You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal . Pada setiap kunjungan
antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah
atau komplikasi(Saifudin,dkk., 2002).
Berdasarkan data dan penelitian tentang kualitas penduduk indonesia 2011
tercatat angka kematian ibu (AKI atau MMR) masih sebesar 228/100.000
kelahiran hidup. KementrianKesehatan menargetkan, sampai tahun 2014
ini akan menurunkan jumlah menjadi 118/100.000kelahiran hidup dan
tahun 2015 akan diupayakan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup.
Depkes menargetkan angka kematian ibu pada tahun 2010 sekitar 226
orang, dan pada tahun 2015menjadi 102 orang pertahun. Untuk
mewujudkan hal ini, salah satu upaya terobosan dan terbuktimampu
meningkatkan keadaan ini masih jauh dari target harapan yaitu 75% atau
125/100.000kelahiran hidup (Eko Sutriyanto, 2012).
Tujuan pelayanan Antenatal Care adalah:a) Mempromosikan dan menjaga
kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan
gizi, kebersihan

diri

dan proses

kelahiran

bayi.

b) Mendeteksi

dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah ataupun obstetri selama


kehamilan. c) Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana
kesiagaan menghadapi komplikasi. d) Membantu menyiapkan ibu untuk
menyusui dengan sukses, menjalankan puerperium normal, dan merawat
1

anak secara fisik, psikologi dan social (Kusmiyati, et al., 2008).


Berdasarkan salah satu tujuan di atas maka pelaksanaan ANC puskesmas
dan BPM diharapkan mampu melakukan deteksi dini komplikasi sehingga
bias mengurangi terjadimya kegawatan pada ibu yang berujung pada
kematian. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia kemungkinan terjadi
pada ibu hamil yang berisiko tidak terdeteksi secara dini. Untuk itu bidan
harus mampu dan terampil memberikan pelayanan sesuai dengan
standart yang ditetapkan khususnya bidan desa sebagai ujung tombak,
dengan peran serta yang proaktif dari petugas supervise sebagai penyelia
untuk bidan di desa diharapkan percepatan penurunan angka kematian ibu
dan bayi di Indonesia serta meningkatkan cakupan : kunjungan pertama
ibu hamil (K1), kunjungan ke empat ibu hamil (K4), dan semua persalinan
harus ditolong oleh tenaga kerja terlatih, semua komplikasi obstetric
mendapat pelayanan rujukan yang adekuat, semua perempuan dalam usia
reproduksi mendapat akses pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan
yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman (Linda, 2007).
Pelayanan antenatal berkualitas mempunyai kedudukan penting dalam
upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, karena melalui
pelayanan antenatal yang profesional dan berkualitas, ibu hamil
memperoleh pendidikan tentang cara menjaga diri agar tetap sehat,
mempersiapkan kelahiran bayi yang sehat, serta meningkatkan kesadaran
dan pengetahuan tentang kemungkinan adanya risiko atau terjadinya
komplikasi dalam kehamilan,sehingga dapat dicapai kesehatan yang
optimal dalam menghadapi persalinan dan nifasnya(Wijayanti YT, 2001).
Penerapan standar pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat,
karena penilaian terhadap proses dari hasil pelayanan dapat dilakukan
dengan dasar yang jelas, sehingga masyarakat akan mempunyai
kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksanaan pelayanan. Standar
pelayanan perlu dimiliki oleh setiap pelaksana pelayanan karena fungsinya

yang penting dalam pelaksanaan, pemeliharaan dan penilaian kualitas


pelayanan.

1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, yaitu:
Bagaimana konsep dasar dan filosofi asuhan kehamilan?
Apa sajakah tujuan asuhan kehamilan?
Bagaimana lingkup dan prinsip pokok asuhan kehamilan?
Bagaimana sejarah asuhan kehamilan?
Bagaimana pendekatan risiko?
Apa sajakah hak-hak wanita hamil?
Siapakah tenaga profesionalisme asuhan kehamilan?
Bagaimana peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan kehamilan?
Apa itu Evidence Based?
Bagaimana manajemen proses dalam kehamilan?

1.3

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
Dalam pemenuhan tugas Asuhan Kebidanan Kehamilan
Untuk mempelajari awal konsep dasar asuhan kehamilan
Untuk memperdalam materi mengenai asuhan kehamilan

1.4

Metode Penulisan
Metode yang digunakan yaitu kajian teori

1.5

Manfaat Penulisan
Memahami konsep dasar dan filosofi asuhan kehamilan
Menambah wawasan mengenai wanita hamil dan bagaimana

memanajemennya
Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam pengasuhan
BAB II
KAJIAN TEORI
Konsep Dasar dan Filosofi Asuhan Kehamilan

2.1

Konsep Dasar Asuhan Kehamilan


Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan,
3

a.

Satu kali pada triwulan pertama

b. Satu kali pada triwulan kedua


c.

Dua kali pada triwulan ketiga

Pelayanan atau asuhan standar minimaltermasuk 7T:


a.

Timbang berat badan

b. Ukur (Tekanan) darah


c.

Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pembeian imunisaasi (Tetanus Tiksoid) TT lengkap


e.

Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

f. Tes terhadap penyakit menular seksual


g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan atau asuhan antenatal inihanya dapat diberikanoleh tenaga
kesehatan professional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.

2.2

Tujuan Asuhan Kehamilan


Tujuan Antenatal Care, yaitu:
1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, serta proses kelahiran
2.

bayi.
Mendeteksi dan menatalaksanaan komplikasi medis, beda, atau

3.

observasi selama kehamilan.


Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan

4.

tumbuh kembang janin.


Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi
komplikasi.

5.

Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui sukses, menjalankan nifas

6.

normal, serta merawat anak secara fisik, psikologis, dan sosial.


Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam
memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkemnbang secara normal.

2.3

Filosofi Asuhan Kehamilan


Filosofi adalah nilai atau keyakinan atau kepercayaan yang mendasari
seorang untuk berperilaku sehingga mempengaruhi pola kehidupannya.
Pada prinsipnya filosofi asuhan kehamilan merujuk pada filosofi bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan antara lain menyatakan bahwa:
1. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan
bukan proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi
patologi/abnormal.Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan
tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali
ada indikasi.
2. Setiap

perempuan

biologis,psikologis

berkepribadian

unik,dimana

terdiri

atas

dan sosial yang berbeda sehingga dalam

memperlakukan pasien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan


tidak boleh disamakan.
3. Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru lahir.Ini dapat
dilakukan dengan berbagai upaya baik promosi kesehatan melalui
penyuluhan atau konseling pemenuhan kebutuhan ibu hamil maupun
dengan upaya preventif misalnya pemberian imunisasi TT pada ibu
hamil,pemberian tablet tambah darah dan lain sebagainya.
4. Perempuan

mempunyai

hal

memilih/memutuskan

tentang

kesehataan,siapa dan dimana mendapatkan pelayanan kesehatan.


5. Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan).

6. Mendukung

dan

mengahargai

proses

fisiologi,intervensi

dan

penggunaan teknologi dilakukan hanya dengan indikasi.


7. Membangun kemitraan dengan profesi lain untuk memberdayakan
perempuan.

2.4

Lingkup Asuhan Kehamilan


Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus memberikan
pelayanan secara komprehensif. Kusmiyati (2008,hal.2) menguraikan
lingkup asuhan kehamilan pada ibu hamil meliputi:
1.

Mengumpulkan dan menganalisa data riwayat kesehatan dan


kehamilan.

2.

Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistimatis dan lengkap.

3.

Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus, posisi,


presentasi dan penurunan janin.

4.

Melakukan penilaian pelvic, ukuran dan struktur panggul.

5.

Menilai kesejahteraan janin selama kehamilan.

6.

Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir

7.

Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.

8.

Mengkaji kenaikan Berat badan dan hubungannya dengan komplikasi.

9.

Memberi penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana


menghubungi bidan.

10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia, hiperemesis


6

gravidarum tingkat pertama, abortus iminens dan preeclampsia ringan.


11. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi
ketidaknyamanan.
12. Memberi imunisasi.
13. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan
penanganannya termasuk rujukan yang tepat.
14. Memberi bimbingan dan persiapan persalinan,kelahiran dan menjadi
orang tua.
15. Memberi bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku sehat selama
hamil.
16. Penggunaan secara aman jamu atau obat-obatan yang tersedia.

Standar 7T dalam asuhan antenatal


1.

timbang berat badan

2.

ukur tekanan darah

3.

ukur tinggi fundus uteri

4.

pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid) lengkap

5.

pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan

6.

tes terhadap penyakit menular seksual

7.

2.5

temu wicara dalam rangka persiapan rujuk

Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan


Prinsip merupakan dasar atau asas atau kebenaran yang menjadi pokok
dasar pemikiran, bertindak, dan sebagainya. Sebagai seorang bidan dalam
melakukan asuhan kebidanan harus berdasarkan prinsip sesuai tugas
pokok dan fungsinya agar apa yang dilakukan tidak melanggar
kewenangan/malpraktik. Selain harus memiliki kompetensi, bidan dalam
melaksanakan asuhan harus berpegang pada Undang-Undang Kesehatan
Nomor 23 Tahun 1992tentang registrasi dan praktik bidan yang mana
pelayanann dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan
standar profesi bidan.
Ruang lingkup praktik kebidanan menurut KepMenkes nomor :
900/MENKES/SK/VII/2002 Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi
(pasal 16):
1.

Penyuluhan dan konseling

2.

Pemeriksaan fisik

3.

Pelayanan antenatal pada kehamilan nomal

4.

Pertolongan pada kehamilan abnormal, yang mencakup ibu hamil

dengan abortus imminens, hiperemesis gravidarum tingkat I, preeklampsia


ringan dan anemia ringan.

2.6

Sejarah Asuhan Kehamilan


Sebagaimana sejarah perkembangan kebidanan dunia maka sejarah asuhan
kebidanan pun tidak lepas dari itu. Telah diketahui dalam sejarah bahwa
bidan sudah ada sejak zaman prasejarah di zaman Mesir yaitu Simprah dan

Poah yang tidak setuju dengan raja Firaun yang melakukan pembunuhan
pada bayi laki-laki yang baru lahir. Dengan perkembangan zaman, pada
masa sebelum Masehi mulai diketahui fisiologi dan patologi kehamilan.
Pada tahun 1899 di Ediburn mulai disediakan tempat untuk merawat
wanita hamil. Adolphe Pinard daei Pranci tahun 1878 menemukan palpasi
abdominal yang dikenal dengan cara Pinard. Jean Lubumean dari Prancis
menemukan leneac dan stetoskop pada tahun 1819 dan pertama
mendengar DJJ tahun 1920. John Braxton Hiks dari Inggris tahun 1872
menggambarkan kontraksi uterus selama kehamilan yang dikenal dengan
kontraksi Braxton Hiks. Sebelum dikenal asuhan berdasarkan evidence
based, asuhan yang diberikan berdasarkan tradisional. Asuahn yang
banyak berkembang saat ini dari model yang berkembang di Eropa awal
dekade abad ini dengan lebih mengarah ke ritual daripada rasional. Lebih
mengarah ke frekuensi dan jumlah daripada tujuan yang essensial.
2.7

Pendekatan Risiko
Pendekatan risiko mempunyai rasionalisasi bahwa asuhan antenatal adalah
melakukan skrening untuk memprediksi faktor-faktor resiko untuk
memprediksi suatu penyakit.
Kehamilan dengan faktor risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang
memiliki keadaan tertentu sehingga menyebabkan meningkatnya risiko
selama kehamilan. Adapun faktor-faktor risiko tinggi pada ibu hamil
antara lain, yaitu:
Primigravida kurang dari 20 tahun
Kehamilan dengan umur lebih dari 35 tahun
Anak lebih dari empat
Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari dua

tahun
Tinggi badan kurang dari 245 cm
Berat badan kurang dari 33 kg atau lingkar lengan atas kurang dari

23,5 cm
Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi, dan
riwayat cacat kongenital
9

Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau

panggul
Hb kurang dari 11 gram % (Dinas Kesehatan Pemerintah Aceh, 2007)

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (MaternalNeonatal Health) di


Kasango,Zairemenunjukkanbahwa:

2.8

Hak-Hak Wanita Hamil


A. Petugas kesehatan harus menyadari hak-hak ibu ketika menerima
layanan asuhan kehamilan, yaitu:
10

1.

Setiap

perempuan/ibu

penerima

asuhan

mempunyai

hak

mendapatkan keterangan mengenai kesehatanya


2.

setiap

perempuan/ibu

mempunyai

hak

mendiskusikan

keprihatinannya di dalam lingkungan di mana ia merasa percaya.


3.

Setiap perempuan/ibu harus mengetahui sebelumnya jenis prosedur


yang akan dilakukan.

4.

Prosedur harus dilaksanakan di dalam suatu lingkungan (misalnya


kamar bersalin) supaya hak ibu untuk mendapatkan privasi
dihormati.

5.

Setiap perempuan/ibu harus dibuat senyaman mungkin ketika


menerima layanan.

6.

Setiap perempuan/ibu mempunyai hak untuk mengutarakan


pandangan dan pilihannya mengenai layanan yang diterimanya.

B. Hak-hak ibu ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin,


2002), yaitu :
1.

Mendapatkan
Informasi

keterangan

harus

diberikan

mengenai
langsung

kondisi
kepada

kesehatannya.
klien

(dan

keluarganya).
2.

Mendiskusikan keprihatinannya, kondisinya, harapannya terhadap


sistem pelayanan, dalam lingkungan yang dapat ia percaya. Proses
ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya.

3.

Mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan


terhadapnya.

4.

Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati privasinya


dalam setiap pelaksanaan prosedur.
11

5.

Menerima layanan senyaman mungkin.

6.

Menyatakan pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang


diterimanya.

C. Dalam pelayanan asuhan kehamilan, Bidan dan tenaga professional


lainnya

harus

mempertahankan hak-hak ibu dalam menjalankan masa kehamilan.


Beberapa hak-hak wanita ini bisa digunakan sebagai pedoman.
1.

Wanita hamil berhak mendapatkan perawatan pada masa kehamilan


yang dikenal dengan Antenatal Care (ANC). ANC merupakan
pelayanan kesehatan kepada ibu hamil selama kehamilannya
(Depkes, 1994). ANC selama kehamilan terdiri dari tiga kunjungan
kali kunjungan baik di puskesmas maupun rumah sakit.

2.

Menurut UU Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 hanya berlaku bagi


istri yakni pada pasal 14: Kesehatan istri meliputi masa
prakehamilan, kehamilan, pascapersalinan dan masa di luar
kehamilan dan persalinan. Artinya, belum mengatur semua
khususnya pada kasus kehamilan di luar hubungan suami-istri
(pemerkosaan, remaja hamil di luar nikah).

3.

Pada Nomor 7 Tahun 1984 Pasal 12: Negara wajib menjamin


pelayanan kehamilan, persalinan dan pascapersalinan.

4.

UU Ketenagakerjaan Nomor 25 Tahun 1997 (UUK). UU ini tidak


mengatur Secara tegas mengenai hak-hak reproduksi buruh
perempuan seperti cuti haid, melahirkan dan menyusui yang
sebelumnya diatur dalam UU No.12 Tahun 1948 tentang UU Kerja.
Dalam UU Tenaga Kerja Pasal 13 (Ayat 1,2,3):

12

Ayat 1 : Buruh wanita tidak diperbolehkan bekerja pada hari


pertama haid,

Ayat 2: Buruh wanita harus diberi istirahat selama satu


setengah

bulan

sebelum

saatnya

melahirkan

menurut

perhitungan dan setelah melahirkan anak atau mengalami


keguguran.

Ayat 3: Dengan tidak mengurangi yang telah ditentukan pada


Ayat 1 dan 2, buruh wanita yang anaknya masih menyusui
harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya
kalau hal ini dilakukan selama waktu kerja.

5.

Hak-hak wanita khususnya yang berkaitan dengan Reproduksi

Hak untuk Hidup

Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan

Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk


diskriminasi

Hak privasi

Hak kebebasan berpikir

Hak atas informasi dan edukasi

Hak untuk memilih menikah atau tidak serta untuk membentuk


dan merencanakan sebuah keluarga

Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak

Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan

Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan

13

Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena


politik, dan Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan
pengobatan.

6.

Dalam pembukaan UU HAM Tahun 1999 sudah menjamin wanita


hamil berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus.

7.

Berdasarkan UU, maka ibu hamil bisa meminta seseorang yang


sehat berdiri dan memberinya tempat duduk. Dan sopir berhak
menyuruh penumpang lain berdiri dan memberikan tempat duduk.
Jika tidak, maka bus yang menaikkan orang hamil tanpa
memberkannya tempat duduk bisa disebut melanggar UU HAM.

8.

Menurut UU HAM Nomor 39 Pasal 48:


Wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di
semua jenis jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan.

9.

Menurut UU HAM Nomor 39 Pasal 49:

Wanita berhak untuk memilih, dipilih, dingkat dalam


pekerjaan, jabatan, dan profesi sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan.

Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam


pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang
dapat mengancam keselamatan atau kesehatannya berkenaan
dengan fungsi reproduksi wanita.

Hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi


reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum.

14

Pasal 50: Wanita yang telah dewasa dan atau telah menikah
berhak

melakukan

perbuatan

hukum

sendiri,

kecuali

ditentukan lain oleh hukum agamanya.


10. Deklarasi Barcelona 23 27 September 2001 tentang hak hak
wanita

Melahirkan merupakan pilihan yang bebas

Memperoleh pendidikan dan informasi yang memadai


mengenai kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, dan
perawatan BBL

Mendapatkan jaminan dan dari pemerintah di Negara


manapun untuk memperoleh pertolongan yang benar dan
suatu kehamilan tanpa resiko

Memperoleh informasi yang benar tentang prosedur dan


perkembangan teknologi tersebut terhadap kehamilan ,
persalinan dan prosedur yang paling aman

Memperoleh gizi yang cukup selama kehamilan

Tidak dikeluarkan dari pekerjaan hanya karena kehamilan

Tidak menerima diskriminasi dan hukuman yang diberikan


masyarakat akibat mengalami gangguan kehamilan

Kelahiran tidak boleh dibatasi atas dasar tatanan sosial

Membagi tanggung jawab dengan suami berkaitan dengan


pengambilan keputusan dalam proses reproduksi

Mendapatkan informasi tentang keuntungan menyusui dan


diberikan dorongan agar segera menyusui setelah melahirkan

15

berhak turut dalam pengambilan keputusan yang mungkin


memengaruhi dirinya dan janinnya

Wanita yang melahirkan di institusi berhak memutuskan


mengenai pekerjaan, tempat dan praktek secara kultural yang
dianggap penting bagi individu

Wanita hamil dengan ketergantungan obat, AIDS, penyakit


kelamin ataupun masalah sosial yang memungkinkan mereka
dijauhi masyarakat berhak mendapatkan pertolongan khusus.

11. Pasien hamil memiliki hak, yang ditujukan pada pemberian obat
atau tindakan, akan mendapat penjelasan oleh petugas kesehatan
yang memberikan asuhan padanya tentang efek-efek potensial
langsung atau tidak langsung, risiko atau bahaya terhadap dirinya
atau bayinya yang belum lahir atau bayinya yang baru lahir yang
mungkin diakibatkan dari penggunaan obat yang diresepkan atau
tindakan-tindakan

yang

diharus

selama

masa

kehamilan,

persalinan, kelahiran atau menyusui.


12. Pasien hamil memiliki hak, sebelum dilakukan terapi, berhak untuk
mendapatkan

informasi

tidak

hanya

tentang

keuntungan-

keuntungan, risiko-risiko dan bahaya dari terapi yang diberikan,


tetapi juga terapi alternatif, seperti tersedianya kelas-kelas
pendidikan melahirkan anak yang dapat mempersiapkan pasien
hamil secara mental dan fisik untuk mengatasi ketidak nyamanan
atau stres selama masa kehmilan dan pengalaman melahirkan anak,
dengan demikian mengurangi atau meniadakan kebutuhannya akan
obat dan intervensi obstetrik. Ia harus diberikan informasi tersebut
sejak awal kehamilannya dengan tujuan agar ia membuat suatu
keputusan yang cukup beralasan.

16

13. Pasien memiliki hak, sebelum memberikan obat apa saja, untuk
mendapat informasi dari petugas kesehatan yang meresepkan atau
memberikan obat padanya bahwa setiap obat yang ia dapatkan
selama masa kehamilan, proses persalinan dan melahirkan, tidak
perduli bagaimana dan kapan obat tersebut diminum atau
diberikan, yang dapat memberikan efek buruk pada bayinya yang
belum lahir, secara langsung atau tidak, dan bahwa tidak terdapat
obat atau bahan-bahan kimia yang telah terbukti aman untuk bayi
yang dikandungnya.
14. Pasien hamil mempunyai hak, bila diantisipasikan akan dilakukan
seksio sesaria.

2.9

Tenaga Profesionalisme (Asuhan Kehamilam)


Dalam memberikan

asuhan kebidanan,

profesional dan bukan dukun.


Tindakan
bidan
saat

bidan

merupakan

tenaga

antenatal

kunjungan

1. Mendengarkan dan berbicara kepada ibu serta keluarganya untuk


membina
hubungan
saling
percaya
2.

Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk membuat rencana


persalinan

3. Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk persiapan


menghadapi
komplikasi
4. Melakukan penapisan untuk kondisi yang mengharuskan melahirkan
di
RS
5.

Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang dapat


mengancam
jiwa
(pre-eklamsia,
anemia,
PMS)

6.

Mendeteksi adanya kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 mg


dan adanya kelainan letak setelah usia kehamilan 36 mg

7. Memberikan konseling pada ibu sesuai usia kehamilannya, mengenai


nutrisi, istirahat, tanda-tanda bahaya, KB, pemberian ASI,
ketidaknyamanan yang normal selama kehamilan dsb 8. Memberikan
suntikan

imunisasi

TT

17

bila

diperlukan

8. Memberikan suplemen mikronutrisi, termasuk zat besi an folat


secara rutin, serta vitamin A bila perlu
2.10

Peran dan Tanggung Jawab Bidan Asuhan Kehamilan


1. Peran:
a. Pelaksana: memberi asuhan/ pelayanan. Bidan mempunyai 3 (tiga)
tugas utama yaitu: mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
Ada 7 langkah utama:
1) Mengkaji
2) Menentukan Diagnosa
3) Menyusun rencana tindakan
4) Melaksanakan tindakan
5) Evaluasi
6) Tindak lanjut
7) Dokumentasi
b. Pengelola: menyusun rencana kerja, mengelola kegiatan pelayanan
ibu hamil, berpartisipasi dalam kegiatan program pelayanan
kehamilan
c. Pendidik: melakukan penyuluhan, mendidik siswa bidan/ calon bidan
d. Peneliti: melakukan penelitian kebidanan
2. Kewajiban Bidan
a. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kehamilan sesuai standart
profesi dengan menghormati hak-hak klien
b. Wajib merujuk, memberi kesempatan klien ibadah, menjaga rahasia,
memberikan informasi, inform consent, dokumentasi, kerjasama pihak
lain.

2.11

Evidence Based dalam Praktik Kehamilan


Evidence Based adalah cara yang untuk membantu tenaga kesehatan
dalam membuat keputusan saat merawat pasien sesuai dengan Kebutuhan
pasien dan keahlian klinis tenaga kesehatan berdasarkan bukti-bukti
18

ilmiah.
Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaan yang sistematik,
ilmiah dan eksplisit dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan
keputusan tentang asuhan pasien secara individu. Hal ini menghasilkan
asuhan yang efektif dan tidak selalu melakukan intervensi. Kajian ulang
intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa bahwa sebagian
besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau
dicegah.
Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan antenatal atau yang
dikenal antenatal care merupakan prosedur rutin yang dilakukan petugas
(dokter/bidan/perawat) dalam membina suatu hubungan dalam proses
pelayanan pada ibu hamil untuk mempersiapkan persalinan.
2.12

Manajemen Proses dalam Kehamilan


Manajemen kehamilan baik secara fisik maupun psikis, senam
kehamilan merupakan suatu keharusan bagi ibu hamil untuk mengikuti
kelas kelahiran ini. Tetapi jika Manajemen kehamilan seperti kondisi
keuangan memungkinkan, sebaiknya ibu hamil ikut kelas kehamilan
apalagi jika ibu hamil tersebut baru pertama kali merasakan sebagai ibu
hamil. Kelas kelahiran memang perlu dan penting memberikan banyak
informasi penting dan lengkap menangani berbagai kemungkinan yang
bisa terjadi saat melahirkan. Selain itu,

anda juga akan dilatih untuk

menghadapi

dihadapi

setiap

situasi

yang

dengan

benar.

Pengetahuan dalam pengaturan atau memanajemen kehamilan selama


proses kehamilan dan saat menghadapi persalinan serta saat melahirkan
ini penting untuk mempersiapkan fisik dan psikologis anda tentang.
Melahirkan itu memang nyeri, namun jika kita mempersiapkannya yang
sesuai denagn anjuran dokter ahlinya saya kira semuanya dapat diatasi.
Kelas kelahiran berusaha mematahkan hubungan antara rasa nyeri dan rasa
takut tersebut, disamping itu anda juga akan mendapatkan informasi

19

mengenai penggunaan teknologi di rumah sakit bersalin dan cara yang


tepat untuk memanfaatkan teknologi tersebut, sehingga mememudahkan
bagi anda untuk mempertimbangkan perlu tidaknya anda menggunakan
cara tersebut.
Dengan informasi lengkap yang anda terima diharapkan akan memberi
dukungan secara psikologis. Manajemen kehamilan juga akan bertemu
dengan ibu-ibu lain yang sedang menghadapi kondisi yang sama dengan
anda, sehingga anda bisa saling bertukar informasi dan pengalaman
lainnya. Biasanya berbicara dengan orang-orang yang berada dalam
kondisi yang sama dengan kita juga akan memberi dukungan psikologis.
Dukungan psikologis yang anda dapatkan diharapkan dapat memberikan
ketenangan batin dan menambah rasa percaya diri dalam menghadpi
proses persalinan, sedangkan persiapan fisik yang akan anda dapatkan
adalah latihan-latihan fisik atau senam bagi ibu hamilyang ditujukan
untuk mengatasi rasa nyeri saat melahirkan.

20

BAB III
PENUTUP
3.1

Simpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa evidence based merupakan cara
untuk membantu tenaga kesehatan dalam membuat keputusan saat merawat
pasien sesuai dengan Kebutuhan pasien dan keahlian klinis tenaga kesehatan
berdasarkan

bukti-bukti

ilmiah.

Setiap wanita hamil, melahirkan atau nifas mengalami resiko komplikasi


yang serius dan mengancam jiwanya. Meskipun pertimbangan resiko ini
bisa digunakan oleh individu-individu bidan, perawat dan dokter untuk
menyusun advis pengobatan. Kadang kala wanita hamil yang beresiko
rendah sering terabaikan sehingga mengembangkan komplikasi dan banyak
yang lainnya yang memiliki RESTI malah melahirkan tanpa masalah sama
sekali.
Wanita hamil juga harus mempersiapkan kondisi fisik dan mental dalam
proses kehamilan dan saat menjalani persalinan. Melalui kelas hamil
dan manajemen kehamilan semuanya dapat teratasi baik secara mental
maupun fisik karena informasi serta manajemen kehamilan yang di
butuhkan oleh ibu hamil.

3.2

Saran
Untuk asuhan kehamilan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan seharusnya
dapat berdampingan dengan hak-hak dari pasien yaitu wanita hamil. Bidan
dan tenaga medis setempat dapat memberi pengetahuan dan keterampilan
dalam melakukan asuhan kehamilan dan ditambah dengan sang ibu
membaca referensi tentang gizi-gizi yang harus dicukupi oleh seorang ibu
hamil. Seorang bidan dan tenaga kesehatan hendaknya sering-sering
memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat setempat agar
masyarakat dapat merubah pola pikirannya tentang makanan yg dianggap

21

pantang dimakan oleh ibu hamil yang sejatinya sangat diperlukan untuk
perkembangan janin yang dikandungnya.

DAFTAR PUSTAKA
Jannah, Nurul. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta:
Andi Offset.
Dikutip

dari

https://www.academia.edu/6064215/Makalah_ANC

Pada

tanggal 13 April 2015


Dikutip dari http://www.khususkebidanan.com/hak-hak-wanita-hamil/ Pada
tanggal 13 April 2015
Dikutip

dari

https://plus.google.com/101289584271981117830/posts/i886uFPcNRM
tanggal 13 April 2014

22

Pada

You might also like