangat luas seperti apa yang dapat kita temukan saat ini
(Campbell, 2003:5). Namun Charles Darwin pada buku The Origin of Species
menyatakan bahwa semua mahkluk hidup yang ada di bumi ini merupakan hasil
keturunan dari moyang yang sama yang mengalami modifikasi. Dengan kata lain,
teori ini menyatakan bahwa spesies bukanlah merupakan sesuatu yang kekal atau
tidak mengalami perubahan, melainkan berevolusi melalui proses perubahan bertahap
dari berbagai spesies yang telah ada (Kimball, 1999:760)
Evolusi atau sering juga disebut evolusi organik atau evolusi biologi, adalah
perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat terwariskan yang dijumpai
pada populasi organisme. Ciri-ciri yang terwariskan ini mencakup anatomi, biokimia,
ataupun perilaku yang berjalan dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Hassan,
2014:1).
Winatasasmita

(1993:349)

menambahkan

bahwa,

evolusi

adalah

perkembangan suatu organisme dari waktu ke waktu secara perlahan-lahan atau


bertahap. Perubahan yang terjadi, meliputi perubahan dari satu kondisi kepada kondisi
yang lainnya. Terdapat banyak bukti geologi yang menyatakan bahwa planet dan
bintang, topografi bumi, komponen (susunan) kimia alam raya bahkan unsur-unsur
kimia dan partikel sub-atomiknya mengalami perubahan secara bertahap selama
terjadinya alam raya ini. Jenis evolusi semacam ini, yaitu yang menyangkut evolusi
atom dan molekul menjadi substansi yang lebih kompleks disebut sebagai evolusi
anorganik atau evolusi kimia atau evolusi molekul. Hasil yang paling berarti dari
evolusi kimia ini adalah makromolekul yang sangat penting bagi asal mula terjadinya
kehidupan, berupa protein dan asam nukleat yaitu DNA dan RNA di muka bumi ini.
Lebih jauh lagi bukti-bukti secara biologi bahwa seluruh jenis sel prokariotik
dan eukariotik seperti virus, bakteri, tumbuhan dan binatang yang hidup sekarang ini
merupakan keturunan dari organisme terdahulu yang telah mengalami modifikasi
secara betahap telah banyak diketemukan. Organisme ini menerima akumulasi sifat
yang memungkinkan dia dapat bertahan terhadap lingkungannya. Jenis evolusi
semacam ini, yang dimulai dari titik kulminasi (puncak) evolusi kimia kemudian
masuk pada alam kehidupan da seterusnya merupakan proses yang sedang bberlanjut
dinamakan evolusi biologi atau evolusi organik. Secara jelasnya, evolusi adalah
perkembangan mahkluk hidup secara bertahap mulai dari yang sederhana sampai
kepada yang lebih kompleks (Winatasasmita, 1993:349).

2.2 Konsep Dasar Evolusi


Evolusi dapat terjadi bila adanya variasi sifat (perubahan yang terjadi pada kromosom
dan gen) yang diwariskan dalam populasi. Jadi evolusi terjadi didalam populasi bukan
individu.

Sumber utama penyebab adanya variasi populasi ini adalah seleksi alam,

mutasi, penyimpangan genetik, dan aliran gen (gene flow). Evolusi telah membentuk
keragaman makhluk hidup dari nenek moyang yang sama atau sebagaimana dinyatakan
oleh Charles Darwin. bentuk-bentuk yang sangat cantik dan menarik yang tak ada
akhirnya (Hasan, 201:1).
Ada empat penyebab utama terjadinya evolusi, yakni:
a. Seleksi alam
Seleksi alam yakni suatu proses adanya perbedaan antar organisme dalam hal
kemampuan bertahan hidup dan bereproduksi. Seleksi alam umumnya membuat alam
sebagai ukuran mengenai individu mana atau sifat-sifat individu mana yang
cenderung survive, dalam hal ini yang dimaksud adalah kemampuan individu untuk
bertahan hidup dan bereproduksi yang tidak sama ini, mengakibatkan suatu perubahan
secara bertahap dalam suatu populasi, dan sifat-sifat menguntungkan akan
berakumalasi sepanjang generasi. Contohnya pada paruh burung Finch Galapagos
merupakan adaptasi evolusioner terhadap sumber makanan yang berbeda. Burung
tersebut menggunakan paruhnya yang kuat untuk menghancurkan biji-bijian. Burung
ini suka terhadap makanan berupa biji-bijian kecil, akan tetapi pada musim kemarau
produksi biji-bijian kecil berkurang. Sehingga burung ini terpaksa memakan bijibijian berukuran besar. Perubahan dalam pola ketersediaan makanan ini berhubungan
dengan perubahan dalam rata-rata ketebalan paruh burung tersebut. Sebenarnya
kemungkinan yang lebih besar adalah burung-burung yang kebetulan yang memiliki
paruh yang lebih kuat memiliki keuntungan dalam hal makanan dan dengan demikian
memiliki keberhasilan reproduksi yang lebih besar selama masa kering. Dengan
demikian burung-burung itu akan menurunkan gen untuk paruh yang lebih tebal
sampai keketurunannya (Campbell,2003:13).
Belalang kerdil juga merupakan salah satu proses seleksi alam. Belalang ini
hidup di Padang rumput yang hijau. Sifat warna atau gen dari belalang ini yaitu dua
alel: hijau dan hitam, karena belalang kerdil dengan alel hijau menyatu dengan
lingkungannya dan tersembunyi dari burung predator, burung lebih sering memakan
belalang hitam. Dengan demikian, belalang hijau bertahan hidup dan menghasilkan

banyak keturunan daripada belalang hitam. Namun hijau tidak selalu menjadi alel
terbaik: saat terjadi kebakaran padang rumput, belalang hitam memiliki keunggulan
dan frekuensi alel hitam menjadi lebih umum.

Belalang kerdil hijau

Belalang Kerdil Hitam

b. Mutasi
Mutasi adalah perubahan urutan dalam DNA suatu organisme secara permanen
yang dapat disebabkan oleh radiasi, virus, transposon, zat-zat kimia mutagenik dan
kesalahan yang terjadi secara miosis atau replikasi DNA sehingga menghasilkan
variasi genetik pada populasi. Mutasi lebih sering dapat menyebabkan hilangnya
fungsi gen dibandingkan mutasi yang membentuk gen baru yang dapat berfungsi
penuh, hilangnya fungsi ini dapat mempengaruhi terjadinya evolusi.
Misalnya jika suatu organisme mengalami mutasi kemudian mutasi baru
tersebut diturunkan dalam gamet dapat dengan segera mengubah kumpulan gen suatu
populasi dengan cara menggantikan satu alel dengan alel lainnya. Sebagai contoh
mutasi pada suatu populasi tumbuhan yang berbunga putih (aa). Dalam populasi
bunga liar, estimasi kita untuk menghasilkan gamet yang mengandung alel dominan
bagi bunga merah muda (A) akan menurunkan frekuensi a dalam populasi dan dapat
meningkatkan frekuensi alel besar (Campbell,2003:28).
c. Penyimpangan Genetik
Penyimpangan genetik yakni perubahan dalam kumpulan gen suatu populasi
kecil akibat kejadian acak. Hanya faktor keberuntungan saja yang mengakibatkan
penyimpangan acak dapat memperbaiki daya adaptasi populasi itu kelingkungannya.
Menurut Campbell (2003:26) contohnya ada dua kondisi yang dapat mengakibatkan

terjadinya pergeseran genetik yaitu efek leher botol atau penyempitan dan efek
pendiri.
1.

Efek leher botol

Apabila terjadi bencana seperti gempa bumi, banjir, kebakaran yang


membunuh korban dengan tidak pandang bulu dapat mengurangi ukuran populasi
secara drastik, hasilnya adalah susunan genetik populasi kecil yang selamat dari
bencana itu tidak mungkin lagi berupa perwakilan susunan populasi semula, secara
kebetulan alel-alel tertentu akan terwakili secara berlebihan diantara individu-individu
yang selamat. Beberapa alel kemungkinan akan hilang sama sekali. Situasi ini di sebut
efek leher botol. Contohnya populasi cheetah berkurang sedemikian parahnya sejak
pertama kali zaman es 1000 tahun silam dan hewan tersebut hampir punah pada tahun
1900-an.

2. Efek pendiri
Efek pendiri merupakan penyimpangan genetik pada beberapa individu yang
menempati suatu pulau, danau atau beberapa habitat baru yang terisolir memebentuk
sebuah kumpulan baru. Apabila dalam suatu kumpulan tersebut terdapat kemungkinan
susunan genetik penghuni baru yang mewakili kumpulan gen populasi besar yang
mereka tinggalkan maka susunan genetik penghuni baru tersebut akan mempengaruhi
frekuensi alel dalam kumpulan gen sampai populasi baru tersebut menjadi cukup
besar dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Contohnya pada tahun 1814 lima belas orang membentuk koloni orang inggris
di Tristan da Cunha, yakni pulau-pulau kecil laut atlantik di pertengahan antara afrika
dan amerika selatan antara afrika dan amerika selatan. Ternyata salah seorang diantara
penduduk koloni awal tersebut membawa suatu alel resesif untuk kelainan yang
disebut retinitis pigmentosa, suatu kebutaan progresif yang menyerang individu
homozigot. Setelah sekian lama, pada generasi tersebut tepatnya tahun 1960-an dari
240 0rang keturunan, empat diantaranya mengidap retinitis pigmentosa dan Sembilan
lainnya telah diketahui sebagai pembawa sifat (karier).

d. Aliran Gen (Gene Flow)

Merupakan pertukaran genetik akibat migrasi individu yang subur atau


perpindahan gamet antar populasi. Aliran gen cenderung mengurangi perbedaan
antara populasi yang telah terakumulasi akibat seleksi alam atau penyimpangan
genetik. Jika hal itu terjadi cukup luas, aliran gen akhirnya dapat menyatukan populasi
yang berdekatan menjadi sebuah populasi tunggal dengan struktur genetik yang sama.
Contohnya suatu populasi yang dekat dengan populasi bunga liar dengan
dugaan kita sepenuhnya terdiri dari individu tumbuhan berbunga putih (aa). Angin
badai mungkin meniup serbuk sari dari populasi bunga aa kepopulasi bunga liar
sehingga frekuensi alel dapat berubah pada generasi berikutnya. Bahkan ketika
manusia mulai mampu menjelajah dunia dengan bebas, aliran gen tidak lagi diragukan
sebagai pengantar perubahan yang penting dalam populasi yang awalnya mungkin
sangat terisolir (Campbell,2003:27).
2.3 Sejarah Teori Evolusi
Sebelum adanya karya Charles Darwin, studi evolusi tidak bersifat ilmiah.
Pada saat itu banyak sejarawan alam yang menerima spesies secara esensial atau
ideal, misalnya individu hanya dikelompokan sebagai baik dan buruk. Darwin adalah
ilmuwan naturalis yang pertama memulai menggambarkan pola keteraturan di alam
secara statistik (menggunakan istilah probabilitas atau peluang dan bukan
determinisme). Thomas Robert Malthus menggunakan pendekatan ini pada populasi
manusia dalam bukunya An Essay on The Principle of Population, yang memberi
pengaruh terhadap Darwin. Dipelopori oleh Darwin, spesies dipahami dalam istilah
statistik. Individu secara aktual diduga berlainan, di mana yang paling menyimpang
dari bentuk rata-rata dan spesies digambarkan sebagai variabel dan unit-unit yang
bergradasi (Hassan, 2014:2).
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun
sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles. Darwin adalah
ilmuwan pertama peletak dasar-dasar ilmiah teori evolusi, karena telah banyak
terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Konsep utama teori Darwin mengenai
evolusi adalah tentang seleksi alam yang dianggap oleh mayoritas komunitas sains
sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi (Henuhili,2012:4).
Tahap perkembangan teori evolusi dibedakan menjadi tiga besar : (1) Masa
Pra-Darwin, (2) Masa Darwin, dan (3) Masa Pasca-Darwin

1. Masa Pra-Darwin
Pemikiran-pemikiran evolusi tentang nenek moyang bersama dan transmutasi
spesies telah ada paling tidak sejak abad ke-6 SM ketika hal ini dijelaskan secara rinci
oleh seorang filsuf Yunani, Anaximander. Beberapa orang dengan pemikiran yang
sama meliputi Empedocles, Lucretius, biologiawan Arab Al Jahiz, filsuf Persia Ibnu
Miskawaih, Ikhwan As-Shafa, dan filsuf Cina Zhuangzi.
Pada masa pra Darwin, teori evolusi organik memperkirakan bahwa sejak
kehidupan muncul di bumi, telah terjadi suatu proses berkesinambungan. Organisme
yang hidup berasal dari bentuk-bentuk sebelumnya. Variasi-variasi yang besar adalah
sebagai hasil respons makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan. Respons ini
berupa perubahan struktur dan fungsi tubuh makhluk individu hidup yang kemudian
dilangsungkan kepada generasi selanjutnya melalui suatu proses pewarisan sifat yang
telah mengalami perubahan itu.
Masa pra-Darwin dapat digolongkan menjadi dua tahapan, yaitu:
1. Masa Fiksisme
Yang pemikirannya memiliki kedekatan dengan mitos, sehingga
pendapatnya juga lebih bercorak sebagai fiksi ilmiah. Konsep-konsep
utama yang berkembang masa itu adalah:
Sampai abad ke-18, paham yang berkembang adalah bahwa organisme
adalah sebagai ciptaan Tuhan, sehingga dalam bahasan Biologi tentang
Asal-usul Kehidupan disebut sebagai Teori Ciptaan Khusus (The
Special Creation). Leewenhoek, meskipun dengan eksperimen yang
menemukan Paraemecium dari potongan jerami yang direndam air
selama 7 hari (sesuai dengan kitab Kejadian, saat Tuhan menciptakan
dunia dan seisinya), menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda
tak hidup, yang disebutnya dengan konsep generatio spontanea atau

teori abiogenesis (Henuhili,2012:5).


Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis. Teori
biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup pula. Tokoh dalam teori biogenesis yang terkenal adalah
Fransesco Redy, Lazzaro Spallanzani dan Louis Pasteur yang
semuanya menyangkal teori abiogenesis. Redy menyatakan bahwa jika
lalat dicegah jangan sampai meletakan telurnya pada daging, maka
makhluk hidup (belatung) tidak akan muncul dari daging tersebut. Jadi
menurut Redy makhluk hidup berasal dari telur (Omne vivum ex ovo)
(Winatasasmita,1993:352)

Konsep Hindu tentang asal-usul kehidupan, yang dikemukakan


dalam:Taittiriya Upanishad. Disana dikemukakan bahwa asal mula
kehidupan sebagai berikut: Dari Brahmana timbul Angkasa, dari
Angkasa-Udara, dari Udara-Api, dari Api-Air, dan dari Air-Tanah, dari
Tanah-Tumbuhan, dari Tumbuhan-Makanan, dari Makanan-Biji, dari
Biji-Manusia. Umumnya para filosof Upanishad mengatakan bahwa
Brahmana

adalah

sesuatu

yang

keberadaannya

tidak

terbatas

(Winatasasmita,1993:351)
Pemikiran yang mulai berbeda dengan teori Ciptaan Khusus kemudian mulai digagas
oleh beberapa orang ahli, seperti :
Linnaeus mengelompokkan organisme berdasarkan kesamaan alat reproduksinya, dan
manusia dimasukkan ke dalam kelompok kera (kera = Primata tidak berekor, monyet =
Primata berekor)
Buffon menyatakan bahwa hewan-hewan bersifat plastis. Variasi-variasi kecil yang
dihasilkan lingkungan akan berakumulasi membentuk perbedaan-perbedaan yang lebih
besar. Setiap hewan pada jalur tipe-tipe hewan, berubah dari moyangnya yang
keadaanya lebih sederhana.
Cuvier menyatakan bahwa tipe-tipe baru spesies terbentuk setelah ada bencana. Setiap
spesies tercipta secara terpisah. Georges Cuvier percaya bahwa bencana dan
malapeteka yang terjadi di muka bumi akan mengikis kehidupan yang ada. Dalam
setiap peristiwa bencana, selalu ada satu wilayah yang terhindar dari bencana.
Kehidupan yang tersisa akan menyebar ke wilayah-wilayah lainnya. Cuvier meyakini
bahwa ada kehidupan yang telah mengalami kepunahan.

2. Masa Adaptasi dan Transformasi


Konsep-konsep yang berkembang pada tahapan ini adalah :
Semua ahli yang menyatakan teori evolusi masa ini didasarkan atas adanya
perbedaan antara makh luk satu dengan lainnya. Erasmus Darwin, yang tiada lain
kakek Charles Robert Darwin, dalam bukunya Zoonomia menyatakan bahwa
kehidupan itu berasal dari asal mula yang sama. Respons fungsional yang dimiliki
oleh individu makhluk hidup akan diwariskan kepada keturunannya.
Lamarck

Lamarck, adalah biologiwan Perancis yang dikenal karena pendapatnya dalam


teori tentang evolusi kehidupan. Dia menyatakan bahwa perbedaan- antar individu
terjadi karena kebiasaan atau latihan-latihan yang dilakukan individu tersebut. Hal
yang diperoleh melalui latihan dapat diturunkan kepada anaknya. Contoh yang
dikemukakan adalah leher jerapah. Hewan ini memiliki leher yang panjang karena
mulut di kepala selalu digunakan untuk meraih daun-daun pakannya yang semakin
tinggi (Henuhili, 2012:6).
Lamarck mengemukakan teorinya mengenai penurunan sifat yang diturunkan
oleh suatu individu sebagai berikut: Modifikasi yang diperoleh oleh suatu organisme
di dalam adaptasi terhadap lingkungannya selama organisme itu hidup secara otomatis
akan diwariskan kepada keturunannya, dan menjadi bagian dari hereditas
(Winatasasmita,1993:374)

Lamarck dikenal sebagai penggagas suatu bentuk teori evolusi kehidupan,


yang kemudian dikenal sebagai Lamarckisme. Ia percaya akan adanya perubahan
linear pada makhluk hidup dari bentuk tersederhana menuju bentuk yang lebih
canggih. Walaupun demikian, ia mendasarkan pada pendapat yang telah berlaku sejak
masa kuno yang menyatakan bahwa setiap spesies sudah ada sejak penciptaan
kehidupan. Pemikiran ini bertentangan dengan banyak pendapat sarjana Perancis
sezamannya, yang lebih condong pada perkembangan spesies. Ketika itu dinyatakan
bahwa spesies-spesies terbentuk dalam perkembangan proses kehidupan, tidak
"langsung jadi" begitu saja. Perubahan yang terjadi pada spesies adalah sebagai akibat
respons mmakhluk hidup terhadap lingkungan (adaptasi). Anggota tubuh yang terlatih
akan menguat, sementara yang tidak terpakai akan melemah dan tereduksi. Hasil
adaptasi (sedikit demi sedikit) ini lalu diwariskan secara turun-temurun kepada
anaknya dan berlanjut sepanjang masa.
Semenjak Charles Darwin dan Alfred Wallace mengemukakan teori mereka, teori
Lamarck sering kali disitir untuk menyanggah pendapat Darwinisme tentang
seleksi alam. Pertentangan pemikiran ini baru tuntas setelah cabang ilmu Genetika
semakin dikenal orang pada abad ke-20. Konsep-konsep genetika banyak memberi
dukungan pada Darwinisme.
Para pendukung materialisme dialektika, pemikiran yang berkembang pesat di
akhir abad ke-19, menganggap Lamarckisme sesuai dengan ideologi mereka, dan
melahirkan Neo-Lamarckisme. Kaum ini menolak teori evolusi Darwin,
mengadopsi Lamarckisme, dan bahkan mempraktekkannya dalam bidang pertanian
di negara-negara komunis. Vernalisasi (perlakuan suhu rendah) terhadap benih
gandum dianggap dapat "melatih" tanaman sehingga tahan menghadapi musim

dingin. Pendapat ini dipercaya karena hasil penelitian Ivan Mitschurin, seorang
pemulia tanaman Rusia, menunjukkan hal itu.
Charles Lyell mengemukakan adanya evolusi geologi. Teori ini berbicara mengenai
perubahan ketinggian tanah, sedimen yang dibawa oleh air, perubahan partikel dan
perubahan iklim. Dalam teori ini, organisme-organisme yang ada dianggap sebagai
turunan hasil modifikasi spesies-spesies lain yang hidup di masa geologi
sebelumnya
Malthus menyatakan bahwa kenaikan produksi bahan makanan seperti fungsi deret
hitung, sedangkan kenaikan jumlah penduduk (populasi) menurut fungsi deret
ukur. Karena pertumbuhan makanan tidak sebanding dengan pertumbuhan
populasi, maka setiap individu makhluk hidup harus berjuang untuk mendapatkan
makan sebagai prasyarat untuk mempertahankan hidup.
2. Masa Darwin
1. Masa Seleksi Alam (Darwin, Wallace)
Organisme di bumi yang beranekaragam itu merupakan hasil dari seleksi alam.
Kondisi alam yang selalu berubah (dinamik), baik yang berupa faktor nirhayat (abiotik)
maupun hayat (biotik), adalah sebagai penyeleksi. Individu yang mampu menyesuaikan diri
(karena kuat, tahan penyakit, dsb) terhadap perubahan alam akan dapat bertahan hidup,
sedangkan yang tidak mampu akan terseleksi (tereliminasi, mati). Struktur dan fungsi tubuh
makhluk yang telah lolos dari seleksi merupakan sifat yang akan diwariskan kepada generasi
penerusnya (Henuhili,2012:8).

Charles Robert Darwin

Charles Robert Darwin yang dilahirkan di Inggris tahun 1809 adalah seorang tokoh
pertama yang ajarannya tentang evolusi dapat diterima oleh dunia ilmu pengetahuan. Hal ini
disebabkan Darwin dalam mengembangkan pendapatnya disertai dengan bukti-bukti dan
alasan yang dapat diterima oleh dunia ilmiah. Darwin mengemukakan teorinya setelah dia
melakukan perjalanan dengan kapal Beagle (1831-1885) menjelajahi Amerika Selatan, Pulau
Galapagos dan bagian-bagian lainnya. Dari hasil perjalanan itu dia membuat catatan yang
sangat

baik

tentang

fosil

mamalia,

geologi

dan

terbentuknya

karang

(Winatasasmita,1993:375).
Darwin mempelajari variasi yang terdapat pada berbagai burung jenis merpati yang
dipelihara (domestikasi) oleh para penggemar burung di Inggris. Darwin menemukan
berbagai variasi, seperti: merpati gundul, merpati jambul, merpati pos, merpati ekor merak,
pouter, dan sebagainya.
Waktu itu Darwin menganggap bahwa variasi itu adalah spesies (ini tidak betul setelah
ditemukan definisi spesies). Semua variasi itu dinyatakan sebagai peristiwa spesiasi
(pembentukan spesies baru) yang berasal dari moyang merpati, yaitu merpati liar (rock
pigeon) yang masih banyak hidup di Inggris.
Melakukan observasi tentang asal-usul burung di kepulauan Galapagos. Sasaran
pengamatannya adalah burung finch (emprit branjangan). Darwin menemukan fakta bahwa
berbagai spesies finch, berdasarkan pada tempat hidup (habitat khusus) dan jenis
makanannya, terdapat variasi pada struktur paruh mereka.
Konsep Darwin tentang spesiasi ini ditulisnya sebagai buku yang berjudul : The Origin of
Species by Means Natural Selection and Preservation of The Fits in Struggle for Life, pada
tahun 1844.
Menurut Darwin evolusi terjadi karena adanya seleksi alam (faktor alam yg mampu
menyeleksi makhluk hidup. Adaptasi merupakan penyebab terjadinya seleksi alam
(mekanisme seleksi alam). Ia juga mengoreksi pendapat Lamarck tentang jerapah.
Jerapah yang berleher panjang berasal dari yang berleher panjang pula, sedangkan
yang berleher pendek musnah. Faktor yang menyebabkan evolusi (mekanisme evolusi

adalah seleksi alam).


Dari teori yang ada, Darwin menyusun bukti-bukti dan mengemukakan suatu teori
untuk menjelaskan bagaimana evolusi tersebut berlangsung. Ia menjelaskan data,
yang dikatakannya sebagai bukti, sebagai berikut:
1. Kecepatan reproduksi semua spesies (jenis) melebihi kecepatan penambahan
persediaan makanan.

2. Semua organisme menunjukkan variasi, tidak ada dua individu dlm satu jenis yg
persis sama.
3. Semakin banyak individu memiliki peluang untuk hidup, tetapi karena
keterbatasan makanan, tiap individu harus berjuang mempertahankan hidup, yang
didukung oleh: ukuran tubuh, kekuatan, kemampuan lari, atau ciri apapun untuk
bertahan yang menyebabkan individu punya kelebihan tehradap yang lain.
4. Ciri yang mendukung kemampuan bertahan hidup akan diwariskan kepada
generasi berikutnya.
5. Sepanjang masa geologik,

variasi-variasi

yang

mampu

bertahan

akan

menghasilkan perbedaan yang kian nyata, dan terbentuklah jenis baru.


Selanjutnya Darwin menyatakan inti (konsep pokok) teori evolusi dapat dibagi
menjadi beberapa pokok berikut ini:
1. Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi karateristik yang
muncul dalam penampakan fenotip organisasi tersebut.
2. Rasio pertambahan terjadi secara geometrik, yaitu jumlah setiap spesies relatif
tetap. Hal ini terjadi karena banyak individu yang tersingkir oleh predator,
perubahan iklim dan proses persaingan.
3. Struggle for existance (usaha yang keras untuk bertahan ) merupakan suatu usaha
individu organisme untuk bertahan hidup. Individu dengan variasi yang tidak
sesuai untuk kondisi-kondisi yang umum di alam, akan tersingkir. Adapun
individu-individu dengan variasi yang menguntungkan dapat melanjutkan
kehidupannya dan memperbanyak diri dengan berproduksi.
4. The survival of fittest, ketahanan didapat dari organisme yang memiliki kualitas
paling sesuai dengan lingkungan. Individu-individu yang dapat hidup akan
mewariskan variasi-variasi tersebut kepada generasi berikutnya.
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan biologi pada abad ke-18, pemikiran
evolusi Darwin mulai menelusuri kembali pemikiran beberapa filsuf seperti Pierre
Maupertuis (1745) dan Erasmus Darwin (1796). Pemikiran biologiawan Jean-Baptiste
Lamarck tentang transmutasi spesies juga memiliki pengaruh yang kuat. Charles Darwin
merumuskan pemikiran seleksi alamnya pada tahun 1838 dan masih mengembangkan
teorinya pada tahun 1858 ketika Alfred Russel Wallace mengirimkannya teori yang mirip,
melalui suratnya "Surat dari Ternate". Keduanya diajukan ke Linnean Society of London
sebagai dua karya yang terpisah. Pada akhir tahun 1859, publikasi Darwin, On the Origin of
Species, menjelaskan seleksi alam secara detail dan memberikan bukti yang mendorong
penerimaan luas evolusi dalam komunitas ilmiah (Hanuhili,2012:10).

Sir Alfred Russel Wallace

Dari hasil perjalanannya ke Malaysia, Borneo, Sulawesi dan Maluku, dia


melihat perbedaan fauna di Indonesia bagian Barat dan Timur, yang dibatasi dengan
garis imajiner membentang dari utara laut antara pulau Kalimantan dengan pulau
Sulawesi, membentang ke selatan membelah selat Lombok. Laut yang disebut sebagai
pembatas ini merupakan laut yang dalam. Fauna Kalimantan dan Bali ke barat
bersubtipe Malesia yang merupakan tipe flora Asia, sedangkan fauna Sulawesi dan
Lombok ke timur bersubtipe Australasia, mirip fauna Australia. Ia juga menyatakan
persetujuannya pada konsep Survival of the fittest (siapa Sir Alfred Wallace yang kuat
dia yang menang) seperti yang dikemukakan oleh Darwin.
2.

Masa Teori Genetika (Mendel, De Vries, Tschernov, Bateson, Weismann,)


Gregor Johan Mendel : Hukum Pewarisan Sifat
Pengkajian kembali kembali karya Gregor Johan Mendel mengenai genetika, yang
tidak diketahui oleh Darwin dan Wallace, dikemukakan oleh Hugo de Vries untuk
menjelaskan tentang pewarisan sifat makhluk hidup kepada keturunannya.
De Vries dan Tschernov: menguatkan kembali hukum Mendel melalui penelitianpenelitian yang dilakukan. Pada masa Darwin teori Genetika dan teori Evolusi
merupakan dua disiplin ilmu yang berkembang bersama dan terpisah satu dengan
lainnya tanpa ada sangkut pautnya. Mereka berdualah yang menghubungka antara
dua teori tersebut, sehingga teori Evolusi mampu memberikan penjelasan tentang
bagaimana perubahan sifat yang terjadi itu dilatarbelakangi oleh mutasi gen-gen,
dan kemudian diwariskan kepada keturunannya. Dalam perjalanan waktu, mutasi
dapat berlangsung berulang kali, sehingga perbedaan (penyimpangan) sifat (yang

dibawa oleh gen hasil mutasi) semakin jauh. Hasilnya adalah makhluk hidup yang
makin beragam hingga kini.
Bateson menyatakan bahwa kesesuaian antara warna tubuh makhluk hidup dengan
lingkungannya, atau disebut mimikri, merupakan adaptasi dalam bentuk warna
penyamaran, sehingga tidak tampak mencolok. Contoh yang diambil olehnya
adalah warna sayap berbagai kupu-kupu. Penyamaran warna ini sebagai
perlindungan makhluk, baik terhadap hewan lain sebagai pemangsa (predator)
alaminya maupun bagi predator ketika mencari korban (prey).
Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang hidup pada tahun
1834-1912, menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap
faktor genetis. Variasi yang diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh
dari lingkungannya tetapi perubahan yang diatur oleh faktor genetik atau gen.
Dalam percobaannya Weismann memotong ekor tikus sampai 20 generasi, tetapi
anaknya tetap saja berekor. Percobaan ini menyanggah teori evolusi Lamarck.
Berdasarkan pendapat para ahli seperti yang telah disebut di atas, perdebatan
mengenai mekanisme evolusi terus berlanjut. Ketika Darwin mencetuskan teori evolusinya, ia
tidak dapat menjelaskan sumber variasi terwariskan yang diseleksi oleh seleksi alam. Seperti
Lamarck, ia beranggapan bahwa orangtua (parental) mewariskan adaptasi yang diperolehnya
selama hidupnya, teori yang kemudian disebut sebagai Lamarckisme. Pada tahun 1880-an,
August Weismann mengindikasikan bahwa perubahan ini tidak diwariskan, dan Lamarckisme
berangsur-angsur ditinggalkan. Selain itu, Darwin tidak dapat menjelaskan bagaimana sifatsifat diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Pada tahun 1865, Gregor Mendel
menemukan bahwa pewarisan sifat-sifat dapat diprediksi. Ketika karya Mendel ditemukan
kembali pada tahun 1900-an, ketidakcocokan atas laju evolusi yang diprediksi oleh
genetikawan dan biometrikawan meretakkan hubungan model evolusi Mendel dan Darwin
(Hanuhili,2012:11).

3. Pasca Darwin
Pada masa ini masyarakat ilmiah lebih komunikatif, dibandingkan pada masa
sebelumnya, sehingga para ahli bisa melihat keterkaitan antara ilmu satu dengan lainnya.
Penemuan oleh Hugo de Vries dan lainnya pada awal 1900-an memberikan dorongan
terhadap pemahaman bagaimana variasi terjadi pada sifat tumbuhan dan hewan. Seleksi alam
menggunakan variasi tersebut untuk membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptasi yang

terpantau pada organisme hidup. Walaupun Hugo de Vries dan genetikawan pada awalnya
sangat kritis terhadap teori evolusi, penemuan kembali genetika dan riset selanjutnya pada
akhirnya memberikan dasar yang kuat terhadap evolusi, bahkan lebih meyakinkan daripada
ketika teori ini pertama kali diajukan.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang
dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori
yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati
organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19
bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan
ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin, On the Origin
of Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin
dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun
1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk
sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme
evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang
secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip
pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang
keanekaragaman hayati di bumi (Hanuhili,2012:12).
Kontradiksi antara teori evolusi Darwin melalui seleksi alam dengan karya Mendel
disatukan pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh biologiawan evolusi seperti J.B.S. Haldane,
Sewall Wright, dan terutama Ronald Fisher, yang menyusun dasar-dasar genetika populasi.
Hasilnya adalah kombinasi evolusi melalui seleksi alam dengan pewarisan Mendel menjadi
sintesis evolusi modern.
Bukan hanya Genetika dan Evolusi saja yang saling menunjang, tetapi semua cabang
ilmu biologi dapat menjelaskan fenomena evolusi. Pernyataan ini didukung oleh sebagian
besar ahli biologi pada waktu itu. Theodozius Dobzhansky, ahli genetika, berjasa merangkum
begitu banyak fenomena evolusi dari berbagai macam disiplin biologi. Ahli-ahli lain yang
terlibat dalam pengembangan teori evolusi pasca Darwin antara lain : Morgan, yang
melakukan pengamatan terhadap fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila
melanogaster); Mayr & Darlington, seorag ahli taksonomi sistematik & zoogeografi burung,
menemukan fenomena evolusi yang baru; Simpson, ahli Paleontologi (Hanuhili,2012:13).
Evolusi Modern

Umumnya biologiwan sekarang mengakui bahwa evolusi adalah fakta. Karena itu,
istilah teori dalam hal ini dipandang tidak cocok lagi, kecuali untuk menyebut berbagai
model yang mencoba menjelaskan bagaimana evolusi itu berlangsung. Diskusi panjang lebar
di kalangan biologiwan sekarang hanya mengenai mekanismenya.
Sejak abad ke-20 genetika dan biologi populasi menyisip ke dalam kajian evolusi.
Teori Darwin tentang seleksi alami tidak lagi dipandang sebagai teori terbaik tentang
mekanisme evolusi. Gagasan sekarang tentang evolusi biasanya disebut sebagai Modern
Synthesis (Sintesis Modern) yang mencakup mekanisme selain seleksi alami. Evolusi
menjadi didefinisikan sebagai perubahan komposisi genetik (frekuensi alel di dalam
kumpulan gen) suatu populasi dari generasi ke generasi. Ketika biologiwan berkata ia telah
mengamati evolusi, maksudnya ia telah mendeteksi adanya perubahan dalam frekuensi gen di
dalam suatu populasi. Sering adanya perubahan frekuensi gen itu diinferensikan dari
perubahan fenotipe yang dapat diwariskan.
Prinsip utama Sintesis Modern sebagai berikut:
1. Populasi mengandung variasi genetik yang muncul melalui mutasi acak (artinya tidak
terarah secara adaptif) dan rekombinasi.
2. Populasi berevolusi dengan perubahan-perubahan dalam frekuensi gen akibat random
genetic drift, gene flow, dan khususnya seleksi alami.
3. Sebagian besar varian genetik mempunyai pengaruh fenotipe yang kecil sehingga
perubahan fenotipe terjadi bertahap.
4. Diversifikasi terjadi melalui spesiasi, yang normalnya melibatkan berkembangnya
secara bertahap isolasi reproduksi di antara populasi-populasi.
5. Proses-proses tersebut, yang terus berlangsung dengan cukup lama, membuahkan
perubahan-perubahan yang cukup besar untuk membenarkan ditetapkannya taraf-taraf
taksonomik yang lebih tinggi (genus, famili, dan seterusnya.)
Ada dua macam evolusi: mikroevolusi dan makroevolusi. Perubahan di dalam populasi,
yang hanya berupa perubahan frekuensi alel, disebut mikroevolusi. Perubahan yang lebih
besar, misalnya yang menyebabkan terbentuknya spesies baru, disebut makroevolusi.
Sebagian evolusionis berpendapat bahwa makroevolusi hanyalah kumpulan mikroevolusi.
Sebagian lagi berpendapat bahwa mekanisme makroevolusi berbeda dari perubahan
mikroevolusi. Punctuated equillibrium adalah salah satu teori yang diajukan untuk
menjelaskan mekanisme makroevolusi berdasarkan pola yang terekam dalam catatan fosil
(Gafur,2011:4)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Evolusi atau sering juga disebut evolusi organik atau evolusi biologi, adalah
perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat terwariskan yang

dijumpai pada populasi organisme.


Prinsip terjadinya evolusi yakni adanya variasi sifat yang terjadi pada
populasi, dimana variasi ini dapat disebabkan oleh seleksi alam, mutase,

penyimpangan genetic dan aliran gen.


Tahap perkembangan teori evolusi dibedakan menjadi tiga besar :
(1) Masa Pra-Darwin, adanya teori abiogenesis dan biogenesis serta
kepercayaan Brahmana
(2) Masa Darwin,
(3) Masa Pasca-Darwin, perkembangan evolusi sudah dengan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell,N.A.2003.Biologi-Edisi kelima jilid 2.Jakarta:Erlangga.

Hasan, M.S.2014. Pengantar Biologi Evolusi.Jakarta:Erlangga.

Henuhili,V.2012.Evolusi.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ir.
%20Victoria%20Henuhili,%20%20M.Si./Evolusi_%20diktat%20kuliah.pdf. Diakses
9 maret 2015.

Kimball.1999.Biologi Edisi Kelima.Jakarta:Erlangga.

Winatasamita,D.1993. Biologi Umum.Jakarta:Universitas Terbuka-Depdikbud.

You might also like