Professional Documents
Culture Documents
A. Hukum Shalat
Shalat itu wajib bagi semua umat Islam. Karena Allah Taala telah memerintahkannya pada
beberapa ayat dalam Al-Quran:
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:
...Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu
(wajib) yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman, (QS An-Nisa: 103).
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berfirilah untuk Allah
(dalam shalatmu) dengan khusyuk, (QS Al-Baqarah: 238).
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menjadikan shalat sebagai pondasi kedua dari lima
pondasi Islam.
Beliau bersabda:
Islam itu didirikan atas lima perkara: (1) Bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; (2) Mendirikan shalat; (3)
Menunaikan Zakat; (4) Mengerjakan haji ke Baitullah; dan (5) Berpuasa pada bulan
Ramadhan, (HR Al-Bukhari: 1/9, dan Muslim: 20, 21, Kitab Al-Iman).
Hukum orang yang tidak mengerjakan shalat secara syari diancam hukuman mati. Adapun
orang yang meremehkan shalat, masuk dalam kategori fasik.
B. Hikmah Shalat
Sebagian hikmah disyariatkannya shalat adalah bahwa shalat itu dapat membersihkan jiwa, dapat
menyucikannya, dan menjadikan seorang hamba layak bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa
Taala di dunia dan berada dekat dengan-Nya di surga. Bahkan shalat juga dapat mencegah
pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:
Kitab Al-Masajid).
6. Sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Tidaklah seorang muslim yang ketika tiba waktu shalat fardhu dia membaguskan wudhunya
dan kekhusyukannya serta rukuknya melainkan shalat itu menjadi penghapus dosa-dosanya
yang telah lewat, selama dia tidak berbuat dosa besar, dan itu sepanjang masa, (HR Muslim:
7, Kitab Ath-Thaharah, dan Imam Ahmad: 5/260). Wallahualam bish shawwab.
http://www.mukminun.com/2013/02/Fiqih-Shalat-Hukum-Shalat-Hikmah-Shalat-danKeutamaan-Shalat.html#_
baginya ada perjanjian di sisi Allah untuk masuk surga, sedangkan bagi mereka yang tidak
mentaatinya, maka tidak ada perjanjuan tersebut. Jika Allah menghendaki akan menyiksanya,
dan jika Allah menghendaki akan mengampuninya, (HR Imam Ahmad: 5/315, 319, Abu
Daud: 1420, dan An-Nasai: 1/230).
B. Shalat Sunnah
Yang tergolong shalat sunnah adalah shalat witir, shalat sunnah sebelum subuh (shalat fajar),
shalat Idul Fitri dan Idul Adha, shalat khusuf, dan shalat istisqa. Semua ini adalah shalat sunnah
muakkadah (yang ditekankan/ sangat dianjurkan).
Adapun shalat sunnah tahiyatul masjid, shalat sunnah rawatib (sebelum dan sesudah shalat
fardhu/ wajib), shalat sunnah dua rekaat setelah berwudhu, shalat dhuha, shalat tarawih, dan
shalat malam, tergolong ini adalah shalat sunnah ghairu muakkadah.
C. Shalat Nafilah (Tambahan)
Shalat nafilah adalah shalat selain shalat sunnah muakkadah dan ghairu muakkadah, seperti
shalat sunnah mutlak pada malam hari atau siang hari. Wallahualam bish shawwab.
barat.
Kemudian tiba waktu ashar, lalu Jibril berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat. Kemudian Nabi
Muhammad Shalallahualaihi Wasallam mengerjakan shalat ashar ketika bayangan segala
sesuatu itu panjangnya sama.
Selanjutnya tibalah waktu maghrib, lalu Jibril berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat.
Kemudian beliau mengerjakan shalat maghrib ketika matahari telah terbenam.
Kemudian datanglah waktu shalat isya lalu Jibril berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat.
Kemudian Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam berdiri dan mengerjakan shalat isya
ketika sinar merah matahari saat terbenam telah lenyap.
Lalu datang waktu subuh ketika fajar telah terbit, kemudian datang waktu dzuhur pada hari
berikutnya, lalu Jibril berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat. Lalu Nabi Muhammad
Shalallahualaihi Wasallam mengerjakan shalat dzuhur ketika bayangan segala sesuatu itu
panjangnya sama.
Kemudian tibalah waktu ashar lalu dia berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat, lalu beliau
mengerjakan shalat ashar ketika bayangan segala sesuatu itu panjangnya dua kali lipat, kemudian
datang waktu maghrib, satu waktu masih tetap sama dengan sebelumnya, kemudian datang
waktu isya ketika seperdua malam telah lewat atau sepertiga malam, lalu beliau mengerjakan
shalat isya kemudian dia mendatanginya ketika fajar sangat kuning lalu berkata, Berdirilah dan
kerjakan shalat, lalu beliau mengerjakan shalat subuh, kemudian beliau berkata, Antara dua
inilah waktunya, (HR An-Nasai: 1/263, dan Imam Ahmad: 3/ 113, 182).
5. Suci dari darah haid (menstruasi) dan nifas
Dengan demikian, wanita yang sedang haid (menstruasi dan wanita yang nifas tidak terbebani
kewajiban shalat sampai suci. Berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Apabila kamu datang bulan (haid/ menstruasi), maka tinggalkanlah shalat, (HR Al-Bukhari:
1/84, 87, Muslim: 62, Kitab Al-Haidh, dan Abu Daud Kitab Ath-Thaharah).
B. Syarat-syarat sahnya shalat
Adapun syarat-syarat sahnya shalat adalah sebagai berikut:
1. Suci dari hadats kecil, yaitu hal yang mewajibkan berwudhu, suci dari hadats besar, yaitu
hal yang mewajibkan mandi besar dan suci dari najis pada pakaian orang yang mengerjakan
shalat, tubuhnya, dan tempat shalatnya.
Berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci, (HR An-Nasai: 1/87, dan Ad-Darimi: 1/175).
2. Menutup Aurat
Tata Cara Shalat #4: Hal-hal (Rukun) Yang Wajib Dalam Shalat
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam kepada orang yang shalatnya
tidak benar. Beliau menyebutkan hal itu kepadanya dalam hal rukuk, sujud, dan duduk di antara
dua sujud, sedangkan beliau menyebutkan itidal (tegak lurus) kepadanya dalam hal berdiri.
Hakikat tumaninah adalah seseorang yang melakukan rukuk, sujud, duduk diantara dua sujud,
dan berdiri setelah semua anggota badannya tegak lurus, itu berdiam kira-kira seukuran lama
membaca, Subhana Rabbiyal Adziim (Mahasuci Rabbku yang Mahaagung). Sebanyak satu kali
bacaan. Adapun jika lebih dari satu kali, maka itu adalah sunnah.
10. Salam
11. Duduk ketika salam
Seseorang dianggap selesai mengerjakan shalat setelah mengucapkan salam dan dia tidak
mengucapkan salam kecuali dalam kondisi duduk. Berdasarkan sabda Nabi Muhammad
Shalallahualaihi Wasallam, Dan penutupnya adalah taslim (mengucapkan salam).
12. Tertib sesuai urutan rukun shalat
Tidak boleh membaca Al-Fatihah sebelum melakukan takbiratul ihram, dan tidak boleh bersujud
sebelum melakukan rukuk karena gerakan shalat telah ditentukan Rasulullah dan telah diajarkan
kepada para sahabat.
Beliau bersabda, Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat, (HR Bukhari:
1/68, 8/11).
Maka tidak sah mendahulukan dan mengakhirkan urutan gerakan shalat. Wallahualam bish
shawwab.
BAB SHALAT
Feb 28 http://hasansaggaf.wordpress.com/2012/02/28/bab-shalat/
Posted by Hasan Husen Assagaf
BAB SHALAT
Shalat dalam bahasa artinya doa dan dalam ilmu fiqih ialah semua perkataan dan perbuatan
yang dimulai dengan takbir (Allahu Akbar) dan diakhiri dengan taslim (assalamu aalikum).
Shalat merupakan ibadah yang paling mulia diwajibkan lima waktu sehari semalam atas umat
Nabi Muhammad saw pada malam isra dan miraj.
Kewajiban ini telah diterangkan dalam hadist Rasulallah saw
:
:
:
: :
: :
: . :
:
: : .
( )
Dari Thalhah bin Ubaidillah ra, ia berkata: Seorang penduduk Najd telah datang menghadap
Rasulullah saw dengan keadaan rambutnya yang kusut. Kami mendengar nada suaranya tetapi
tidak memahami kata-katanya sehingga ia mendekatinya. Dia terus bertanya mengenai Islam.
Lalu Rasulullah saw bersabda: Islam adalah shalat lima waktu sehari semalam. Lelaki tersebut
bertanya lagi: Masih adakah shalat lain yang diwajibkan kepadaku? Rasulullah saw menjawab:
Tidak, kecuali jika engkau ingin melakukannya secara sukarela yaitu shalat sunat. Seterusnya
kamu hendaklah berpuasa pada bulan Ramadan. Lalu lelaki tersebut bertanya lagi: Masih adakah
puasa lain yang diwajibkan kepada ku? Rasulallah saw menjawab dengan bersabda: Tidak,
kecuali jika engkau ingin melakukannya secara sukarela yaitu puasa sunat. Rasulullah saw
meneruskan sabdanya: Keluarkanlah zakat. Kemudian lelaki tersebut bertanya: Adakah terdapat
zakat lain yang diwajibkan kepadaku? Rasulallah saw menjawab dengan bersabda: Tidak,
kecuali jika engkau ingin mengeluarkannya secara sukarela yaitu sedekah. Kemudian lelaki itu
berpaling sambil berkata: Demi Allah, aku tidak akan menambah dan menguranginya. Rasulullah
saw bersabda: Dia amat beruntung jika menepati apa yang telah diucapkannya (HR Bukhari
Muslim)
Hikmah Shalat
Perintah shalat adalah perintah yang diterima Nabi saw secara langsung dari Allah, tidak melalui
perantaraan Jibri atau wahyu seperti perintah puasa, zakat atau ibadah Haji. Perintah ini diterima
oleh beliau pada saat bertemu dengan Allah dalam perjalanan beliau Isra dan Miraj
Perintah Allah kepada hambaNya agar bersujud dalam shalat merupakan pernyataan kehinaannya
kepada-Nya. Makanya Allah memerintahkan untuk sujud dalam setiap rakaat shalat sebanyak
dua kali, berlainan dengan rukun- rukun lainya diperintahkan hanya satu kali. Dengan adanya
shalat lima waktu berarti seorang Muslim bersujud kepada Allah 34 kali sehari semalam, dan
dengan sujud berarti ia rela menghambakan dirinya kepada-Nya yang menjadi tujuan hidup
bukan suatu penghambaan yang memberi keuntungan bagi yang disembah, tetapi penghambaan
yang mendatangkan kebahagiaan bagi yang menyembah.
Ibadah shalat merupakan ibadah teragung dalam Islam termasuk ibadah yang kaya dengan
kandungan hikmah kebaikan bagi orang yang melaksanakannya. Karena dengan shalat ia akan
tercegah dari segala bentuk kejahatan dan kekejian. Kenyataan ini membuktikan bahwa orang
yang menegakkan shalat adalah orang yang paling minim melakukan kemaksiatan dan kriminal,
sebaliknya semakin jauh seseorang dari shalat, semakin terbuka peluang kemaksiatan dan
kriminalnya.
Dan yang terpenting shalat merupakan ibadah mulia lagi agung. Karena shalat merupakan salah
satu wasiat Allah kepada nabi-nabi dan wasiat nabi-nabi kepada umatnya.
Allah berfirman tentang Musa,
Artinya: Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Qs Thaha ayat:14).
Allah berfirman tentang Ismail,
Artinya: Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang
yang diridhai di sisi Tuhannya. (Qs Maryam ayat: 55).
Allah berfirman tentang Ibrahim,
Artinya: Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Ibrahim 40).
Allah berfirman tentang Nabi Muhammad,
Artinya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. (Qs Thaha ayat132).
Dan masih banyak lagi hikmah shalat yang tidak bisa dituturkan dalam ringkasan kitab fiqih ini.
Wallahualam
Ada 9 komentar
15.546 Hits
6 email
Ribath adalah keterikatan diri di jalan Allah. Artinya, membiasakan wudhu dengan
menyempurnakannya dan beribadah menyamai jihad fi sabilillah.
Furudhul Wudhu
1. Membasuh muka, para ulama membatasinya mulai dari batas tumbuh
rambut sampai bawah dagu, dari telinga ke telinga
2. Membasuh kedua tangan sampai ke siku; yaitu pergelangan lengan
3. Mengusap kepala keseluruhannya menurut Imam Malik dan Ahmad,
sebagiannya menurut Imam Abu Hanifah dan Asy Syafiiy
4. Membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki, sesuai dengan sabda Nabi
kepada orang yang hanya mengusap kakinya: Celaka, bagi kaki yang tidak
dibasuh, ia diancam neraka. Muttafaq alaih
Itulah empat rukun yang tercantum secara tekstual dalam ayat wudhu di Al-Maidah ayat 6. Tapi,
masih ada 2 tambah, yaitu:
1. Niat. Ini menurut Imam Syafii, Malik, dan Ahmad sesuai dengan sabda Nabi
saw., Sesungguhnya semua amal itu tergantung niat. (Muttafaq alaih).
Urgensi niat adalah untuk membedakan antara ibadah dari kebiasaan.
Namun, tidak disyaratkan melafalkan niat karena niat itu berada di dalam
hati.
2. Tertib. Maksudnya, berurutan. Dimulai dari membasuh muka, tangan,
mengusap kepala, lalu memabasuh kaki. Menurut Abu Hanifah dan Malikiyah,
melakukan wudhu dengan tertib hukumnya sunnah.
Sunnah Wudhu
1. Membaca Basmalah. Ini adalah sunnah yang harus diucapkan saat memulai
semua pekerjaan. Rasulullah saw. bersabda, Berwudhulah dengan menyebut
nama Allah. (Al-Baihaqi)
2. Bersiwak. Ini sesuai dengan sabda Nabi saw., Jika tidak akan memberatkan
umatku, akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali berwudhu.
(Malik, Asy Syafiy, Al-Baihaqi, dan Al-Hakim). Disunnahkan pula bersiwak
bagi orang yang berpuasa, seperti dalam hadits Amir bin Rabiah r.a. berkata,
Aku melihat Rasulullah saw. tidak terhitung jumlahnya bersiwak dalam
keadaan berpuasa. (Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi). Menurut Imam Syafii,
bersiwak setelah bergeser matahari bagi orang yang berpuasa, hukumnya
makruh.
3. Membasuh dua telapak tangan tiga kali basuhan di awal wudhu, sesuai hadits
Aus bin Aus Ats-Tsaqafiy r.a. berkata, Aku melihat Rasulullah saw. berwudhu
dan membasuh kedua tangannya tiga kali. (Ahmad dan An Nasai)
Cara Berwudhu
Dari Humran mantan budak Utsman bin Affan r.a. bahwa Utsman minta diambilkan air wudhu,
kemudian ia basuh kedua tangannya tiga kali, kemudian berkumur, menghisap air ke hidung,
menyemburkannya, lalu membasuh mukanya tiga kali, membasuh tangan kanannya samapai ke
siku tiga kali, kemudian yang kiri seperti itu, kemudian mengusap kepalanya, lalu membasuh
kaki kanannya sampai ke mata kaki tiga kali, dan yang kiri seperti itu. Kemudian Utsman
berkata, Saya melihat Rasulullah saw. berwudhu seperti wudhuku ini dan Rasulullah saw.
bersabda, Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian shalat dua rakaat, maka
akan diampuni dosanya.' (Muttafaq alaih)
Yang Membatalkan Wudhu
1. Segala sesuatu yang keluar dari dua jalan pembuangan (kencing, tinja, angin,
madzi, atau wadi), kecuali mani yang mengharuskannya mandi. Dalilnya
adalah firman Allah swt. atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan. (Al-Maidah: 6) dan sabda Nabi saw., Allah tidak
menerima shalat salah seorang di antaramu ketika berhadats sehingga ia
berwudhu. (Muttafaq alaih). Hadats adalah angin dubur baik bersuara atau
tidak. Sedangkan madzi adalah karena sabda Nabi saw., Wajibnya wudhu.
(Muttafaq alaih). Sedangkan wadiy adalah karena ungkapan Ibnu Abbas,
Basuhlah kemaluanmu, dan berwudhulah sebagaimana wudhu untuk
shalat. (Al-Baihaqi dalam As-Sunan).
2. Tidur lelap yang tidak menyisakan daya ingat, seperti dalam hadits Shafwan
bin Assal r.a. berkata, Rasulullah saw. pernah menyuruh kami jika dalam
perjalanan untuk tidak melepas sepatu kami selama tiga hari tiga malam,
sebab buang air kecil, air besar maupun tidur, kecuali karena junub.
(Ahmad, An Nasai, At-Tirmidzi dan menshahihkannya). Kata tidur disebutkan
bersama dengan buang air kecil dan air besar yang telah diketahui sebagai
pembatal wudhu. Sedang tidur dengan duduk tidak membatalkan wudhu jika
tidak bergeser tempat duduknya. Hal ini tercantum dalam hadits Anas r.a.
yang diriwayatkan oleh Asy-Syafii, Muslim, dan Abu Daud, Adalah para
sahabat Rasulullah saw. pada masa Nabi menunggu shalat Isya sehingga
kepala mereka tertunduk, kemudian mereka shalat tanpa berwudhu.
3. Hilang akal baik karena gila, pingsan, mabuk atau obat. Karena hal ini
menyerupai tidur dari sisi hilangnya kesadaran.
Tiga hal itu disepakati sebagai pembatal wudhu, tapi para ulama berbeda pendapat dalam
beberapa hal berikut ini:
1. Menyentuh kemaluan tanpa sekat, membatalkan wudhu menurut Syafii dan Ahmad, seperti
dalam hadits Busrah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang menyentuh
kemaluannya hendaklah ia berwudhu. (Al-Khamsah dan disahihkan oleh At-Tirmidziy dan Ibnu
Hibban). Al-Bukhari berkata, Inilah yang paling shahih dalam bab ini. Telah diriwayatkan pula
hadits yang mendukungnya dari tujuh belas orang sahabat.
2. Darah yang mengucur, membatalkan wudhu menurut Abu Hanifah, seperti dalam hadits
Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang muntah atau mengeluarkan
darah, maka berpaling dan berwudhulah. (Ibnu Majjah dan didhaifkan oleh Ahmad, dan AlBaihaqi). Dan menurut Asy-Syafii dan Malik bahwa keluarnya darah tidak membatalkan
wudhu. Karena hadits yang menyebutkannya tidak kuat menurutnya, juga karena hadits Anas
r.a., Bahwa Rasulullah saw. dibekam dan shalat tanpa wudhu lagi. Hadits ini meskipun tidak
sampai pada tingkat shahih, tapi banyak didukung hadits lain yang cukup banyak. Al-Hasan
berkata, Kaum muslimin melaksanakan shalat dengan luka-luka mereka. (Al-Bukhari)
3. Muntah yang banyak dan menjijikkan, seperti dalam hadits Madan bin Abi Thalahah dari Abu
Darda, Bahwa Rasulullah saw. muntah lalu berwudhu. Ia berkata, kemudian aku berjumpa
dengan Tsauban di Masjid Damaskus, aku tanyakan kepadanya tentang ini. Ia menjawab, Betul,
saya yang menuangkan air wudhunya. (At-Tirmidzi dan mensahihkannya). Demikiamlah
Madzhab Hanafi. Dan menurut Syafii dan Malik, muntah tidak membatalkan wudhu karena
tidak ada hadits yang memerintahkannya. Hadits Madan di atas dimaknai istihbab/sunnah.
4. Menyentuh lawan jenis atau bersalaman, membatalkan wudhu menurut Mazhab Syafii
dengan dalil firman Allah swt. Al-Maidah ayat 6. Tidak membatalkan menurut Jumhurul Ulama
karena banyaknya hadits yang menyatakan tidak membatalkannya. Diantaranya hadits Aisyah
r.a., Bahwa Rasulullah saw. mencium isterinya, kemudian shalat tanpa berwudhu. (Ahmad dan
Imam empat). Juga ucapan Aisyah r.a., Saya tidur di hadapan Rasulullah dan kakiku ada di arah
kiblatnya, jika ia hendak sujud ia memindahkan kakiku. (Muttafaq alaih). Tidak ada bedanya
dalam pembatalan ini, apakah wanita itu isteri atau bukan. Sedang jika menyentuh mahram, tidak
membatalkan wudhu.
5. Tertawa terbahak ketika shalat yang ada rukuk dan sujudnya, membatalkan wudhu menurut
Madzhab Hanafi karena ada hadits, kecuali karena tertawa terbahak-bahak, maka ulangilah
wudhu dan shalat semuanya. Sedang menurut jumhurul ulama, tertawa terbahak-bahak
membatalkan shalat, tetapi tidak membatalkan wudhu karena hadits tersebut tidak kuat sebagai
hadits yang membatalkan wudhu. Juga karena hadits Nabi saw., Tertawa itu membatalkan
shalat, dan tidak membatalkan wudhu. Demikian Imam Bukhari mencatatnya sebagai hadits
mauquf dari Jabir. Pembatalan wudhu karena tertawa membutuhkan dalil, dan tidak ditemukan
dalil yang kuat.
6. Jika orang yang berwudhu ragu apakah sudah batal atau belum? Tidak membatalkan wudhu
sehingga ia yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang membatalkan wudhu. Karena hadits Nabi
saw. menyatakan, Jika salah seorang diantaramu merasakan sesuatu di perutnya, lalu dia ragu
apakah sudah keluar sesuatu atau belum, maka janganlah keluar masjid sehingga ia mendengar
suara atau mendapati baunya. (Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzi). Sedang jika ragu apakah
sudah wudhu atau belum, ia wajib berwudhu sebelum shalat.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/07/26/842/caraberwudhu/#ixzz3GxdgHCAm
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Fiqih Wudhu
Wudhu
Tanya: Niat apakah yang dimaksudkan dalam berwudhu dan mandi (wajib)? Apa hukum
perbuatan yang dilakukan tanpa niat dan apa dalilnya?
Jawab: Niat yang dimaksud dalam berwudhu dan mandi (wajib) adalah niat untuk
menghilangkan hadats atau untuk menjadikan boleh suatu perbuatan yang diwajibkan bersuci,
oleh karenanya amalan-amalan yang dilakukan tanpa niat tidak diterima. Dalilnya adalah firman
Allah, Dan mereka tidaklah diperintahkan melainkan agar beribadah kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. (QS. AlBayyinah: 5)
Dan hadits dari Umar bin al-Khaththab, bahwa Rasulullah bersabda, Sesungguhnya segala
amalan itu tidak lain tergantung pada niat; dan sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan
memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya menuju (keridhaan)
Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa
hijrahnya karena (harta atau kemegahan) dunia yang dia harapkan, atau karena seorang wanita
yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.
Tanya: Apakah wudhu itu? Apa dalil yang menunjukkan wajibnya wudhu? Dan apa (serta
berapa macam) yang mewajibkan wudhu?
Jawab: Yang dimaksud wudhu adalah menggunakan air yang suci dan mensucikan dengan cara
yang khusus di empat anggota badan yaitu, wajah, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki. Adapun
sebab yang mewajibkan wudhu adalah hadats, yaitu apa saja yang mewajibkan wudhu atau
mandi [terbagi menjadi dua macam, (Hadats Besar) yaitu segala yang mewajibkan mandi dan
(Hadats Kecil) yaitu semua yang mewajibkan wudhu].
Adapun dalil wajibnya wudhu adalah firman Allah, Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (QS. Al-Maidah:
6)
Tanya: Apa dalil yang mewajibkan membaca basmalah dalam berwudhu dan gugur kewajiban
tersebut kalau lupa atau tidak tahu?
Jawab: Dalil yang mewajibkan membaca basmalah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah dari Nabi, beliau bersabda, Tidak sah shalat bagi orang yang tidak berwudhu dan
tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah atas wudhunya.
Adapun dalil gugurnya kewajiban mengucapkan basmalah kalau lupa atau tidak tahu adalah
hadits, Dimaafkan untuk umatku, kesalahan dan kelupaan. Tempatnya adalah di lisan dengan
mengucapkan bismillah.
Tanya: Apa sajakah syarat-syarat wudhu itu?
Jawab: Syarat-syarat (sahnya) wudhu adalah sebagai berikut:
(1). Islam, (2). Berakal, (3). Tamyiz (dapat membedakan antara baik dan buruk), (4). Niat, (5).
Istishab hukum niat, (6). Tidak adanya yang mewajibkan wudhu, (7). Istinja dan istijmar
sebelumnya (bila setelah buang hajat), (8). Air yang thahur (suci lagi mensucikan), (9). Air yang
mubah (bukan hasil curian -misalnya-), (10). Menghilangkan sesuatu yang menghalangi air
meresap dalam pori-pori.
Tanya: Ada berapakah fardhu (rukun) wudhu itu? Dan apa saja?
Jawab: Fardhu (rukun) wudhu ada 6 (enam), yaitu:
1. Membasuh muka (temasuk berkumur dan memasukkan sebagian air ke
dalam hidung lalu dikeluarkan).
2. Membasuh kedua tangan sampai kedua siku.
3. Mengusap (menyapu) seluruh kepala (termasuk mengusap kedua daun
telinga).
4. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki.
5. Tertib (berurutan).
6. Muwalah (tidak diselingi dengan perkara-perkara yang lain).
Tanya: Sampai dimana batasan wajah (muka) itu? Bagaimana hukum membasuh rambut/bulu
yang tumbuh di (daerah) muka ketika berwudhu?
Jawab: Batasan-batasan wajah (muka) adalah mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala yang
normal sampai jenggot yang turun dari dua cambang dan dagu (janggut) memanjang (atas ke
bawah), dan dari telinga kanan sampai telinga kiri melebar. Wajib membasuh semua bagian
muka bagi yang tidak lebat rambut jenggotnya (atau bagi yang tidak tumbuh rambut jenggotnya)
beserta kulit yang ada di balik rambut jenggot yang jarang (tidak lebat). Karena anda lihat
sendiri, kalau rambut jenggotnya lebat maka wajib membasuh bagian luarnya dan di sunnahkan
menyela-nyelanya. Karena masing-masing bagian luar jenggot yang lebat dan bagian bawah
jenggot yang jarang bisa terlihat dari depan sebagai bagian muka, maka wajib membasuhnya.
Tanya: Apa yang dimaksud dengan tertib (urut)? Apa dalil yang mewajibkannya dari al-Quran
dan As-Sunnah?
Jawab: Yang dimaksud dengan tertib (urut) adalah sebagaimana yang tertera dalam ayat yang
mulia. Yaitu membasuh wajah, kemudian kedua tangan (sampai siku), kemudian mengusap
kepala, kemudian membasuh kedua kaki.
Adapun dalilnya adalah sebagaimana tersebut dalam ayat di atas (ayat 6 surat al-Maidah). Di
dalam ayat tersebut telah dimasukkan kata mengusap diantara dua kata membasuh. Orang Arab
tidak melakukan hal ini melainkan untuk suatu faedah tertentu yang tidak lain adalah tertib
(urut).
Kedua, sabda Rasulullah, Mulailah dengan apa yang Allah telah memulai dengannya.
Ketiga, hadits yang diriwayatkan dari Amr bin Abasah. Dia berkata, Wahai Rasulullah
beritahukan kepadaku tentang wudhu? Rasulullah berkata, Tidaklah salah seorang dari
kalian mendekati air wudhunya, kemudian berkumur-kumur, memasukkan air ke hidungnya lalu
mengeluarkannya kembali, melainkan gugurlah dosa-dosa di (rongga) mulut dan rongga
hidungnya bersama air wudhunya, kemudian (tidaklah) ia membasuh mukanya sebagaimana
yang Allah perintahkan, melainkan gugurlah dosa-dosa wajahnya melalui ujung-ujung
janggutnya bersama tetesan air wudhu, kemudian (tidaklah) ia membasuh kedua tangannya
sampai ke siku, melainkan gugurlah dasa-dosa tangannya bersama air wudhu melalui jari-jari
tangannya, kemudian (tidaklah) ia mengusap kepalanya, melainkan gugur dosa-dasa kepalanya
bersama air melalui ujung-ujung rambutnya, kemudian (tidaklah) ia membasuh kedua kakinya,
melainkan gugur dosa-dasa kakinya bersama air melalui ujung-ujung jari kakinya. (HR.
Muslim)
Dan dalam riwayat Ahmad terdapat ungkapan, Kemudian mengusap kepalanya (sebagaimana
yang Allah perintahkan), kemudian membasuh kedua kakinya sampai mata kaki sebagaimana
yang Allah perintahkan.
Dan di dalam riwayat Abdullah bin Shanaji terdapat apa yang menunjukkan akan hal itu.
Wallahu Alam.
Tanya: Apa yang dimaksud dengan muwalah dan apa dalilnya?
Jawab: Maksudnya adalah jangan mengakhirkan membasuh anggota wudhu sampai mengering
anggota sebelumnya setelah beberapa saat.
Dalilnya, hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud dari Nabi, bahwa beliau melihat
seorang laki-laki di kakinya ada bagian sebesar mata uang logam yang tidak terkena air wudhu,
maka beliau memerintahkan untuk mengulangi wudhunya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar bin al-Khathab bahwa seorang laki-laki berwudhu, tetapi
meninggalkan satu bagian sebesar kuku di kakinya (tidak membasahinya dengan air wudhu).
Rasulullah melihatnya maka beliau berkata, Berwudhulah kembali, kemudian shalatlah.
Sedangkan dalam riwayat Muslim tidak menyebutkan lafal, Berwudhulah kembali.
Tanya: Bagaimana tata cara wudhu yang sempurna? Dan apa yang dibasuh oleh orang yang
buntung ketika berwudhu?
Jawab: Hendaknya berniat kemudian membaca basmalah dan membasuh tangannya sebanyak
tiga kali, kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung (lalu
mengeluarkannya) sebanyak tiga kali dengan tiga kali cidukan. Kemudian, membasuh mukanya
sebanyak tiga kali, kemudian membasuh kedua tangannya beserta kedua sikunya sebanyak tiga
kali, kemudian mengusap kepalanya sekali, dari mulai tempat tumbuh rambut bagian depan
sampai akhir tumbuhnya rambut dekat tengkuknya, kemudian mengembalikan usapan itu
(membalik) sampai kembali ketempat semula memulai, kemudian memasukkan masing-masing
jari telunjuknya ke telinga dan menyapu bagian daun telinga dengan kedua jempolnya, kemudian
membasuh kedua kakinya beserta mata kakinya tiga kali, dan bagi yang cacat membasuh bagianbagian yang wajib (dari anggota tubuhnya) yang tersisa. Jika yang buntung adalah persendiannya
maka memulainya dari bagian lengan yang terputus. Demikian pula jika yang buntung adalah
dari persendian tumit kaki, maka membasuh ujung betisnya.
Tanya: Apa dalil dari tata cara wudhu yang sempurna? Sebutkan dalil-dalil tersebut secara
lengkap?
Jawab: Adapun niat dan membaca basmalah, telah disebutkan dalilnya di atas. Dan dalam
riwayat Abdullah bin Zaid tentang tatacara wudhu (terdapat lafal), Kemudian Rasulullah
memasukkan tangannya, kemudian berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung dengan satu
tangan sebanyak tiga kali. (Mutafaq alaih)
Dan dari Humran bahwa Utsman pernah meminta dibawakan air wudhu, maka ia membasuh
kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya sampai ke siku tiga
kali, kemudian tangan kirinya seperti itu pula, kemudian mengusap kepalanya, kemudian
membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki kirinya seperti itu pula,
kemudian berkata, Aku melihat Rasulullah berwudhu seperti wudhuku ini. (Mutafaq alaih)
Dan dari Abdullah bin Zaid bin Ashim dalam tatacara wudhu, ia berkata, Dan Rasulullah
mengusap kepalanya, menyapukannya ke belakang dan ke depan. (Mutafaq alaih)
Dan lafal yang lain, (Beliau) memulai dari bagian depan kepalanya sampai ke tengkuk,
kemudian menariknya lagi ke bagian depan tempat semula memulai.
Dan dalam riwayat Ibnu Amr tentang tata cara berwudhu, katanya, Kemudian (Rasulullah)
mengusap kepalanya, dan memasukkan dua jari telunjuknya ke masing-masing telinganya, dan
mengusapkan kedua jari jempolnya ke permukaan daun telinganya. (HR. Abu Dawud, Nasai
dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)
Tanya: Apa saja yang termasuk sunnah-sunnah wudhu beserta dalilnya?
Jawab: Yang termasuk sunnah-sunnah wudhu adalah:
1. Menyempurnakan wudhu.
2. Menyela-nyela antara jari jemari.
3. Melebihkan dalam memasukkan air ke dalam hidung kecuali bagi yang
berpuasa.
4. Mendahulukan anggota wudhu yang kanan.
5. Bersiwak.
6. Membasuh dua telapak tangan sebanyak tiga kali.
7. Mengulangi setiap basuhan dua kali atau tiga kali.
8. Menyela-nyela jenggot yang lebat.
Dalil tentang siwak telah lalu penjelasannya. Adapun tentang membasuh dua telapak tangan
sebelum berwudhu, yaitu apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasai dari Aus bin Aus atsTsaqafi ia berkata, Aku melihat Nabi berwudhu, maka beliau mencuci dua telapak tangannya
sebanyak tiga kali.
Adapun tentang menyempurnakan wudhu, menyela-nyela jari jemari dan melebihkan (dalam
memasukkan air ke hidung) kecuali bagi yang berpuasa, sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Laqith bin Shabrah, katanya, Aku berkata: Wahai Rasulullah, kabarkan
kepadaku tentang wudhu?' Nabi berkata, Sempurnakan wudhu-mu, dan sela-selalah antara
jari-jemarimu, dan bersungguh sungguhlah dalam memasukkan air ke dalam hidung kecuali jika
kamu dalam keadaan berpuasa. (Diriwayatkan oleh lima imam, dishahihkan oleh Tirmidzi)
Dan dari Aisyah, ia berkata, Nabi suka mengawali sesuatu dengan yang kanan, dalam
memakai terompah, bersisir, bersuci dan dalam segala sesuatu. (Mutafaq alaih)
Adapun menyela-nyala jenggot, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Utsman, Bahwa Nabi ada
menyela-nyala jenggotnya. (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi dan ia menshahihkannya). Cara
menyela-nyela jenggot ini dengan mengambil seraup air dan meletakkannya dari bawahnya
dengan jari-jemarinya atau dari dua sisinya dan menggosokkan keduanya. Dan dalam riwayat
Abu Dawud dari Anas, Bahwa Nabi jika berwudhu mengambil seraup air, kemudian
meletakkannya di bawah dagunya dan berkata, Demikianlah yang diperintahkan oleh Tuhan
kepadaku.'
Tanya: Berapa takaran air yang dibutuhkan ketika berwudhu atau mandi (junub)?
Jawab: Takaran air dalam berwudhu adalah satu mud (Satu mud sama dengan 1 1/3 liter
menurut ukuran orang Hijaz dan 2 liter menurut ukuran orang Irak. (Lihat Lisanul Arab Jilid 3
hal 400). Adapun untuk mandi sebanyak satu sha sampai lima mud. Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Anas, katanya, Adalah Rasulullah ketika berwudhu dengan (takaran air
sebanyak) satu mud dan mandi (dengan takaran sebanyak) satu sha sampai lima mud. (HR.
Muttafaq alaih). Dan makruh (dibenci) berlebih-lebihan, yaitu yang lebih dari tiga kali dalam
berwudhu.
Tanya: Bacaan apa yang disunnahkan ketika selesai berwudhu?
Jawab: Bacaan yang disunnahkan adalah mengucapkan sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Umar, katanya, Berkata Rasulullah, Tidaklah salah seorang diantara kalian berwudhu dan
menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan: asyhadu anlaa ilaaha illalloohu
wahdahu laa syariikalahu wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rosuuluh (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah semata; yang tidak ada sekutu
baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya), melainkan
dibukakan untuknya delapan pintu syurga, ia dapat masuk dari mana saja yang ia kehendaki.'
(HR. Muslim)
Dan Tirmidzi menambahkan: Alloohummajalni minat tawwabiina wajalnii minl
mutathohhiriin (Ya Allah jadikan aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikan aku
termasuk orang-orang yang suka mensucikan diri).
***
Sumber: Majalah Fatawa
Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id
jika anda hendak mengerjakan shalat anda diwajibkan untuk berwudhu terlebuh dahulu karena
dengan berwudhu anda akan membersihkan kotoran yang ada di tubuh anda, dan tentunya
membersihkan dari najis yang ada di tubuh kita sehingga waktu kita mengerjakan shalat kondisi
kita dalam keadaan suci, dan langsung saja mari kita simak cara berwudhu yang benar dibawah
ini
Cara Mengerjakan Wudhu ialah :
2. Selesai membersihkan tangan terus berkumur 3x (tiga kali), sambil membersihkan gigi
hingga bersih agar tidak ada bekas makanan yang ada di gigi
4. jika anda telah selesai hidung sebanyak tiga kali, lalu anda diwajibkan untuk mencuci
muka sebanyak 3x , mulai dari tempat tumbuhnya rambut atau dahi, sampai dengan dagu,
dan juga telinga kanan dan telinga kiri , sambil membaca niat wudhu seperti dibawah ini
5. jika sudah selesai membasuh muka ( mencuci muka ) lalu anda harus
mencuci/membasuh kedua tangan anda hingga siku-siku anda sampai tiga kali
6. setelah selesai mencuci kedua belah tangan , anda harus menyapu sebagian rambut
kepala sebanyak tiga kali lagi
7. dan jika anda sudah selesai menyapu sebagian rambut kepala anda harus menyapu
kedua belah telinga sebanyak tiga kali
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. (HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan
Muslim no. 1533)
Ini adalah perintah beliau kepada umatnya agar meneladani tata cara shalat sesuai dengan apa
yang beliau tuntunkan. Lalu bagaimana kaifiyah shalat yang beliau ajarkan? Berikut adalah
tuntunan shalat sesuai sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk anda sekalian.
Catatan: Kami sengaja tidak menghapus gambar supaya anda lebih bisa memahami gambaran
tata cara shalat yang dijelaskan di sini, karena terkadang teks saja tidak mencukupi. Dan untuk
anda yang mengakses halaman ini dengan perangkat mobile kami tuliskan teks dalam gambar
agar lebih membantu.
1. RAKAAT PERTAMA
Berwudhu terlebih dahulu. [1]
Berniat di dalam hati dan tidak dilafazhkan. [2]
Menghadap kiblat, yaitu Kabah. [3]
Perhatian: Menghadap Kabah bukan berarti menyembah Kabah, tetapi tetap menyembah Allah
Azza wa Jalla. Kita menghadap Kabah karena kita diperintahkan Allah untuk itu dan kita pun
tunduk pada perintah-Nya.
Menempatkan sutrah di hadapanmu (sutrah yaitu pembatas, seperti: tembok, tiang dan lainlain). Tinggi sutrah yaitu setinggi satu hasta (dari ujung jari tengah sampai siku). [4] Sedangkan
jarak antara sutrah dan tempat sujud adalah kira-kira bisa dilalui seekor kambing. [5]
Lakukanlah shalat dengan berdiri, bila tidak mampu, maka boleh duduk. Bila tidak mampu
duduk, maka dengan berbaring, dan jika tidak mampu menggerakkan anggota badan maka boleh
dengan isyarat. Bila tidak mampu dengan isyarat, maka dengan hati. [6]
Footnote:
[1] HR. Muslim
[2] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[3] QS. Al-Baqarah: 144
3. Meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, atau di lengan
bawah tangan kiri, atau tangan kanan menggenggam tangan kiri, [13] dan posisi kedua
tangan di dada. [14]
Membaca doa Istiftah, di antaranya:
SUBHAANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA, WA TABAARAKASMUKA WA TAAALA
JADDUKA, WA LAA ILAAHA GHAIRUK.
Mahasuci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, Mahaberkah nama-Mu, Mahatinggi
kekayaan-Mu, dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau. [15]
Footnote:
[13] HSR. An-Nasa-i
[14] HSR. Abu Dawud dan An-Nasa-i
[15] HSR. Abu Dawud
4. Membaca Taawudz:
AUUDZUBILLAHIS SAMIIIL ALIIM, MINASY SYAITHAANIRRAJIIM, MIN HAMZIHI,
WA NAFKHIHI, WA NAFTSIH.
Aku berlindung kepada Allah Yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui, dari (godaan)
syaithan yang terkutuk serta dari kegilaannya, kesombongannya dan dari syairnya yang tercela.
[17]
Membaca surat al-Faatihah, namun, bacaan Bismillaahirrahmaanirrahiim dipelankan
(tidak dikeraskan). [17]
Footnote:
[16] HSR. Abu Dawud dan selainnya
[17] HSR. An-Nasa-i
7. Bangkit dari ruku (Itidaal), dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu
atau kedua telinga sambil mengucapkan:
SAMI-ALLAAHU LIMAN HAMIDAH
Allah Mahamendengar orang yang memuji-Nya. [28]
Setelah tegak berdiri lalu mengucapkan:
RABBANA WA LAKALHAMDU, HAMDAN KATSIIRAN THAYYIBAN, MUBAARAKAN
FIIH.
Ya Rabb kami, segala puji hanya milik-Mu dengan pujian yang baik lagi banyak serta penuh
berkah. [29]
Ketika berdiri ini pun harus tenang, tidak terburu-buru. [30]
Footnote:
[28] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[29] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[30] HR. Al-Bukhari dan Muslim
8. Melakukan sujud sambil bertakbir, kemudian meletakkan kedua lutut terlebih dahulu
daripada kedua tangan (atau boleh pula sebaliknya). [31]
Posisi sujud: Kedua telapak tangan dibuka, tidak mengepal, dan diletakkan sejajar dengan bahu
atau telinga, kedua sikut diangkat, dijauhkan dari lantai dan direnggangkan/dijauhkan dari
lambung kiri dan kanan, sehingga ketiak kelihatan, kecuali ketika shalat berjamaah, maka kedua
sikut dirapatkan ke sisi lambung. [32]
Posisi jari-jemari ketika sujud: Jari-jemari tangan dirapatkan [33] dan menghadap kiblat. [34]
Footnote:
[31] HSR. Abu Dawud
[32] HSR. Abu Dawud dan An-Nasa-i
[33] HSR. Ibnu Khuzaimah
[34] HR. Al-Bukhari
9. Posisi ketika sujud: Kedua paha dibuka, [35] lalu ujung jari-jemari kaki menghadap kiblat
dan kedua telapak kaki ditegakkan serta kedua tumit dirapatkan. [36] Jarak antara paha dan
lambung dijauhkan. [*]
Sujudlah dengan thumaniinah dan lakukanlah dengan menempelkan tujuh anggota badan: dahi
dan hidung, kedua tangan, kedua lutut, dan ujung jari-jemari kedua kaki. [37]
Bacaan ketika sujud:
SUBHAANA RABBIYAL ALAA.
Mahasuci Allah Yang Mahatinggi. (sebanyak 3x) [38]
Footnote:
[35] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[36] HSR. Ibnu Khuzaimah
[*] Kitab Al-Qaulul Mubin Fil Akhtaail Mushalliin
[37] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[38] HR. Muslim
10. Bangkit dari sujud sambil bertakbir lalu duduk Iftirasy (untuk duduk di antara dua
sujud), yaitu duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dan telapak kaki kanan
ditegakkan. [39]
Cara duduk Iftirasy yang salah: Duduk bertumpu di atas kedua telapak kaki.
Footnote:
[39] HR. Muslim
11. Posisi tangan ketika duduk iftirasy: telapak tangan kanan diletakkan di atas paha
kanan, demikian pula dengan tangan kiri. [40] Atau telapak tangan kanan diletakkan di
lutut kanan seolah-olah menggenggamnya, demikian pula telapak tangan kiri. [41]
Membaca doa:
RABBIGHFIRLII RABBIGHFIRLII.
Ya Rabbku ampunilah aku, Ya Rabbku ampunilah aku. [42]
Footnote:
[40] HR. Muslim
[41] HSR. An-Nasa-i
[42] HSR. Abu Dawud
12. Lalu sujud kembali, kemudian bangkit dari sujud sambil bertakbir, dan duduk
sejenak sebagai duduk istirahat. [43] Kemudian bangkit dengan mengepalkan tangan [47]
atau dengan membukanya. [45]
RAKAAT KEDUA:
Melakukan rakaat kedua dengan bersedekap, lalu membaca surat al-Faatihah. [46]
Rakaat kedua lebih singkat dari rakaat pertama. [47] Sehingga membaca surat yang lebih
pendek dari surat di rakaat pertama. Kemudian ruku, itidaal, sujud dan duduk di antara dua
sujud sebagaimana pada rakaat pertama.
Footnote:
[43] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[44] HSR. Al-Baihaqi
[45] HR. Al-Bukhari
[46] HR. Muslim
[47] HR. Muslim
13. Setelah sujud kedua, maka lakukanlah tasyahhud Awal dengan posisi duduk yaitu
duduk Iftirasy.
Posisi tangan ketika tasyahhud awal:
Tangan kanan menggenggam jari kelingking dan jari manis, adapun ibu jari dan jari tengah
membentuk lingkaran, atau boleh juga digenggam seluruhnya. Kemudian jari telunjuk
ditegakkan sambil digerak-gerakkan. [48]
Pandangan mata harus tertuju pada telunjuk. [49]
Footnote:
[48] HSR. Ibnu Majah
[49] HR. Muslim
16. Bila shalat Shubuh, Jumat atau shalat dua rakaat lainnya, maka tidak ada Tasyahhud Awal,
namun langsung melakukan Tasyahhud Akhir, dengan posisi duduk, yaitu duduk Iftirasy, [52]
dan membaca seperti bacaan di atas lalu ditambah dengan doa:
ALLAHUMMA INNII AUUDZUBIKA MIN ADZAABI JAHANNAM, WA MIN
ADZAABIL QABRI, WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATI, WA MIN SYARRI
FITNATIL MASIIHID DAJJAL.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab Neraka jahannam, adzab kubur,
fitnah dalam kehidupan dan kematian dan dari keburukan fitnah al-Masih Dajjal. [53]
Lalu berdoa lagi sesuai yang diinginkan.
Footnote:
[52] HR. Al-Bukhari
[53] HR. Al-Bukhari dan Muslim
17. Bila engkau telah melakukan Tasyahhud Awal, maka bangkitlah, lalu kerjakan rakaat ketiga
dengan tangan bersedekap dan membaca al-Faatihah dan tidak membaca surat lain setelahnya.
Kemudian ruku, itidaal, sujud dan duduk di antara dua sujud lalu sujud kedua seperti biasa.
Bila shalat Maghrib, maka di rakaat ketiga ini lakukanlah Tasyahhud Akhir setelah melakukan
sujud kedua. Posisi duduknya yaitu, duduk Tawarruk (dengan posisi: Telapak kaki kanan
ditegakkan, kaki kiri diletakkan di bawah kaki kanan, dan pantat duduk di lantai). Bacaannya
sama dengan yang sebelumnya. [54]
Bila tidak mampu duduk tawarruk seperti gambar no. 24, maka boleh melakukannya seperti
pada gambar no. 25.
Footnote:
[54] HR. Al-Bukhari
18. Bila engkau telah melakukan sujud kedua, maka bangkitlah lalu kerjakanlah rakaat
keempat. Lalu ruku, itidaal, sujud, duduk di antara dua sujud dan sujud kedua seperti
biasa. Maka lakukanlah Tasyahhud Akhir dengan posisi duduk Tawarruk.
Setelah itu salam, dimulai dengan menolehkan wajah ke kanan sambil mengucapkan:
ASSALAAMU ALAIKUM WA RAHMATULLAAH.
Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian. [55]
Lalu menolehkan wajah ke kiri dengan mengucapkan ucapan yang sama.
Footnote:
[55] HR. Muslim
Demikianlah pembaca tuntunan shalat secara ringkas berdasarkan sunnah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Untuk penjelasan lebih lengkap dan detail silakan membaca buku Sifat Shalat
Nabi shallallahu alaihi wasallam karya Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
rahimahullah. Semoga bermanfaat.
Wallahu alam bish-shawab.
http://fadhlihsan.wordpress.com/2013/10/02/gambar-tata-cara-shalat-rasulullah/
1. MENGHADAP KABAH
6. Wajib bagi yang melakukan shalat untuk berdiri, dan ini adalah rukun, kecuali bagi :
* Orang yang shalat khauf saat perang berkecamuk dengan hebat, maka dibolehkan baginya
shalat di atas kendaraannya.
* Orang yang sakit yang tidak mampu berdiri, maka boleh baginya shalat sambil duduk
dan bila tidak mampu diperkenankan sambil berbaring.
* Orang yang shalat nafilah (sunnah) dibolehkan shalat di atas kendaraan atau sambil duduk jika
dia mau, adapun ruku dan sujudnya cukup dengan isyarat kepalanya, demikian pula orang yang
sakit, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah dari rukunya.
7. Tidak boleh bagi orang yang shalat sambil duduk meletakkan sesuatu yang agak tinggi
dihadapannya sebagai tempat sujud. Akan tetapi cukup menjadikan sujudnya lebih rendah dari
rukunya -seperti yang kami sebutkan tadi- apabila ia tidak mampu meletakkan dahinya secara
langsung ke bumi (lantai).
SHALAT DI KAPAL LAUT ATAU PESAWAT
8. Dibolehkan shalat fardlu di atas kapal laut demikian pula di pesawat.
9. Dibolehkan juga shalat di kapal laut atau pesawat sambil duduk bila khawatir akan jatuh.
10. Boleh juga saat berdiri bertumpu (memegang) pada tiang atau tongkat karena faktor ketuaan
atau karena badan yang lemah.
SHALAT SAMBIL BERDIRI DAN DUDUK
11. Dibolehkan shalat lail (sholat malam-red) sambil berdiri atau sambil duduk meski tanpa
udzur (penyebab apapun), atau sambil melakukan keduanya. Caranya; ia shalat membaca dalam
keadaan duduk dan ketika menjelang ruku ia berdiri lalu membaca ayat-ayat yang masih tersisa
dalam keadaan berdiri. Setelah itu ia ruku lalu sujud. Kemudian ia melakukan hal yang sama
pada rakaat yang kedua.
12. Apabila shalat dalam keadaan duduk, maka ia duduk bersila atau duduk dalam bentuk
lain yang memungkinkan seseorang untuk beristirahat.
SHALAT SAMBIL MEMAKAI SANDAL
13. Boleh shalat tanpa memakai sandal dan boleh pula dengan memakai sandal.
14. Tapi yang lebih utama jika sekali waktu shalat sambil memakai sandal dan sekali waktu tidak
memakai sandal, sesuai yang lebih gampang dilakukan saat itu, tidak membebani diri dengan
harus memakainya dan tidak pula harus melepasnya. Bahkan jika kebetulan telanjang kaki maka
shalat dengan kondisi seperti itu, dan bila kebetulan memakai sandal maka shalat sambil
memakai sandal. Kecuali dalam kondisi tertentu (terpaksa).
15. Jika kedua sandal dilepas maka tidak boleh diletakkan di samping kanan akan tetapi
diletakkan di samping kiri jika tidak ada di samping kirinya seseorang yang shalat, jika ada maka
hendaklah diletakkan di depan kakinya, hal yang demikianlah yang sesuai dengan perintah dari
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
SHALAT DI ATAS MIMBAR
16. Dibolehkan bagi imam untuk shalat di tempat yang tinggi seperti mimbar dengan tujuan
mengajar manusia. Imam berdiri di atas mimbar lalu takbir, kemudian membaca dan ruku
setelah itu turun sambil mundur sehingga memungkinkan untuk sujud ke tanah di depan mimbar,
lalu kembali lagi ke atas mimbar dan melakukan hal yang serupa di rakaat berikutnya.
(tambahan-red)
Posisi Imam dan Makmum Dalam Sholat Berjamaah
20. Wajib pembatas dibuat agak tinggi dari tanah sekadar sejengkal atau dua jengkal berdasarkan
sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Jika seorang diantara kamu meletakkan di hadapannya sesuatu setinggi ekor pelana
(sebagai pembatas) maka shalatlah (menghadapnya), dan jangan ia pedulikan orang yang lewat
di balik pembatas.
21. Dan ia menghadap ke pembatas secara langsung, karena hal itu yang termuat dalam konteks
hadits tentang perintah untuk shalat menghadap ke pembatas. Adapun bergeser dari posisi
pembatas ke kanan atau ke kiri sehingga membuat tidak lurus menghadap langsung ke pembatas
maka hal ini tidak sah.
22. Boleh shalat menghadap tongkat yang ditancapkan ke tanah atau yang sepertinya, boleh pula
menghadap pohon, tiang, atau isteri yang berbaring di pembaringan sambil berselimut, boleh
pula menghadap hewan meskipun unta.
HARAM SHALAT MENGHADAP KE KUBUR
23. Tidak boleh shalat menghadap ke kubur, larangan ini mutlak, baik kubur para nabi maupun
selain nabi.
HARAM LEWAT DI DEPAN ORANG YANG SHALAT TERMASUK DI MASJID
HARAM
24. Tidak boleh lewat di depan orang yang sedang shalat jika di depannya ada pembatas, dalam
hal ini tidak ada perbedaan antara masjid Haram atau masjid-masjid lain, semua sama dalam hal
larangan berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Andaikan orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui akibat
perbuatannya maka untuk berdiri selama 40, lebih baik baginya dari pada lewat di depan orang
yang sedang shalat. Maksudnya lewat di antara shalat dengan tempat sujudnya.
KEWAJIBAN ORANG YANG SHALAT MENCEGAH ORANG LEWAT DI DEPANNYA
MESKIPUN DI MASJID HARAM
25. Tidak boleh bagi orang yang shalat menghadap pembatas membiarkan seseorang lewat di
depannya berdasarkan hadits yang telah lalu.
Artinya : Dan janganlah membiarkan seseorang lewat di depanmu .
Dan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Jika seseorang diantara kamu shalat menghadap sesuatu pembatas yang
menghalanginya dari orang lain, lalu ada yang ingin lewat di depannya, maka hendaklah ia
mendorong leher orang yang ingin lewat itu semampunya (dalam riwayat lain : cegahlah dua
kali) jika ia enggan maka perangilah karena ia adalah syaithan.
download gratis kajian MP3 Tatacara Sholat yang Benar | Sifat Sholat Nabi di :
28. Bagi yang akan shalat harus meniatkan shalat yang akan dilaksanakannya serta menentukan
niat dengan hatinya, seperti fardhu zhuhur dan ashar, atau sunnat zhuhur dan ashar. Niat ini
merupakan syarat atau rukun shalat. Adapun melafazhkan niat dengan lisan maka ini merupakan
bidah, menyalahi sunnah, dan tidak ada seorangpun yang menfatwakan hal itu di antara para
ulama yang ditokohkan oleh orang-orang yang suka taqlid (fanatik buta).
4. TAKBIR
29. Kemudian memulai shalat dengan membaca. Allahu Akbar (Artinya : Allah Maha Besar).
Takbir ini merupakan rukun, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Pembuka Shalat adalah bersuci, pengharamannya adalah takbir, sedangkan
penghalalannya adalah salam.
30. Tidak boleh mengeraskan suara saat takbir di semua shalat, kecuali jika menjadi imam.
31. Boleh bagi muadzin menyampaikan (memperdengarkan) takbir imam kepada jamaah jika
keadaan menghendaki, seperti jika imam sakit, suaranya lemah atau karena banyaknya orang
yang shalat.
32. Mamum tidak boleh takbir kecuali jika imam telah selesai takbir.
MENGANGKAT KEDUA TANGAN DAN CARA-CARANYA
37. Meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan di atas pergelangan dan lengan.
38. Kadang-kadang menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan.
TEMPAT MELETAKKAN TANGAN
39. Keduanya diletakkan di atas dada saja. Lakilaki dan perempuan dalam hal tersebut sama.
40. Tidak meletakkan tangan kanan di atas pinggang.
KHUSU DAN MELIHAT KE TEMPAT SUJUD
41. Hendaklah berlaku khusu dalam shalat dan menjauhi segala sesuatu yang dapat melalaikan
dari khusu seperti perhiasan dan lukisan, janganlah shalat saat berhadapan dengan hidangan
yang menarik, demikian juga saat menahan berak dan kencing.
42. Memandang ke tempat sujud saat berdiri.
43. Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, karena menoleh adalah curian yang dilakukan oleh
syaitan dari shalat seorang hamba.
44. Tidak boleh mengarahkan pandangan ke langit (ke atas).
DOA ISTIFTAAH (PEMBUKAAN)
45. Kemudian membuka bacaan dengan sebagian doa-doa yang sah dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam yang jumlahnya banyak, yang masyhur diantaranya ialah :
Subhaanaka Allahumma wa bihamdika, wa tabaarakasmuka, wa taalaa jadduka, walaa ilaha
ghaiyruka.
Artinya : Maha Suci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, kedudukan-Mu sangat agung,
dan tidak ada sembahan yang hak selain Engkau.
Perintah ber-istiftah telah sah dari Nabi, maka sepatutnya diperhatikan untuk diamalkan.
(Tambahan-red) doa istiftah yang lain :
kecuali hanya Engkau semata]. Engkau Mahamulia dan Mahatinggi, aku mohon ampun kepadaMu dan bertaubat kepada-Mu.
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah)
5. QIRAAH (BACAAN)
46. Kemudian wajib berlindung kepada Allah Taala, dan bagi yang meninggalkannya mendapat
dosa.
47. Termasuk sunnah jika sewaktu-waktu membaca.
50. Kemudian membaca surat Al-Fatihah sepenuhnya termasuk bismillah, ini adalah rukun shalat
dimana shalat tak sah jika tidak membaca Al-Fatihah, sehingga wajib bagi orang-orang Ajm
(non Arab) untuk menghafalnya.
51. Bagi yang tak bisa menghafalnya boleh membaca.
Subhaanallah, wal hamdulillah walaa ilaha illallah, walaa hauwla wala quwwata illaa billah.
Artinya : Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada sembahan yang haq selain Allah,
serta tidak ada daya dan kekuatan melainkan karena Allah.
52. Didalam membaca Al-Fatihah, disunnahkan berhenti pada setiap ayat, dengan cara membaca.
(Bismillahir-rahmanir-rahiim) lalu berhenti, kemudian membaca. (Alhamdulillahir-rabbil
aalamiin) lalu berhenti, kemudian membaca. (Ar-rahmanir-rahiim) lalu berhenti, kemudian
membaca. (Maaliki yauwmiddiin) lalu berhenti, dan demikian seterusnya. Demikianlah cara
membaca Nabi Shallallahu alaihi wa sallam seluruhnya. Beliau berhenti di akhir setiap ayat dan
tidak menyambungnya dengan ayat sesudahnya meskipun maknanya berkaitan.
53. Boleh membaca (Maaliki) dengan panjang, dan boleh pula (Maliki) dengan pendek.
BACAAN MAMUM
54. Wajib bagi mamum membaca Al-Fatihah di belakang imam yang membaca sirr (tidak
terdengar) atau saat imam membaca keras tapi mamum tidak mendengar bacaan imam,
demikian pula mamum membaca Al-Fatihah bila imam berhenti sebentar untuk memberi
kesempatan bagi mamum yang membacanya. Meskipun kami menganggap bahwa berhentinya
imam di tempat ini tidak tsabit dari sunnah.
BACAAN SESUDAH AL-FATIHAH
55. Disunnahkan sesudah membaca Al-Fatihah, membaca surat yang lain atau beberapa ayat
pada dua rakaat yang pertama. Hal ini berlaku pula pada shalat jenazah.
56. Kadang-kadang bacaan sesudah Al-Fatihah dipanjangkan kadang pula diringkas karena ada
faktor-faktor tertentu seperti safar (bepergian), batuk, sakit, atau karena tangisan anak kecil.
57. Panjang pendeknya bacaan berbeda-beda sesuai dengan shalat yang dilaksanakan. Bacaan
pada shalat subuh lebih panjang daripada bacaan shalat fardhu yang lain, setelah itu bacaan pada
shalat dzuhur, pada shalat ashar, lalu bacaan pada shalat isya, sedangkan bacaan pada shalat
maghrib umumnya diperpendek.
58. Adapun bacaan pada shalat lail lebih panjang dari semua itu.
59. Sunnah membaca lebih panjang pada rakaat pertama dari rakaat yang kedua.
60. Memendekkan dua rakaat terakhir kira-kira setengah dari dua rakaat yang pertama.
61. Membaca Al-Fatihah pada semua rakaat.
62. Disunnahkan pula menambahkan bacaan surat Al-Fatihah dengan surat-surat lain pada dua
rakaat yang terakhir.
63. Tidak boleh imam memanjangkan bacaan melebihi dari apa yang disebutkan di dalam sunnah
karena yang demikian bisa-bisa memberatkan mamum yang tidak mampu seperti orang tua,
orang sakit, wanita yang mempunyai anak kecil dan orang yang mempunyai keperluan.
MENGERASKAN DAN MENGECILKAN BACAAN
64. Bacaan dikeraskan pada shalat shubuh, jumat, dua shalat ied, shalat istisqa, khusuf dan dua
rakaat pertama dari shalat maghrib dan isya. Dan dikecilkan (tidak dikeraskan) pada shalat
dzuhur, ashar, rakaat ketiga dari shalat maghrib, serta dua rakaat terakhir dari shalat isya.
65. Boleh bagi imam memperdengarkan bacaan ayat pada shalat-shalat sir (yang tidak
dikeraskan).
66. Adapun witir dan shalat lail bacaannya kadang tidak dikeraskan dan kadang dikeraskan.
MEMBACA AL-QURAN DENGAN TARTIL
67. Sunnah membaca Al-Quran secara tartil (sesuai dengan hukum tajwid) tidak terlalu
dipanjangkan dan tidak pula terburu-buru, bahkan dibaca secara jelas huruf perhuruf. Sunnah
pula menghiasi Al-Quran dengan suara serta melagukannya sesuai batas-batas hukum oleh
ulama ilmu tajwid. Tidak boleh melagukan Al-Quran seperti perbuatan Ahli Bidah dan tidak
boleh pula seperti nada-nada musik.
68. Disyariatkan bagi mamum untuk membetulkan bacaan imam jika keliru.
6. RUKU
69. Bila selesai membaca, maka diam sebentar menarik nafas agar bisa teratur.
70. Kemudian mengangkat kedua tangan seperti yang telah dijelaskan terdahulu pada takbiratul
ihram.
71. Dan takbir, hukumnya adalah wajib.
72. Lalu ruku sedapatnya agar persendian bisa menempati posisinya dan setiap anggota badan
mengambil tempatnya. Adapun ruku adalah rukun.
CARA RUKU
Syamiallahu-liman hamidah.
Artinya : Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya. adapun hukumnya wajib.
82. Mengangkat kedua tangan saat itidal seperti dijelaskan terdahulu.
83. Lalu berdiri dengan tegak dan tenang sampai seluruh tulang menempati posisinya. Ini
termasuk rukun.
84. Mengucapkan saat berdiri.
88. Lalu turun untuk sujud dengan kedua tangan diletakkan terlebih
dahulu sebelum kedua lutut, demikianlah yang diperintahkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam serta tsabit dari perbuatan beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Dan beliau Shallallahu
alaihi wa sallam melarang untuk menyerupai cara berlututnya unta yang turun dengan kedua
lututnya yang terdapat di kaki depan.
89. Apabila sujud -dan ini adalah rukun- bertumpu pada kedua telapak tangan serta
melebarkannya.
90. Merapatkan jari jemari.
94. Mengangkat kedua lengan dari lantai dan tidak meletakkannya seperti cara anjing.
Hukumnya adalah wajib.
95. Menempelkan hidung dan dahi ke lantai, ini termasuk rukun.
96. Menempelkan kedua lutut ke lantai.
97. Demikian pula ujung-ujung jari kaki.
98. Menegakkan kedua kaki, dan semua ini adalah wajib.
99. Menghadapkan ujung-ujung jari ke qiblat.
100. Meletakkan/merapatkan kedua mata kaki.
BERLAKU TEGAK KETIKA SUJUD
101. Wajib berlaku tegak ketika sujud, yaitu tertumpu dengan seimbang pada semua anggota
sujud yang terdiri dari : Dahi termasuk hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan ujung-ujung jari
kedua kaki.
102. Barangsiapa sujud seperti itu berarti telah thumaninah, sedangkan thumaninah ketika
sujud termasuk rukun juga.
103. Mengucapkan ketika sujud.
108. Kemudian mengangkat kepala sambil takbir, dan hukumnya adalah wajib.
109. Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan.
110. Lalu duduk dengan tenang sehingga semua tulang kembali ke tempatnya masing-masing,
dan ini adalah rukun.
111. Melipat kaki kiri dan mendudukinya. Hukumnya wajib.
112. Menegakkan kaki kanan (sifat duduk seperti No. 111 dan 112 ini disebut Iftirasy).
113. Menghadapkan jari-jari kaki ke kiblat.
114. Boleh iqa sewaktu-waktu, yaitu duduk di atas kedua tumit.
115. Mengucapkan pada waktu duduk.
Artinya : Ya Allah ampunilah aku, syangilah aku, tutuplah kekuranganku, angkatlah derajatku,
dan berilah aku afiat dan rezeki.
116. Dapat pula mengucapkan.
Rabbigfirlii, Rabbigfilii.
Artinya : Ya Allah ampunilah aku, ampunilah aku.
117. Memperpanjang duduk sampai mendekati lama sujud.
SUJUD KEDUA
118. Kemudian takbir, dan hukumnya wajib.
119. Kadang-kadang mengangkat kedua tangannya dengan takbir ini.
120. Lalu sujud yang kedua, ini termasuk rukun juga.
121. Melakukan pada sujud ini apa-apa yang dilakukan pada sujud pertama.
DUDUK ISTIRAHAT
122. Setelah mengangkat kepala dari sujud kedua, dan ingin bangkit ke rakaat yang kedua wajib
takbir.
123. Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangannya.
124. Duduk sebentar di atas kaki kiri seperti duduk iftirasy sebelum bangkit berdiri, sekadar
selurus tulang menempati tempatnya.
RAKAAT KEDUA
125. Kemudian bangkit rakaat kedua -ini termasuk rukun- sambil menekan ke lantai dengan
kedua tangan yang terkepal seperti tukang tepung mengepal kedua tangannya.
126. Melakukan pada rakaat yang kedua seperti apa yang dilakukan pada rakaat pertama.
127. Akan tetapi tidak membaca pada rakaat yang kedua ini doa iftitah.
135. Menggenggam jari-jari tangan kanan seluruhnya, dan sewaktu-waktu meletakkan ibu jari
di atas jari tengah.
136. Kadang-kadang membuat lingkaran ibu jari dengan jari tengah.
158. Tidak ada doa qunut yang ditetapkan, tetapi cukup berdoa dengan doa yang sesuai dengan
musibah yang sedang terjadi.
159. Mengangkat kedua tangan ketika berdoa.
160. Mengeraskan doa tersebut apabila sebagai imam.
161. Dan orang yang dibelakangnya mengaminkannya.
162. Apabila telah selesai membaca doa qunut lalu bertakbir untuk sujud.
QUNUT WITIR, TEMPAT DAN LAFADZNYA
163. Adapun qunut di shalat witir disyariatkan untuk dilakukan sewaktu-waktu.
164. Tempatnya sebelum ruku, hal ini berbeda dengan qunut nazilah.
165. Mengucapkan doa berikut : Allahummah dinii fiiman hadayit, wa aafiinii fiiman aafayit,
watawallanii fiiman tawallayit, wa baariklii fiimaa athayit, wa qinii syarra maaqadhayit,
fainnaka taqdhii walaa yuqdhaa alayika wainnahu laayadzillu maw waalayit walaa yaizzu man
aadayit, tabaarakta rabbanaa wataalayit laa manjaa minka illaa ilayika.
Artinya : Ya Allah tunjukilah aku pada orang yang engkau tunjuki dan berilah aku afiat pada
orang yang Engkau beri afiat. Serahkanlah aku pada orang yang berwali kepada-Mu, berilah aku
berkah pada apa yang Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan yang Engkau
tetapkan, karena Engkau menetapkan, dan tidak ada yang menetapkan untukku. Dan
sesungguhnya tidak akan hina orang yang berwali kepada-Mu, dan tidak akan mulia orang yang
memusuhi-Mu, Engkau penuh berkah, Wahai Rabb kami dan kedudukan-Mu sangat tinggi, tidak
ada tempat berlindung kecuali kepada-Mu.
166. Doa ini termasuk doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
diperbolehkan karena tsabit dari para shahabat radiyallahu anhum.
167. Kemudian ruku dan bersujud dua kali seperti terdahulu.
TASYAHUD AKHIR DAN DUDUK TAWARUK
176. Kemudian berdoa untuk dirinya dengan doa yang nampak baginya dari doa-doa tsabit
dalam kitab dan sunnah, dan doa ini sangat banyak dan baik. Apabila dia tidak menghafal
satupun dari doa-doa tersebut maka diperbolehkan berdoa dengan apa yang mudah baginya
dan bermanfaat bagi agama dan dunianya.
SALAM DAN MACAM-MACAMNYA
177. Memberi salam ke arah kanan sampai terlihat putih pipinya yang kanan, hal ini adalah
rukun.
178. Dan ke arah kiri sampai terlihat putih pipinya yang kiri meskipun pada shalat jenazah.
179. Imam mengeraskan suaranya ketika salam kecuali pada shalat jenazah.
180. Macam-macam cara salam.
* Pertama mengucapkan
* Ketiga mengucapkan
Subhanahu wa Taala agar menerima shalatmu, karena engkau telah melaksanakan satu
perbuatan yang sesuai dengan perkataan nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.
Setelah itu satu hal jangan engkau lupakan, agar engkau menghadirkan hatimu dan khusyu
ketika melakukan shalat, karena itu tujuan utama berdirinya sang hamba di hadapan Allah
Subahanahu wa Taala, dan sesuai dengan kemampuan yang ada padamu dari apa yang aku
sifatkan tentang kekhusuan serta mengikuti cara shalat nabi Shallallahu alaihi wa sallam,
sehingga engkau mendapatkan hasil diharapkan sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah
Subhanahu wa Taala dengan firman-Nya.
Artinya : Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
Akhirnya. Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Taala agar menerima shalat kita dan amal
kita secara keseluruhan, dan menyimpan pahala shalat kita sampai kita bertemu dengan-Nya. Di
hari tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak kecuali yang datang dengan hati yang suci. Dan
segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
http://28vitaagustin.wordpress.com/ilmu-islam/lengkapgambar-tatacara-tuntunan-sholat-yangbenar-sesuai-sunnah-rosulullah-shallallaahu-alaihi-wasallam-dari-mulai-takbir-sampai-salamringkasan-sifat-sholat-nabi-karya-syaikh-alba/
7. dan yang terakhir anda harus mencuci kedua belah kaki hingga tiga kali, dari lutut
sampai mata kaki
keterangan :
dalam melaksanakan wudhu anda harus melaksanakannya dengan berturut-turutan , artinya yang
dahulu didahulukan dan yang akhir harus diakhirkan