Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Nyamuk (Diptera: Culicedae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada hewan
maupun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam penularannya mutlak
memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari agen penyakit, seperti filariasis dan malaria.
Sebagian spesies nyamuk dari genus Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik berperan
dalam penularan penyakit pada binatang dan manusia.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) Insiden Malaria pada penduduk
Indonesia tahun 2013 adalah 1,9%, dari 33 propinsi di Indonesia, 15 propinsi mempunyai
prevalensi malaria di atas angka nasional, sebagaian besar berada di Indonesia Timur.
Adapun insiden malaria di Propinsi Bangka Belitung menurut diagnonis tenaga kesehatan
sebesar 0,9% dan menurut diagnosis tenaga kesehatan dan gejala sebesar 2,6%,
sedangkan prevalensi malaria menurut diagnosis tenaga kesehatan sebesar 4,4% dan
menurut diagnosis tenaga kesehatan dan gejala sebesar 8,7%.
Dalam rangka identifikasi faktor risiko vektor penyakit malaria di wilayah kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) Pangkalpinang, dan untuk mendukung kegiatan eliminasi
malaria di indonesia yakni dengan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sesuai
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) nomor 293/Menkes/SK/IV/2009 tentang
Eleminasi Malaria di Indonesia. Amanat International Health Regulation (IHR) tahun 2005,
lampiran 5 tentang tindakan khusus terhadap vektor penyakit bahwa negara anggota harus
menetapkan progam pengendalian vektor yang dapat membawa bibit penyakit dan
menimbulkan suatu resiko kesehatan masyarakat dengan jarak minimal 400 meter dari
fasilitas di area pintu masuk yang digunakan untuk pelayanan bagi pelaku perjalanan, alat
angkut, petikemas, kargo, dan paket pos, dengan perluasan dari jarak minimal, bila
terdapat vector dengan jangkauan yang lebih jauh.
Maka atas dasar uraian di atas, KKP Kelas III Pangkalpinang perlu melakukan kegiatan
pengamatan vektor di wilayah kerja di lingkungan KKP Kelas III Pangkalpinang
B. LANDASAN TEORI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi nyamuk Anopheles,sp di wilayah kerja
Sungaiselan, KKp Kelas III Pangkalpinang.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Man Bitting Rate (MBR) nyamuk Anopheles,sp
2. Untuk mengetahui Man Hour Density (MHD) nyamuk Anopheles,sp.
3. Untuk mengetahui perindukan jentik Anopheles,sp.
D. METODE
Metode yang digunakan ialah Human Landing Collection (HLC), yakni dimana dilakukan
penangkapan nyamuk pada satu rumah pada pukul 18.00 24.00 WIB dengan jumlah
penangkap sebanyak 4 orang. Dua orang menangkap di dalam dan dua orang menangkap
di luar rumah. Setiap penangkap tiap jam aktif menangkap selama 40 menit. Kepadatan
dapat dinyatakan dengan banyaknya nyamuk yang ditangkap oleh satu orang dalam satu
jam atau oleh satu orang dalam satu malam (Man Bitting Rate/Landing Rate). Pada
nyamuk yang tertangkap dilakukan pembedahan ovarium untuk mengetahui berapa persen
nyamuk yang parous atau nulliparous. Disamping itu dilakukan pencatatan mengenai
temperatur, kelembaban, dan hujan sebagai keterangan keadaan cuaca waktu survey.
Kemudian dilakukan penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding rumah atau sekitar
kandang binatang, dilakukan oleh empat orang penangkap, setiap penangkap tiap jam aktif
menangkap selama 10 menit. Nyamuk (vektor) yang tertangkap diperiksan kondisi perutnya
dan dipisahkan atas perut kosong, perut penuh darah, setengah gravid, dan gravid.
Kepadatan dapat dinyatakan dengan banyaknya nyamuk istirahat/hinggap di dinding atau
di kandang yang tertangkap per orang (Man Hour Dencity).
No
Waktu
Penangkapan
Nyamuk Anopheles
Tertangkap
Keterangan
Di Dalam
Di Luar
Bangunan
Bangunan
0
0 Nyamuk lain yang ditemukan
0
0 yaitu Culex,sp dan Aedes
albopictus, Aedes aegypti
0
0
1.
18.00 18.40
2.
19.00 19.40
3.
20.00 20.40
4.
21.00 21.40
5.
22.00 22.40
6.
23.00 23.40
MBR=
0
40
x 6 jam x 2 orang
60
MBR=0
Untuk kepadatan nyamuk yang menggigit tertangkap di luar bangunan dapat dihitung,
MBR=
0
40
x 6 jam x 2 orang
60
MBR=0
Waktu
Penangkapan
Keterangan
1.
18.40 18.50
2.
19.40 19.50
3.
20.40 20.50
4.
21.40 21.50
5.
22.40 22.50
6.
23.40 23.50
MHD=
MHD=
MHD=0
Sedangkan untuk kepadatan nyamuk yang istirahat di kandang atau sekitarnya dihitung
sebagai berikut :
MHD=
0
10
x 6 jam x 2orang
60
MHD=0
Nyamuk Anopheles sp, memiliki aktivitas menggigit pada malam hari dan berfluktuasi.
Puncak aktivitas terjadi pada jam-jam tertentu. Menurut Depkes RI (2006) jenis nyamuk
Anopheles,sp yang banyak ditemukan di Kepulauan Bangka Belitung ialah nyamuk
Anopheles sundicus dan Anopheles letifer. Dimana nyamuk Anopheles sundaicus pada
umumnya aktif menggigit sepanjang malam dengan kepadatan tinggi pada tengah malam
dan menjelang pagi hari. Penelitian lain mengungkapkan bahwa aktivitas menghisap darah
An. sundaicus lebih banyak di luar rumah dengan puncak kepadatan pukul 01.00-02.00,
sedangkan di dalam rumah puncaknya pada pukul 00.00-01.00.
Pada survey nyamuk Anopheles,sp ini dilakukan pada pukul 18.00 24.00 WIB. Menurut
teori yang dikemukakan Poorwo dalam Purba (2006) menyatakan bahwa angin sangat
mempengaruhi arah terbang nyamuk dan nyamuk melakukan perkawinannya di udara.
Andriani (2001) menyatakan semakin tinggi kecepatan maka semakin sulit nyamuk untuk
terbang karena tubuhnya yang kecil dan ringan sehingga mudah terbawa oleh angin.
Sedangkan menurut Yanti (2004) menyatakan dengan semakin tinggi kecepatan angin
maka semakin sulit bagi vektor untuk terbang.
Kejernihan air
Pencahayaan
Aliran Air
Kubangan
Keruh
Tidak Langsung
Tidak mengalir
Parit (a)
Keruh
Langsung
Mengalir perlahan
Parit (b)
Keruh
Langsung
Mengalir perlahan
Parit (c)
Jernih
Langsung
Mengalir deras
Parit (d)
Keruh
Tidak Langsung
Mengalir perlahan
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa distribusi Breeding Site Larva Anopheles
dilihat dari karakter fisik di wilayah kerja Belinyu memperlihatkan bahwa tempat perindukan
dengan air yang keruh sebanyak 4 (80%), jernih sebanyak 1 (20%). Pencahayaan tertutup
sebanyak 2 (40%), terbuka 3 (60%), aliran air mengalir sebanyak 4 (80%), tidak mengalir 1
(20%).
Tabel 4. Distribusi Density Larva berdasarkan Breeding site larva Anopheles
Di Wilayah Kerja Sungaiselan, Tanggal 01 03 April 2015
Jumlah
Density
Breeding site
larva
cidukan
(larva/ciduk)
Kubangan
0
10
0
Parit (a)
0
10
0
Parit (b)
0
10
0
Parit (c)
0
10
0
Parit (d)
0
10
0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas, tidak ditemukan larva anopheles pada setiap breeding site.
Adapun larva yang ditemukan yakni larva culex,sp yang berlokasi pada parit (d) dengan titik
koordinat tempat breeding site S 022307.26, E 1055853.00.
Tabel 5. Distribusi Karakteristik Kimia berdasarkan Breeding site larva Anopheles
Di Wilayah Kerja Sungaiselan, Tanggal 01 03 April 2015
Jenis Breeding site
Kubangan
Parit (a)
Parit (b)
Parit (c)
Parit (d)
Sumber : Data Primer
Suhu Air
(oC)
26
25
27
26
26
pH air
7,0
7,0
6,9
7,1
6,7
Kelembaban
Udara (%RH)
96
96
90
90
90
Suhu Udara
(oC)
27
29
29
29
28
Keberadaan
Larva
-
Pada tabel di atas menunjukan bahwa hasil pengukuran suhu air pada breeding site
berkisar antara 25 27oC, sedangkan hasil pengukuran pH air berkisar 6,9 7,1. Untuk
suhu udara hasil pengkuran pada breeding site berkisar 27- 29oC dengan kelembaban
udara berkisar antara 90-96%RH. Tidak ditemukan larva Anopheles pada masing-masing
breeding site, adapun larva yang ditemukan adalah larva Culex sp pada parit (d) dengan
karakteristik breeding site suhu air 26oC, pH air 6,7, kelembaban udara 90%RH dan suhu
udara 28oC. Menurut Depkes RI (2001) suhu optimum untuk breeding site nyamuk berkisar
antara 25 27oC. Sedangkan menurut Hoedojo (1993) suhu optimum breeding site nyamuk
berkisar antara 20 28oC.
G. KESIMPULAN
1. Tidak ditemukan nyamuk Anopheles,sp, sehingga MBR dan MHD sebesar 0%. Adapun
nyamuk yang ditemukan nyamuk Aedes albopictus, Aedes aegypti, dan Culex sp.
2. Terdapat 5 titik breeding site larva Anopheles di wilayah kerja sungai selan dengan
klasiifikasi prindukan parit 4 (80%), kubangan 1 (20%), air jernih 1 ( 20%), keruh 4
(80%), mengalir 4 (80%), tidak mengalir 1 (20%) dan tertutup 2 (40%), tidak tertutup 3
(60%).
3. Tidak ditemukan larva Anopheles pada setiap breeding site, adapun larva yang
ditemukan berupa larva culex,sp.
H. SARAN
Diharapkan partisipasi Pemerintah Daerah dan masyarakat sungai selan agar parit-parit di
pelihara yaitu dengan membersihkan rerumputan di parit dan tidak membuang sampah
pada parit sehingga menyebabkan air tidak mengalir tidak lancar yang memungkinkan
menjadi tempat perindukan nyamuk.
I.
PENUTUP
Demikian laporan ini dibuat sebagai media informasi kondisi populasi nyamuk di wilayah
kerja Muntok KKP Pangkalpinang
Pangkalpinang, 06 April 2015
Mengetahui,
Kepala KKP Kelas III Pangkalpinang,
Cicik Maryani
(.)
NIP. 196208271991032001
Saparudin, SKM
()
NIP 196808241995031002
()