You are on page 1of 2

/.

SDV,LMXLMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMMNNNNNNNNNNNNNNNNNNN
NN.ZZZNNNNNNNNNNNNNPENERAPAN PEMBELAJARAN NK
>XSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSMODEL

PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN


KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH HAM DALAM MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Oleh :
Drs. Aston L. Toruan SH

ABSTRAK

Guru adalah salah satu referensi yang paling dominan bagi media belajar
para siswa dibandingkan dengan beberapa sumber belajar lainnya. Fungsi
peran utama seorang guru adalah sebagai motivator, fasilitator, dan
penyelia (supervisor) bagi para siswanya karena itu seorang guru menjadi
ujung tombak bagi keberhasilan belajar siswa di sekolah. Tugas dan
tanggung jawab seorang guru tidak hanya hadir untuk menyampaikan
materi pelajaran didepan kelas, tetapi lebih daripada itu seorang guru yang
professional harus dapat memberikan niai tambah yang signifikan dan
bermanfaat bagi kehidupan peserta didiknya kelak setelah mereka
menyelesaikan kegiatan belajarnya disekolah
Seorang guru yang disebut professional harus memiliki visi, misi, dan
strategi yang jelas dari kegiatan profesinya. Dai harus menguasai paling
tidak tiga aspek penting dalam tugas profesinya. Pertama, menguasai
substansi kompetensi yang akan diajarkannya, Kedua, menguasai
didaktik-metodik yang efektif dan efisien ketika mengajar didepan kelas
dan Ketiga, mampu memahami dan merespon perbedaan
potensi/modalitas dan bakat/minat siswa secara baik.
Paradigma baru dalam proses belajar mengajar bukanlah mengajarkan
mata pelajaran kepada para siswa tetapi mengajarkan kepada siswa
tersebut bagaimana cara mereka mempelajari mata pelajaran secara efektif
dan efisien. Dengan kata lain, seorang guru yang professional tidak lagi
berfikir how to teach (bagaimana mengajar) atau how to learn
(bagaimana belajar) akan tetapi seorang guru yang professional harus
mengajarkan kepada siswanya konsep pendekatan Learning how to
learn (belajar bagaimana cara belajar). Melalui konsep ini seorang guru
dituntut untuk mengajarkan strategi atau cara belajar yang efektif dan
efisien kepada siswanya agar dapat mempelajari, mengeksplorasi dan
mengkaji sendiri setiap persoalan, kasus atau masalah yang diberikan oleh
guru mereka disekolah dengan mudah dan menyenangkan sesuai dengan
potensi dan modalitas belajar mereka.
Disinilah pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat
dihadirkan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah Hak

Asasi Manusia dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.


Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu
proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu
diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta ntuk
mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru
adalah merangsang untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang
ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi,
dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan
siswa khusunya kelas X Ak SMK Negeri 3 Jakarta melalui model Problem
Based Learning, sehingga pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
menjadi lebih menyenangkan, penuh tantangan, dan menimbulkan
kreatifitas. Desain penelitian dilakukan melalui dua siklus, dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi, dan dilanjutkan
dengan perencanaan siklus berikutnya. Penelitian Tindakan Kelas ini
berlangsung dari September 2007 sampai dengan Desember 2007 dimana
subjek penelitian adalah guru mata pelajaran PKn dan siswa kelas X Ak
SMK Negeri 3 Jakarta.
Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:

1. Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan
dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama keberanian siswa dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 %
mengalami kenaikan sebesar 15,22 %
2. Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami
penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama rerata skor
aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,26 %, sedangkan pada siklus kedua sebesar
9,25 % mengalami penurunan sebesar 12,01 %
3. Skor rerata pemahaman siswa tentang masalah Hak Asasi Manusia, pada siklus
pertama sebesar 7,01 % dan pada siklus kedua pada siklus kedua 7,80 %, tergolong baik
demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus pertama 74,82 % dan pada siklus
kedua menjadi 89,96 %
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat dismpulkan bahwa model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa
memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dalam pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta.

You might also like