Professional Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK:
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini,
dengan tepat pada waktunya yang berjudul Muhammadiyah sebagai gerakan
politik.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang apa yang dimaksud dengan Muhammadiyah sebagai gerakan politik.
Serta kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Srmoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN POLITIK..
2.1.
Pengertian
politik
2.2.
Pergumulan Muhammadiyah dalam Berpolitik..
.
Perkembangan
2.3.
Politik
Muhammadiyah..
2.4.
Landasan
Operasional
Politik
Muhammadiyah
High
Politics
2.5.
dan
Politics.........................................................................
BAB III PENUTUP
1.1.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA ..
Low
BAB I
PENDAHULUAN
Muhammadiyah sebagai gerakan politik (political movement) maksudnya
adalah pergumulan dan keterlibatan muhammadiyah dikancah perpolitikan bangsa
Indonesia sejak zaman penjajahan hingga zaman sekarang ini. Sebagai gerakan islam
mau tidak mau muhammadiyah harus terlibat dalam strategi-strategi perjuangan dan
dakwah islam di tengah-tengah masyarakat yang terjajah dan pemerintah yang
dianggap tidak islami. Di dalam sejarah, tokoh-tokoh muhammadiyah banyak terlibat
dalam politik praktis. Sebagai contoh, K.H. Mas Mansur pernah menjadi tokoh SI
dan mendirikan partai islam Indonesia (PII) dan diikuti oleh kader-kader lain
erikutnya seperti Amin Rais. Namun demikian, mereka tidak pernah melibatkan
muhammadiyah dalam perjuangan politik praktis, sehingga dalam sejarahnya
muhammadiyah tidak pernah menjadi partai politik.
Bentuk keterlibatan politik muhammadiyah sekarang ini adalah high politics,
yakni lebih mengedepankan moral daripada sekedar
memperoleh kekuasaan
bersangkutan
membawa
nama
muhammadiyah,
tentusaja
muhammadiyah
menentangnya.
Sekalipun demikian, muhammadiyah mempunyai kepentingan yang sangat
besar agar supaya bagaiman mereka yang berada dalam kekuasaan (those who are in
power) menjalankan kekuasaannya dengan sebaik-baiknya, dengan memperhatikan
nilai-nilai moral, memegang amanah kedudukan dan jabatannya. Muhammadiyah
akan berusaha dalam batas kemampuan yang ada untuk mengingatkan mereka
yang memiliki kedudukan dalam jabatan untuk tidak menyalahgunakan kedudukan
dan jabatannya. Itulah yang secara popular di kalangan islam kita mengenalnya
dengan amar maruf nahi munkar. Dan inilah yang sebenarnya disebut dengan
Amin Rais sebagai high politics.
BAB II
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN POLITIK
2.1. Pengertian Politik
Politik (siasah-bahasa arab; politics-bahas inggris) memiliki pengertian
yang sangat luas. Kata politik mengundang kontroversi terutama bagi mereka yang
tidak memahaminya. Akan tetapi apakah itu politik? Mungkin ada baiknya
diungkapkan mengenai apa makna politik. Ilmuan politik yang sanagat terkenal,
David Easton, menyatakn politik tidak lain daripada bagaiman mengalokasikan
sejumlah nilai secara otoritatif bagi sebuah masyarakat authoratitative allocation of
values for a society.
Artinya dalam kehidupan sehari-hari ada sejumlah nilai yang selalu dicari,
dikejar-kejar, dan tentu saja dipertaruhkan orang dalam hidup bermasyarakat serta
bernegara. Nilai-nilai tersebut tentu saja merupakan sesuatu yang sanagat berharga
atau bermakna dalam kehidupan sehingga orang dapat melakukan apa saja untuk
memperolehnya. Apakah nilai-nilai tersebut? Seorang ahli ilmu politik lainnya, Karl
W. Deutsch, mengelompokkan nilai-nilai tersebut dalam delapan kategori, termasuh
didalamnya
(enlightment),
kekuasaan,
kebebasan,
kekayaan,
keamanan,
kehormatan,
dan
kesehatan,
lain-lainnya.
kesejahteraan
Nilai-nilai
ersebut
maka
akan
mengikat
(binding)
semua
pihak
yang
lain yang resmi, yang dapat mempengaruhi Negara. Di dalam praktiknya, pengrtian
politik menjadi deterministic yakni segara urusan dan tindakan (kebijaksannan,
siasat, dan sebagainya) mengenai pengertian sesuatu Negara atau terhadap Negara
lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah
disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik. Segala aktivitas atau sikap yang
berhubungan dengan kekuasaan dan bermaksud mempengaruhi, dengan jalan
mengubah atau mempetahankan suatu macam bentuk susunan masyarakat. Pada
umumnya dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam egiatan dalam suatu
system politik atau Negara yang bekenan dengan proses menentukan tujuan-tujuan
dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Dengan demikan maka seringkalai persoalan politik adalah persoalan
bagaimana menerapkan dan menfsirkan konsep-konsep atau teori-teori politik
terhadap fenomena di masyarakat yang mendekati kebenaran. Atas dasar tiu maka di
dalam menjalankan politik akan tergantung pada perspektif dan paradigma apa yang
dipakai. Di dalam konsep islam, politik memiliki banyak arti antara lain; kegiatan
mendidik, memimpin, mengurus, menjaga kepentingan, menyuruh melakukan
kebaikan, menjalankan tugas dan sebaginya. Semua itu bertujuan untuk
mendatangkan kebaikan dan manfaat kepada masyarakat.
2.2.
H.O.S.
SI agar
disiplin partai yang dikenakan kepada muhammadiyah bis adicabut. Namun harapan
muhammadiyah
tidak
terwujud.
Jika
terwujud
keadaannya
akan
lain;
sejarah
di
atasm
menunjukkan
peran
dan
kontribusi
aktif
merupakan persyarikatan yang tidak pernah terlibat langsung dengan politik praktis.
Kalau NU pernah menjadi partai politik yakni partai NU (1955), maka
muhammadiyah tidak ernah mengakaminya, kecuali sempat melakukan pernikahan
dengan parpol. Persyarikatan yang didirikan di kampong kauman, Yogyakarta pada
18 november 1912 atau bertepatan dengan 8dzulhijah 1330 hijriah itu pernah
melakukan pernikahan resmi dengan parpol ketika menjadi anggota istimewa dari
masyumi.
Namun, gerakan islam modernis yang diirikan KH Ahmad Dahlan atau
Muhammad Darwis itu juga pernah melakukan pernikahan siri dengan parpol
ketika pendiri armusi (tanwir ponorogo). Selain itu, muhammadiyah pernah
melakukan nikah mutah (kontrak) ketika sebagaian pengurusnya terlibat dalam
pendirian PAN, tapi akhirnya ditinggalkan parpol bentukan Amin Rais itu. Model
paling akhir justru bukan pernikahan, melainkan perceraian organisasi
pemurnian dan pembaruan islam itu dengan parpol sebagaiman dirumuskan dalam
Tanwir Denpasar (2001).
Relasi muhammadiyah dengan parpol itu sebenarnya sudah cukup jelas,
karena muhammadiyah secara historis tidak boleh berpolitik praktis. Muhammadiyah
sebagai gerakan dakwah itu mencangkup seluruh bidang kehidupan, ermasuk politik.
Politik dan partai politik itu berbeda. Sejak sidang tanwir di Denpasar pada tahun
2001, muhammadiyah bertekad mengintensifkan politikkebagsaan, sehingga
muhammadiyah tetap terlibat dalam politik.
Secara historis, politik yang melekat pada muhammadiyah adalah politik
kebangsaan yang sering disebut dengan politik amar maruf nahi munkar
(mengajak ke kebaikan dan mencegah kemungkaran). Bahkan, para pemimpin
terdahulu di muhammadiyah sangat akif berpolitik seperti KH Ahmad Dahlan di
budi utomo atau KH Mas Mansur dalam BPUPKI. Artinya, muhammadiyah itu tidak
segan-segan menjadi pengeritik paling depan jika pemerintah bertindak salah, tapi
muhammadiyah juga menjadi pendukung terdepan jika pemerintah memang benar.
2.4.
Muqqodimmah
Anggaran
Dasar
Muhammadiyah,
Kepribadian
kemasyarakatan
ditegaskan
dalam
khittah(garis)
perjuangan
kekuatan-kekuatan
politik
hendaknya
benar-benar
mengendepankan
dengan
tidak
berafiliasi
kekuatan-kekuatan
dan
tidak
politik
atau
mempunyai
hubungan
organisasi
manapin.
depolitisasi partai
tampak
sangat
dipengaruhi
situasi
praksismpoltik
(low
politics)
nyang
sikap dan posisi poltik muhammmadiyah harus sejalan dengan semangat khittah
ujung pandang dan khittah denpasar.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Muhammadiyah sebagai gerakan politik lebih mengedepankan moral
daripada sekedar memperoleh kekuasaan sebagaimana pada umumnya
politik praktis.
High politics bukan bermaksud politik tinggi, namun politik yang
berbudi luhur, adiluhung dan berdimensi moral etis. Sedangkan low
DAFTAR PUSTAKA
Widiagdo, Bambang, Prof.Dr.MM. 2012. AIK 3 KEMUHAMMADIYAHAN. Umm
Press: Malang.