Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Tn.A
Umur
: 19 tahun
: kernet bus
Alamat
: Bagan pete
Agama
: Islam
MRS
: 1 September 2012
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kedua kaki tidak dapat digerakkan
Riwayat Perjalanan penyakit :
Tn.A di bawa ke IGD RSUD Raden mattaher dengan keluhan tidak dapat
menggerakkan ke dua kakinya setelah mengalami kecelakaan lalulintas di
Cikampek menggunakan bus sebagai kernet. Bus menabrak tronton pada tanggal
28 agustus 2012. Tn. A sempat dibawa ke RS di Jakarta dan dirawat di Jakarta
selama 3 hari. Saat kejadian Tn.A tidak sadarkan diri. Luka robek disepanjang
tulang kepala bagian kiri dan daerah leher bagian kiri dan luka sudah di jahit.
Luka lecet pada tangan kiri. Saat ini yang dirasakan Tn.A pusing (+), mual (+),
muntah(+)
PEMERIKSAAN FISIK
-
GCS: E: 4, M: 6, V: 515
Vital Sign :
Nadi: 80x/menit
Pernafasan: 30x/menit
TD: 130/80mm/Hg
Status General:
Kepala
di hecting
Mata
THT
:otorhea(-), rhinorea(-)
Leher
Thorax
Paru;
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
: Thrill (-),
Perkusi
: jejas (-)
Perkusi
: timpani
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1
2
X Photo lumbosacral:
DIAGNOSIS KERJA :
Spinal cord injury
PENATALAKSANAAN
-IVFD RL 20 gtt/menit
-Cefotaxim 2X1 gr
-Ranitidin 2X1 ampl
-Citicolin 3X500 mg
PROGNOSIS:
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad fungsionam: ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi medulla spinalis
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Spinal nerve
Dorsal root ganglion
Dorsal root sensory
Ventral root motor
Central canal
Grey matter
White matter
2.3 Definisi
Spinal cord injury adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis.
2.4 Etiologi
Spinal cord injury
komplit adalah : Sensasi (termasuk sensasi posisi) atau gerakan volunter pada
ekstremitas bawah. Sakra l sparing, sebagai contoh: sensasi perianal,
kontraksi sphincter ani secara volunter atau fleksi jari kaki volunter. Refleks
sacral seperti reflex bulbokavernosus, atau kerutan anus, tidak termasuk
dalam sacral sparing.
3. Sindrom medulla spinalis
Beberapa tanda yang khas untuk cedera neurologist kadang-kadang dapat
dilihat pada penderita dengan cedera medulla spinalis.
a. Pada sentral cord syndrome yang khas adalah bahwa kehilangan tenaga
pada ekstremitas atas, lebih besar dibanding ekstremitas bawah, dengan
tambahan adanya kehilangan adanya sensasi yang bervariasi. Biasanya hal
ini terjadi cedera hiperekstensi pada penderita dengan riwayat adanya
stenosis
kanalis
sevikalis
(sering
disebabkan
oleh
osteoarthritis
yang berhubungan
dengan
kehilangan disosiasi sensori kontralateral dimulai dari satu atau dua level
dibawah level cedera (traktus spinotalamikus). Kecuali kalau syndrome ini
disebabkan oleh cedera penetrans pada medulla spinalis, penyembuhan
(walaupun sedikit) biasanya akan terjadi.
4. Morfologi
Cedera tulang belakang dapat dibagi atas fraktur, fraktur dislokasi, cedera
medulla spinalis tanpa abnormalitas radiografik (SCIWORA), atau cedera
penetrans. Setiap pembagian diatas dapat lebih lanjut diuraikan sebagai stabil
dan tidak stabil. Walaupun demikian penentuan stabilitas tipe cedera tidak
selalu sederhana dan ahlipun kadang-kadang berbeda pendapat. Karena itu
terutama pada penatalaksanaan awal penderita, semua penderita dengan
deficit neurologist,harus dianggap mempunyai cedera tulang belakang yang
tidak stabil. Karena itu penderita ini harus tetap diimobolisasi sampai ada
konsultasi dengan ahli bedah saraf/ ortopedi.
a. Cedera servikal dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari
mekanisme cedera:Pembebanan aksial (axial loading), fleksi,ekstensi,
rotasi, lateral bending, distraksi. Cedera yang mengenai kolumna spinalis
akan diuraikan dalam urutan anatomis, dari cranial mengarah keujung
kaudal tulang belakang.
b. Dislokasi atlanto oksipita (atlanto occipital dislokatiaon)
Cedera ini jarang terjadi dan timbul sebagai akibat dari trauma fleksi dan
distraksi yang hebat. Kebanyakan penderita meninggal karena kerusakan
batang otak. Kerusakan neurologist yang berat ditemukan pada level saraf
karanial bawah.kadang kadang penderita selamat bila resusitasi segera
dilakukan ditempat kejadian.
c. Fraktur atlas (C-1)
Atlas mempunyai korpus yang tipis dengan permukaan sendi yang lebar.
Fraktur C-1 yang paling umum terdiri dari burst fraktur (fraktur Jefferson).
Mekanisme terjadinya cedera adalah axial loading, seperti kepala tertimpa
secara vertikal oleh benda berat atau penderita terjatu dengan puncak
kepala terlebih dahulu. Fraktur jefferson berupa kerusakan pada cincin
anterior maupun posterior dari C-1, dengan pergeseran masa lateral.
Fraktur akan terlihat jelas dengan proyeksi open mouth dari daerah C-1
dan C-2 dan dapat dikomfirmasikan dengan CT Scan. Fraktur ini harus
ditangani secara awal dengan koral sevikal.
d. Rotary subluxation dari C-1
Cedera ini banyak ditemukan pada anak anak. Dapat terjadi spontan
setelah terjadi cedera berat/ ringan, infeksi saluran napas atas atau
penderita dengan rematoid arthritis. Penderita terlihat dengan rotasi kepala
yang menetap. .pada cedera ini jarak odontoid kedua lateral mass C-1 tidak
sama, jangan dilakukan rotasi dengan paksa untuk menaggulangi rotasi ini,
sebaiknya dilakukan imobilisasi. Dan segera rujuk.
e. Fraktur aksis(C-2)
Aksis merupakan tulang vertebra terbesar dan mempunyai bentuk yang
istimewah karena itu mudah mengalami cedera.
1. Fraktur odontoid
Kurang 60% dari fraktur C-2 mengenai odontoid suatu tonjolan tulang
berbentuk pasak. Fraktur ini daoat diidentifikasi dengan foto ronsen
servikal lateral atau buka mulut.
2. Fraktur dari elemen posterior dari C-2
Fraktur hangman mengenai elemen posterior C-2, pars interartikularis
20 % dari seluruh fraktur aksis fraktur disebabkan oleh fraktur ini.
Disebabkan oleh trauma tipe ekstensi, dan harus dipertahankan dalam
imobilisasi eksternal.
f. Fraktur dislocation ( C-3 sampai C-7)
Fraktur C-3 sangat jarang terjadi, hal ini mungkin disebabkan letaknya
berada diantara aksis yang mudah mengalami cedera dengan titik
10
penunjang tulang servikal yang mobile, seperti C-5 dan C-6, dimana
terjadi fleksi dan ekstensi tulang servikal terbesar.
g. Fraktur vertebra torakalis ( T-1 sampai T-10)
Fraktur vertebra Torakalis dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori :
cedera baji karena kompresi bagian korpus anterior, cedera bursi, fraktur
Chance,
fraktur
dislokasi. Axial
loading
disertai
dengan
fleksi
menghasilkan cedera kompresi pada bagian anterior. Tip kedua dari fraktur
torakal adalah cedera burst disebabkan oleh kompresi vertical aksial.
Fraktur dislokasi relative jarang pada daerah T-1 sampai T-10.
h. Fraktur daerah torakolumbal (T-11 sampai L-1) fraktur lumbal
Fraktur di daerah torakolumbal tidak seperti pada cedera tulang servikal,
tetapi dapat menyebabkan morbiditas yang jelas bila tidak dikenali atau
terlambat mengidentifikasinya. Penderita yang jatuh dari ketinggian dan
pengemudi mobil memakai sabuk pengaman tetapi dalam kecepatan tinggi
mempunyai resiko mengalami cedera tipe ini. Karena medulla spinalis
berakhir pada level ini , radiks saraf yang membentuk kauda ekuina
bermula pada daerah torakolumbal.
2.6 Patofisiologi
Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma dapat menyebabkan
kerusakan pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatic pada medulla spinalis tidak
selalu terjadi karena fraktur dan dislokasi. Efek trauma yang tidak langsung
bersangkutan tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis disebut
whiplash/trauma indirek. Whiplash adalah gerakan dorsofleksi dan anterofleksi
berlebihan dari tulang belakang secara cepat dan mendadak. Trauma whiplash
terjadi pada tulang belakang bagian servikalis bawah maupun torakalis bawah
misalnya pada waktu duduk dikendaraan yang sedang cepat berjalan kemudian
berhenti secara mendadak. Atau pada waktu terjun dari jarak tinggi menyelam dan
masuk air yang dapat mengakibatkan paraplegia. Trauma tidak langsung dari
tulang belakang berupa hiperekstensi, hiperfleksi, tekanan vertikal (terutama pada
T12 sampai L2), rotasi. Kerusakan yang dialami medulla spinalis dapat bersifat
11
sementara atau menetap. Akibat trauma terhadap tulang belakang, medula spinalis
dapat tidak berfungsi untuk sementara (komosio medulla spinalis), tetapi dapat
sembuh kembali dalam beberapa hari. Gejala yang ditimbulkan adalah berupa
edema, perdarahan peri vaskuler dan infark disekitar pembuluh darah. Pada
kerusakan medulla spinalis yang menetap secara makroskopis kelainannya dapat
dilihat pada lesi kontusio, laserasi dan pembengkakan daerah tertentu di medulla
spinalis. Laserasi medulla spinalis merupakan lesi berat akibat trauma tulang
belakang secara langsung karena tertutup atau peluru yang dapat mematahkan
/menggeserkan ruas tulang belakang (fraktur dan dislokasi). Lesi transversa
medulla spinalis tergantung pada segmen yang terkena (segmen transversa,
hemitransversa, kuadran transversa). Hematomielia adalah perdarahan dalam
medulla spinalis yang berbentuk lonjong dan bertempat disubstansia grisea.
Trauma ini bersifat whiplash yaitu jatuh dari jarak tinggi dengan sifat badan
berdiri, jatuh terduduk, terdampar eksplosi atau fraktur dislokasio.kompresi
medulla spinalis terjadi karena dislokasi, medulla spinalis dapat terjepit oleh
penyempitan kanalis vertebralis. Suatu segmen medulla spinalis dapat tertekan
oleh hematoma ekstra meduler traumatic dan dapat juga tertekan oleh kepingan
tulang yang patah yang terselip diantara duramater dan kolumna vertebralis.
Gejala yang didapat sama dengan sindroma kompresi medulla spinalis akibat
tumor, kista dan abses didalam kanalis vertebralis. Akibat hiperekstensi
dislokasio, fraktur dan whislap radiks saraf spinalis dapat tertarik dan mengalami
jejas/reksis. Pada trauma whislap, radiks columna 5-7 dapat mengalami hal
demikian, dan gejala yang terjadi adalah nyeri radikuler spontan yang bersifat
hiperpatia, gambaran tersebut disebut hematorasis atau neuralgia radikularis
traumatik yang reversible. Jika radiks terputus akibat trauma tulang belakang,
maka gejala defisit sensorik dan motorik yang terlihat adalah radikuler dengan
terputusnya arteri radikuler terutama radiks T8 atau T9 yang akan menimbulkan
defisit sensorik motorik pada dermatoma dan miotoma yang bersangkutan dan
sindroma sistema anastomosis anterial anterior spinal.
2.7 Kecurigaan Cedera Spinal
1. Kecelakaan kecepatan tinggi
12
Thoracic
Lumbosacral
C-5 Deltoid
T-4
C-6 Thumb
T-8
Nipple
Xiphoid
C-7 Middle
T-10
Cervical / Thoracic
finger
Umbilicus
C-8 Little
st
nd
L-5 1 /2 toes
Pemeriksaan
motorik
T-12
C-5 ShoulderSymphysis
finger
abduction
C-6 Wrist Extension
C-7 Elbow extension
C-8 Middle finger
flexion
T-1 Little finger
Abduction
Neurologic Assessment
Neurogenic Shock
Hipotensi dihubungkan dengan cedera servikal/torakal tinggi
Bradycardia
Pengobatan: Pertahankan cairan, atrofin dan vasopresor
Spinal Shock
Masalah neurologis buka hemodinamik
Timbul segera setelah trauma spinal cord
13
Flaccid
Hilang refleks
Efek terhadap organ lain
Ventilasi yang lemah
Gangguan pada abdominal
Compartment syndrome terselubung
2.10
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bergantung pada lokasi yang mengalami trauma dan
apakah trauma terjadi secara parsial atau total. Berikut ini adalah manifestasi
berdasarkan lokasi trauma :
1. Antara C1 sampai C5 Respiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien
meninggal.
2. Antara C5 dan C6 Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan
fleksi siku yang lemah; kehilangan refleks brachioradialis.
3. Antara C6 dan C7 Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan
bahu dan fleksi siku masih bisa dilakukan; kehilangan refleks bisep.
4. ntara C7 dan C8 Paralisis kaki dan tangan
5. C8 sampai T1 Horner's syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis),
paralisis kaki
Antara T1 sampai T10
Antara T11 dan T12 Paralisis otot-otot kaki di atas dan bawah lutut
T12 sampai L1 Paralisis di bawah lutut
Cauda equina Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri dan
6.
7.
8.
9.
Pemeriksaan penunjang
14
15
lambat
biasanya
menunjukkan
status
sirkulasi
yang
relatif
16
maka tekanan sistolik lebih dari 90 mmHg. Bila denyut arteri femoralis
yang dapat teraba maka tekanan sistolik lebih dari 70 mmHg. Sedangkan
bila denyut nadi hanya teraba pada arteri karotis maka tekanan sistolik
hanya berkisar 50 mmHg. Bila ada perdarahan eksterna, segera hentikan
dengan penekanan pada luka. Cairan resusitasi yang dipakai adalah Ringer
Laktat atau NaCl 0,9%, sebaiknya dengan dua jalur intra vena. Pemberian
cairan jangan ragu-ragu, karena cedera sekunder akibat hipotensi lebih
berbahaya terhadap cedera otak dibandingkan keadaan edema otak akibat
pemberian cairan yang berlebihan. Posisi tidur yang baik adalah kepala
dalam posisi datar, cegah head down (kepala lebih rendah dari leher) karena
dapat menyebabkan bendungan vena di kepala dan menaikkan tekanan
intracranial.
Farmakoterapi: Berikan steroid dosis tinggi (metilpredisolon) untuk melawan
edema medulla Steroids
Methylprednisolone IV
Komplikasi
Neurogenik shock.
Hipoksia.
Gangguan paru-paru
Instabilitas spinal
17
5.
6.
7.
8.
9.
Orthostatic Hipotensi
Ileus Paralitik
Infeksi saluran kemih
Kontraktur
Dekubitus
18
BAB III
Kesimpulan
19