You are on page 1of 23

SATUAN OPERASI-2

ABSORPSI III

Disusun Oleh:
Kelompok
Kelas
Lia Fitri Fujiarsi
Miranda Aristy
Nini Nadilah
Optimisma Situngkir
Robby Admiral Saputra
Sri Darmayanti
Virta Puspita Sari

: III
: 4 KB
(0613 3040 0319)
(0613 3040 0323)
(0613 3040 0326)
(0613 3040 0330)
(0613 3040 0332)
(0613 3040 0334)
(0613 3040 0336)

Dosen Pembimbing : Endang Supraptiah, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2015

ABSORPSI III
ABSORPSI CO2 DALAM LARUTAN NaOH
ANALISIS LARUTAN
I.

II.

Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menghitung laju absorpsi CO2 dengan larutan NaOH dengan
analisa larutan yang turun dari kolom

Alat dan bahan yang digunakan


Alat yang digunakan
:
Satu unit peralatan absorpsi
Gas CO2
Bahan yang digunakan
Larutan NaOH 60%
Larutan HCL 0,2M
Larutan BaCl2
Indicator PP
Indicator M.O
Gas CO2

III.

Dasar Teori
Absorpsi gas atau penyerapan gas merupakan proses perpindahan massa. Pada
absorpsi gas, uap yang diserap dari campurannya dengan gas tidak aktif atau
lembab (inert gas) dengan bantuan zat cair dimana gas terlarut (solute gas) dapat
larut banyak atau sedikit.
Alat yang banyak digunakan dalam absorpsi gas dan beberapa operasi lain
adalah menara isian. Piranti ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau
menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah. Pemasukan zat cair dan distribusinya pada bagian atas. Sedang pengeluaran
gas dan cair masing-masing di atas dan di bawah. Serta suatu zat padat diatas
penyangga. Bentukan ini disubut isian menara atau tower packing.
Jenis-jenis menara isian yang diciptakan orang banyak sekali macamnya.
Tetapi ada beberapa jenis yang lazim digunakan. Macam-macam menara isian
terbagi menjadi 2 yaitu yang diisikan dengan mencurahkan secara acak ke dalam
menara dan disusun kedalam menara dengan tangan.

Persyaratan pokok menara isian :


Harus tidak bereaksi dengan fluida didalam menara.
Tidak terlalu berat.
Harus mengandung cukup banyak laluan arus
Harus memungkinkan terjadinya kontak antara gas dan zat cair

Tidak teralu mahal.


Absorpsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya
fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada
absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu
absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik. Kegunaan utama dari absorpsi adalah
pembersihan gas (misalnya gas buang) dan pemisahan campuran gas (bertujuan
untuk memperoleh kembali komponen tertentu). Absorpsi juga berperan penting
dalam kaitannya dengan proses-proses kimia, misalnya pada pembuatan asam
sulfat dan asam nitrat.
Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi pada
permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga
disebut sebagai cairan pencuci.

Persyaratan absorben :
Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang besar.
Memiliki tekanan uap yang rendah
Tidak korosif.
Mempunyai viskositas yang rendah
Stabil secara termis.
Murah
Absorber
Absorber atau alat tempat terjadinya absorbsi adalah tempat campuran gas dan
absorben yang dikontakkan satu sama lain secara intensif, yang biasanya
berlawanan. Absorben didistribusikan sebaik mungkin yaitu permukaannya dibuat
luas dengan bantuan perlengkapan yang khusus misalnya benda pengisi,
penyemprot, benda rotasi atau pelat .

Fungsi absorpsi dalam Industri


Meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya.
Contoh :
Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses
Kolom Absorpsi
Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi dari zat
yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan

melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut
dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.

Gambar Kolom Absorber

Struktur dalam absorber :


Bagian atas : Spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair
Bagian tengah : Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga
mudah untuk diabsorpsi
Bagian bawah : Gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
Prinsip Kerja Kolom Absorpsi
Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase
mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia.
Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi, pelarutan yang terjadi pada semua
reaksi kimia.
Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan kebawah
menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu fasa gas dan
fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan gas dari
bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian atas
menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing
dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan dari
gas yang dimasukkan tadi.

Gambar Prinsip Kerja Kolom Absorpsi


Proses pengolahan kembali pelarut dalam kolom absorber
Konfigurasi reaktor akan berbeda dan disesuaikan dengan sifat alami dari
pelarut yang digunakan. Aspek Thermodynamic (suhu dekomposisi dari pelarut),
Volalitas pelarut, dan aspek kimia/fisika seperti korosivitas, viskositas, toxisitas,
saat volalitas pelarut sangat rendah, contohnya pelarut tidak muncul pada aliran
gas, proses untuk meregenerasinya cukup sederhana yakni dengan
memanaskannya.
Berikut beberapa contoh gambar dari proses diatas :
1. Contoh pertama
Cairan absorber yang akan didaur ulang masuk kedalam kolom pengolahan
dari bagian atasnya dan akan dicampur /dikontakan dengan stripping vapor.Gas
ini bisa uap atau gas mulia dengan kondisi termodinamika yang telah
disesuaikan.dengan pelarut yang terpolusi. Absorber yang bersih lalu digunakan
kembali di absorpsi kolom.

2. Contoh kedua
Absorber yang akan didaur ulang masuk ke kolom pemanasan stripping
column.The stripping vapor dibuat dari cairan pelarut itu sendiri.Bagian yang
telah didaur ulang lalu digunakan lagi untuk menjadi absorber.

3. Contoh ketiga
Sebuah kolom destilasi juga dapat digunakan untuk mendaur ulang.
Absorber yang terpolusi dilewatkan kedalam destilasi kolom. Dibawahnya,
pelarut dikumpulkan dan dikirim kembali ke absorber.

Aplikasi kolom Absorber


Bidang utama penggunaan absorpsi adalah pembersihan gas dan pemisahan
campuran gas, teknologi Refrigerasi, teknologi proses pembuatan formalin dan
Proses pembuatan asam nitrat.

1) Teknologi Refrigerasi
Refrigerasi absorpsi merupakan siklus yang digerakkan oleh energi termal.
Berbeda dengan sistem refrigerasi konvensional, energi mekanik yang
diperlukan oleh refrigerasi absorpsi sangat kecil. Diagram refrigerasi absorpsi
efek tunggal dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

Diagram siklus refrigerasi absorpsi efek tunggal


2) Teknologi Proses Pembuatan Formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari
reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu 182 0C didinginkan pada
kondensor hingga suhu 55 0C,dimasukkan ke dalam absorber. Keluaran dari
absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar formaldehid
sekitar 37 40%. Bagian terbesar dari metanol, air,dan formaldehid
dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan hampir semua
removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas terjadi dibagian atas
absorber dengan counter current contact dengan air proses.
3) Proses pembuatan asam nitrat
Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom
absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan
reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai
empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan
absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu
asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi dirancang untuk
menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan kandungan NOx
gas buang tidak lebih dari 200 ppm.

Peralatan Absorpsi Gas


1. Menara sembur
Menara sembur terdiri dari sebuah menara, dimana dari puncak menara
cairan disemburkan dengan menggunakan nosel semburan. Tetes tetes cairan
akan bergerak ke bawah karena gravitasi, dan akan berkontak dengan arus gas
yang naik ke atas. Nosel semburan dirancang untuk membagi cairan kecil kecil.
Makin kecil ukuran tetes cairan, makin besar kecepatan transfer massa. Tetapi
apabila ukuran tetes cairan terlalu kecil, tetes cairan dapat terikut arus gas
keluar. Menara sembur biasanya digunakan umtuk transfer massa gas yang
sangat mudah larut.

2. Menara gelembung
Menara gelembung terdiri dari sebuah menara, dimana di dalam menara
tersebut gas didispersikan dalam fase cair dalam bentuk gelembung. Transfer
massa terjadi pada waktu gelembung terbentuk dan pada waktu gelembung naik
ke atas melalui cairan (gambar 2). Menara gelembung digunakan untuk transfer
massa gas yang relatif sukar larut. Gelembung dapat dibuat misalnya dengan
pertolongan distributor pipa, yang ditempatkan mendatar pada dasar menara.

3. Menara paking
Menara paking adalah menara yang diisi dengan bahan pengisi, gambar 3.
Zat cair masuk lalu didistribusikan di atas isian itu dengan distributor, sehingga
pada operasi yang ideal membasahi permukaan isian secara seragam. Gas yang
mengansung zat terlarut masuk ke ruang pendistribusi yang terdapat di bawah
isian dan mengalir ke atas melalui celah antar isian, berlawanan arah dengan
aliran zat cair.

Jenis-jenis isian menara (packing)


Isian menara terbagi atas dua jenis yaitu yang diisikan dengan mencurahkan
secara acak ke dalam menara dan yang disusunkan ke dalam menara dengan
tangan. Persyaratan pokok yang diperlukan untuk packing yaitu :
Tidak bereaksi kimia dengan fluida di dalam menara
Tidak terlalu berat
Memungkinkan terjadinya kontak yang baik antara zat cair dan gas.
Mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat
cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.

Salah satu tipe distributor Liquid


4. Menara Pelat
Menara pelat adalah menara yang secara luas telah digunakan dalam industri.
Menara ini mempunyai sejumlah pelat dan fasilitas yang ada pada setiap pelat,
maka akan diperoleh kontak yang sebaik-baiknya antara fase cair dengan fase
gas. Fasilitas ini dapat berupa topi gelembung (bubble caps) atau lubang ayak
(sieve). Pada pelat topi gelembung dan lubang ayak, gelembung gelembung
gas akan terbentuk. Transfer massa antar fase akan
terjadi pada waktu gelembung gas terbentuk dan pada waktu gelembung gas
naik ke atas pada setiap pelat. Cairan akan mengalir dari atas ke bawah
melintasi pelat di dalam kolom.
Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Cairan
Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang
disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa
CO2 melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan
antara CO2 dalam fase gas dan dalam faselarutan, perpindahan massa CO 2 dari
lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO 2 terlarut dengan
gugus hidroksil (OH-).

Gambar Mekanisme absorpsi gas CO2


dalam larutan NaOH Laju perpindahan massa CO2

melalui lapisan gas:


Ra=kga(pg-pai)
(1)
Kesetimbangan antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan :
A* = H . pai
(2)
dengan H pada suhu 30oC = 2,88 10-5 g mole/cm3. atm.
Laju perpindahan massa CO2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan
reaksi antara CO2 terlarut dengan gugus hidroksil:

Keadaan batas:

Dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara CO2 dan [OH-], yaitu = 2
Di fase cair,reaksi antara CO2 dengan larutan NaOHterjadi melalui beberapa
tahapan proses:

Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses


absorpsi biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam larutan
NaOH terutama jika CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas lain
atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar
dan Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :

Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam
larutan. Hal ini berakibat:

Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien


transfer massa CO2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak
disertai reaksi kimia seperti dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973)

Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang
waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Secara teoritik, nilai kGa harus memenuhi
persamaan :

Dalam bentuk bilangan tak berdimensi kGa dapat dihitung menurut persamaan
(Kumoro dan Hadiyanto, 2000) :

Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plm dapat didekati dengan p = pinpout. Sedangkan nilai kla dapat dihitung secara empirik dengan persamaan
(Zheng dan and Xu, 1992)
K

Jika laju reaksi pembentukan Na2CO3 jauh lebih besar dibandingkan dengan laju
difusi CO2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO2 pada batas film cairan
dengan badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO2yang
sangat cepat selama reaksi sepanjang film. Dengan demikian, tebal film (x) dapat
ditentukan

persamaan:

IV.

Prosedur Kerja

Mengisi bak dengan larutan NaOH 0,2 M sebanyak kapasitas bak.


Menghidupkan pompa fluida dengan laju alir 3 L/min
Menghidupkan kompresor dengan laju alir 40 L/min
Membuka katup regulator silinder CO2 dan mengatur laju alirnya 3 L/min,
setiap 15 menit diambil sampel pada bagian bawah menara isian dan pada bak
penampungan.
Mengecek dan menganalisa masing-masing sampel tersebut dengan cara
sebagai berikut :

Mengambil masing-masing sampel sebanyak 50 ml dan menempatkannya pada dua


buah erlenmeyer sebanyak 20 ml.
a. Erlenmeyar I
Menambahkan setetes indicator PP dan melakukan titrasi dengan HCL 0,2 M
hingga warna berubah menjadi sedikit bening, mencatat volume titran (T1).
Kemudian menambahkan 2 tetes indicator M.O lalu melanjutkan titrasi hingga
warna kuning berubah menjadi warnah merah muda. Mencatat volume titran
(T2).
b. Erlenmeyer II
Menambahkan larutan BaCl2 10% lebih banyak dari (T2-T1), lalu mengoncang
dengan baik sehingga terbentuk endapan. Menambahkan dua tetes PP dan
menitrasi hingga titik akhir. Mencatat volume HCl yang ditambahkan (T3).

1.

V.

Data Pengamatan
Analisis Sampel

Waktu
(min)

T1
59
44,5
34,6

15
30
45
VI.

Dari Bak (Inlet)


T2
T3
Cc
68
34
0,136
50
36
0,144
36,2 38,3
0,153

Cn
0,068
0,028
-4,2x10-3

Perhitungan
Pembuatan Larutan

Pembuatan HCl
=1,18 gr /ml
1000

M1
BM
0,36 1,18 gr /ml 1000

36,46 gr /mol
11,65 M
M1 VI =
M1 V2
11,65 M V 2=0,2 M 500 mL
100 mL
V 2=
=8,5836 mL
11,65
2. Pembuatan Larutan NaOH 0,2 M

T1
29,6
32
32,8

Dari Bak (Outlet)


T2
T3
Cc
30
30
0,12
34
33
0,132
35,3 38,3 0,1532

Cn
0
0,002
-6x10-3

V=5L
Gr=M BM V
0,2 M 40 gr /mol 5 L=40 gr

3. Pembuatan Larutan BaCl2 5% berat dalam satu liter


5 gr
100 gr

5% w =

gr
100

BM BaCl 2
mol
gr
gr
5
+ 95
BaCl 2
air
5

gr
100
=0,0197 mol /L
244,8 gr /mol
gr
gr
5
+ 95
kg
1 kg
3,0979
m3
m3
5

mol =

Gr=M BM L

0,0197 mol / L 244,8 gr /mol 1 L=4,82256 gr


Perhitungan :
a. Konsentrasi NaOH pada sampel asal (Cc) = T3 / 50 x 0,2 M (gmol/L)
b. Konsentrasi Na2CO3 pada sampel asal (Cn) = (T2 T3) / 50 x 0,2 M x 0,5
c. Banyaknya CO2 yang terserap dari campuran pada kolom atas dan kolom
bagian bawah, Cn akan menunjukkan kenaikkan dimana CO 2 terserap dengan
proporsi equimolar, sedangkan Cc akan menunjukkan penurunan dengan
proporsi twice molar CO2 yang terserap = Liquid Flow Rate [ Cn0Cn 1 ]
1
F 1 [ Cc 1Cc0 ]
2
a. Konsentrasi NaOH Pada Sampel

(Inlet)

1. t = 15 menit
Cc1 =

34
0,2 M
50

Cc1 = 0,136 M
2. t = 30 menit
Cc2 =

36
0,2 M
50

Cc2 = 0,144 M
3. t = 45 menit
Cc3 =

38,9
0,2 M
50

Cc3 = 0,153 M

(Outlet)

1. t = 15 menit
Cc4 =

30
0,2 M
50

Cc4 = 0,12 M
2. t = 30 menit
Cc5 =

33
0,2 M
50

Cc5 = 0,132 M
3. t = 45 menit
Cc6 =

38,3
0,2 M
50

Cc6 = 0,1532 M

b. Konsentrasi Na2CO3 Pada Sampel

(Inlet)

1. t = 15 menit
Cn1 =

6834
0,2 M 0,5
50

Cn1 = 0,068 M
2. t = 30
Cn2 =

50 36
0,2 M 0,5
50

Cn2 = 0,028 M
3. t = 45 menit
Cn3 =

36,2 38,3
0,2 M 0,5
50

Cn3 = 4,2 103 M

(Outlet)

1. t = 15 menit
Cn4 =

30 30
0,2 M 0,5
50

Cn4 = 0 M
2. t = 30 menit
Cn5 =

34 33
0,2 M 0,5
50

Cn5 = 0,002 M
3. t = 45 menit
Cn6 =

35,3 38,3
0,2 M 0,5
50

Cn6 = 6 103 M
c. CO2 yang terserap dan campuran udara
Waktu

Inlet

Outlet

(menit)

Cc

Cn

Cc

Cn

15

0,136

0,068

0,12

30

0,144

0,028

0,132

0,002

45

0,153

-4,2x10-3

0,1532

-6x10-3

1. Pada t = 15 menit
CO2 = 3 L [ 00,068 ]
min
= 3 [0,068 ]
= 0,294
Udara =

grmol
L

grmol
min

grmol
min

1
L
3
[ 0,1360,12 ]
2
min

= 1,5 [ 0,015 ]
= 0,0225

grmol
L

grmol
min

grmol
min

2. Pada t = 30 menit
CO2 = 3 L [ 0,0020,028 ]
min

grmol
L

grmol

= 3 [0,026 ] min
grmol
= 0,078
min
Udara =

1
L
3
[ 0,1440,132 ]
2
min

= 1,5 [ 0,012 ]
= 0,018

grmol
min

grmol
min

3. Pada t = 45 menit
4 103
6 103

CO2 =

L
3

min

grmol
L

= 3 [ 1,8 103 ]
3

= 5,4 10
Udara =

grmol
min

1
L
3
[ 0,1530,1532 ]
2
min

= 1,5 [2 103 ]
3
= 3 10

VII.

grmol
min

grmol
L

grmol
min

grmol
min

Analisa Percobaan
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai praktikum absorpsi 3 yang bertujuan
untuk menghitung laju absorpsi CO2 terhadap larutan NaOH atau untuk
mengetahui kecepatan penyerapan absorben terhadap komponen yang akan
diserap.Disini absorben yang digunakan adalah NaOH dan zat yang akan diserap
adalah CO2. Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas

dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan pelarut cair yang diikuti
dengan pelarutan.
Prinsip kerja dari absorpsi dari gas CO2 oleh larutan NaOH adalah udara
yang mengandung komponen terlarut yaitu gas CO2 dialirkan ke dalam kolom
pada bagian bawah. Dari atas dialirkan larutan NaOH dengan konsentrasi tertentu.
Pada saat udara dan larutan NaOH bertemu dalam kolom isian, akan terjadi
perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut dalam larutan NaOH
(karena sangat sedikit udara yang dapat larut), maka hanya gas CO2 saja yang
berpindah ke dalam fase air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya
CO2. Semakin ke atas ,aliran udara semakin miskin CO2.
Absorpsi yang terjadi pada praktikum ini adalah absorpsi kimia. Absorbsi
kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap disertai
dengan adanya reaksi kimia. Reaksi kimia yang terjadi pada proses absorpsi ini
adalah:
NaOH(aq) + CO2(g) NaHCO3(aq)
NaHCO3(aq) + NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l) +
NaOH(aq) + CO2(g) Na2CO3(s) + H2O(l)
Pada praktikum ini laju alir yang digunakan untuk aliran udara adalah 40
L/min dan untuk laju alir larutan NaOH adalah 3 L/min yang dilakukan sampling
setiap 15 menitnya percobaan dilakukan selama 45 menit dan melakukan tiga kali
pengambilan sampel. Pengujian kandungan CO2 dilakukan dengan titrasi
menggunakan HCl karena NaOH merupakan basa kuat maka digunakan asam
untuk menetralkan pH menjadi normal. Sampel terbagi menjadi dua yaitu inlet dan
outlet. Pada Erlenmeyer pertama yang berisi larutan inlet ditambahkan indicator PP
dimana terjadi perubahan warna menjadi ungu tua kemudian dititrasi menggunakan
HCl sehingga berubah warna menjadi warna merah muda dengan reaksi :
NaOH + HCl NaCl + H2O
Setelah itu dititrasi kembali dengan indicator methyl orange titrasi akan
mengalami perubahan warna menjadi pink keunguan sehingga reaksi yang terjadi :
Na2CO3 + HCl NaCl + Na2CO3
Pada erlemnyer ke dua ditambahkan BaCl 2 untuk mengendapkan CO2 yang
tidak terserap oleh NaOH dan dititrasi dengan HCl menghasilkan warna menjadi
putih susu.
Berdasarkan data hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semakin banyak CO2
yang terserap maka semakin banyak pula volume titran yang dibutuhkan. Semakin
lama waktu penyerapan semakin banyak jumlah CO2 yang diserap oleh NaOH.
Tetapi untuk nilai peningkatan jumlah CO2 yang diserap semakin lama semakin
menurun hal ini dikarenakan semakin lama NaOH akan semakin jenuh oleh gas
CO2. Oleh karena itu NaOH akan mencapai suatu titik dimana sudah tidak mampu
lagi menyerap gas CO2.
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkanbahwa :

1. Proses absorpsi bertujuan untuk menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan


dalam produk. Komponen yang di absorpsi adalah CO 2 oleh air.
2. Feed bagian bawah kolom absorpsi adalah gas (CO 2) sedangkan feed bagian atas
adalah umpan fasa cair (NaOH)
3. Alat yang digunakan adalah menara absorpsi dengan benda isi (packing column)
berupa packing yang berfungsi untuk memperbesar permukaan kontak antara air dan
gas yang akan terlarut dalam air.
4. Absorpsi CO2 pada NaOH dapat dianalisis dengan menggunakan prinsip titrasi
larutan.
5. Semakin banyak kandungan CO2 yang terserap akan memiliki hubungan berbanding
lurus dengan banyaknya larutan HCl penitrannya.
6. Beberapa variabel yang mempengaruhi penyerapan CO 2 oleh NaOH adalah :
Tinggi dan diameter kolom. Semakin tinggi kolom dan semakin besar
diameternya maka waktu tinggal akan semakin lama dan akan mempengaruhi
jumlah zat yang bereaksi.
Tinggi, jenis isian (packing). Fungsi utama packing ini adalah untuk memperluas
permukaan kontak. Semakin luas permukaan kontak, diharapkan semaki banyak
zat yang saling bertumbukan dan mengalami reaksi.
Laju alir udara, CO2, dan cairan (NaOH).

Konsentrasi cairan (NaOH).

Lamanya waktu kontak (proses absorbsi);

Temperatur.

IX.

Daftar Pustaka
Jobsheet.2015.Petunjuk Praktikum Satuan operasi 2.Palembang: POLSRI
http://tekimerzitez.wetpaint.com/page/Absorbsi+CO2+Dengan+NaOH
http://angghajuner.blogspot.com/2011/10/absorbsi.html
http://www.scribd.com/doc/56617279/Absorbsi-baru

http://lab.tekim.undip.ac.id/proses/2010/03/04/absorbsi-co2-dengan-menggunakanlarutan-naoh/

Gambar Alat

Peralatan absorbsi

You might also like