You are on page 1of 29

REFERAT : TINNITUS

2015

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1

PENDAHULUAN
Keluhan telinga yang paling sering adalah; penurunan pendengaran
(pekak/ tuli), suara berdenging (tinnitus), rasa pusing yang berputar
(vertigo), rasa nyeri dalam telinga (otalgia), dan keluar cairan dari telinga
(otore).1
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran (gejala) dengan keluhan
perasaan mendengar bunyi tanpa ada rangsang bunyi dari luar. Suara yang
terdengar dirasa begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau
kepala. Keluhan ini dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis
atau berbagai macam bunyi yang lain. Pada sebagian besar kasus, gangguan
ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan
berat maka akan mengganggu juga.
Tinnitus cukup banyak didapati dalam praktek sehari-hari. Jutaan
orang di duina menderita tinnitus dengan derajat ringan sampai berat. Dari
hasi penelitian, didapatkan satu dari lima orang di antara usia 55 dan 65
tahun dilaporkan mengalami tinnitus. Hal ini menandakan bahwa tinnitus
adalah keluhan yang sangat umum yang diterima di kalangan usia lanjut.1,2
Tinnitus dapat bersifat subjektif dan objektif. Hampir sebagan besar
kasus bersifat subjektif. Tinnitus subjektif adalah suara berdenging hanya

1 | Page

REFERAT : TINNITUS

2015

didengar oleh penderita. Tinnitus dapat berlangsung sementara dan


intermiten.
Yang perlu diingat, tinnitus merupakan suatu gejala bukanlah suatu
diagnosa penyakit. Oleh karena itu, perlu melakukan pemeriksaan untuk
mengetahui etiologinya. Tinnitus mungkin timbul pada penurunan fungsi
pendengaran yang sering dikaitkan dengan usia dan proses degenerasi,
trauma telinga, penyakit neurovaskuler dan keganasan. Namun pada
kebanyakan kasus etiologi pasti tinnitus masih sangat sulit ditegakkan. Oleh
karena itu, penatalaksanaan tinnitus masih menjadi perdebatan dan berbasis
penatalaksanaan simtomatis.

1.2

ANATOMI
Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.

Gambar 1.1 Anatomi Telinga


2 | Page

REFERAT : TINNITUS

2015

a. Telinga luar
Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar
meliputi daun telinga atau pinna, liang telinga atau meatus auditorius
eksternus, dan gendang telinga (membran timpani).
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun
telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang
telinga dan akhirnya menuju gendang telinga. Rancangan yang begitu
kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan bagian
terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan
tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit tipis.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga luar dan tulang di dua pertiga dalam. Liang telinga memiliki
panjang kira-kira 2,5 - 3 cm. Di dalam liang telinga terdapat banyak
kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau
kotoran telinga. Hanya bagian 2/3 depan saluran yang memproduksi
sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada bagian 1/3 dalam tidak
ditemukan kelenjar yang menghasilkan serumen. Pada ujung saluran
terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga tengah.
b. Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi
gendang telinga, 3 tulang pendengaran (os malleus, os incus, dan os stapes).
Muara tuba Eustachius juga berada di telinga tengah.

3 | Page

REFERAT : TINNITUS

2015

Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan


ke

tulang

pendengaran.

Masing-masing

tulang

pendengaran

akan

menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan


tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea.1,2
Telinga tengah dan saluran pendengaran akan terisi udara dalam
keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah
tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachius
menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan
biasa, hubungan saluran Eustachius dan telinga tengah tertutup dan terbuka
pada saat mengunyah dan menguap.
c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea, yaitu sebuah rangkaian rongga
pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe &
labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan
endolimfe.
Di depan labirin terdapat koklea. Penampang melintang koklea terdiri
atas tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian
dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang stapes melalui jendela
berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan
dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau
membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di
atas membran basilaris terdapat organ corti yang berfungsi mengubah
4 | Page

REFERAT : TINNITUS

2015

getaran suara menjadi impuls. Organ corti terdiri dari sel rambut dan sel
penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari
gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian
otak dengan N.vestibulokoklearis.
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera
keseimbangan. Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang
membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga saluran setengah
lingkaran atau kanalis semisirkularis. Kelima bagian ini berfungsi mengatur
keseimbangan tubuh dan memiliki sel rambut yang akan dihubungkan
dengan bagian keseimbangan dari N. vestibulokoklearis.

1.3

FISIOLOGI PENDENGARAN
Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke
dalam liang telinga. Gelombang bunyi akan diteruskan ke telinga tengah
dengan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh
ketiga tulang dengar, maleus, incus dan stapes, ke foramen oval.
Getaran struktur koklea pada tingkap lonjong akan diteruskan ke
cairan limfe yang ada di dalam skala vestibuli. Getaran cairan ini akan
menggerakkan membran Reissner dan menggetarkan endolimfa. Sehingga
akan menimbulkan gerakan relatif antara membran basalis dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion akan
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan
5 | Page

REFERAT : TINNITUS

2015

ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan


neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius. Lalu di lanjutkan ke nukleus auditoris sampai korteks
pendengaran di area 39-40 lobus temporalis.1,2

BAB II
TINNITUS

2.1

DEFINISI
Tinnitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa
sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal
mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat
bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, mengaum,
atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar dapat bersifat

6 | Page

REFERAT : TINNITUS

2015

stabil atau berpulsasi. Keluhan tinnitus dapat dirasakan unilateral dan


bilateral.
Serangan tinnitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut
periodik jika serangan yang datang hilang timbul. Episode periodik lebih
berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang bersifat menetap.
Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat mensupresi
bising ini. Tinnitus pada beberapa orang dapat sangat mengganggu kegiatan
sehari-harinya. Terkadang dapat menyebabkan timbulnya keinginan untuk
bunuh diri.
Tinnitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif.
Dikatakan tinnitus objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dan dikatakan tinnitus subjektif jika tinnitus hanya dapat
didengar oleh penderita.2,3,5
2.2

EPIDEMIOLOGI
Tinnitus terjadi pada 37 juta hingga 40 juta penduduk Amerika Serikat
atau sekitar 12-14% dari total penduduk Amerika Serikat. Sekitar 1 dari 7
orang Amerika Serikat mengalami tinnitus. 30% kasus dialami oleh orang
dewasa.
Sebagian besar penderita berusia 40-70 tahun. Penderita yang berusia
kurang dari 45 tahun hanya berkisar 1%, pada orang tua 60-69 tahun sekitar
12%. Orang yang berusia 70 tahun ke atas berisiko terkena tinnitus 20-30%.
Jenis kelamin pria lebih berisiko untuk terkena tinnitus.4,6

7 | Page

REFERAT : TINNITUS

2.3

2015

ETIOLOGI
Tinnitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari
telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab
tinnitus dapat berupa kelainan yang bersifat somatik, kerusakan N.
Vestibulokoklearis, kelainan vaskular, tinnitus karena obat-obatan, dan
tinnitus yang disebabkan oleh hal lainnya.
2.3.1 Tinnitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin
akan mengalami tinnitus yang sangat mengganggu. Tinnitus karena
cedera leher adalah tinnitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma
itu dapat berupa fraktur tengkorak, Whisplash injury.
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinnitus di
Amerika berasal dari artritis sendi temporomandibular. Biasanya orang
dengan artritis TMJ akan mengalami tinnitus yang berat. Hampir semua
pasien artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi
menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ
dengan terjadinya tinnitus.
2.3.2 Tinnitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis (VIII)
Tinnitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang
menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat
8 | Page

REFERAT : TINNITUS

2015

pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan


kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII,
tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression syndrome
(MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroxysmal. MCV
menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh
darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.5,6
2.3.3 Tinnitus karena kelainan vaskular
Tinnitus yang di dengar biasanya bersifat tinnitus yang pulsatil. Akan
didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung.
Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinnitus diantaranya :

a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentukbentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah
kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah
menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi
sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.
b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskular
pada pembuluh darah koklea terminal.
c. Malformasi kapiler

9 | Page

REFERAT : TINNITUS

2015

Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara


koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinnitus.
d. Tumor pembuluh darah
Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala
juga dapat menyebabkan tinnitus. Misalnya adalah tumor karotis dan
tumor glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinnitus dengan nada
rendah yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini
merupakan gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.
2.3.4 Tinnitus karena kelainan metabolik
Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinnitus. Seperti keadaan
hipertiroid dan anemia (keadaan di mana viskositas darah sangat rendah)
dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga
memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal dengan
tinnitus pulsatil.
Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinnitus adalah
defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan
hiperlipidemia.
2.2.5 Tinnitus akibat kelainan neurologis
Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. Multiple
sclerosis adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang
mempengaruhi sistem saraf pusat. Multiple sclerosis dapat menimbulkan
berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot, indra penglihatan yang
terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan koordinasi dan bicara, depresi,
10 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga


akan timbul gejala tinnitus.
2.2.6 Tinnitus akibat kelainan psikogenik3,5,7
Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinnitus yang
bersifat sementara. Tinnitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang.
Depresi,

anxietas

dan

stress

adalah

keadaan

psikogenik

yang

memungkinkan tinnitus untuk muncul.


2.3.7 Tinnitus akibat obat-obatan
Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinnitus umumnya adalah obatobatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya :
Analgetik : aspirin dan AINS lainnya
Antibiotik : golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin,
minosiklin
Obat-obatan kemoterapi : Belomisin, Cisplatin, Mechlorethamine,
Methotrexate, Vinkristin
Diuretik : Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide
lain-lain : kloroquin, quinine, merkuri, timah
2.2.8 Tinnitus akibat gangguan mekanik
Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinnitus objektif,
misalnya pada tuba eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas
akan menggerakkan membran timpani dan menjadi tinnitus. Kejang klonus
muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta otot-otot palatum
juga akan menimbulkan tinnitus.5,6,8
11 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

2.2.9 Tinnitus akibat gangguan konduksi


Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan
oedem), serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat
menyebabkan tinnitus. Biasanya suara tinnitusnya bersifat suara dengan
nada rendah.
2.2.10 Tinnitus akibat sebab lainnya
a. Tuli akibat bising
Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam
jangka waktu yang cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising
lingkungan kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga. Terutama bila
intensitas bising melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada
reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami
kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi
3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk
reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.
b. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65
tahun, simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi
1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi.
Diduga berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,
metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat
multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif.

12 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki


dibanding perempuan.
c. Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinnitus, vertigo dan tuli
sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops
endolimf, yaitu penambahan volume endolimfa, karena gangguan
biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membran labirin.

2.4

KLASIFIKASI
Tinnitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada
telinga luar, telinga tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga.
Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinnitus dapat dibagi menjadi
tinnitus otik dan tinnitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau
saraf auditoris disebut tinnitus otik, sedangkan tinnitus somatik jika kelainan
terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau leher.
Berdasarkan objek yang mendengar, tinnitus dapat dibagi menjadi
tinnitus objektif dan tinnitus subjektif.4,6,7
Tinitus Objektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya juga dapat di dengar
oleh pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinnitus objektif

13 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem


muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.
Umumnya tinnitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular,
sehingga tinnitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinnitus
berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena,
tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinnitus objektif juga dapat
dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi
temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah
atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan
timbulnya tinnitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga
tengah.
Tinitus Subjektif
Tinnitus subjektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat di
dengar oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi tinnitus subjektif
bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan
degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat
pendengaran.
Tinnitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi
kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi
pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang yang
lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.

14 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

Berdasarkan kualitas suara yang di dengar pasien ataupun


pemeriksa, tinnitus dapat di bagi menjadi tinnitus pulsatil dan tinnitus
nonpulsatil.5,6,9
Tinitus Pulsatil
Tinnitus pulsatil adalah tinnitus yang suaranya bersamaan dengan
suara denyut jantung. Tinnitus pulsatil jarang ditemukan dalam praktek
sehari-hari. Tinnitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari
vaskular ataupun di luar vaskular. Kelainan vaskular digambarkan
dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau
denyut jantung. Sedangkan tinnitus nonvaskular digambarkan sebagai
bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada
kedua tipe tinnitus ini dapat diketahui dengan mendengarkannya
menggunakan stetoskop.
Tinnitus Nonpulsatil
Tinnitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara
yang dapat di dengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang
berdering, berdenging, berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan
terkadang pasien mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya.
Biasanya tinnitus ini lebih di dengar pada ruangan yang sunyi dan
biasanya paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama
siang hari efek penutup kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari
dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut.

15 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2.5

2015

PATOFISIOLOGI
Pada tinnitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang
menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan berasal
dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber
impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat
ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinnitus dapat terjadi dalam
berbagai intensitas. Tinnitus dengan nada rendah seperti bergemuruh atau
nada tinggi seperti berdenging. Tinnitus dapat terus menerus atau hilang
timbul.
Tinnitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat
juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinnitus yang disebabkan oleh
gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika
disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinnitus
pulsatil). 3-10
Tinnitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi,
biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau tumor,
tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-lainnya. Tinnitus dengan nada
rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran merupakan gejala dini
yang penting pada tumor glomus jugulare.
Tinnitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskular.
Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan
aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinnitus

16 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran


timpani bergerak dan terjadi tinnitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius, serta
otot-otot palatum dapat menimbulkan tinnitus objektif. Bila ada gangguan
vaskular di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid body tumor), maka
suara aliran darah akan mengakibatkan tinnitus juga. 4,5
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidrostreptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinnitus nada
tinggi, terus menerus atupun hilang timbul. Pada hipertensi endolimfatik,
seperti penyakit meniere dapat terjadi tinnitus pada nada rendah atau tinggi,
sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai
dengan vertigo dan tuli sensorineural.
Gangguan vaskular koklea terminal yang terjadi pada pasien yang
stress akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang
menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinnitus dan
gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal kembali.

2.6

DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis pasien dengan tinnitus, diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang baik.
2.6.1 Anamnesis

17 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan


diagnosis tinnitus. Dalam anamnesis banyak sekali hal yang perlu
ditanyakan, diantaranya :

Kualitas dan kuantitas tinnitus

Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga

Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu,


ataupun mendesis dan bunyi lainnya

Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau


malam hari

Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan


pendengaran serta gangguan neurologik lainnya

Lama serangan tinnitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu


menit dan setelah itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang
patologik, tetapi jika tinnitus berlangsung selama 5 menit, serangan ini
bisa dianggap patologik

Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan


dengan sifat ototoksik

Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi

Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik

Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga


Umur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam

mendiagnosis pasien dengan tinnitus. Tinnitus karena kelainan vaskular


18 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

sering terjadi pada wanita muda, sedangkan pasien dengan myoklonus


palatal sering terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan kelainan
neurologi.3,5,6
Pada tinnitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan
neuroma akustik atau trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan
intoksikasi obat, presbikusis, trauma bising dan penyakit sistemik. Jika
pasien susah untuk mendeskripsikan apakah tinnitus berasal dari telinga
kanan atau telinga kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan
besar terjadi kelainan patologis di saraf pusat, misalnya serebrovaskuler,
siringomelia dan sklerosis multipel.
2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinnitus dimulai dari
pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga
pasien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah tinnitus
yang didengar pasien bersifat subjektif atau objektif. Jika suara tinnitus juga
dapat di dengar oleh pemeriksa, artinya bersifat subjektif, maka harus
ditentukan sifat dari suara tersebut. Jika suara yang di dengar serasi dengan
pernapasan, maka kemungkinan besar tinnitus terjadi karena tuba eustachius
yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak
jantung, maka kemungkinan besar tinnitus timbul karena aneurisma, tumor
vaskular, vascular malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar
bersifat kontinu, maka kemungkinan tinnitus terjadi karena venous hum atau
emisi akustik yang terganggu.6,9,10
19 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

Pada tinnitus subjektif, yang mana suara tinnitus tidak dapat di dengar
oleh pemeriksa saat

auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan

pemeriksaan audiometri. Hasilnya dapat beragam, diantaranya :


Normal, tinnitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya
Tuli konduktif, tinnitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis
ataupun otitis kronik
Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA
(Brainstem Evoked Response Audiometri). Hasil tes BERA, bisa normal
ataupun abnormal. Jika normal, maka tinnitus mungkin disebabkan
karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik, labirinitis, meniere,
fistula perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal, maka
tinitus disebabkan karena neuroma akustik, tumor atau kompresi
vaskular.
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang
Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan
penunjang di atas, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT
scan ataupun MRI. Dengan pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai
ada tidaknya kelainan pada saraf pusat. Kelainannya dapat berupa multipel
sklerosis, infark dan tumor. 4,6,7
2.7

PENATALAKSANAAN
Pengobatan tinnitus merupakan masalah yang kompleks dan
merupakan fenomena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat di ukur.
20 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

Perlu diketahui penyebab tinnitus agar dapat diobati sesuai dengan


penyebabnya. Misalnya serumen impaksi cukup hanya dengan ekstraksi
serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi pemeriksa adalah penyebab
tinnitus yang terkadang sukar diketahui. 5,10
Ada banyak pengobatan tinnitus objektif tetapi tidak ada pengobatan
yang efektif untuk tinnitus subjektif. Pada umumnya pengobatan gejala
tinnitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :
a. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan
intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu
dengar atau tinnitus masker
b. Psikologik yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk
meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan
mengajarkan relaksasi setiap hari
c. Terapi medikamentosa yaitu sampai saat ini belum ada kesepakatan yang
jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer,
antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan mineral
d. Tindakan bedah dilakukan pada tinnitus yang telah terbukti disebabkan
oleh akustik neuroma.
Pada keadaan yang berat, di mana tinnitus sangat keras terdengar
dapat dilakukan Cochlear nerve section. Menurut literatur, dikatakan bahwa
tindakan ini dapat menghilangkan keluhan pada pasien. Keberhasilan
tindakan ini sekitar 50%. Cochlear nerve section merupakan tindakan yang
paling terakhir yang dapat dilakukan.3,6,10
21 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

Pasien tinnitus sering sekali tidak diketahui penyebabnya, jika tidak


tahu penyebabnya, pemberian antidepresan dan antiansietas sangat
membantu mengurangi tinnitus. Obat-obatan yang biasa dipakai diantaranya
Lorazepam atau Klonazepam yang di pakai dalam dosis rendah, obat ini
merupakan obat golongan benzodiazepine yang biasanya digunakan sebagai
pengobatan gangguan kecemasan. Obat lainnya adalah Amitriptyline atau
Nortriptyline yang digunakan dalam dosis rendah juga, obat ini adalah
golongan antidepresan trisiklik.
Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang
baik, sehingga rasa takut tidak memperberat keluhan tersebut. Obat
penenang atau obat tidur dapat diberikan saat menjelang tidur pada pasien
yang tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus itu. Kepada pasien harus
dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar
beradaptasi dengan gangguan tersebut.
Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar
pada model neurofisiologinya adalah kombinasi kaunseling terpimpin,
terapi akustik dan medikamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut
dengan Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah memicu
dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinnitus dan atau suara
lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi
hubungan sistem auditorik ke sistem limbik dan sistem saraf otonom. TRT
walau tidak dapat menghilangkan tinnitus dengan sempurna, tetapi dapat
memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi terhadap
22 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

suara. TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinnitus tidak dapat
dikurangi atau dihilangkan. TRT adalah suatu cara di mana pasien diberikan
suara lain sehingga keluhan telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal ini
bisa dilakukan dengan mendengar suara radio FM yang sedang tidak siaran,
terutama pada saat tidur. Bila tinnitus disertai dengan gangguan
pendengaran dapat diberikan alat bantu dengar yang disertai dengan
masking. TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi
masalah dan keluhan pasien. Menentukan pengaruh tinnitus dan penurunan
toleransi terhadap suara sekitarnya, mengevakuasi kondisi emosional pasien,
mendapatkan informasi untuk memberikan kaunseling yang tepat dan
membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi
Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien. Diantaranya :5,7,8,10
Hindari suara keras yang dapat memperberat tinnitus
Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan
tekanan darah yang merupakan salah satu penyebab tinnitus
Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinnitus seperti kafein dan
nikotin
Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik
Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan.
Berdasarkan Chicago Dizziness and Hearing Association dengan versi
yang telah diperbaharui pada tanggal 26 oktober 2008, berikut diagram
penatalaksaan tinitus :

23 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

Gambar 2.1 Diagram Penatalaksaan Tinitus Berdasarkan Chicago Dizziness


And Hearing Association

2.8

PENCEGAHAN
Pencegahan tinnitus adalah dengan membatasi atau menghindari
paparan terhadap suara yang keras. Beberapa hal yang dapat dilakukan
24 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

untuk melindungi diri sendiri dari bunyi yang berlebihan menurut American
Tinnitus Association adalah :4,5,6
Lindungi pendengaran anda di tempat kerja. Gunakan sumbat-sumbat
telinga atau alat-alat penutup telinga.
Ketika berada di sekitar segala bunyi yang mengganggu telinga-telinga
anda (concert, acara olahraga, berburu) pakailah pelindung pendengaran
atau mengurangi tingkat-tingkat bunyi.
Bahkan bunyi-bunyi setiap hari, seperti blow untuk mengeringkan
rambut anda atau menggunakan pemotong rumput, dapat memerlukan
perlindungan. Siapkan sumbat-sumbat telinga atau penutup-penutup
telinga untuk aktivitas-aktivitas ini.
Tindakan-tandakan pencegahan lainnya antara lain mengurangi
minuman yang mengandung alkohol dan kafein, berhenti atau mengurangi
merokok, berolah raga secara teratur dan menjaga berat badan yang sehat.5
2.9

PROGNOSIS
Prognosis dari tinnitus tergantung dari penyebabnya. Terkadang
penyebab tinnitus tidak dapat diketahui. Meskipun demikian prognosis
tinnitus secara umum baik. Tinnitus dapat menghilang secara perlahan dan
dapat menghilang secara tiba-tiba.

2.10 KESIMPULAN

25 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

Telinga terbagi menjadi telinga luar, tengah dan dalam. Pendengaran


di mulai dari gelombang bunyi yang di tangkap oleh telinga bagian luar
yang ke telinga tengah dengan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini
akan diteruskan oleh ketiga tulang pendengaran ke koklea, menyebabkan
endolimfa bergetar, yang menyebabkan depolarisasi yang mengubah getaran
tersebut menjadi impuls. Impuls tersebut diteruskan ke korteks serebri dan
diterjemahkan oleh otak.
Tinnitus adalah sensasi suara yang tanpa rangsangan dari luar. Suara
yang terdengar seperti berasal dari dalam telinga atau kepala. Tinnitus dapat
bersifat otik, yakni penyebab

berasal dari telinga, dan somatik, yakni

penyebab berasal dari luar telinga. Tinnitus bersifat subjektif, yakni tinnitus
hanya dapat di dengar oleh pasien, dan objektif, yakni tinnitus dapat di
dengar juga oleh pemeriksa. Tinnitus ada yang bersifat pulsatil dan
nonpulsatil.5,6
Banyak etiologi tinnitus, diantaranya karena kelainan somatik daerah
leher dan rahang (misalnya pada kasus trauma kepala dan leher dan artritis
pada temporomandibular joint), kerusakan n. Vestibulokoklearis, karena
kelainan vaskular (misalnya atherosclerosis, hipertensi, malformasi kapiler
dan tumor pembuluh darah), kelainan metabolik, kelainan neurologis,
kelainan psikogenik, obat-obatan (misalnya obat golongan analgetik,
antibiotik, obat-obatan kemoterapi dan duretik), gangguan mekanik,
gangguan konduksi (misalnya saat infeksi telinga), dan sebab lainnya
(misalnya tuli akibat bising, presbikusis, dan penyakit meniere).
26 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

Diagnosis tinnitus terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang yang efektif dan lengkap sehingga diharapkan dapat
mengetahui garis besar etiologi dari tinnitus yang dialami pasien.
Penatalaksanaan tinnitus adalah dengan elektrofisiologik, psikologik,
terapi medikamentosa, tindakan bedah dan edukasi. Penatalaksanaan tinitus
yang banyak dipakai adalah Tinnitus Retraining Therapy (TRT) yakni
kombinasi kaunseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa bila
diperlukan. TRT bertujuan untuk memicu dan menjaga reaksi habituasi dan
persepsi tinnitus dan atau suara lingkungan yang mengganggu.
Penderita tinnitus perlu di edukasi untuk mencegah terjadinya tinnitus.
Edukasi mencakup masalah diet, olah raga, menghindar dari menggunakan
obat-obatan ototoksik, berhenti merokok, berhenti minum minuman alkohol,
menghindari suara-suara bising, penggunaan alat pelindung telinga, dan
menjaga berat badan tubuh yang sehat.
Prognosis tinnitus tergantung dari penyebabnya. Namun secara umum
prognosis tinnitus baik.5,8

27 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

2015

DAFTAR PUSTAKA

1.

Arsyad, Efiaty Soepardi, Iskandar Nurbaiti. Tinitus. Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi VI. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; hal. 111-112. 2007.

2.

Adams, George L, dkk. 1997. Boies:BukuAjar Penyakit THT Edisi 6.Jakarta:


EGC

3.

James A. Henry, Martin A. Schechter, Kyle C. Dennis. General Review of


Tinnitus:

4.

Prevalence, Mechanisms, Effects, and Management. Diunduh dari,


http://www.tahosy.dk/handleplaner%20forankringssteder/tinnitus/henry%20et
%20al.pdf, tanggal 11 September 2013

5.

Evaluation of factors related to the tinnitus disturbance. The International


Tinnitus Journal; Vol 17 Jun/ July 2012. Diunduh dari
http://www.tinnitusjournal.com/detalhe_artigo.asp?id=495 , tanggal 11
September 2013

6.

Tinnitus : Ringing in the ears. Vestibular Disorders Association. Diunduh dari


http://vestibular.org/sites/default/files/page_files/Tinnitus%20Ringing%20in
%20the%20Ears.pdf , tanggal 11 September 2013

7.

Pray JJ, Pray WS, Tinnitus: When the Ears Ring, diunduh dari
http://www.medscape.com/viewarticle/506920, tanggal 4 September 2010.

8.

Cunha JP, Tinnitus, diunduh dari


http://www.medicinenet.com/tinnitus/article.htm, tanggal 4 September 2010.
28 | P a g e

REFERAT : TINNITUS

9.

2015

WebMD, Ringing in the Ears (Tinnitus) Prevention, diunduh dari


http://www.webmd.com/a-to-z-guides/ringing-in-the-ears-tinnitus-prevention,
tanggal 4 September 2010.

10. Arkansas Center for Ear Nose Throat and Allergy, Tinnitus, diunduh dari
http://www.acenta.com/audiology.tinnitus.asp, tanggal 4 September 2010.

29 | P a g e

You might also like