You are on page 1of 71

Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairiy

A. Hukum Shalat
Shalat itu wajib bagi semua umat Islam. Karena Allah Taala telah memerintahkannya pada
beberapa ayat dalam Al-Quran:
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

...Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu
(wajib) yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman, (QS An-Nisa: 103).
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berfirilah untuk Allah
(dalam shalatmu) dengan khusyuk, (QS Al-Baqarah: 238).
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menjadikan shalat sebagai pondasi kedua dari lima
pondasi Islam.
Beliau bersabda:
Islam itu didirikan atas lima perkara: (1) Bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; (2) Mendirikan shalat; (3)
Menunaikan Zakat; (4) Mengerjakan haji ke Baitullah; dan (5) Berpuasa pada bulan
Ramadhan, (HR Al-Bukhari: 1/9, dan Muslim: 20, 21, Kitab Al-Iman).
Hukum orang yang tidak mengerjakan shalat secara syari diancam hukuman mati. Adapun
orang yang meremehkan shalat, masuk dalam kategori fasik.
B. Hikmah Shalat
Sebagian hikmah disyariatkannya shalat adalah bahwa shalat itu dapat membersihkan jiwa, dapat
menyucikannya, dan menjadikan seorang hamba layak bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa
Taala di dunia dan berada dekat dengan-Nya di surga. Bahkan shalat juga dapat mencegah
pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

...Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)


keji dan mungkar... (Al-Ankabut: 45).
C. Keutamaan Shalat
Untuk mengetahui keutamaan dan keagungan shalat, cukuplah kita membaca hadist-hadist
Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam berikut:
1. Sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Pokok terpenting dari segala perkara adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat, serta puncak
tertingginya adalah jihad di jalan Allah, (HR Tirmidzi: 616).
2. Sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
(Yang membedakan) antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat, (HR
Muslim: 134, Kitab Al-Iman).
3. Beliau Shalallahualaihi Wasallam juga bersabda:
Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada
Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan
shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melakukannya, maka mereka telah
menlindungi harta dan jiwanya dariku kecuali karena hak Islam, dan hisab (perhitungan) amal
mereka diserahkan kepada Allah Azza Wa Jalla, (HR Al-Bukhari: 1/13, 9/138).
4. Sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam ketika ditanya tentang amalan apa yang paling
utama, beliau menjawab:
Mengerjakan shalat pada (awal) waktunya, (HR Muslim: 36, Kitab Al-Iman).
5. Sabda beliau:
Perumpamaan salat lima waktu ibarat sebuah sungai tawar yang deras yang ada di dekat pintu
rumah salah seorang dari kalian, yang ia mandi di dalamnya sebanyak lima kali setiap hari,
maka apakah kaliah melihat adanya kotoran yang tersisa padanya? Para sahabat berkata,
Tidak ada sedikitpun. Beliau melanjutkan, Sesungguhnya shalat lima waktu itu dapat
menghilangkan dosa-dosa sebagaimana air dapat menghilangkan kotoran, (HR Muslim: 284,

Kitab Al-Masajid).
6. Sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Tidaklah seorang muslim yang ketika tiba waktu shalat fardhu dia membaguskan wudhunya
dan kekhusyukannya serta rukuknya melainkan shalat itu menjadi penghapus dosa-dosanya
yang telah lewat, selama dia tidak berbuat dosa besar, dan itu sepanjang masa, (HR Muslim:
7, Kitab Ath-Thaharah, dan Imam Ahmad: 5/260). Wallahualam bish shawwab.
http://www.mukminun.com/2013/02/Fiqih-Shalat-Hukum-Shalat-Hikmah-Shalat-danKeutamaan-Shalat.html#_

Tata Cara Shalat #2: Jenis atau Macam-macam Shalat

on Friday, March 01, 2013 | 5:45 pm

Ilustrasi: Shalat | Photo: Fitraalim


Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairiy
A. Shalat Fardhu
Shalat-shalat fardhu adalah shalat lima waktu, yaitu: Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh.
Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Allah telah mewajibkan shalat lima waktu bagi hamba-hamba-Nya, bagi siapa yang
mentaatinya dan tidak mengabaikan kewajibannya juga tidak menganggapnya temeh, maka

baginya ada perjanjian di sisi Allah untuk masuk surga, sedangkan bagi mereka yang tidak
mentaatinya, maka tidak ada perjanjuan tersebut. Jika Allah menghendaki akan menyiksanya,
dan jika Allah menghendaki akan mengampuninya, (HR Imam Ahmad: 5/315, 319, Abu
Daud: 1420, dan An-Nasai: 1/230).
B. Shalat Sunnah
Yang tergolong shalat sunnah adalah shalat witir, shalat sunnah sebelum subuh (shalat fajar),
shalat Idul Fitri dan Idul Adha, shalat khusuf, dan shalat istisqa. Semua ini adalah shalat sunnah
muakkadah (yang ditekankan/ sangat dianjurkan).
Adapun shalat sunnah tahiyatul masjid, shalat sunnah rawatib (sebelum dan sesudah shalat
fardhu/ wajib), shalat sunnah dua rekaat setelah berwudhu, shalat dhuha, shalat tarawih, dan
shalat malam, tergolong ini adalah shalat sunnah ghairu muakkadah.
C. Shalat Nafilah (Tambahan)
Shalat nafilah adalah shalat selain shalat sunnah muakkadah dan ghairu muakkadah, seperti
shalat sunnah mutlak pada malam hari atau siang hari. Wallahualam bish shawwab.

Tata Cara Shalat #3: Syarat-Syarat dalam Shalat

on Friday, March 08, 2013 | 5:31 am

Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir AL-Jazairiy


A. Syarat-syarat Wajib dalam Shalat
1. Islam
Dengan syarat ini, maka orang kafir tidak wajib mengerjakan shalat, karena mendahulukan dua
kalimat syahadat adalah syarat dalam perintah wajib shalat.

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam:


Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada
Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan
shalat dan menunaikan zakat.
Dan juga sabda beliau Shalallahualaihi Wasallam kepada Muadz:
Maka ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, jika mereka mematuhimu akan hal itu maka
beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu
setiap hari, siang dan malam, (HR An-Nasai: 5/3).
2. Berakal
Orang gila tidak terbebani kewajiban shalat, berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahualaihi
Wasallam:
Pena (pencatat amalan) itu diangkat dari tiga orang; orang tidur sampai dia bangun, anak
kecil sampai berusia baligh, dan dari orang gila sampai dia berakal, (HR Abu Daud: 5398,
4400).
3. Baligh
Anak-anak tidak terbebani kewajiban shalat sampai menginjak usia baligh. Berdasarkan sabda
Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam, Dan anak kecil sampai berusia baligh.
Namun, sebagai ajang latihan, mereka tetap diperintahkan untuk mengerjakannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah
mereka jika tidak mau menunaikannya ketika berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat
tidurn mereka, (HR Abu Daud: 26 dan Ibnu Majah: 275, 276).
4. Masuk Waktunya
Shalat tidak wajib ditunaikan sampai waktunya tiba. Berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa
Taala:
Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang telah ditentukan waktunya bagi orang-orang yang
beriman, (QS An-Nisa: 103).
Artinya, shalat itu mempunyai waktu tertentu. Sebagaimana Jibril pernah turun, lalu
mengajarkan Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam tentang waktu-waktu shalat.
Jibril berkata kepada Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam, Berdirilah dan kerjakan
shalat. Lalu beliau mengerjakan shalat dzuhur ketika matahari mulai tergelincir ke sebelah

barat.
Kemudian tiba waktu ashar, lalu Jibril berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat. Kemudian Nabi
Muhammad Shalallahualaihi Wasallam mengerjakan shalat ashar ketika bayangan segala
sesuatu itu panjangnya sama.
Selanjutnya tibalah waktu maghrib, lalu Jibril berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat.
Kemudian beliau mengerjakan shalat maghrib ketika matahari telah terbenam.
Kemudian datanglah waktu shalat isya lalu Jibril berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat.
Kemudian Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam berdiri dan mengerjakan shalat isya
ketika sinar merah matahari saat terbenam telah lenyap.
Lalu datang waktu subuh ketika fajar telah terbit, kemudian datang waktu dzuhur pada hari
berikutnya, lalu Jibril berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat. Lalu Nabi Muhammad
Shalallahualaihi Wasallam mengerjakan shalat dzuhur ketika bayangan segala sesuatu itu
panjangnya sama.
Kemudian tibalah waktu ashar lalu dia berkata, Berdirilah dan kerjakan shalat, lalu beliau
mengerjakan shalat ashar ketika bayangan segala sesuatu itu panjangnya dua kali lipat, kemudian
datang waktu maghrib, satu waktu masih tetap sama dengan sebelumnya, kemudian datang
waktu isya ketika seperdua malam telah lewat atau sepertiga malam, lalu beliau mengerjakan
shalat isya kemudian dia mendatanginya ketika fajar sangat kuning lalu berkata, Berdirilah dan
kerjakan shalat, lalu beliau mengerjakan shalat subuh, kemudian beliau berkata, Antara dua
inilah waktunya, (HR An-Nasai: 1/263, dan Imam Ahmad: 3/ 113, 182).
5. Suci dari darah haid (menstruasi) dan nifas
Dengan demikian, wanita yang sedang haid (menstruasi dan wanita yang nifas tidak terbebani
kewajiban shalat sampai suci. Berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Apabila kamu datang bulan (haid/ menstruasi), maka tinggalkanlah shalat, (HR Al-Bukhari:
1/84, 87, Muslim: 62, Kitab Al-Haidh, dan Abu Daud Kitab Ath-Thaharah).
B. Syarat-syarat sahnya shalat
Adapun syarat-syarat sahnya shalat adalah sebagai berikut:
1. Suci dari hadats kecil, yaitu hal yang mewajibkan berwudhu, suci dari hadats besar, yaitu
hal yang mewajibkan mandi besar dan suci dari najis pada pakaian orang yang mengerjakan
shalat, tubuhnya, dan tempat shalatnya.
Berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci, (HR An-Nasai: 1/87, dan Ad-Darimi: 1/175).
2. Menutup Aurat

Berdasarkan firman Allah Taala:


Pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid... (Al-Araaf: 31).
Tidak sah shalat seseorang yang dikerjakan dengan membuka aurat karena fungsi pakaian adalah
untuk menutupi aurat.
Adapun batasan aurat bagi laki-laki yaitu antara pusar dan kedua lututnya, sedangkan batasan
aurat bagi perempuan yaitu seluruh anggota tubuh selain muka dan kedua telapak tangannya.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam:
Allah tidak menerima shalat perempuan yang sudah mengalami haid (menstruasi atau baligh)
kecuali dengan memakai jilbab, (HR Abu Daud: 641).
Ketika Rasulullah Shalallahualaihi Wasallam ditanya perihal shalat perempuan dengan memakai
Ad-Diru (pakaian yang dapat menutupi seluruh tubuh wanita) dan kerudung tanpa memakai
pakaian bawahan (rok/ sarung), beliau menjawab:
Jika pakaian (gamis) itu panjang dan dapat menutupi bagian luar kedua telapak kakinya (itu
boleh), (HR Abu Daud: 640, dan Ad-Daruquthni: 2/62).
3. Menghadap Kiblat
Tidak sah shalat yang dikerjakan tidak menghadap kiblat. Berdasarkan firman Allah Subhanahu
Wa Taala:
...Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya... (QS Al-Baqarah:
144).
Maksudnya, menghadap ke Masjidil Haram di Mekkah. Namun orang yang tidak bisa
menghadap kiblat karena kondisi takut, atau sakit, atau lainnya, maka syarat ini tidak berlaku.
Orang yang sedang melakukan perjalanan boleh mengerjakan shalat di atas kendaraannya sesuai
arah jalan yang dituju baik kiblat atau menghadap selainnya.
Berdasarkan perbuatan Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam:
Rasulullah pernah mengerjakan shalat di atas kendaraannya (untanya), sedangkan beliau
ketika itu datang dari Mekkah menuju Madinah, dengan menghadap ke arah mana saja
kendaraannya itu berjalan, (HR Muslim: 33, kitab Shalatul Musafirin wa Qashruha).
Wallahualam bish shawwab.

Tata Cara Shalat #4: Hal-hal (Rukun) Yang Wajib Dalam Shalat

on Thursday, March 14, 2013 | 8:01 pm

Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairiy


Materi kali ini membahas tentang hal-hal yang wajib dalam shalat. Hal-hal yang musti dilakukan
(wajib) dalam shalat antara lain:
1. Berdiri ketika shalat wajib, bagi yang mampu
Tidak sah shalat fardhu seorang hamba yang dikerjakan sambil duduk dalam kondisi mampu
berdiri. Berdasarkan firman Allah Taala:
Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk, (Al-Baqarah: 238).
Dan sabda Rasulullah kepada Imran bin Hushain:
Kerjakanlah shalat dengan berdiri, jika kamu tidak mampu, maka kerjakanlah dengan posisi
duduk, jika tidak mampu juga, maka kerjakanlah dengan posisi berbaring, (HR Bukhari: 1117,
dan Abu Daud: 952).
2. Niat
Yaitu ketetapan hati untuk melaksanakan shalat tertentu. Berdasarkan sabda Rasulullah:
Sesungguhnya segala amalan itu (tergantung) dengan niat... (Baca Penjelasan
HadistSetiap Amal Tergantung dengan Niatnya oleh Sheikh Muhammad Shalih AlUtsaimin).
3. Takbiratul Ihram
Yaitu mengucapkan lafadz Allahu Akbar. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah:
Kuncinya shalat adalah bersuci, pembukaannya adalah takbir (mengucapkan Allahu Akbar),
dan penutupnya adalah taslim (mengucapkan salam), (HR Abu Daud: 31, Kitab AthTaharah, dan At-Tirmidzi: 238).

4. Membaca Surat Al-Fatihah


Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam:
Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat Al-Fatihah, (HR Bukhari: 1/192).
Namun, membaca Al-Fatihah itu tidak berlaku bagi seorang makmum di balakang imam yang
membaca Al-Fatihah dengan jahr (keras, nyaring), karena kewajibannya adalah mendengarkan
bacaan imam.
Berdasarkan firman Allah Taala:
Dan apabila dibacakan Al-Quran, dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan
tenang agar kamu mendapat rahmat, (QS Al-Araf: 204).
Dan sabda Rasulullah:
Apabila imam bertakbir, maka ikutlah bertakbir, dan apabila dia membaca maka diamlah
(perhatikanlah), (HR Imam Ahmad: 2/438).
Apabila imam membacanya dengan Siir (pelan), maka makmum wajib membacanya (secara siir
atau pelan) juga.
5. Rukuk
6. Bangun dari rukuk (Itidal)
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam:
Kemudian rukuklah sampai kamu tumaninah dalam rukuk, kemudian bangunlah dari rukuk
sampai kamu berdiri tegak lurus, (HR Bukhari: 8/69, 169).
7. Sujud
8. Bangun dari Sujud
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam kepada orang yang shalatnya
tidak benar:
Kemudian bersujudlah sampai kamu tumanninah dalam sujudmu, kemudian bangunlah dari
sujud sampai kamu tumaninah dalam keadaan duduk, (HR Bukhari: 8/69, 169).
Hal ini juga didasarkan pada firman Allah Taala:
Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu... (QS Al-Hajj: 77).
9. Tumanninah ketika Rukuk, Sujud, Berdiri, dan Duduk

Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahualaihi Wasallam kepada orang yang shalatnya
tidak benar. Beliau menyebutkan hal itu kepadanya dalam hal rukuk, sujud, dan duduk di antara
dua sujud, sedangkan beliau menyebutkan itidal (tegak lurus) kepadanya dalam hal berdiri.
Hakikat tumaninah adalah seseorang yang melakukan rukuk, sujud, duduk diantara dua sujud,
dan berdiri setelah semua anggota badannya tegak lurus, itu berdiam kira-kira seukuran lama
membaca, Subhana Rabbiyal Adziim (Mahasuci Rabbku yang Mahaagung). Sebanyak satu kali
bacaan. Adapun jika lebih dari satu kali, maka itu adalah sunnah.
10. Salam
11. Duduk ketika salam
Seseorang dianggap selesai mengerjakan shalat setelah mengucapkan salam dan dia tidak
mengucapkan salam kecuali dalam kondisi duduk. Berdasarkan sabda Nabi Muhammad
Shalallahualaihi Wasallam, Dan penutupnya adalah taslim (mengucapkan salam).
12. Tertib sesuai urutan rukun shalat
Tidak boleh membaca Al-Fatihah sebelum melakukan takbiratul ihram, dan tidak boleh bersujud
sebelum melakukan rukuk karena gerakan shalat telah ditentukan Rasulullah dan telah diajarkan
kepada para sahabat.
Beliau bersabda, Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat, (HR Bukhari:
1/68, 8/11).
Maka tidak sah mendahulukan dan mengakhirkan urutan gerakan shalat. Wallahualam bish
shawwab.

BAB SHALAT
Feb 28 http://hasansaggaf.wordpress.com/2012/02/28/bab-shalat/
Posted by Hasan Husen Assagaf
BAB SHALAT
Shalat dalam bahasa artinya doa dan dalam ilmu fiqih ialah semua perkataan dan perbuatan
yang dimulai dengan takbir (Allahu Akbar) dan diakhiri dengan taslim (assalamu aalikum).
Shalat merupakan ibadah yang paling mulia diwajibkan lima waktu sehari semalam atas umat
Nabi Muhammad saw pada malam isra dan miraj.
Kewajiban ini telah diterangkan dalam hadist Rasulallah saw


:

:
:

: :

: :
: . :
:
: : .

( )

Dari Thalhah bin Ubaidillah ra, ia berkata: Seorang penduduk Najd telah datang menghadap
Rasulullah saw dengan keadaan rambutnya yang kusut. Kami mendengar nada suaranya tetapi
tidak memahami kata-katanya sehingga ia mendekatinya. Dia terus bertanya mengenai Islam.
Lalu Rasulullah saw bersabda: Islam adalah shalat lima waktu sehari semalam. Lelaki tersebut
bertanya lagi: Masih adakah shalat lain yang diwajibkan kepadaku? Rasulullah saw menjawab:
Tidak, kecuali jika engkau ingin melakukannya secara sukarela yaitu shalat sunat. Seterusnya
kamu hendaklah berpuasa pada bulan Ramadan. Lalu lelaki tersebut bertanya lagi: Masih adakah
puasa lain yang diwajibkan kepada ku? Rasulallah saw menjawab dengan bersabda: Tidak,
kecuali jika engkau ingin melakukannya secara sukarela yaitu puasa sunat. Rasulullah saw
meneruskan sabdanya: Keluarkanlah zakat. Kemudian lelaki tersebut bertanya: Adakah terdapat
zakat lain yang diwajibkan kepadaku? Rasulallah saw menjawab dengan bersabda: Tidak,
kecuali jika engkau ingin mengeluarkannya secara sukarela yaitu sedekah. Kemudian lelaki itu
berpaling sambil berkata: Demi Allah, aku tidak akan menambah dan menguranginya. Rasulullah
saw bersabda: Dia amat beruntung jika menepati apa yang telah diucapkannya (HR Bukhari
Muslim)
Hikmah Shalat
Perintah shalat adalah perintah yang diterima Nabi saw secara langsung dari Allah, tidak melalui
perantaraan Jibri atau wahyu seperti perintah puasa, zakat atau ibadah Haji. Perintah ini diterima
oleh beliau pada saat bertemu dengan Allah dalam perjalanan beliau Isra dan Miraj
Perintah Allah kepada hambaNya agar bersujud dalam shalat merupakan pernyataan kehinaannya
kepada-Nya. Makanya Allah memerintahkan untuk sujud dalam setiap rakaat shalat sebanyak
dua kali, berlainan dengan rukun- rukun lainya diperintahkan hanya satu kali. Dengan adanya
shalat lima waktu berarti seorang Muslim bersujud kepada Allah 34 kali sehari semalam, dan
dengan sujud berarti ia rela menghambakan dirinya kepada-Nya yang menjadi tujuan hidup
bukan suatu penghambaan yang memberi keuntungan bagi yang disembah, tetapi penghambaan
yang mendatangkan kebahagiaan bagi yang menyembah.
Ibadah shalat merupakan ibadah teragung dalam Islam termasuk ibadah yang kaya dengan
kandungan hikmah kebaikan bagi orang yang melaksanakannya. Karena dengan shalat ia akan
tercegah dari segala bentuk kejahatan dan kekejian. Kenyataan ini membuktikan bahwa orang
yang menegakkan shalat adalah orang yang paling minim melakukan kemaksiatan dan kriminal,
sebaliknya semakin jauh seseorang dari shalat, semakin terbuka peluang kemaksiatan dan
kriminalnya.

Dan yang terpenting shalat merupakan ibadah mulia lagi agung. Karena shalat merupakan salah
satu wasiat Allah kepada nabi-nabi dan wasiat nabi-nabi kepada umatnya.
Allah berfirman tentang Musa,



Artinya: Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Qs Thaha ayat:14).
Allah berfirman tentang Ismail,



Artinya: Dan ia menyuruh ahlinya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang
yang diridhai di sisi Tuhannya. (Qs Maryam ayat: 55).
Allah berfirman tentang Ibrahim,



Artinya: Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Ibrahim 40).
Allah berfirman tentang Nabi Muhammad,



Artinya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. (Qs Thaha ayat132).
Dan masih banyak lagi hikmah shalat yang tidak bisa dituturkan dalam ringkasan kitab fiqih ini.
Wallahualam

Fiqih Thaharah: Wudhu (Bagian ke-1)


http://www.dakwatuna.com/2008/07/26/842/caraberwudhu/#axzz3GxdW2CdQ
Rubrik: Fiqih Islam | Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah - 26/07/08 | 08:11 | 23 Rajab 1429 H

Ada 9 komentar

15.546 Hits

6 email

Tarif Hukum Wudhu dan Keutamaannya


dakwatuna.com - Wudhu adalah bersuci dengan air yang dilakukan dengan cara khusus.
Kewajiban berwudhu ditetapkan dengan firman Allah swt., Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Dan jika kamu
junub, maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih). Sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah
itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Al-Maidah: 6)
Sedangkan dari hadits kita dapati sabda Nabi saw. yang berbunyi, Allah tidak akan menerima
shalat salah seorang di antaramu jika berhadats sehingga berwudhu. (As Syaikhani)
Abu Hurairah r.a. telah merilis tentang keutamaan wudhu. Bahwasannya Rasulullah saw.
bersabda, Tidakkah aku tunjukkan kepadamu tentang amal yang menghapus kesalahan dan
meninggikan kedudukan? Mereka menjawab, Mau, ya Rasulullah. Nabi saw. bersabda,
Menyempurnakan wudhu dalam kondisi yang tidak menyenangkan, memperbanyak langkah ke
masjid, menunggu shalat setelah shalat. Itulah ribath, itulah ribath, itulah ribath. (Malik,
Muslim, At Tirmidzi, dan An-Nasai)

Ribath adalah keterikatan diri di jalan Allah. Artinya, membiasakan wudhu dengan
menyempurnakannya dan beribadah menyamai jihad fi sabilillah.
Furudhul Wudhu
1. Membasuh muka, para ulama membatasinya mulai dari batas tumbuh
rambut sampai bawah dagu, dari telinga ke telinga
2. Membasuh kedua tangan sampai ke siku; yaitu pergelangan lengan
3. Mengusap kepala keseluruhannya menurut Imam Malik dan Ahmad,
sebagiannya menurut Imam Abu Hanifah dan Asy Syafiiy
4. Membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki, sesuai dengan sabda Nabi
kepada orang yang hanya mengusap kakinya: Celaka, bagi kaki yang tidak
dibasuh, ia diancam neraka. Muttafaq alaih

Itulah empat rukun yang tercantum secara tekstual dalam ayat wudhu di Al-Maidah ayat 6. Tapi,
masih ada 2 tambah, yaitu:
1. Niat. Ini menurut Imam Syafii, Malik, dan Ahmad sesuai dengan sabda Nabi
saw., Sesungguhnya semua amal itu tergantung niat. (Muttafaq alaih).
Urgensi niat adalah untuk membedakan antara ibadah dari kebiasaan.
Namun, tidak disyaratkan melafalkan niat karena niat itu berada di dalam
hati.
2. Tertib. Maksudnya, berurutan. Dimulai dari membasuh muka, tangan,
mengusap kepala, lalu memabasuh kaki. Menurut Abu Hanifah dan Malikiyah,
melakukan wudhu dengan tertib hukumnya sunnah.

Sunnah Wudhu
1. Membaca Basmalah. Ini adalah sunnah yang harus diucapkan saat memulai
semua pekerjaan. Rasulullah saw. bersabda, Berwudhulah dengan menyebut
nama Allah. (Al-Baihaqi)
2. Bersiwak. Ini sesuai dengan sabda Nabi saw., Jika tidak akan memberatkan
umatku, akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali berwudhu.
(Malik, Asy Syafiy, Al-Baihaqi, dan Al-Hakim). Disunnahkan pula bersiwak
bagi orang yang berpuasa, seperti dalam hadits Amir bin Rabiah r.a. berkata,
Aku melihat Rasulullah saw. tidak terhitung jumlahnya bersiwak dalam
keadaan berpuasa. (Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi). Menurut Imam Syafii,
bersiwak setelah bergeser matahari bagi orang yang berpuasa, hukumnya
makruh.
3. Membasuh dua telapak tangan tiga kali basuhan di awal wudhu, sesuai hadits
Aus bin Aus Ats-Tsaqafiy r.a. berkata, Aku melihat Rasulullah saw. berwudhu
dan membasuh kedua tangannya tiga kali. (Ahmad dan An Nasai)

4. Berkumur, menghisap [1] air ke hidung dan menyemburkannya keluar.


Terdapat banyak hadits tentang hal ini. Sunnahnya dilakukan secara
berurutan, tiga kali, menggunakan air baru, menghisap air ke hidung dengan
tangan kanan dan menyemburkannya dengan tangan kiri, menekan dalam
menghisap kecuali dalam keadaan puasa.
5. Menyisir jenggot dengan jari-jari tangan. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah
meriwayatkannya dari Utsman dan Ibnu Abbas r.a.
6. Mengulang tiga kali basuhan. Banyak sekali hadits yang menerangkannya
7. Memulai dari sisi kanan sebelum yang kiri, seperti dalam hadits Aisyah r.a.,
Rasulullah saw. sangat menyukai memulai dari yang kanan ketika memakai
sandal, menyisir, bersuci, dan semua aktivitasnya. (Muttafaq alaih)
8. Menggosok, yaitu menggerakkan tangan ke anggota badan ketika mengairi
atau sesudahnya. Sedang bersambung artinya terus menerus pembasuhan
anggota badan itu tanpa terputus oleh aktivitas lain di luar wudhu. Hal ini
diterangkan dalam banyak hadits. Menggosok menurut madzhab Maliki
termasuk dalam rukun wudhu, sedang terus menerus termasuk dalam rukun
wudhu menurut madzhab Maliki dan Hanbali.
9. Mengusap dua telinga, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad dan
At-Thahawiy dari Ibnu Abbas dan Al-Miqdam bin Ma di Kariba
10.Membasuh bagian depan kepala, dan memperpanjang basuhan di atas siku
dan mata kaki. Seperti dalam hadits Nabi saw., Sesungguhnya umatku akan
datang di hari kiamat dalam keadaan putih berseri dari basuhan wudhu.
11.Berdoa setelah wudhu, seperti dalam hadits Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw.
bersabda, Tidak ada seorangpun di antara kalian yang berwudhu dan
menyempurnakannya, kemudian berdoa:
Aku Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah, Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Pasti akan dibukakan baginya
pintu-pintu surga yang delapan itu, dan dipersilahkan masuk dari mana saja.
(Muslim)
12.Sedangkan doa ketika berwudhu, tidak pernah ada riwayat yang
menerangkan sedikitpun.
13.Shalat sunnah wudhu dua rakaat, seperti dalam hadits Uqbah bin Amir r.a.
berkata, Rasulullah saw. bersabda, Tidak ada seorangpun yang berwudhu
dan menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat dua rakaat dengan
menghadap wajah dan hatinya, maka wajib baginya surga. (Muslim, Abu
Daud, dan Ibnu Majah)

Cara Berwudhu

Dari Humran mantan budak Utsman bin Affan r.a. bahwa Utsman minta diambilkan air wudhu,
kemudian ia basuh kedua tangannya tiga kali, kemudian berkumur, menghisap air ke hidung,
menyemburkannya, lalu membasuh mukanya tiga kali, membasuh tangan kanannya samapai ke
siku tiga kali, kemudian yang kiri seperti itu, kemudian mengusap kepalanya, lalu membasuh
kaki kanannya sampai ke mata kaki tiga kali, dan yang kiri seperti itu. Kemudian Utsman
berkata, Saya melihat Rasulullah saw. berwudhu seperti wudhuku ini dan Rasulullah saw.
bersabda, Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian shalat dua rakaat, maka
akan diampuni dosanya.' (Muttafaq alaih)
Yang Membatalkan Wudhu
1. Segala sesuatu yang keluar dari dua jalan pembuangan (kencing, tinja, angin,
madzi, atau wadi), kecuali mani yang mengharuskannya mandi. Dalilnya
adalah firman Allah swt. atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan. (Al-Maidah: 6) dan sabda Nabi saw., Allah tidak
menerima shalat salah seorang di antaramu ketika berhadats sehingga ia
berwudhu. (Muttafaq alaih). Hadats adalah angin dubur baik bersuara atau
tidak. Sedangkan madzi adalah karena sabda Nabi saw., Wajibnya wudhu.
(Muttafaq alaih). Sedangkan wadiy adalah karena ungkapan Ibnu Abbas,
Basuhlah kemaluanmu, dan berwudhulah sebagaimana wudhu untuk
shalat. (Al-Baihaqi dalam As-Sunan).
2. Tidur lelap yang tidak menyisakan daya ingat, seperti dalam hadits Shafwan
bin Assal r.a. berkata, Rasulullah saw. pernah menyuruh kami jika dalam
perjalanan untuk tidak melepas sepatu kami selama tiga hari tiga malam,
sebab buang air kecil, air besar maupun tidur, kecuali karena junub.
(Ahmad, An Nasai, At-Tirmidzi dan menshahihkannya). Kata tidur disebutkan
bersama dengan buang air kecil dan air besar yang telah diketahui sebagai
pembatal wudhu. Sedang tidur dengan duduk tidak membatalkan wudhu jika
tidak bergeser tempat duduknya. Hal ini tercantum dalam hadits Anas r.a.
yang diriwayatkan oleh Asy-Syafii, Muslim, dan Abu Daud, Adalah para
sahabat Rasulullah saw. pada masa Nabi menunggu shalat Isya sehingga
kepala mereka tertunduk, kemudian mereka shalat tanpa berwudhu.
3. Hilang akal baik karena gila, pingsan, mabuk atau obat. Karena hal ini
menyerupai tidur dari sisi hilangnya kesadaran.

Tiga hal itu disepakati sebagai pembatal wudhu, tapi para ulama berbeda pendapat dalam
beberapa hal berikut ini:
1. Menyentuh kemaluan tanpa sekat, membatalkan wudhu menurut Syafii dan Ahmad, seperti
dalam hadits Busrah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang menyentuh
kemaluannya hendaklah ia berwudhu. (Al-Khamsah dan disahihkan oleh At-Tirmidziy dan Ibnu
Hibban). Al-Bukhari berkata, Inilah yang paling shahih dalam bab ini. Telah diriwayatkan pula
hadits yang mendukungnya dari tujuh belas orang sahabat.

2. Darah yang mengucur, membatalkan wudhu menurut Abu Hanifah, seperti dalam hadits
Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang muntah atau mengeluarkan
darah, maka berpaling dan berwudhulah. (Ibnu Majjah dan didhaifkan oleh Ahmad, dan AlBaihaqi). Dan menurut Asy-Syafii dan Malik bahwa keluarnya darah tidak membatalkan
wudhu. Karena hadits yang menyebutkannya tidak kuat menurutnya, juga karena hadits Anas
r.a., Bahwa Rasulullah saw. dibekam dan shalat tanpa wudhu lagi. Hadits ini meskipun tidak
sampai pada tingkat shahih, tapi banyak didukung hadits lain yang cukup banyak. Al-Hasan
berkata, Kaum muslimin melaksanakan shalat dengan luka-luka mereka. (Al-Bukhari)
3. Muntah yang banyak dan menjijikkan, seperti dalam hadits Madan bin Abi Thalahah dari Abu
Darda, Bahwa Rasulullah saw. muntah lalu berwudhu. Ia berkata, kemudian aku berjumpa
dengan Tsauban di Masjid Damaskus, aku tanyakan kepadanya tentang ini. Ia menjawab, Betul,
saya yang menuangkan air wudhunya. (At-Tirmidzi dan mensahihkannya). Demikiamlah
Madzhab Hanafi. Dan menurut Syafii dan Malik, muntah tidak membatalkan wudhu karena
tidak ada hadits yang memerintahkannya. Hadits Madan di atas dimaknai istihbab/sunnah.
4. Menyentuh lawan jenis atau bersalaman, membatalkan wudhu menurut Mazhab Syafii
dengan dalil firman Allah swt. Al-Maidah ayat 6. Tidak membatalkan menurut Jumhurul Ulama
karena banyaknya hadits yang menyatakan tidak membatalkannya. Diantaranya hadits Aisyah
r.a., Bahwa Rasulullah saw. mencium isterinya, kemudian shalat tanpa berwudhu. (Ahmad dan
Imam empat). Juga ucapan Aisyah r.a., Saya tidur di hadapan Rasulullah dan kakiku ada di arah
kiblatnya, jika ia hendak sujud ia memindahkan kakiku. (Muttafaq alaih). Tidak ada bedanya
dalam pembatalan ini, apakah wanita itu isteri atau bukan. Sedang jika menyentuh mahram, tidak
membatalkan wudhu.
5. Tertawa terbahak ketika shalat yang ada rukuk dan sujudnya, membatalkan wudhu menurut
Madzhab Hanafi karena ada hadits, kecuali karena tertawa terbahak-bahak, maka ulangilah
wudhu dan shalat semuanya. Sedang menurut jumhurul ulama, tertawa terbahak-bahak
membatalkan shalat, tetapi tidak membatalkan wudhu karena hadits tersebut tidak kuat sebagai
hadits yang membatalkan wudhu. Juga karena hadits Nabi saw., Tertawa itu membatalkan
shalat, dan tidak membatalkan wudhu. Demikian Imam Bukhari mencatatnya sebagai hadits
mauquf dari Jabir. Pembatalan wudhu karena tertawa membutuhkan dalil, dan tidak ditemukan
dalil yang kuat.
6. Jika orang yang berwudhu ragu apakah sudah batal atau belum? Tidak membatalkan wudhu
sehingga ia yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang membatalkan wudhu. Karena hadits Nabi
saw. menyatakan, Jika salah seorang diantaramu merasakan sesuatu di perutnya, lalu dia ragu
apakah sudah keluar sesuatu atau belum, maka janganlah keluar masjid sehingga ia mendengar
suara atau mendapati baunya. (Muslim, Abu Daud dan At-Tirmidzi). Sedang jika ragu apakah
sudah wudhu atau belum, ia wajib berwudhu sebelum shalat.

Kapan Wudhu Menjadi Wajib dan Kapan Sunnah


Wudhu menjadi wajib jika:
1. Untuk shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah. Meskipun shalat jenazah,
karena firman Allah swt., jika kamu mau shalat, maka hendaklah kamu
basuh. (Al-Maidah: 6)
2. Thawaf di Kabah, karena hadits Nabi saw., Thawaf adalah shalat. (AtTirmidziy dan Al-Hakim)
3. Menyentuh mushaf, karena hadits Nabi saw., Tidak boleh menyentuh AlQuran kecuali orang yang suci. (An-Nasai dan Ad-Daruquthni). Demikianlah
pendapat jumhurul ulama. Ibnu Abbas, Hammad, dan Zhahiriyah
berpendapat bahwa menyentuh mushaf boleh dilakukan oleh orang yang
belum berwudhu, jika telah bersih dari hadats besar. Sedangkan membaca
Al-Quran tanpa menyentuh mushaf, semua sepakat memperbolehkan.

Wudhu menjadi sunnah:


1. Ketika dzikrullah. Pernah ada seseorang yang memberi salam kepada Nabi
saw. yang sedang berwudhu, dan Nabi tidak menjawab salam itu sehingga
menyelesaikan wudhunya dan bersabda, Sesungguhnya tidak ada yang
menghalangiku menjawab salammu, kecuali karena aku tidak ingin menyebut
nama Allah kecuali dalam keadaan suci. (Al-Khamsah, kecuali At Tirmidzi).
2. Ketika hendak tidur, seperti hadits Nabi saw., Jika kamu mau tidur hendaklah
berwudhu sebagaimana wudhu shalat. (Ahmad, Al-Bukhari dan At Tirmidzi)
3. Bagi orang junub yang hendak makan, minum, mengulangi hubungan
seksual, atau tidur. Demikianlah yang diriwayatkan dari Rasulullah saw oleh
Bukhari, Muslim dan muhadditsin lainnya.
4. Disunnahkan pula ketika memulai mandi, seperti yang disebutkan dalam
hadits Aisyah r.a.
5. Disunnahkan pula memperbaharui wudhu setiap shalat, seperti yang
diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan kebanyakan ulama hadits. []

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/07/26/842/caraberwudhu/#ixzz3GxdgHCAm
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Fiqih Wudhu

17 May 2008, 2:42 pm

Wudhu

Tanya: Niat apakah yang dimaksudkan dalam berwudhu dan mandi (wajib)? Apa hukum
perbuatan yang dilakukan tanpa niat dan apa dalilnya?
Jawab: Niat yang dimaksud dalam berwudhu dan mandi (wajib) adalah niat untuk
menghilangkan hadats atau untuk menjadikan boleh suatu perbuatan yang diwajibkan bersuci,
oleh karenanya amalan-amalan yang dilakukan tanpa niat tidak diterima. Dalilnya adalah firman
Allah, Dan mereka tidaklah diperintahkan melainkan agar beribadah kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. (QS. AlBayyinah: 5)
Dan hadits dari Umar bin al-Khaththab, bahwa Rasulullah bersabda, Sesungguhnya segala
amalan itu tidak lain tergantung pada niat; dan sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan
memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya menuju (keridhaan)
Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa
hijrahnya karena (harta atau kemegahan) dunia yang dia harapkan, atau karena seorang wanita
yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.
Tanya: Apakah wudhu itu? Apa dalil yang menunjukkan wajibnya wudhu? Dan apa (serta
berapa macam) yang mewajibkan wudhu?
Jawab: Yang dimaksud wudhu adalah menggunakan air yang suci dan mensucikan dengan cara
yang khusus di empat anggota badan yaitu, wajah, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki. Adapun
sebab yang mewajibkan wudhu adalah hadats, yaitu apa saja yang mewajibkan wudhu atau
mandi [terbagi menjadi dua macam, (Hadats Besar) yaitu segala yang mewajibkan mandi dan
(Hadats Kecil) yaitu semua yang mewajibkan wudhu].
Adapun dalil wajibnya wudhu adalah firman Allah, Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (QS. Al-Maidah:
6)
Tanya: Apa dalil yang mewajibkan membaca basmalah dalam berwudhu dan gugur kewajiban
tersebut kalau lupa atau tidak tahu?

Jawab: Dalil yang mewajibkan membaca basmalah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah dari Nabi, beliau bersabda, Tidak sah shalat bagi orang yang tidak berwudhu dan
tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah atas wudhunya.
Adapun dalil gugurnya kewajiban mengucapkan basmalah kalau lupa atau tidak tahu adalah
hadits, Dimaafkan untuk umatku, kesalahan dan kelupaan. Tempatnya adalah di lisan dengan
mengucapkan bismillah.
Tanya: Apa sajakah syarat-syarat wudhu itu?
Jawab: Syarat-syarat (sahnya) wudhu adalah sebagai berikut:
(1). Islam, (2). Berakal, (3). Tamyiz (dapat membedakan antara baik dan buruk), (4). Niat, (5).
Istishab hukum niat, (6). Tidak adanya yang mewajibkan wudhu, (7). Istinja dan istijmar
sebelumnya (bila setelah buang hajat), (8). Air yang thahur (suci lagi mensucikan), (9). Air yang
mubah (bukan hasil curian -misalnya-), (10). Menghilangkan sesuatu yang menghalangi air
meresap dalam pori-pori.
Tanya: Ada berapakah fardhu (rukun) wudhu itu? Dan apa saja?
Jawab: Fardhu (rukun) wudhu ada 6 (enam), yaitu:
1. Membasuh muka (temasuk berkumur dan memasukkan sebagian air ke
dalam hidung lalu dikeluarkan).
2. Membasuh kedua tangan sampai kedua siku.
3. Mengusap (menyapu) seluruh kepala (termasuk mengusap kedua daun
telinga).
4. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki.
5. Tertib (berurutan).
6. Muwalah (tidak diselingi dengan perkara-perkara yang lain).

Tanya: Sampai dimana batasan wajah (muka) itu? Bagaimana hukum membasuh rambut/bulu
yang tumbuh di (daerah) muka ketika berwudhu?
Jawab: Batasan-batasan wajah (muka) adalah mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala yang
normal sampai jenggot yang turun dari dua cambang dan dagu (janggut) memanjang (atas ke
bawah), dan dari telinga kanan sampai telinga kiri melebar. Wajib membasuh semua bagian
muka bagi yang tidak lebat rambut jenggotnya (atau bagi yang tidak tumbuh rambut jenggotnya)
beserta kulit yang ada di balik rambut jenggot yang jarang (tidak lebat). Karena anda lihat

sendiri, kalau rambut jenggotnya lebat maka wajib membasuh bagian luarnya dan di sunnahkan
menyela-nyelanya. Karena masing-masing bagian luar jenggot yang lebat dan bagian bawah
jenggot yang jarang bisa terlihat dari depan sebagai bagian muka, maka wajib membasuhnya.
Tanya: Apa yang dimaksud dengan tertib (urut)? Apa dalil yang mewajibkannya dari al-Quran
dan As-Sunnah?
Jawab: Yang dimaksud dengan tertib (urut) adalah sebagaimana yang tertera dalam ayat yang
mulia. Yaitu membasuh wajah, kemudian kedua tangan (sampai siku), kemudian mengusap
kepala, kemudian membasuh kedua kaki.
Adapun dalilnya adalah sebagaimana tersebut dalam ayat di atas (ayat 6 surat al-Maidah). Di
dalam ayat tersebut telah dimasukkan kata mengusap diantara dua kata membasuh. Orang Arab
tidak melakukan hal ini melainkan untuk suatu faedah tertentu yang tidak lain adalah tertib
(urut).
Kedua, sabda Rasulullah, Mulailah dengan apa yang Allah telah memulai dengannya.
Ketiga, hadits yang diriwayatkan dari Amr bin Abasah. Dia berkata, Wahai Rasulullah
beritahukan kepadaku tentang wudhu? Rasulullah berkata, Tidaklah salah seorang dari
kalian mendekati air wudhunya, kemudian berkumur-kumur, memasukkan air ke hidungnya lalu
mengeluarkannya kembali, melainkan gugurlah dosa-dosa di (rongga) mulut dan rongga
hidungnya bersama air wudhunya, kemudian (tidaklah) ia membasuh mukanya sebagaimana
yang Allah perintahkan, melainkan gugurlah dosa-dosa wajahnya melalui ujung-ujung
janggutnya bersama tetesan air wudhu, kemudian (tidaklah) ia membasuh kedua tangannya
sampai ke siku, melainkan gugurlah dasa-dosa tangannya bersama air wudhu melalui jari-jari
tangannya, kemudian (tidaklah) ia mengusap kepalanya, melainkan gugur dosa-dasa kepalanya
bersama air melalui ujung-ujung rambutnya, kemudian (tidaklah) ia membasuh kedua kakinya,
melainkan gugur dosa-dasa kakinya bersama air melalui ujung-ujung jari kakinya. (HR.
Muslim)
Dan dalam riwayat Ahmad terdapat ungkapan, Kemudian mengusap kepalanya (sebagaimana
yang Allah perintahkan), kemudian membasuh kedua kakinya sampai mata kaki sebagaimana
yang Allah perintahkan.
Dan di dalam riwayat Abdullah bin Shanaji terdapat apa yang menunjukkan akan hal itu.
Wallahu Alam.
Tanya: Apa yang dimaksud dengan muwalah dan apa dalilnya?
Jawab: Maksudnya adalah jangan mengakhirkan membasuh anggota wudhu sampai mengering
anggota sebelumnya setelah beberapa saat.

Dalilnya, hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud dari Nabi, bahwa beliau melihat
seorang laki-laki di kakinya ada bagian sebesar mata uang logam yang tidak terkena air wudhu,
maka beliau memerintahkan untuk mengulangi wudhunya.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar bin al-Khathab bahwa seorang laki-laki berwudhu, tetapi
meninggalkan satu bagian sebesar kuku di kakinya (tidak membasahinya dengan air wudhu).
Rasulullah melihatnya maka beliau berkata, Berwudhulah kembali, kemudian shalatlah.
Sedangkan dalam riwayat Muslim tidak menyebutkan lafal, Berwudhulah kembali.
Tanya: Bagaimana tata cara wudhu yang sempurna? Dan apa yang dibasuh oleh orang yang
buntung ketika berwudhu?
Jawab: Hendaknya berniat kemudian membaca basmalah dan membasuh tangannya sebanyak
tiga kali, kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung (lalu
mengeluarkannya) sebanyak tiga kali dengan tiga kali cidukan. Kemudian, membasuh mukanya
sebanyak tiga kali, kemudian membasuh kedua tangannya beserta kedua sikunya sebanyak tiga
kali, kemudian mengusap kepalanya sekali, dari mulai tempat tumbuh rambut bagian depan
sampai akhir tumbuhnya rambut dekat tengkuknya, kemudian mengembalikan usapan itu
(membalik) sampai kembali ketempat semula memulai, kemudian memasukkan masing-masing
jari telunjuknya ke telinga dan menyapu bagian daun telinga dengan kedua jempolnya, kemudian
membasuh kedua kakinya beserta mata kakinya tiga kali, dan bagi yang cacat membasuh bagianbagian yang wajib (dari anggota tubuhnya) yang tersisa. Jika yang buntung adalah persendiannya
maka memulainya dari bagian lengan yang terputus. Demikian pula jika yang buntung adalah
dari persendian tumit kaki, maka membasuh ujung betisnya.
Tanya: Apa dalil dari tata cara wudhu yang sempurna? Sebutkan dalil-dalil tersebut secara
lengkap?
Jawab: Adapun niat dan membaca basmalah, telah disebutkan dalilnya di atas. Dan dalam
riwayat Abdullah bin Zaid tentang tatacara wudhu (terdapat lafal), Kemudian Rasulullah
memasukkan tangannya, kemudian berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung dengan satu
tangan sebanyak tiga kali. (Mutafaq alaih)
Dan dari Humran bahwa Utsman pernah meminta dibawakan air wudhu, maka ia membasuh
kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya sampai ke siku tiga
kali, kemudian tangan kirinya seperti itu pula, kemudian mengusap kepalanya, kemudian
membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki kirinya seperti itu pula,
kemudian berkata, Aku melihat Rasulullah berwudhu seperti wudhuku ini. (Mutafaq alaih)
Dan dari Abdullah bin Zaid bin Ashim dalam tatacara wudhu, ia berkata, Dan Rasulullah
mengusap kepalanya, menyapukannya ke belakang dan ke depan. (Mutafaq alaih)

Dan lafal yang lain, (Beliau) memulai dari bagian depan kepalanya sampai ke tengkuk,
kemudian menariknya lagi ke bagian depan tempat semula memulai.
Dan dalam riwayat Ibnu Amr tentang tata cara berwudhu, katanya, Kemudian (Rasulullah)
mengusap kepalanya, dan memasukkan dua jari telunjuknya ke masing-masing telinganya, dan
mengusapkan kedua jari jempolnya ke permukaan daun telinganya. (HR. Abu Dawud, Nasai
dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)
Tanya: Apa saja yang termasuk sunnah-sunnah wudhu beserta dalilnya?
Jawab: Yang termasuk sunnah-sunnah wudhu adalah:
1. Menyempurnakan wudhu.
2. Menyela-nyela antara jari jemari.
3. Melebihkan dalam memasukkan air ke dalam hidung kecuali bagi yang
berpuasa.
4. Mendahulukan anggota wudhu yang kanan.
5. Bersiwak.
6. Membasuh dua telapak tangan sebanyak tiga kali.
7. Mengulangi setiap basuhan dua kali atau tiga kali.
8. Menyela-nyela jenggot yang lebat.

Dalil tentang siwak telah lalu penjelasannya. Adapun tentang membasuh dua telapak tangan
sebelum berwudhu, yaitu apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasai dari Aus bin Aus atsTsaqafi ia berkata, Aku melihat Nabi berwudhu, maka beliau mencuci dua telapak tangannya
sebanyak tiga kali.
Adapun tentang menyempurnakan wudhu, menyela-nyela jari jemari dan melebihkan (dalam
memasukkan air ke hidung) kecuali bagi yang berpuasa, sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Laqith bin Shabrah, katanya, Aku berkata: Wahai Rasulullah, kabarkan
kepadaku tentang wudhu?' Nabi berkata, Sempurnakan wudhu-mu, dan sela-selalah antara
jari-jemarimu, dan bersungguh sungguhlah dalam memasukkan air ke dalam hidung kecuali jika
kamu dalam keadaan berpuasa. (Diriwayatkan oleh lima imam, dishahihkan oleh Tirmidzi)
Dan dari Aisyah, ia berkata, Nabi suka mengawali sesuatu dengan yang kanan, dalam
memakai terompah, bersisir, bersuci dan dalam segala sesuatu. (Mutafaq alaih)

Adapun menyela-nyala jenggot, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Utsman, Bahwa Nabi ada
menyela-nyala jenggotnya. (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi dan ia menshahihkannya). Cara
menyela-nyela jenggot ini dengan mengambil seraup air dan meletakkannya dari bawahnya
dengan jari-jemarinya atau dari dua sisinya dan menggosokkan keduanya. Dan dalam riwayat
Abu Dawud dari Anas, Bahwa Nabi jika berwudhu mengambil seraup air, kemudian
meletakkannya di bawah dagunya dan berkata, Demikianlah yang diperintahkan oleh Tuhan
kepadaku.'
Tanya: Berapa takaran air yang dibutuhkan ketika berwudhu atau mandi (junub)?
Jawab: Takaran air dalam berwudhu adalah satu mud (Satu mud sama dengan 1 1/3 liter
menurut ukuran orang Hijaz dan 2 liter menurut ukuran orang Irak. (Lihat Lisanul Arab Jilid 3
hal 400). Adapun untuk mandi sebanyak satu sha sampai lima mud. Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Anas, katanya, Adalah Rasulullah ketika berwudhu dengan (takaran air
sebanyak) satu mud dan mandi (dengan takaran sebanyak) satu sha sampai lima mud. (HR.
Muttafaq alaih). Dan makruh (dibenci) berlebih-lebihan, yaitu yang lebih dari tiga kali dalam
berwudhu.
Tanya: Bacaan apa yang disunnahkan ketika selesai berwudhu?
Jawab: Bacaan yang disunnahkan adalah mengucapkan sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Umar, katanya, Berkata Rasulullah, Tidaklah salah seorang diantara kalian berwudhu dan
menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan: asyhadu anlaa ilaaha illalloohu
wahdahu laa syariikalahu wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rosuuluh (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah semata; yang tidak ada sekutu
baginya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya), melainkan
dibukakan untuknya delapan pintu syurga, ia dapat masuk dari mana saja yang ia kehendaki.'
(HR. Muslim)
Dan Tirmidzi menambahkan: Alloohummajalni minat tawwabiina wajalnii minl
mutathohhiriin (Ya Allah jadikan aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikan aku
termasuk orang-orang yang suka mensucikan diri).
***
Sumber: Majalah Fatawa
Dipublikasikan kembali oleh www.muslim.or.id

jika anda hendak mengerjakan shalat anda diwajibkan untuk berwudhu terlebuh dahulu karena
dengan berwudhu anda akan membersihkan kotoran yang ada di tubuh anda, dan tentunya

membersihkan dari najis yang ada di tubuh kita sehingga waktu kita mengerjakan shalat kondisi
kita dalam keadaan suci, dan langsung saja mari kita simak cara berwudhu yang benar dibawah
ini
Cara Mengerjakan Wudhu ialah :

1. Membaca BISMILLAAHIR-RAH-MAANIR-RAHIIM, sambil mencuci kedua


belah tangan sampai gelang tangan hingga bersih

2. Selesai membersihkan tangan terus berkumur 3x (tiga kali), sambil membersihkan gigi
hingga bersih agar tidak ada bekas makanan yang ada di gigi

3. selesai berkumur anda harus mencuci lubang hidung 3x (tiga kali)

4. jika anda telah selesai hidung sebanyak tiga kali, lalu anda diwajibkan untuk mencuci
muka sebanyak 3x , mulai dari tempat tumbuhnya rambut atau dahi, sampai dengan dagu,
dan juga telinga kanan dan telinga kiri , sambil membaca niat wudhu seperti dibawah ini

Nawaitul wudhuua li rafil-hadatsil-ashghari fardhal lillaahi taaalaa


Aku niat berwudhu untuk mengilangkan hadast kecil, fardhu karena Allah

5. jika sudah selesai membasuh muka ( mencuci muka ) lalu anda harus
mencuci/membasuh kedua tangan anda hingga siku-siku anda sampai tiga kali

6. setelah selesai mencuci kedua belah tangan , anda harus menyapu sebagian rambut
kepala sebanyak tiga kali lagi

7. dan jika anda sudah selesai menyapu sebagian rambut kepala anda harus menyapu
kedua belah telinga sebanyak tiga kali

Gambar: Tata Cara Shalat Rasulullah


Okt 2
Posted by Fadhl Ihsan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda,

Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. (HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan
Muslim no. 1533)
Ini adalah perintah beliau kepada umatnya agar meneladani tata cara shalat sesuai dengan apa
yang beliau tuntunkan. Lalu bagaimana kaifiyah shalat yang beliau ajarkan? Berikut adalah
tuntunan shalat sesuai sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk anda sekalian.
Catatan: Kami sengaja tidak menghapus gambar supaya anda lebih bisa memahami gambaran
tata cara shalat yang dijelaskan di sini, karena terkadang teks saja tidak mencukupi. Dan untuk
anda yang mengakses halaman ini dengan perangkat mobile kami tuliskan teks dalam gambar
agar lebih membantu.

1. RAKAAT PERTAMA
Berwudhu terlebih dahulu. [1]
Berniat di dalam hati dan tidak dilafazhkan. [2]
Menghadap kiblat, yaitu Kabah. [3]
Perhatian: Menghadap Kabah bukan berarti menyembah Kabah, tetapi tetap menyembah Allah
Azza wa Jalla. Kita menghadap Kabah karena kita diperintahkan Allah untuk itu dan kita pun
tunduk pada perintah-Nya.
Menempatkan sutrah di hadapanmu (sutrah yaitu pembatas, seperti: tembok, tiang dan lainlain). Tinggi sutrah yaitu setinggi satu hasta (dari ujung jari tengah sampai siku). [4] Sedangkan
jarak antara sutrah dan tempat sujud adalah kira-kira bisa dilalui seekor kambing. [5]
Lakukanlah shalat dengan berdiri, bila tidak mampu, maka boleh duduk. Bila tidak mampu
duduk, maka dengan berbaring, dan jika tidak mampu menggerakkan anggota badan maka boleh
dengan isyarat. Bila tidak mampu dengan isyarat, maka dengan hati. [6]
Footnote:
[1] HR. Muslim
[2] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[3] QS. Al-Baqarah: 144

[4] HR. Muslim


[5] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[6] HR. Al-Bukhari

2. Bertakbiratul ihram, dengan mengucapkan: Allaahu Akbar sambil mengangkat


kedua tangan sejajar dengan bahu [7] atau telinga, [8] serta melihat ke tempat sujud, tidak
menoleh ke kiri atau ke kanan. [9]
Mengangkat tangan ketika takbir bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga keadaan:
1. Sebelum ucapan takbir. [10]
2. Bersamaan dengan ucapan takbir. [11]
3. Sesudah ucapan takbir. [12]
Jari-jemari tangan saat takbir dirapatkan, namun tidak digenggam, dan jari-jemarinya menghadap
ke atas. [*]
Footnote:
[7] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[8] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[9] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[10] HR. Muslim
[11] HR. Al-Bukhari dan Abu Dawud
[12] HR. Al-Bukhari dan Muslim

3. Meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, atau di lengan
bawah tangan kiri, atau tangan kanan menggenggam tangan kiri, [13] dan posisi kedua
tangan di dada. [14]
Membaca doa Istiftah, di antaranya:
SUBHAANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA, WA TABAARAKASMUKA WA TAAALA
JADDUKA, WA LAA ILAAHA GHAIRUK.
Mahasuci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, Mahaberkah nama-Mu, Mahatinggi
kekayaan-Mu, dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau. [15]
Footnote:
[13] HSR. An-Nasa-i
[14] HSR. Abu Dawud dan An-Nasa-i
[15] HSR. Abu Dawud

4. Membaca Taawudz:
AUUDZUBILLAHIS SAMIIIL ALIIM, MINASY SYAITHAANIRRAJIIM, MIN HAMZIHI,
WA NAFKHIHI, WA NAFTSIH.

Aku berlindung kepada Allah Yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui, dari (godaan)
syaithan yang terkutuk serta dari kegilaannya, kesombongannya dan dari syairnya yang tercela.
[17]
Membaca surat al-Faatihah, namun, bacaan Bismillaahirrahmaanirrahiim dipelankan
(tidak dikeraskan). [17]
Footnote:
[16] HSR. Abu Dawud dan selainnya
[17] HSR. An-Nasa-i

5. Membaca: Aamiiin setelah selesai membaca Waladhdhaalliin. [18]


Setelah membaca al-Faatihah, bacalah salah satu surat atau ayat-ayat al-Quran yang
engkau hafal. [19] Bacaan surat atau ayat-ayat ini dibaca pada rakaat pertama dan kedua
saja.
Setelah selesai membaca surat, maka berdiam sejenak (thumaniinah). [20]
Footnote:
[18] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[19] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[20] HSR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi

6. Melakukan ruku sambil bertakbir (mengucapkan: Allaahu Akbar) dan mengangkat


kedua tangan sejajar dengan pundak atau telinga. [21]
Posisi ruku': Punggung rata, dan kepala sejajar dengan punggung. [22] Kedua telapak tangan
diletakkan [23] atau menggenggam [24] kedua lutut dan jari-jemari direnggangkan. [25]
Lakukanlah ruku dengan thumaniinah, yaitu diam sejenak, hingga tulang-tulang menempati
posisinya. [26]
Kemudian membaca:
SUBHAANA RABBIYAL ADZIIM
Mahasuci Allah Yang Mahaagung. (sebanyak 3x) [27]
Footnote:
[21] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[22] HSR. Abu Dawud
[23] HR. Al-Bukhari
[24] HSR. Abu Dawud
[25] HR. Al-Bukhari
[26] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[27] HR. Muslim

7. Bangkit dari ruku (Itidaal), dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu
atau kedua telinga sambil mengucapkan:
SAMI-ALLAAHU LIMAN HAMIDAH
Allah Mahamendengar orang yang memuji-Nya. [28]
Setelah tegak berdiri lalu mengucapkan:
RABBANA WA LAKALHAMDU, HAMDAN KATSIIRAN THAYYIBAN, MUBAARAKAN
FIIH.
Ya Rabb kami, segala puji hanya milik-Mu dengan pujian yang baik lagi banyak serta penuh
berkah. [29]
Ketika berdiri ini pun harus tenang, tidak terburu-buru. [30]
Footnote:
[28] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[29] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[30] HR. Al-Bukhari dan Muslim

8. Melakukan sujud sambil bertakbir, kemudian meletakkan kedua lutut terlebih dahulu
daripada kedua tangan (atau boleh pula sebaliknya). [31]
Posisi sujud: Kedua telapak tangan dibuka, tidak mengepal, dan diletakkan sejajar dengan bahu
atau telinga, kedua sikut diangkat, dijauhkan dari lantai dan direnggangkan/dijauhkan dari
lambung kiri dan kanan, sehingga ketiak kelihatan, kecuali ketika shalat berjamaah, maka kedua
sikut dirapatkan ke sisi lambung. [32]
Posisi jari-jemari ketika sujud: Jari-jemari tangan dirapatkan [33] dan menghadap kiblat. [34]
Footnote:
[31] HSR. Abu Dawud
[32] HSR. Abu Dawud dan An-Nasa-i
[33] HSR. Ibnu Khuzaimah
[34] HR. Al-Bukhari

9. Posisi ketika sujud: Kedua paha dibuka, [35] lalu ujung jari-jemari kaki menghadap kiblat
dan kedua telapak kaki ditegakkan serta kedua tumit dirapatkan. [36] Jarak antara paha dan
lambung dijauhkan. [*]

Sujudlah dengan thumaniinah dan lakukanlah dengan menempelkan tujuh anggota badan: dahi
dan hidung, kedua tangan, kedua lutut, dan ujung jari-jemari kedua kaki. [37]
Bacaan ketika sujud:
SUBHAANA RABBIYAL ALAA.
Mahasuci Allah Yang Mahatinggi. (sebanyak 3x) [38]
Footnote:
[35] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[36] HSR. Ibnu Khuzaimah
[*] Kitab Al-Qaulul Mubin Fil Akhtaail Mushalliin
[37] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[38] HR. Muslim

10. Bangkit dari sujud sambil bertakbir lalu duduk Iftirasy (untuk duduk di antara dua
sujud), yaitu duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dan telapak kaki kanan
ditegakkan. [39]
Cara duduk Iftirasy yang salah: Duduk bertumpu di atas kedua telapak kaki.
Footnote:
[39] HR. Muslim

11. Posisi tangan ketika duduk iftirasy: telapak tangan kanan diletakkan di atas paha
kanan, demikian pula dengan tangan kiri. [40] Atau telapak tangan kanan diletakkan di
lutut kanan seolah-olah menggenggamnya, demikian pula telapak tangan kiri. [41]
Membaca doa:
RABBIGHFIRLII RABBIGHFIRLII.
Ya Rabbku ampunilah aku, Ya Rabbku ampunilah aku. [42]
Footnote:
[40] HR. Muslim
[41] HSR. An-Nasa-i
[42] HSR. Abu Dawud

12. Lalu sujud kembali, kemudian bangkit dari sujud sambil bertakbir, dan duduk
sejenak sebagai duduk istirahat. [43] Kemudian bangkit dengan mengepalkan tangan [47]
atau dengan membukanya. [45]

RAKAAT KEDUA:
Melakukan rakaat kedua dengan bersedekap, lalu membaca surat al-Faatihah. [46]
Rakaat kedua lebih singkat dari rakaat pertama. [47] Sehingga membaca surat yang lebih
pendek dari surat di rakaat pertama. Kemudian ruku, itidaal, sujud dan duduk di antara dua
sujud sebagaimana pada rakaat pertama.
Footnote:
[43] HR. Al-Bukhari dan Muslim
[44] HSR. Al-Baihaqi
[45] HR. Al-Bukhari
[46] HR. Muslim
[47] HR. Muslim

13. Setelah sujud kedua, maka lakukanlah tasyahhud Awal dengan posisi duduk yaitu
duduk Iftirasy.
Posisi tangan ketika tasyahhud awal:
Tangan kanan menggenggam jari kelingking dan jari manis, adapun ibu jari dan jari tengah
membentuk lingkaran, atau boleh juga digenggam seluruhnya. Kemudian jari telunjuk
ditegakkan sambil digerak-gerakkan. [48]
Pandangan mata harus tertuju pada telunjuk. [49]
Footnote:
[48] HSR. Ibnu Majah
[49] HR. Muslim

14. Lalu membaca doa Tasyahhud Awal:


ATTAHIYYATULILLAH WASH SHALAWAATU WATH THAYYIBATS,
ASSALAAMUALAIKA AYYUHANNABIYYU WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH,
ASSALAAMUALAINA WA ALAA IBAADIL-LAHISH SHAALIHIIN. ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA
RASUULUH.
Seluruh penghormatan hanyalah milik Allah dan juga seluruh pengagungan serta kebaikan.
Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, demikian pula
rahmat Allah dan berkah-Nya. Semoga kesejahteraan tercurahkan kepada kita dan kepada
hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi
kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah
hamba dan Rasul-Nya. [50]
Footnote:
[50] HR. Al-Bukhari dan Muslim

15. Lalu membaca shalawat:

ALLAHUMMA SHALLI ALAA MUHAMMAD WA ALA AALI MUHAMMAD, KAMAA


SHALLAITA ALAA IBRAAHIIM WA ALAA AALI IBRAAHIIM, INNAKA HAMIIDUM
MAJIID. ALLAHUMMA BAARIK ALAA MUHAMMAD WA ALAA AALI MUHAMMAD,
KAMAA BAARAKTA ALAA IBRAAHIIM WA ALAA AALI IBRAAHIIM, INNAKA
HAMIIDUM MAJIID.
Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan
keluarganya, sebagaimana Engkau memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim alaihissalam dan
keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung. Ya Allah berkahilah Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan keluarganya, sebagaimana Engkau berkahi Nabi
Ibrahim alaihissalam dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung.
[51]
Footnote:
[51] HR. Al-Bukhari dan Muslim

16. Bila shalat Shubuh, Jumat atau shalat dua rakaat lainnya, maka tidak ada Tasyahhud Awal,
namun langsung melakukan Tasyahhud Akhir, dengan posisi duduk, yaitu duduk Iftirasy, [52]
dan membaca seperti bacaan di atas lalu ditambah dengan doa:
ALLAHUMMA INNII AUUDZUBIKA MIN ADZAABI JAHANNAM, WA MIN
ADZAABIL QABRI, WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATI, WA MIN SYARRI
FITNATIL MASIIHID DAJJAL.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab Neraka jahannam, adzab kubur,
fitnah dalam kehidupan dan kematian dan dari keburukan fitnah al-Masih Dajjal. [53]
Lalu berdoa lagi sesuai yang diinginkan.

Footnote:
[52] HR. Al-Bukhari
[53] HR. Al-Bukhari dan Muslim

17. Bila engkau telah melakukan Tasyahhud Awal, maka bangkitlah, lalu kerjakan rakaat ketiga
dengan tangan bersedekap dan membaca al-Faatihah dan tidak membaca surat lain setelahnya.
Kemudian ruku, itidaal, sujud dan duduk di antara dua sujud lalu sujud kedua seperti biasa.
Bila shalat Maghrib, maka di rakaat ketiga ini lakukanlah Tasyahhud Akhir setelah melakukan
sujud kedua. Posisi duduknya yaitu, duduk Tawarruk (dengan posisi: Telapak kaki kanan
ditegakkan, kaki kiri diletakkan di bawah kaki kanan, dan pantat duduk di lantai). Bacaannya
sama dengan yang sebelumnya. [54]
Bila tidak mampu duduk tawarruk seperti gambar no. 24, maka boleh melakukannya seperti
pada gambar no. 25.
Footnote:
[54] HR. Al-Bukhari

18. Bila engkau telah melakukan sujud kedua, maka bangkitlah lalu kerjakanlah rakaat
keempat. Lalu ruku, itidaal, sujud, duduk di antara dua sujud dan sujud kedua seperti
biasa. Maka lakukanlah Tasyahhud Akhir dengan posisi duduk Tawarruk.
Setelah itu salam, dimulai dengan menolehkan wajah ke kanan sambil mengucapkan:
ASSALAAMU ALAIKUM WA RAHMATULLAAH.
Semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah kepada kalian. [55]
Lalu menolehkan wajah ke kiri dengan mengucapkan ucapan yang sama.
Footnote:
[55] HR. Muslim
Demikianlah pembaca tuntunan shalat secara ringkas berdasarkan sunnah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam. Untuk penjelasan lebih lengkap dan detail silakan membaca buku Sifat Shalat
Nabi shallallahu alaihi wasallam karya Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
rahimahullah. Semoga bermanfaat.
Wallahu alam bish-shawab.
http://fadhlihsan.wordpress.com/2013/10/02/gambar-tata-cara-shalat-rasulullah/

(LENGKAP+GAMBAR) TATACARA & TUNTUNAN SHOLAT


YANG BENAR SESUAI SUNNAH ROSULULLAH
SHALLALLAAHU ALAIHI WASALLAM DARI MULAI TAKBIR
SAMPAI SALAM | RINGKASAN SIFAT SHOLAT NABI KARYA
SYAIKH ALBANI RAHIMAHULLAH)*
Ringkasan Sifat Shalat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaani Rahimahullah

1. MENGHADAP KABAH

1. Apabila anda wahai Muslim ingin menunaikan shalat, menghadaplah ke Kabah


(qiblat) dimanapun anda berada, baik shalat fardlu maupun shalat sunnah, sebab ini
termasuk diantara rukun-rukun shalat, dimana shalat tidak sah tanpa rukun ini.
2. Ketentuan menghadap qiblat ini tidak menjadi keharusan lagi bagi seorang yang
sedang berperang pada pelaksanaan shalat khauf saat perang berkecamuk dahsyat.
* Dan tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang tidak sanggup seperti orang yang sakit atau
orang yang dalam perahu, kendaraan atau pesawat bila ia khawatir luputnya waktu.
* Juga tidak menjadi keharusan lagi bagi orang yang shalat sunnah atau witir sedang ia
menunggangi hewan atau kendaraan lainnya. Tapi dianjurkan kepadanya jika hal ini
memungkinkan supaya menghadap ke qiblat pada saat takbiratul ikhram, kemudian setelah itu
menghadap ke arah manapun kendaraannya menghadap.
3. Wajib bagi yang melihat Kabah untuk menghadap langsung ke porosnya, bagi yang tidak
melihatnya maka ia menghadap ke arah Kabah.
)*gambar lengkap cara sholat (foto) ada di akhir artikel ini
HUKUM SHALAT TANPA MENGHADAP KABAH KARENA KELIRU
4. Apabila shalat tanpa menghadap qiblat karena mendung atau ada penyebab lainnya sesudah
melakukan ijtihad dan pilihan, maka shalatnya sah dan tidak perlu diulangi.
5. Apabila datang orang yang dipercaya saat dia shalat, lalu orang yang datang itu
memberitahukan kepadanya arah qiblat maka wajib baginya untuk segera menghadap ke arah
yang ditunjukkan, dan shalatnya sah.
2. BERDIRI

6. Wajib bagi yang melakukan shalat untuk berdiri, dan ini adalah rukun, kecuali bagi :
* Orang yang shalat khauf saat perang berkecamuk dengan hebat, maka dibolehkan baginya
shalat di atas kendaraannya.
* Orang yang sakit yang tidak mampu berdiri, maka boleh baginya shalat sambil duduk
dan bila tidak mampu diperkenankan sambil berbaring.
* Orang yang shalat nafilah (sunnah) dibolehkan shalat di atas kendaraan atau sambil duduk jika
dia mau, adapun ruku dan sujudnya cukup dengan isyarat kepalanya, demikian pula orang yang
sakit, dan ia menjadikan sujudnya lebih rendah dari rukunya.
7. Tidak boleh bagi orang yang shalat sambil duduk meletakkan sesuatu yang agak tinggi
dihadapannya sebagai tempat sujud. Akan tetapi cukup menjadikan sujudnya lebih rendah dari
rukunya -seperti yang kami sebutkan tadi- apabila ia tidak mampu meletakkan dahinya secara
langsung ke bumi (lantai).
SHALAT DI KAPAL LAUT ATAU PESAWAT
8. Dibolehkan shalat fardlu di atas kapal laut demikian pula di pesawat.
9. Dibolehkan juga shalat di kapal laut atau pesawat sambil duduk bila khawatir akan jatuh.

10. Boleh juga saat berdiri bertumpu (memegang) pada tiang atau tongkat karena faktor ketuaan
atau karena badan yang lemah.
SHALAT SAMBIL BERDIRI DAN DUDUK
11. Dibolehkan shalat lail (sholat malam-red) sambil berdiri atau sambil duduk meski tanpa
udzur (penyebab apapun), atau sambil melakukan keduanya. Caranya; ia shalat membaca dalam
keadaan duduk dan ketika menjelang ruku ia berdiri lalu membaca ayat-ayat yang masih tersisa
dalam keadaan berdiri. Setelah itu ia ruku lalu sujud. Kemudian ia melakukan hal yang sama
pada rakaat yang kedua.
12. Apabila shalat dalam keadaan duduk, maka ia duduk bersila atau duduk dalam bentuk
lain yang memungkinkan seseorang untuk beristirahat.
SHALAT SAMBIL MEMAKAI SANDAL
13. Boleh shalat tanpa memakai sandal dan boleh pula dengan memakai sandal.
14. Tapi yang lebih utama jika sekali waktu shalat sambil memakai sandal dan sekali waktu tidak
memakai sandal, sesuai yang lebih gampang dilakukan saat itu, tidak membebani diri dengan
harus memakainya dan tidak pula harus melepasnya. Bahkan jika kebetulan telanjang kaki maka
shalat dengan kondisi seperti itu, dan bila kebetulan memakai sandal maka shalat sambil
memakai sandal. Kecuali dalam kondisi tertentu (terpaksa).
15. Jika kedua sandal dilepas maka tidak boleh diletakkan di samping kanan akan tetapi
diletakkan di samping kiri jika tidak ada di samping kirinya seseorang yang shalat, jika ada maka
hendaklah diletakkan di depan kakinya, hal yang demikianlah yang sesuai dengan perintah dari
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
SHALAT DI ATAS MIMBAR
16. Dibolehkan bagi imam untuk shalat di tempat yang tinggi seperti mimbar dengan tujuan
mengajar manusia. Imam berdiri di atas mimbar lalu takbir, kemudian membaca dan ruku
setelah itu turun sambil mundur sehingga memungkinkan untuk sujud ke tanah di depan mimbar,
lalu kembali lagi ke atas mimbar dan melakukan hal yang serupa di rakaat berikutnya.
(tambahan-red)
Posisi Imam dan Makmum Dalam Sholat Berjamaah

Klik gambar untuk melihat ukuran gambar penuh.


Untuk download file dalam bentuk pdf klik disini
KEWAJIBAN SHALAT MENGHADAP PEMBATAS (SUTROH) DAN MENDEKAT
KEPADANYA
17. Wajib shalat menghadap tabir pembatas, dan tiada bedanya baik di masjid maupun selain
masjid, di masjid yang besar atau yang kecil, berdasarkan kepada keumuman sabda Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Janganlah shalat melainkan menghadap pembatas, dan jangan biarkan seseorang lewat
di hadapanmu, apabila ia enggan maka perangilah karena sesungguhnya ia bersama
pendampingnya. (Maksudnya syaitan).
18. Wajib mendekat ke pembatas karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan hal
itu.
19. Jarak antara tempat sujud Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dengan tembok yang
dihadapinya seukuran tempat lewat domba. maka barang siapa yang mengamalkan hal itu berarti
ia telah mengamalkan batas ukuran yang diwajibkan.
KADAR KETINGGIAN PEMBATAS

20. Wajib pembatas dibuat agak tinggi dari tanah sekadar sejengkal atau dua jengkal berdasarkan
sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Jika seorang diantara kamu meletakkan di hadapannya sesuatu setinggi ekor pelana
(sebagai pembatas) maka shalatlah (menghadapnya), dan jangan ia pedulikan orang yang lewat
di balik pembatas.
21. Dan ia menghadap ke pembatas secara langsung, karena hal itu yang termuat dalam konteks
hadits tentang perintah untuk shalat menghadap ke pembatas. Adapun bergeser dari posisi
pembatas ke kanan atau ke kiri sehingga membuat tidak lurus menghadap langsung ke pembatas
maka hal ini tidak sah.
22. Boleh shalat menghadap tongkat yang ditancapkan ke tanah atau yang sepertinya, boleh pula
menghadap pohon, tiang, atau isteri yang berbaring di pembaringan sambil berselimut, boleh
pula menghadap hewan meskipun unta.
HARAM SHALAT MENGHADAP KE KUBUR
23. Tidak boleh shalat menghadap ke kubur, larangan ini mutlak, baik kubur para nabi maupun
selain nabi.
HARAM LEWAT DI DEPAN ORANG YANG SHALAT TERMASUK DI MASJID
HARAM
24. Tidak boleh lewat di depan orang yang sedang shalat jika di depannya ada pembatas, dalam
hal ini tidak ada perbedaan antara masjid Haram atau masjid-masjid lain, semua sama dalam hal
larangan berdasarkan keumuman sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Andaikan orang yang lewat di depan orang yang shalat mengetahui akibat
perbuatannya maka untuk berdiri selama 40, lebih baik baginya dari pada lewat di depan orang
yang sedang shalat. Maksudnya lewat di antara shalat dengan tempat sujudnya.
KEWAJIBAN ORANG YANG SHALAT MENCEGAH ORANG LEWAT DI DEPANNYA
MESKIPUN DI MASJID HARAM
25. Tidak boleh bagi orang yang shalat menghadap pembatas membiarkan seseorang lewat di
depannya berdasarkan hadits yang telah lalu.
Artinya : Dan janganlah membiarkan seseorang lewat di depanmu .
Dan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

Artinya : Jika seseorang diantara kamu shalat menghadap sesuatu pembatas yang
menghalanginya dari orang lain, lalu ada yang ingin lewat di depannya, maka hendaklah ia
mendorong leher orang yang ingin lewat itu semampunya (dalam riwayat lain : cegahlah dua
kali) jika ia enggan maka perangilah karena ia adalah syaithan.
download gratis kajian MP3 Tatacara Sholat yang Benar | Sifat Sholat Nabi di :

(GRATIS) DOWNLOAD MP3 KAJIAN SALAF FIQIH SHALAT LENGKAP | USTADZ


DZULQARNAIN AL MAKASSARI & USTADZ USAMAH MAHRI | Cara Sholat
Rosulullah, Sifat Shalat nabi, Kesalahan Shalat, Masalah Nawaitu, Ruku,
Bersedekap setelah Itidal, Menggerakkan jari ketika Tahiyyat, Tanya Jawab
masalah Sholat, dll

BERJALAN KE DEPAN UNTUK MENCEGAH ORANG LEWAT


26. Boleh maju selangkah atau lebih untuk mencegah yang bukan mukallaf yang lewat di
depannya seperti hewan atau anak kecil agar tidak lewat di depannya.
HAL-HAL YANG MEMUTUSKAN SHALAT
27. Di antara fungsi pembatas dalam shalat adalah menjaga orang yang shalat menghadapnya
dari kerusakan shalat disebabkan yang lewat di depannya, berbeda dengan yang tidak memakai
pembatas, shalatnya bisa terputus bila lewat di depannya wanita dewasa, keledai, atau anjing
hitam.
3. NIAT

28. Bagi yang akan shalat harus meniatkan shalat yang akan dilaksanakannya serta menentukan
niat dengan hatinya, seperti fardhu zhuhur dan ashar, atau sunnat zhuhur dan ashar. Niat ini
merupakan syarat atau rukun shalat. Adapun melafazhkan niat dengan lisan maka ini merupakan
bidah, menyalahi sunnah, dan tidak ada seorangpun yang menfatwakan hal itu di antara para
ulama yang ditokohkan oleh orang-orang yang suka taqlid (fanatik buta).
4. TAKBIR

29. Kemudian memulai shalat dengan membaca. Allahu Akbar (Artinya : Allah Maha Besar).
Takbir ini merupakan rukun, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Pembuka Shalat adalah bersuci, pengharamannya adalah takbir, sedangkan
penghalalannya adalah salam.
30. Tidak boleh mengeraskan suara saat takbir di semua shalat, kecuali jika menjadi imam.

31. Boleh bagi muadzin menyampaikan (memperdengarkan) takbir imam kepada jamaah jika
keadaan menghendaki, seperti jika imam sakit, suaranya lemah atau karena banyaknya orang
yang shalat.
32. Mamum tidak boleh takbir kecuali jika imam telah selesai takbir.
MENGANGKAT KEDUA TANGAN DAN CARA-CARANYA

33. Mengangkat kedua tangan, boleh bersamaan


dengan takbir, atau sebelumnya, bahkan boleh sesudah takbir. Kesemuanya ini ada landasannya
yang sah dalam sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
34. Mengangkat tangan dengan jari-jari terbuka.
35. Mensejajarkan kedua telapak tangan dengan pundak/bahu, sewaktu-waktu mengangkat lebih
tinggi lagi sampai sejajar dengan ujung telinga.
MELETAKKAN KEDUA TANGAN DAN CARA-CARANYA
36. Kemudian meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri sesudah takbir, ini merupakan sunnah
(ajaran) para nabi-nabi Alaihimus Shallatu was sallam dan diperintahkan oleh Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam kepada para sahabat beliau, sehingga tidak boleh menjulurkannya.

37. Meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan di atas pergelangan dan lengan.
38. Kadang-kadang menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan.
TEMPAT MELETAKKAN TANGAN

39. Keduanya diletakkan di atas dada saja. Lakilaki dan perempuan dalam hal tersebut sama.
40. Tidak meletakkan tangan kanan di atas pinggang.
KHUSU DAN MELIHAT KE TEMPAT SUJUD
41. Hendaklah berlaku khusu dalam shalat dan menjauhi segala sesuatu yang dapat melalaikan
dari khusu seperti perhiasan dan lukisan, janganlah shalat saat berhadapan dengan hidangan
yang menarik, demikian juga saat menahan berak dan kencing.
42. Memandang ke tempat sujud saat berdiri.
43. Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, karena menoleh adalah curian yang dilakukan oleh
syaitan dari shalat seorang hamba.
44. Tidak boleh mengarahkan pandangan ke langit (ke atas).
DOA ISTIFTAAH (PEMBUKAAN)

45. Kemudian membuka bacaan dengan sebagian doa-doa yang sah dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam yang jumlahnya banyak, yang masyhur diantaranya ialah :
Subhaanaka Allahumma wa bihamdika, wa tabaarakasmuka, wa taalaa jadduka, walaa ilaha
ghaiyruka.
Artinya : Maha Suci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, kedudukan-Mu sangat agung,
dan tidak ada sembahan yang hak selain Engkau.
Perintah ber-istiftah telah sah dari Nabi, maka sepatutnya diperhatikan untuk diamalkan.
(Tambahan-red) doa istiftah yang lain :

ALLAHUUMMA BAID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAAADTA


BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIBI, ALLAAHUMMA NAQQINII MIN
KHATHAAYAAYA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS.
ALLAAHUMMAGHSILNII MIN KHATHAAYAAYA BIL MAAI WATS TSALJI WAL
BARADI
artinya:
Ya, Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan
antara timur dan barat. Ya, Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju
putih dibersihkan dari kotoran. Ya, Allah cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air,
salju dan embun. (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).
Atau kadang-kadang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga membaca dalam sholat
fardhu:

WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATARAS SAMAAWAATI WAL ARDHA HANIIFAN


[MUSLIMAN] WA MAA ANA MINAL MUSYRIKIIN. INNA SHOLATII WANUSUKII
WAMAHYAAYA WAMAMAATII LILLAHI RABBIL ALAMIIN. LAA SYARIIKALAHU
WABIDZALIKA UMIRTU WA ANA AWWALUL MUSLIMIIN. ALLAHUMMA ANTAL
MALIKU, LAA ILAAHA ILLA ANTA [SUBHAANAKA WA BIHAMDIKA] ANTA RABBII
WA ANA ABDUKA, DHALAMTU NAFSII, WATARAFTU BIDZAMBI, FAGHFIRLII
DZAMBI JAMIIAN, INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLA ANTA. WAHDINII
LI AHSANIL AKHLAAQI LAA YAHDII LI AHSANIHAA ILLA ANTA, WASHRIF ANNII
SAYYI-AHAA LAA YASHRIFU ANNII SAYYI-AHAA ILLA ANTA LABBAIKA WA
SADAIKA, WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIKA. WASY SYARRULAISA ILAIKA.
[WAL MAHDIYYU MAN HADAITA]. ANA BIKA WA ILAIKA [LAA MANJAA WALAA
MALJA-A MINKA ILLA ILAIKA. TABAARAKTA WA TAAALAITA ASTAGHFIRUKA
WAATUUBU ILAIKA
yang artinya:
Aku hadapkan wajahku kepada Pencipta seluruh langit dan bumi dengan penuh kepasrahan dan
aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku sematamata untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sesuatu pun yang menyekutui-Nya. Demikianlah
aku diperintah dan aku termasuk orang yang pertama-tama menjadi muslim. Ya Allah, Engkaulah
Penguasa, tiada Ilah selain Engkau semata-mata. [Engkau Mahasuci dan Mahaterpuji],
Engkaulah Rabbku dan aku hamba-Mu, aku telah menganiaya diriku dan aku mengakui dosadosaku, maka ampunilah semua dosaku. Sesungguhnya hanya Engkaulah yang berhak
mengampuni semua dosa. Berilah aku petunjuk kepada akhlaq yang paling baik, karena hanya
Engkaulah yang dapat memberi petunjuk kepada akhlaq yang terbaik dan jauhkanlah diriku dari
akhlaq buruk. Aku jawab seruan-Mu, sedang segala keburukan tidak datang dari-Mu. [Orang
yang terpimpin adalah orang yang Engkau beri petunjuk]. Aku berada dalam kekuasaan-Mu dan
akan kembali kepada-Mu, [tiada tempat memohon keselamatan dan perlindungan dari siksa-Mu

kecuali hanya Engkau semata]. Engkau Mahamulia dan Mahatinggi, aku mohon ampun kepadaMu dan bertaubat kepada-Mu.
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah)
5. QIRAAH (BACAAN)

46. Kemudian wajib berlindung kepada Allah Taala, dan bagi yang meninggalkannya mendapat
dosa.
47. Termasuk sunnah jika sewaktu-waktu membaca.

AUUDZUBILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMAZIHI WA NAFKHIHI


WANAFTSIHI
artinya:
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari semburannya (yang menyebabkn
gila), dari kesombongannya, dan dari hembusannya (yang menyebabkan kerusakan akhlaq).
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni, Hakim dan dishahkan
olehnya serta oleh Ibnu Hibban dan Dzahabi).
48. Dan sewaktu-waktu membaca tambahan.

AUUZUBILLAHIS SAMIIIL ALIIM MINASY SYAITHAANIR RAJIIM


artinya:
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang
terkutuk
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad hasan).
49. Kemudian membaca basmalah (bismillah) di semua shalat secara sirr (tidak diperdengarkan).
MEMBACA AL-FAATIHAH

50. Kemudian membaca surat Al-Fatihah sepenuhnya termasuk bismillah, ini adalah rukun shalat
dimana shalat tak sah jika tidak membaca Al-Fatihah, sehingga wajib bagi orang-orang Ajm
(non Arab) untuk menghafalnya.
51. Bagi yang tak bisa menghafalnya boleh membaca.
Subhaanallah, wal hamdulillah walaa ilaha illallah, walaa hauwla wala quwwata illaa billah.
Artinya : Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada sembahan yang haq selain Allah,
serta tidak ada daya dan kekuatan melainkan karena Allah.
52. Didalam membaca Al-Fatihah, disunnahkan berhenti pada setiap ayat, dengan cara membaca.
(Bismillahir-rahmanir-rahiim) lalu berhenti, kemudian membaca. (Alhamdulillahir-rabbil
aalamiin) lalu berhenti, kemudian membaca. (Ar-rahmanir-rahiim) lalu berhenti, kemudian
membaca. (Maaliki yauwmiddiin) lalu berhenti, dan demikian seterusnya. Demikianlah cara
membaca Nabi Shallallahu alaihi wa sallam seluruhnya. Beliau berhenti di akhir setiap ayat dan
tidak menyambungnya dengan ayat sesudahnya meskipun maknanya berkaitan.
53. Boleh membaca (Maaliki) dengan panjang, dan boleh pula (Maliki) dengan pendek.
BACAAN MAMUM
54. Wajib bagi mamum membaca Al-Fatihah di belakang imam yang membaca sirr (tidak
terdengar) atau saat imam membaca keras tapi mamum tidak mendengar bacaan imam,
demikian pula mamum membaca Al-Fatihah bila imam berhenti sebentar untuk memberi
kesempatan bagi mamum yang membacanya. Meskipun kami menganggap bahwa berhentinya
imam di tempat ini tidak tsabit dari sunnah.
BACAAN SESUDAH AL-FATIHAH
55. Disunnahkan sesudah membaca Al-Fatihah, membaca surat yang lain atau beberapa ayat
pada dua rakaat yang pertama. Hal ini berlaku pula pada shalat jenazah.
56. Kadang-kadang bacaan sesudah Al-Fatihah dipanjangkan kadang pula diringkas karena ada
faktor-faktor tertentu seperti safar (bepergian), batuk, sakit, atau karena tangisan anak kecil.
57. Panjang pendeknya bacaan berbeda-beda sesuai dengan shalat yang dilaksanakan. Bacaan
pada shalat subuh lebih panjang daripada bacaan shalat fardhu yang lain, setelah itu bacaan pada
shalat dzuhur, pada shalat ashar, lalu bacaan pada shalat isya, sedangkan bacaan pada shalat
maghrib umumnya diperpendek.
58. Adapun bacaan pada shalat lail lebih panjang dari semua itu.

59. Sunnah membaca lebih panjang pada rakaat pertama dari rakaat yang kedua.
60. Memendekkan dua rakaat terakhir kira-kira setengah dari dua rakaat yang pertama.
61. Membaca Al-Fatihah pada semua rakaat.
62. Disunnahkan pula menambahkan bacaan surat Al-Fatihah dengan surat-surat lain pada dua
rakaat yang terakhir.
63. Tidak boleh imam memanjangkan bacaan melebihi dari apa yang disebutkan di dalam sunnah
karena yang demikian bisa-bisa memberatkan mamum yang tidak mampu seperti orang tua,
orang sakit, wanita yang mempunyai anak kecil dan orang yang mempunyai keperluan.
MENGERASKAN DAN MENGECILKAN BACAAN
64. Bacaan dikeraskan pada shalat shubuh, jumat, dua shalat ied, shalat istisqa, khusuf dan dua
rakaat pertama dari shalat maghrib dan isya. Dan dikecilkan (tidak dikeraskan) pada shalat
dzuhur, ashar, rakaat ketiga dari shalat maghrib, serta dua rakaat terakhir dari shalat isya.
65. Boleh bagi imam memperdengarkan bacaan ayat pada shalat-shalat sir (yang tidak
dikeraskan).
66. Adapun witir dan shalat lail bacaannya kadang tidak dikeraskan dan kadang dikeraskan.
MEMBACA AL-QURAN DENGAN TARTIL
67. Sunnah membaca Al-Quran secara tartil (sesuai dengan hukum tajwid) tidak terlalu
dipanjangkan dan tidak pula terburu-buru, bahkan dibaca secara jelas huruf perhuruf. Sunnah
pula menghiasi Al-Quran dengan suara serta melagukannya sesuai batas-batas hukum oleh
ulama ilmu tajwid. Tidak boleh melagukan Al-Quran seperti perbuatan Ahli Bidah dan tidak
boleh pula seperti nada-nada musik.
68. Disyariatkan bagi mamum untuk membetulkan bacaan imam jika keliru.
6. RUKU

69. Bila selesai membaca, maka diam sebentar menarik nafas agar bisa teratur.
70. Kemudian mengangkat kedua tangan seperti yang telah dijelaskan terdahulu pada takbiratul
ihram.
71. Dan takbir, hukumnya adalah wajib.

72. Lalu ruku sedapatnya agar persendian bisa menempati posisinya dan setiap anggota badan
mengambil tempatnya. Adapun ruku adalah rukun.
CARA RUKU

73. Meletakkan kedua tangan di


atas lutut dengan sebaik-baiknya, lalu merenggangkan jari-jari seolah-olah menggenggam kedua
lutut. Semua itu hukumnya wajib.
74. Mensejajarkan punggung dan meluruskannya, sehingga jika kita menaruh air di
punggungnya tidak akan tumpah. Hal ini wajib.
75. Tidak merendahkan kepala dan tidak pula mengangkatnya tapi disejajarkan dengan
punggung.

76. Merenggangkan kedua siku dari badan.


77. Mengucapkan saat ruku.

Subhaana rabbiiyal adhiim.


Artinya : Segala puji bagi Allah yang Maha Agung. tiga kali atau lebih.
MENYAMAKAN PANJANGNYA RUKUN
78. Termasuk sunnah untuk menyamakan panjangnya rukun, diusahakan antara ruku berdiri dan
sesudah ruku, dan duduk diantara dua sujud hampir sama.

79. Tidak boleh membaca Al-Quran saat ruku dan sujud.


ITIDAL SESUDAH RUKU
80. Mengangkat punggung dari ruku dan ini adalah rukun.
81. Dan saat itidal mengucapkan .

Syamiallahu-liman hamidah.
Artinya : Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya. adapun hukumnya wajib.
82. Mengangkat kedua tangan saat itidal seperti dijelaskan terdahulu.
83. Lalu berdiri dengan tegak dan tenang sampai seluruh tulang menempati posisinya. Ini
termasuk rukun.
84. Mengucapkan saat berdiri.

Rabbanaa wa lakal hamdu


Artinya : Ya tuhan kami bagi-Mu-lah segala puji. Hukumnya adalah wajib bagi setiap orang
yang shalat meskipun sebagai imam, karena ini adalah wirid saat berdiri, sedang tasmi (ucapan
Samiallahu liman hamidah) adalah wirid itidal (saat bangkit dari ruku sampai tegak).
85. Menyamakan panjang antara rukun ini dengan ruku seperti dijelaskan terdahulu.
7. SUJUD

86. Lalu mengucapkan Allahu Akbar dan ini wajib.


87. Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan.
TURUN DENGAN KEDUA TANGAN

88. Lalu turun untuk sujud dengan kedua tangan diletakkan terlebih
dahulu sebelum kedua lutut, demikianlah yang diperintahkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam serta tsabit dari perbuatan beliau Shallallahu alaihi wa sallam. Dan beliau Shallallahu
alaihi wa sallam melarang untuk menyerupai cara berlututnya unta yang turun dengan kedua
lututnya yang terdapat di kaki depan.
89. Apabila sujud -dan ini adalah rukun- bertumpu pada kedua telapak tangan serta
melebarkannya.
90. Merapatkan jari jemari.

91. Lalu menghadapkan ke kiblat.

92. Merapatkan kedua tangan sejajar dengan bahu.


93. Kadang-kadang meletakkan keduanya sejajar dengan telinga.

94. Mengangkat kedua lengan dari lantai dan tidak meletakkannya seperti cara anjing.
Hukumnya adalah wajib.
95. Menempelkan hidung dan dahi ke lantai, ini termasuk rukun.
96. Menempelkan kedua lutut ke lantai.
97. Demikian pula ujung-ujung jari kaki.
98. Menegakkan kedua kaki, dan semua ini adalah wajib.
99. Menghadapkan ujung-ujung jari ke qiblat.
100. Meletakkan/merapatkan kedua mata kaki.
BERLAKU TEGAK KETIKA SUJUD
101. Wajib berlaku tegak ketika sujud, yaitu tertumpu dengan seimbang pada semua anggota
sujud yang terdiri dari : Dahi termasuk hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan ujung-ujung jari
kedua kaki.
102. Barangsiapa sujud seperti itu berarti telah thumaninah, sedangkan thumaninah ketika
sujud termasuk rukun juga.
103. Mengucapkan ketika sujud.

Subhaana rabbiyal alaa


Artinya : Maha Suci Rabbku yang Maha Tinggi diucapkan tiga kali atau lebih.
104. Disukai untuk memperbanyak doa saat sujud, karena saat itu doa banyak dikabulkan.
105. Menjadikan sujud sama panjang dengan ruku seperti diterangkan terdahulu.
106. Boleh sujud langsung di tanah, boleh pula dengan pengalas seperti kain, permadani, tikar
dan sebagainya.
107. Tidak boleh membaca Al-Quran saat sujud.

IFTIRASY DAN IQA KETIKA DUDUK ANTARA DUA SUJUD

108. Kemudian mengangkat kepala sambil takbir, dan hukumnya adalah wajib.
109. Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangan.
110. Lalu duduk dengan tenang sehingga semua tulang kembali ke tempatnya masing-masing,
dan ini adalah rukun.
111. Melipat kaki kiri dan mendudukinya. Hukumnya wajib.
112. Menegakkan kaki kanan (sifat duduk seperti No. 111 dan 112 ini disebut Iftirasy).
113. Menghadapkan jari-jari kaki ke kiblat.
114. Boleh iqa sewaktu-waktu, yaitu duduk di atas kedua tumit.
115. Mengucapkan pada waktu duduk.

Allahummagfirlii, warhamnii wajburnii, warfanii, wa aafinii, warjuqnii.

Artinya : Ya Allah ampunilah aku, syangilah aku, tutuplah kekuranganku, angkatlah derajatku,
dan berilah aku afiat dan rezeki.
116. Dapat pula mengucapkan.

Rabbigfirlii, Rabbigfilii.
Artinya : Ya Allah ampunilah aku, ampunilah aku.
117. Memperpanjang duduk sampai mendekati lama sujud.
SUJUD KEDUA
118. Kemudian takbir, dan hukumnya wajib.
119. Kadang-kadang mengangkat kedua tangannya dengan takbir ini.
120. Lalu sujud yang kedua, ini termasuk rukun juga.
121. Melakukan pada sujud ini apa-apa yang dilakukan pada sujud pertama.
DUDUK ISTIRAHAT
122. Setelah mengangkat kepala dari sujud kedua, dan ingin bangkit ke rakaat yang kedua wajib
takbir.
123. Kadang-kadang sambil mengangkat kedua tangannya.
124. Duduk sebentar di atas kaki kiri seperti duduk iftirasy sebelum bangkit berdiri, sekadar
selurus tulang menempati tempatnya.
RAKAAT KEDUA
125. Kemudian bangkit rakaat kedua -ini termasuk rukun- sambil menekan ke lantai dengan
kedua tangan yang terkepal seperti tukang tepung mengepal kedua tangannya.
126. Melakukan pada rakaat yang kedua seperti apa yang dilakukan pada rakaat pertama.
127. Akan tetapi tidak membaca pada rakaat yang kedua ini doa iftitah.

128. Memendekkan rakaat kedua dari rakaat yang pertama.


DUDUK TASYAHUD
129. Setelah selesai dari rakaat kedua duduk untuk tasyahud, hukumnya wajib.
130. Duduk iftirasy seperti diterangkan pada duduk diantara dua sujud.
131. Tapi tidak boleh iqa di tempat ini.
132. Meletakkan tangan kanan sampai siku di atas paha dan lutut kanan, tidak diletakkan jauh
darinya.
133. Membentangkan tangan kiri di atas paha dan lutut kiri.
134. Tidak boleh duduk sambil bertumpu pada tangan, khususnya tangan yang kiri.
MENGGERAKKAN TELUNJUK DAN MEMANDANGNYA

135. Menggenggam jari-jari tangan kanan seluruhnya, dan sewaktu-waktu meletakkan ibu jari
di atas jari tengah.
136. Kadang-kadang membuat lingkaran ibu jari dengan jari tengah.

137. Mengisyaratkan jari telunjuk ke qiblat.


138. Dan melihat pada telunjuk.
139. Menggerakkan telunjuk sambil berdoa dari awal tasyahud sampai akhir.
140. Tidak boleh mengisyaratkan dengan jari tangan kiri.
141. Melakukan semua ini di semua tasyahud.
UCAPAN TASYAHUD DAN DOA SESUDAHNYA
142. Tasyahud adalah wajib, jika lupa harus sujud sahwi.
143. Membaca tasyahud dengan sir (tidak dikeraskan).
144. Dan lafadznya :

At-tahiyyaatu lillah washalawaatu wat-thayyibat, assalamu alan nabiyyi warrahmatullahi


wabarakaatuh, assalaamu alaiynaa waalaa ibaadil-llahis-shaalihiin, asyhadu alaa ilaaha
illallah, asyhadu anna muhamaddan abduhu warasuuluh.
Artinya : Segala penghormatan bagi Allah, shalawat dan kebaikan serta keselamatan atas Nabi
dan rahmat Allah serta berkat-Nya. Keselamatan atas kita dan hamba-hamba Allah yang shalih.
Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
hamba dan rasul-Nya.
145. Sesudah itu bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dengan
mengucapkan :

ALLAAHUMMA SHALLI ALA MUHAMMAD WA ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA


SHALLAITA ALAA AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA
BAARIK ALAA MUHAMMAD WA ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BARAKTA
ALAA AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID.
artinya: Ya Allah berikanlah Shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibarahim, sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Ya Allah berkahilah Muhammad dan keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji dan Maha Agung.
146. Dapat juga diringkas sebagai berikut : Allahumma shalli alaa muhammad, wa alaa ali
muhammad, wabaarik alaa muhammadiw waalaa ali muhammadin kamaa shallaiyta wabaarikta
alaa ibraahiim waalaa ali ibraahiim, innaka hamiidum majiid.
Artinya : Ya Allah bershalawatlah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
engkau bershalawat dan memberkahi Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau
Terpuji dan Mulia.
147. Kemudian memilih salah satu doa yang disebutkan dalam kitab dan sunnah yang paling
disenangi lalu berdoa kepada Allah dengannya.
(tambahan-red) Dari Abu Hurairah berkata; berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam :
Apabila kamu telah selesai bertasyahhud maka hendaklah berlindung kepada Allah dari empat
(4) hal, dia berkata:

ALLAAHUMMA INNII AUUDZUBIKA MIN ADZAABI JAHANNAMA WA MIN


ADZAABIL QABRI WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WA MIN FITNATIL
MASIIHID DAJJAAL.
artinya: Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, siksa kubur, fitnahnya hidup
dan mati serta fitnahnya Al-Masiihid Dajjaal.
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim dengan lafadhz Muslim)
RAKAAT KETIGA DAN KEEMPAT
148. Kemudian takbir, dan hukumnya wajib. Dan sunnah bertakbir dalam keadaan duduk.
149. Kadang-kadang mengangkat kedua tangan.
150. Kemudian bangkit ke rakaat ketiga, ini adalah rukun seperti sebelumnya.
151. Seperti itu pula yang dilakukan bila ingin bangkit ke rakaat yang ke empat.
152. Akan tetapi sebelum bangkit berdiri, duduk sebentar di atas kaki yang kiri (duduk iftirasy)
sampai semua tulang menempati tempatnya.
153. Kemudian berdiri sambil bertumpu pada kedua tangan sebagaimana yang dilakukan ketika
berdiri ke rakaat kedua.
154. Kemudian membaca pada rakaat ketiga dan keempat surat Al-Fatihah yang merupakan satu
kewajiban.
155. Setelah membaca Al-Fatihah, boleh sewaktu-waktu membaca bacaan ayat atau lebih dari
satu ayat.
QUNUT NAZILAH DAN TEMPATNYA
156. Disunatkan untuk qunut dan berdoa untuk kaum muslimin karena adanya satu musibah
yang menimpa mereka.
157. Tempatnya adalah setelah mengucapkan :

Rabbana lakal hamdu.

158. Tidak ada doa qunut yang ditetapkan, tetapi cukup berdoa dengan doa yang sesuai dengan
musibah yang sedang terjadi.
159. Mengangkat kedua tangan ketika berdoa.
160. Mengeraskan doa tersebut apabila sebagai imam.
161. Dan orang yang dibelakangnya mengaminkannya.
162. Apabila telah selesai membaca doa qunut lalu bertakbir untuk sujud.
QUNUT WITIR, TEMPAT DAN LAFADZNYA
163. Adapun qunut di shalat witir disyariatkan untuk dilakukan sewaktu-waktu.
164. Tempatnya sebelum ruku, hal ini berbeda dengan qunut nazilah.
165. Mengucapkan doa berikut : Allahummah dinii fiiman hadayit, wa aafiinii fiiman aafayit,
watawallanii fiiman tawallayit, wa baariklii fiimaa athayit, wa qinii syarra maaqadhayit,
fainnaka taqdhii walaa yuqdhaa alayika wainnahu laayadzillu maw waalayit walaa yaizzu man
aadayit, tabaarakta rabbanaa wataalayit laa manjaa minka illaa ilayika.
Artinya : Ya Allah tunjukilah aku pada orang yang engkau tunjuki dan berilah aku afiat pada
orang yang Engkau beri afiat. Serahkanlah aku pada orang yang berwali kepada-Mu, berilah aku
berkah pada apa yang Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan yang Engkau
tetapkan, karena Engkau menetapkan, dan tidak ada yang menetapkan untukku. Dan
sesungguhnya tidak akan hina orang yang berwali kepada-Mu, dan tidak akan mulia orang yang
memusuhi-Mu, Engkau penuh berkah, Wahai Rabb kami dan kedudukan-Mu sangat tinggi, tidak
ada tempat berlindung kecuali kepada-Mu.
166. Doa ini termasuk doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
diperbolehkan karena tsabit dari para shahabat radiyallahu anhum.
167. Kemudian ruku dan bersujud dua kali seperti terdahulu.
TASYAHUD AKHIR DAN DUDUK TAWARUK

168. Kemudian duduk untuk


tasyahud akhir, keduanya adalah wajib.
169. Melakukan pada tasyahud akhir apa yang dilakukan pada tasyahud awal.
170. Selain duduk di sini dengan cara tawaruk yaitu meletakkan pangkal paha kiri ke tanah dan
mengeluarkan kedua kaki dari satu arah dan menjadikan kaki kiri ke bawah betis kanan.
171. Menegakkan kaki kanan.
172. Kadang-kadang boleh juga dijulurkan.
173. Menutup lutut kiri dengan tangan kiri yang bertumpu padanya.
KEWAJIBAN SHALAWAT ATAS NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DAN
BERLINDUNG DARI EMPAT PERKARA
174. Wajib pada tasyahud akhir bershalawat kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
sebagaimana lafadz-lafadznya yang telah kami sebutkan pada tasyahud awal.
175. Kemudian berlindung kepada Allah dari empat perkara, dan mengucapkan : Allahumma
inii auwdzubika min adzaabi jahannam, wa min adzaabil qabri wa min fitnatil mahyaa wal
mamaati wa min tsarri fitnatil masyihid dajjal.
Artinya : Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam dan dari siksa kubur, dan
dari fitnah orang yang hidup dan orang yang mati serta dari keburukan fitnah masih ad-dajjal.
BERDOA SEBELUM SALAM

176. Kemudian berdoa untuk dirinya dengan doa yang nampak baginya dari doa-doa tsabit
dalam kitab dan sunnah, dan doa ini sangat banyak dan baik. Apabila dia tidak menghafal
satupun dari doa-doa tersebut maka diperbolehkan berdoa dengan apa yang mudah baginya
dan bermanfaat bagi agama dan dunianya.
SALAM DAN MACAM-MACAMNYA
177. Memberi salam ke arah kanan sampai terlihat putih pipinya yang kanan, hal ini adalah
rukun.
178. Dan ke arah kiri sampai terlihat putih pipinya yang kiri meskipun pada shalat jenazah.
179. Imam mengeraskan suaranya ketika salam kecuali pada shalat jenazah.
180. Macam-macam cara salam.
* Pertama mengucapkan

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuhu ke arah kanan dan mengucapkan


Assalamualaikum warahmatullah ke arah kiri.
* Kedua : Seperti di atas tanpa (Wabarakatuh).

* Ketiga mengucapkan

Assalamualaikum warahmatullahi ke arah kanan dan Assalamualaikum ke arah kiri.


* Keempat : Memberi salam dengan satu kali ke depan dengan sedikit miring ke arah kanan.
PENUTUP
Saudaraku seagama.
Inilah yang terjangkau bagiku dalam meringkas sifat shalat nabi Shallallahu alaihi wa sallam
sebagai satu usaha untuk mendekatkannya kepadamu sehingga engkau mendapatkan satu
kejelasan, tergambar dalam benakmu, seakan-akan engkau melihatnya dengan kedua belah
matamu. Apabila engkau melaksanakan shalatmu sebagaimana yang aku sifatkan kepadamu
tentang shalat nabi Shallallahu alaihi wa sallam, maka aku mengharapkan kepada Allah

Subhanahu wa Taala agar menerima shalatmu, karena engkau telah melaksanakan satu
perbuatan yang sesuai dengan perkataan nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Artinya : Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.
Setelah itu satu hal jangan engkau lupakan, agar engkau menghadirkan hatimu dan khusyu
ketika melakukan shalat, karena itu tujuan utama berdirinya sang hamba di hadapan Allah
Subahanahu wa Taala, dan sesuai dengan kemampuan yang ada padamu dari apa yang aku
sifatkan tentang kekhusuan serta mengikuti cara shalat nabi Shallallahu alaihi wa sallam,
sehingga engkau mendapatkan hasil diharapkan sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah
Subhanahu wa Taala dengan firman-Nya.
Artinya : Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.
Akhirnya. Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Taala agar menerima shalat kita dan amal
kita secara keseluruhan, dan menyimpan pahala shalat kita sampai kita bertemu dengan-Nya. Di
hari tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak kecuali yang datang dengan hati yang suci. Dan
segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
http://28vitaagustin.wordpress.com/ilmu-islam/lengkapgambar-tatacara-tuntunan-sholat-yangbenar-sesuai-sunnah-rosulullah-shallallaahu-alaihi-wasallam-dari-mulai-takbir-sampai-salamringkasan-sifat-sholat-nabi-karya-syaikh-alba/

7. dan yang terakhir anda harus mencuci kedua belah kaki hingga tiga kali, dari lutut
sampai mata kaki

keterangan :
dalam melaksanakan wudhu anda harus melaksanakannya dengan berturut-turutan , artinya yang
dahulu didahulukan dan yang akhir harus diakhirkan

You might also like