You are on page 1of 12

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI

ASSEMBLY LINE B PADA


BAGIAN MAIN LINE DENGAN
METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS
DI PT. X
Constance Dorthea Renata, Sevenpri Candra, Rida Zuraida
Binus University, Jl. K.H. Syahdan, conie_renata@yahoo.com

ABSTRACT
The high efficiency of the production line and time efficiency of the production process
to determine the extent of production owned by the company. This study was conducted to
improve the processing time employee in completing the work by using the Methods Time
Measurement (MTM). Movement is less efficient work can be eliminated so that the time to
complete a job becomes shorter. In addition, the line carried a balance Ranked Positional
Weights method that can balance the workload so that the efficiency of the production line
Assembling Line B on the Main line can be increased. The results showed an increase of
increase of 2.03% on the movements of the operator and increase the efficiency of production
lines by 1.65% due to workload balancing so that the reduced number of work stations by 7
work station work station was originally numbered 66 to 59 work stations. The high efficiency
of the production line, the higher the level of productivity.
Keywords : production lines, movement work, enhancement, efficiency
ABSTRAK
Tingginya efisiensi pada lini produksi dan efisiensi waktu proses produksi dapat
menentukan seberapa besar tingkat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian ini
dilakukan untuk meningkatkan waktu proses kerja karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaannya dengan menggunakan Methods Time Measurement (MTM). Gerakan kerja yang
kurang efisien dapat dieliminir sehingga waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menjadi
lebih singkat. Selain itu, dilakukan keseimbangan lini dengan metode Ranked Positional
Weights yang dapat menyeimbangkan beban kerja sehingga efisiensi lini produksi Assembling
Line B pada bagian Main line dapat meningkat. Hasil penelitian menunjukkan terjadi
peningkatan sebesar meningkat sebesar 2.03% pada gerakan kerja operator dan peningkatan
efisiensi lini produksi sebesar 1.65% dikarenakan penyeimbangan beban kerja sehingga
berkurangnya jumlah stasiun kerja sebesar 7 stasiun kerja yang awalnya berjumlah 66 stasiun
kerja menjadi 59 stasiun kerja. Semakin tingginya efisiensi lini produksi, semakin tinggi pula
tingkat produktivitas.
Kata kunci: lini produksi, gerakan kerja, peningkatan, efisiensi

PENDAHULUAN
Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan untuk terus bertahan dan
berkembang. Perusahaan yang mampu bertahan dan berkembang dengan baik pasti dapat meningkatkan
keunggulan persaingan di dunia industri. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki manajemen operasi
yang efektif dalam menentukan jumlah pekerja dan keseimbangan pekerjaan dilihat dari faktor kinerja
manpower dan faktor efisiensi waktu proses produksi agar tidak terjadi pemborosan waktu dan biaya
yang dapat merugikan perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tingkat produksi yang diharapkan
(Heizer & Render, 2009).

PT. X merupakan salah satu industri pelopor di Indonesia yang memproduksi sepeda motor. Tingkat
permintaan sepeda motor yang tinggi menuntut perusahaan untuk dapat meningkatkan keefektifan
manajemen operasionalnya agar dapat memenuhi permintaan konsumen dengan tepat waktu.
Studi kasus ini dilakukan di PT. X pada seksi Assembly unit yang merupakan muara dari seluruh divisi
dan sebagai tempat terjadinya proses perakitan komponen hingga menjadi unit sepeda motor. Assembly
unit terdapat dua bagian yaitu Assembly line A yang khusus memproduksi motor bebek tipe fx, kwx, fy
dan Assembly line B yang khusus memproduksi motor skutik tipe kx.
Studi kasus ini fokus dilakukan pada Assembly unit line B dikarenakan lini produksi tersebut masih baru
berjalan sekitar bulan September 2012 dengan rata-rata produksi harian sebesar 1.135 unit pada shift I
dan 1.025 unit pada shift II. Permasalahan utama yang telah diobservasi adalah mengetahui tingkat
efisiensi Assembling line B pada bagian Main line dan mengetahui keefektifan dan efisiensi gerakan kerja
operator sehingga tercapai peningkatan efisiensi gerakan kerja operator dan efisiensi Assembly unit line B
pada bagian Main line.
Oleh karena itu, penelitian ini menerapkan metode pengukuran waktu Methods Time Measurement
(MTM) guna mendapatkan standar gerakan kerja untuk meningkatkan efisiensi gerakan kerja operator.
Dengan menggunakan MTM, gerakan-gerakan kerja yang kurang efisien dapat dieliminir sehingga waktu
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan menjadi lebih singkat (Wignjosoebroto, 2008). Selain itu,
menerapkan line balancing dengan metode Rangked Position Weight (RPW). Keseimbangan lini
dilakukan untuk melakukan penyeimbangan beban kerja di setiap stasiun kerja sehingga efisiensi lini
produksi dan produktivitas dapat meningkat (Chiang, Urban, & Xu, 2012).

METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini dijelaskan mengenai proses dan urutan pengerjaannya. Berikut adalah
proses pengerjaannya:
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan studi pada awal penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kondisi
pabrik yang sebenarnya dan dapat menemukan masalah yang ada pada PT. X plant 1. Penulis fokus
melakukan pengamatan langsung di lantai produksi Assembly unit line B PT. X plant 1 dimulai dari
awal perakitan komponen-komponen motor hingga menjadi unit motor skutik yang sudah jadi dan
siap didistribusikan ke konsumen. Penulis melakukan pengamatan terhadap alur proses produksi
Assembly line B .
2. Identifikasi Permasalahan
Setelah melakukan pengamatan secara langsung di lantai produksi Assembly unit line B PT. X, penulis
dapat menemukan masalah yang terjadi. Karena Assembly line B yang masih baru berjalan, terlihat
adanya gerakan kerja yang kurang efisien sehingga waktu siklus pekerjaan tiap stasiun menjadi besar.
Banyak gerakan kerja yang tidak efektif karena kedua tangan yang bekerja tidak seimbang antar
elemen kerja sehingga banyak aktivitas gerakan tangan yang menganggur. Namun, karena luasnya
ruang ringkup permasalahan, maka penulis melakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini.
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, terdapat tujuan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu
meningkatkan efisiensi gerakan kerja operator melalui perbaikan gerakan kerja yang kurang efisien
dengan MTM sehingga dapat mengurangi waktu siklus pekerjaan dan meningkatkan efisiensi
Assembly line B melalui penerapan keseimbangan beban kerja dengan metode RPW.
4. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan landasan teori yang tepat tentang definisi,
konsep, metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dirumuskan oleh penulis.
Teori-teori yang digunakan adalah definisi ergonomi, pengukuran kerja langsung dengan metode jam
henti atau stopwatch time study untuk mendapatkan waktu siklus dan waktu baku tiap stasiun kerja,
studi gerakan dengan metode yang digunakan yaitu MTM serta teori tentang metode line balancing
yaitu metode RPW melalui buku teks, jurnal dan artikel.
5. Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh penulis terbagi menjadi dua yaitu: data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data hasil pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari perusahaan khususnya bagian produksi. Berikut ini
adalah tabel hasil pengumpulan data primer dan sekunder yang diperoleh oleh penulis:

Data

Sumber

Primer

Wawancara

Tabel 1. Data Primer dan Data Sekunder


Hasil
a.
b.

c.
Pengukuran
Langsung

a.

Informasi tentang proses produksi


keseluruhan di PT. X
Informasi tentang alur proses dan
elemen-elemen kerja Assembly
unit line B di tiap stasiun kerja
Informasi
tentang
komponen
sepeda motor
Waktu siklus pekerjaan di tiap
stasiun kerja Assembly unit line B

Alat
Pensil atau pulpen
Lembar kertas

Stopwatch
Pensil atau pulpen
Lembar pengamatan

Sekunder

Perekaman

a.

Data
Produksi

a.
b.
c.

Gerakan-gerakan kerja tiap elemen


kerja di tiap stasiun kerja
asembling unit line B
Data profil perusahaan
Data struktur organisasi, jumlah
tenaga kerja, jam kerja
Data produksi harian Assembly
unit

Video Camera

6. Pengolahan Data 1
Melalui data-data yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung mengenai alur proses
produksi Assembly unit line B, maka penulis membuat precedence diagram yang menggambarkan
keseluruhan alur proses dari elemen-elemen kerja dari awal input, proses hingga output menjadi unit
motor.
7. Pengolahan Data 2
Penulis melakukan pengukuran langsung dengan metode stopwatch time study seperti menghitung
waktu siklus tiap stasiun kerja Assembly line B dengan menggunakan stopwatch. Kemudian hasil datadata waktu siklus tersebut dihitung waktu normalnya dengan melihat performa (performance rating)
tiap manpower dengan metode Westing house dilihat dari kemampuan (skill), kondisi (condition),
Usaha (Effort) dan konsistensi (consistency). Kemudian dihitung waktu bakunya dengan
menggunakan kelonggaran (allowance) dari tabel ILO Allowance. Setelah menghitung waktu baku,
dilakukan perhitungan efisiensi Assembly line B actual sehingga dapat perbandingan dengan efisiensi
setelah metode MTM dan RPW melalui persentase peningkatannya.
8. Pengolahan Data 3
Pengolahan data 2 merupakan pengolahan data-data hasil rekaman gerakan kerja manpower
menggunakan camera video sehingga didapatkan waktu penyelesaian elemen kerja di tiap stasiun
kerja Assembly line B. Metode yang digunakan untuk menguraikan elemen-elemen kerja tersebut
adalah Methods-time Measurement (MTM) dan dipetakan ke dalam tabel Peta Tangan Kiri Tangan
Kanan. Metode ini digunakan untuk mengurangi gerakan menganggur sehingga waktu siklus
pekerjaan menjadi lebih singkat.
9. Perancangan Line Balancing
Setelah mendapatkan hasil waktu siklus yang baru dan lebih singkat menggunakan MTM, penulis
melakukan penyeimbangan beban kerja Assembly unit line B dengan metode RPW untuk
keseimbangan lini produksi sehingga dapat mengurangi stasiun kerja dan meningkatkan efisiensi
Assembly line B.
10. Analisis dan Bahasan
Penulis melakukan analisis data dari hasil pengolahan data dan peningkatan efisiensi gerakan kerja
dengan MTM dan hasil peningkatan efisiensi dari keseimbangan lini produksi dengan metode RPW.
11. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisa yang didapat, penulis dapat menarik kesimpulan yang dapat menyelesaikan
permasalahan berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis. Dari hasil kesimpulan
tersebut, diharapkan dapat memberi solusi terbaik dan saran yang positif dan membangun untuk
kemajuan perusahaan.

Berikut adalah gambar diagram alir penelitian:

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

PERHITUNGAN EFISIENSI LINI PRODUKSI AKTUAL DENGAN


METODE STOPWATCHTIME STUDY
Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan efisiensi lini produksi line B pada bagian Main line
dengan metode Stopwatch time Study:
1. Pengamatan dan Pengukuran
Pengamatan difokuskan pada operator Assembly line B pada bagian Main line. Kemudian dilakukan
pengukuran waktu siklus dengan pengambilan 30 sample. Kemudian dicari rata-rata waktu siklus dan
melakukan uji kecukupan data, uji keseragaman data dan uji distribusi normal.
2. PerhitunganWaktu Normal
Waktu Normal merupakan waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam
kondisi wajar dengan kemampuan rata-rata. Penentuan waktu normal dipengaruhi oleh performance
rating yang ditetapkan dengan metode westinghouse. Performance Rating (faktor penyesuaian)
metode Westing house merupakan penilaian performansi kerja secara subjektif dari masing-masing
manpower dilihat dari faktor skill (kemampuan), effort (usaha), condition (kondisi) dan consistency
(konsistensi).
Waktu Normal (Wn) = waktu observasi rata-rata x performance rating

Apabila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar, maka p = 1 sehingga
performance rating ditambahkan dengan 1.
Tabel 2. Faktor Penyesuaian Stasiun Kerja 810

Tabel 3. Performance Rating Stasiun Kerja 806, 907, 908

Tabel 4. Performance Rating Stasiun Kerja 800-809, 811-834, 901-906,909-933

3. PerhitunganWaktu Baku
Perhitungan waktu baku dilakukan dikarenakan di dalam melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang tidak dapat dihindari baik faktor dari dalam maupun dari luar perusahaan.

Waktu baku didapatkan dengan mengalikan waktu normal dengan kelonggaran


(allowance).

Tabel 5. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku Stasiun Kerja Sisi kiri dan Kanan

Tabel 6. Kelonggaran Kerja Untuk Semua Stasiun Kerja

4. Perhitungan Efisiensi Lini Produksi Aktual


Efisiensi Main line didapatkan dari jumlah keseluruhan waktu baku Main line, dibagi dengan jumlah
stasiun kerja yang sebelumnya yaitu sebanyak 66 stasiun kerja dan dikalikan terlebih dahulu dengan
waktu baku stasiun kerja yang terbesar (stasiun kerja 827 sebesar 22.63 detik) yang dapat dilihat pada
rumus berikut.
Eb =

= 90.99 %

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, efisiensi untuk Main line adalah sebesar 90.99%.
= 9.01 %
Dilihat hasil perhitungan dari rumus (2.12), di dapatkan hasil balance delay sebesar 9.01. Semakin
kecilnya persentase balance delay, berarti lini produksi lebih optimal dan efisien.

PERHITUNGAN EFISIENSI GERAKAN KERJA OPERATOR DENGAN


METODE METHODS TIME MEASUREMENT
Tabel 7. Peta Tangan Kanan Tangan Kiri Aktual dan Usulan Stasiun Kerja 901

Tabel di atas merupakan contoh analisa gerakan kerja pada stasiun kerja 901 beserta hasil
perbaikan gerakan kerja dengan menggunakan metode MTM.
Tabel 8. Hasil Perbaikan Gerakan Kerja Dengan MTM

Gambar 2. Grafik Efisiensi Waktu Sebelum dan Sesudah MTM

Gambar 3. Grafik Efisiensi Stasiun Kerja Sebelum dan Sesudah MTM


Pengamatan gerakan kerja dilakukan di stasiun kerja 901, 903, 906, 815, 828 dengan alasan kelima
stasiun kerja tersebut berdasarkan pengamatan video memiliki beberapa gerakan yang dirasa masih dapat
diperbaiki untuk meningkatkan efisiensinya. Yang dimaksud dengan penurunan efisiensi hanya pada lima
stasiun kerja tersebut adalah adanya penambahan kapasitas untuk menerima elemen kerja dari stasiun
kerja lain. Namun jika dilihat dari waktu baku, efisiensi stasiun kerja meningkat sebesar 31.2 detik dari
total waktu baku awal sebesar 1359.06 detik menjadi 1327.86 detik sehingga peningkatan efisiensi
sebesar 2.03%. Peningkatan efisiensi lini produksi dapat dilakukan dengan metode line balancing.

PERANCANGAN KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI LINE B BAGIAN MAIN


LINE DENGAN METODE RPW
Sebelum melakukan perancangan keseimbangan lini, terlebih dahulu dilakukan perhitungan nilai waktu
siklus. Perhitungan keseimbangan lini menggunakan waktu baku yang dihitung dengan menggunakan
MTM. Waktu siklus didapatkan dari rumus (2.7) seperti berikut ini:
Waktu siklus

Waktu siklus =

= 24.32 detik

Berdasarkan perhitungan di atas, 24, 32 detik merupakan waktu baku harian produksi per satu unit motor.
Namun, waktu siklus yang digunakan sebesar 20.98 detik.

Precedence Diagram
Precedence diagram menggambarkan alur proses elemen kerja dari setiap stasiun kerja dalam suatu lini
produksi. Diagram ini menggambarkan alur elemen kerja dari awal yaitu elemen kerja dengan kode 001
sampai pada elemen 287 dimana elemen tersebut merupakan elemen terakhir, sudah menjadi unit motor
yang siap untuk didistribusikan konsumen. Berikut ini adalah precedence diagram assembly line B
dimulai dari elemen kerja dengan kode 001 sampai pada kode 287:

Gambar 4. Precedence Diagram bagian Main line

Tabel 9. Hasil Perancangan Keseimbangan Lini Produksi Dengan Metode RPW

Balance Efficiency (Eb) atau Line Efficiency


Eb =

= 92.64 %

Balance Delay
= 7.36 %

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 10. Perbandingan Sebelum Dan Sesudah Metode RPW

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode RPW, efisiensi untuk Main line terjadi peningkatan 1.65%
yaitu dari 90.99% menjadi 92.64%. Peningkatan efisiensi tersebut dikarenakan berkurangnya jumlah
stasiun kerja sebesar 7 stasiun kerja yang awalnya berjumlah 66 stasiun kerja menjadi 59 stasiun kerja.
Stasiun kerja yang dihilangkan adalah 806, 815, 920, 464, 461, 828, dan 926. Dan Balance Delay pun
berkurang sebesar 1.65% dari 9.01% menjadi 7.36%. Balance delay merupakan waktu menganggur tiap
stasiun kerja. Balance delay merupakan penghambat keseimbangan lini produksi yang berakibat pada
kurang optimalnya output yang dihasilkan.
Pada metode RPW, pendistribusian stasiun kerja dibagi berdasarkan perhitungan bobot masing-masing
elemen kerja dilihat dari flow process atau precedence diagram. Kemudian mengurutkan bobot tersebut
dari yang terbesar sampai yang terkecil dan membagi elemen kerja tersebut dengan waktu maksimal yang
sudah ditentukan yaitu sebesar 20.98 detik.
Setelah melihat hasil dari metode RPW, waktu siklus terbesar terdapat pada stasiun kerja 822 yaitu
sebesar 20.98 detik dengan efisiensi 100 % dan waktu menganggur sebesar 0 detik sehingga kinerja

operator dalam stasiun kerja ini sudah maksimal. Selain itu, terdapat waktu siklus terendah yaitu pada
stasiun kerja 936 yaitu 936 sebesar 10.1 detik dengan efisiensi sebesar 48.14% dan waktu menganggur
sebesar 10.97 detik. Namun hal tersebut tidak membawa dampak besar bagi stasiun kerja lainnya seperti
bottleneck karena stasiun kerja tersebut merupakan elemen kerja terakhir yang membawa unit motor jadi
ke bagian Final Inspection untuk pengecekan kualitas.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat disimpulkan bahwa:
1. Efisiensi Assembling line B pada bagian Main line yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 90.99%.
2. Gerakan kerja pada Assembling line B pada bagian Main line belum efektif dan efisien seperti stasiun
kerja 901, 903, 906, 815 dan 828. Dengan menggunakan Methods Time Measurement (MTM), dapat
dilakukan perbaikan gerakan kerja operator yang kurang efisien pada lima stasiun kerja tersebut
sehingga efisiensi gerakan kerja operator meningkat sebesar 2.03% yaitu sebesar 31.2 detik dari total
waktu baku awal sebesar 1359.06 detik menjadi 1327.86 detik.
3. Cara meningkatkan efisiensi Assembling line B pada bagian Main line adalah melakukan
keseimbangan lini produkasi dengan menggunakan metode Ranked Position Weight. Dengan
menggunakan metode tersebut, efisiensi lini produksi pada bagian Main line terjadi peningkatan
sebesar 1.65% yaitu dari 90.99% menjadi 92.64%. Peningkatan efisiensi tersebut dikarenakan
penyeimbangan beban kerja sehingga berkurangnya jumlah stasiun kerja sebesar 7 stasiun kerja yang
awalnya berjumlah 66 stasiun kerja menjadi 59 stasiun kerja. Balance Delay pun berkurang sebesar
1.65% dari 9.01% menjadi 7.36%.
Saran yang dapat diberikan antara lain adalah:
1. Perusahaan dapat melakukan pengembangan operation standard dengan menggunakan pendekatan
MTM. Dengan menggunakan MTM, efisiensi gerakan tangan kanan dan tangan kiri dapat tercapai
karena waktu siklus dalam menyelesaikan pekerjaan menjadi lebih singkat.
2. Perusahaan dapat melakukan keseimbangan lini produksi dengan menggunakan metode RPW. Dengan
menggunakan RPW, efisiensi Assembling line B pada bagian Main line dapat meningkat.

REFERENSI
Chiang, W.-C., Urban, T. L., & Xu, X. (2012). A bi-objective metaheuristic approach to unpaced
synchronous production. International Journal of Production Research, 50, 293-306.
Freivalds, A. (2009). Niebel's Methods, Standards, and Work Design (12th edition). New York: Mc Graw
Hill.
Heizer, J., & Render, B. (2009). Operation Management. Manajemen Operasi. Jakarta: Salemba Empat.
Kara, Y., Ozguven C., & Atasagun, Y. (2011). Balancing straight and U-shaped assembly lines with
resource dependent. International Journal of Production Research, 49.
Kilgore, J. T. (1997). Standard Data: Developing an Effective Predetermined Time System. IIE Solutions,
6, 40.
Mikell, G. P. (2008). Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing (3rd
edition). New Jersey: Pearson International Edition.
Nakayama, S., Nakayama, K., & Nakayama, H. (2002). A study on setting standard time using work
achievement quotient. International Journal of Production Research, 40.
Pastor, R. (2011). LB-ALBP: the lexicographic bottleneck assembly. International Journal of Production
Research.
Prastito, A. (2004). Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS
12. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Wignjosoebroto, S. (2008). Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Ergonomi Studi
Gerak dan Waktu. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

RIWAYAT PENULIS
Constance Dorthea Renata, Lahir di kota Jakarta pada tanggal 16 September 1989. Penulis menamatkan
S1 di Universitas Bina Nusantara pada bidang Manajemen dan Teknik Industri.

You might also like