Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
Daftar Isi ....................................................................................1
Tata Tertib Praktikum ..................................................................2
Keamanan dan Keselamatan Kerja Laboratorium ........................4
Teknik Kerja Laboratorium...........................................................7
Modul 1. Pengujian Kadar Besi (Fe) Metode Adisi Standar ............14
Modul 2. Pengujian BOD Metode 5 Hari .......................................16
Modul 3. Pengujian COD Metode Refluks Terbuka .......................21
Modul 4. Pengujian Kadar Amonia Metode Nessler ......................25
Modul 5. Pengujian Kadar Nitrat Metode Brucine ........................29
Modul 6. Pengujian Kadar Nitrit Metode NED ..............................32
Daftar Pustaka ............................................................................37
Mahasiswa
yang
diperkenankan
melakukan
praktikum
adalah
memasuki
ruang
laboratorium
dengan
telah
melakukan
identifikasi
hazard
dan
menyiapkan
tidak
mengakibatkan
diperbolehkan
terganggunya
bersenda
kelancaran
gurau
praktikum
yang
dan
menggunakan
reagen,
praktikan
wajib
meletakkan
memisahkan
dan
membuang
limbah
praktikum
non
logam
berat,
buanglah
ke
dalam
tempat
D2 Lamp
Display
Pengatur Sensitivitas
Kuvet Holder
Penarik Kuvet
Alat Spektrofotometer UV-Vis harus dilakukan warming up selama minimal 15 menit sebelum
digunakan untuk pengukuran.
Pada daerah pengukuran sinar UV (200-370 nm) maka menggunakan lampu deuterium
sedangkan pada daerah pengukuran sinar tampak (370-1000 nm) maka menggunakan lampu
tungsten.
Sebelum memulai pembacaan harus dilakukan pemilihan terlebih dahulu mode pengukuran nilai
Absorbansi atau Transmitansi.
2.
Tombol-tombol
Set Kondisi Operasi
Gas Pressure
Regulator
Saluran Limbah
Pipa Kapiler
Aquades
Sebelum menyalakan flame, cek apakah terjadi kebocoran gas serta pastikan bahwa blower
telah dihidupkan.
Instal lampu yang akan digunakan sesuai dengan parameter logam yang akan dianalisis, serta
set up kondisi operasi alat sesuai dengan yang telah ditentukan, meliputi wavelength, sensitivity,
gas pressure regulation, range, lamp mode, response, dll.
Lakukan warming up terhadap lampu katoda cekung AAS (HCL) selama kurang lebih 2 jam.
Buka gas pembakar dan udara pembawa kemudian nyalakan flame secara hati-hati.
Lakukan pengukuran dengan mencelupkan pipa kapiler AAS ke dalam larutan yang akan diukur
nilai absorbansinya.
Selalu celupkan pipa kapiler AAS dalam aquades apabila tidak sedang dipakai.
Penutup (Cover)
Bagian Kasar
(Bagian Untuk Dipegang)
Bagian Halus
(Untuk Transmisi Sinar)
Cara memegang kuvet yang benar adalah pada bagian yang terlihat kasar, sedangkan bagian
yang halus digunakan untuk transmisi sinar selama pengukuran spektrofotometer.
Kuvet harus dibersihkan dengan tissue sebelum dimasukkan ke dalam spektrofotometer sampai
tidak ada kotoran atau debu yang menempel pada dinding bagian halus kuvet.
4.
Sewaktu memasukkan cairan sampel ke dalam kuvet jangan sampai terdapat gelembung udara.
Pipetting Key
(Thumb Knob)
Step 1
Step 2
Pipette Shaft
(Holder)
Pipette Tip
Nozzle
Pipet mikro harus dipegang tegak lurus dan jangan sampai terbalik.
Pasanglah pipet tip pada ujung pipet mikro sampai rapat dan pastikan tidak akan terjadi
kebocoran.
Putar dan tepatkan tombol pengatur volume pada pipet mikro untuk menentukan kapasitas
volume larutan yang akan diambil.
Tekan tombol pump di bagian atas pipet sampai satu step, kemudian celupkan ujung pipet tip ke
dalam larutan.
Selama pipet tip masih terendam dalam larutan, kemudian lepaskan tombol pump secara pelanpelan untuk menarik larutan masuk ke dalam pipet tip.
Tepatkan pada tempatnya dan tekan kembali tombol pump untuk mengeluarkan larutan dalam
pipet tip, kemudian tekan sampai dua step agar semua larutan keluar sempurna.
Untuk membersihkan lagi, tekan lagi tombol pump sampai dua step dan keringkan ujungnya
dengan tissue.
5.
a. Cara Titrasi
Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (tidak pecah atau bocor), berikan sedikit
saja vaselin pada kran agar pengaturan penetesan mudah dilakukan.
Bersihkan buret sebelum digunakan dengan air, lalu bilaslah buret tersebut dengan sedikit zat
kimia yang akan dimasukkan ke dalamnya.
Masukkan zat kimia yang akan digunakan ke dalam buret tersebut menggunakan corong dan
turunkan posisi buret terlebih dahulu apabila terlalu tinggi.
Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi (perhatikan bawahnya) dan jaga jangan
sampai terdapat gelembung atau ruang udara di dalam buret. Apabila masih terdapat gelembung
atau ruang udara, maka keluarkan zat kimia tersebut dan ditampung kemudian dimasukkan lagi
dengan corong.
Apabila titran (zat yang digunakan untuk menitrasi) bersifat encer dan jernih maka pembacaan
dilakukan pada miniskus bawah cairan, namun apabila titran bersifat pekat dan gelap maka
pembacaan dilakukan pada garis lurus cairan.
Tempat Timbang
Jendela Neraca
Jendela Neraca
Kabel Adaptor
Tombol Tare
Tombol ON/OFF
Tombol Tare
Display
Sebelum menimbang, periksalah terlebih dahulu posisi neraca analitik digital dengan melihat
lensa di bagian belakang neraca sampai posisi lingkaran udara pada posisi tengah.
Buka jendela neraca kemudian masukkan alat timbang yang akan digunakan untuk menimbang
seperti gelas arloji, botol timbang, beker glass, dll.
Tutup semua jendela neraca analitik kemudian nolkan kalibrasi timbangan dengan menekan
tombol tare.
Timbanglah bahan dan perhatikan berat maksimal yang diijinkan. Jangan menimbang melebihi
batas maksimal kapasitas neraca analitik.
Lakukan penimbangan dengan hati-hati, jaga jangan sampai bahan kimia yang ditimbang
tercecer atau terjatuh ke dalam neraca analitik digital.
pH Probe
DO Probe
Display
ON/OFF Button
Setting Up and
Calibration Button
Bersihkan ujung probe dengan deionized water atau aquades setiap sebelum dan sesudah
dipakai.
Hidupkan alat DO Meter dan biarkan sedikitnya 5 menit untuk proses inisialisasi
Atur mode pembacaan untuk pengukuran dissolved oxygen (DO) dan lakukan proses
kompensasi suhu dengan memastikan automatic temperature compensation (ATC) pada DO
Meter telah aktif.
Lakukan pengukuran pada air sampel dengan mencelupkan probe sampai bagian batas
pencelupan, dan tunggu beberapa saat sampai nilai pembacaan stabil dan muncul tulisan
ready.
Catat nilai DO terukur dan tekan tombol Hold untuk menahan nilai hasil pembacaan.
Bersihkan kembali probe dengan deionized water atau aquades setelah selesai melakukan
pengukuran.
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Praktikan mampu menentukan kadar besi (Fe) dalam air menggunakan alat Atomic
Absorption Spectrophotometer (AAS) dengan metode Adisi Standar Spektrofotometri.
B.
DASAR TEORI
Dalam sampel air permukaan yang telah disaring, besi jarang mencapai 1 mg/L. Beberapa air
tanah dan permukaan saluran pembuangan asam mungkin mengandung besi lebih banyak. Besi
dalam air dapat menyebabkan noda pada pakaian cucian atau porselen. Rasa sedikit manis
bercampur pahit dapat dideteksi oleh seseorang pada level di atas 1 mg/L.
Di bawah kondisi tereduksi, besi terdapat dalam bentuk ferro. Pada ketidakhadiran ion-ion
pembentuk kompleks, ion ferri tidak larut secara signifikan, kecuali dalam keadaan pH sangat
rendah. Jika terkena udara atau zat-zat pengoksidasi, besi ferro teroksidasi menjadi ferri dan
mungkin terhidrolisis membentuk hidrat ferri oksida yang tidak larut dalam air.
Dalam air sampel, besi mungkin terjadi dalam larutan yang sesungguhnya, dalam keadaan
koloid yang mungkin terpeptisasi oleh bahan organik, dalam kompleks anorganik maupun organik,
atau dalam partikel tersuspensi yang relatif kasar. Besi-besi tersebut, baik ferro maupun ferri,
tersuspensi ataupun terlarut.
Lumpur dan lempung dalam suspensi mungkin mengandung besi yang terlarut dalam asam.
Kadang partikel-partikel besi oksida dikumpulkan dengan sampel air sebagaimana hasil dari
pengelupasan karat pipa-pipa. Besi dapat berasal dari tutup logam yang digunakan untuk menutup
botol sampel.
C.
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Alat-alat yang Diperlukan :
-
Pipet tetes
Pro pipet
b.
Aquades
CARA KERJA :
a.
b.
Ambil dengan teliti menggunakan pipet volume sebanyak 25 mL sampel air yang akan diuji dan
masukkan ke dalam masing-masing labu takar 100 mL.
c.
Tambahkan larutan standar Fe 100 mg/L untuk masing-masing deret standar dengan volume
berturut-turut : 0, 1, 5, 10, dan 20 mL. Gunakan pipet volume!
d.
Encerkan sampai 100 mL menggunakan aquades dan tepatkan sampai tanda tera labu takar.
e.
f.
Baca nilai absorbansi masing-masing deret adisi standar tersebut dengan AAS dan diurutkan
dari yang memiliki konsentrasi paling rendah. Kemudian catat data hasil analisis.
D.
PERHITUNGAN
1.
2.
3.
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Praktikan mampu menguji nilai BOD5 pada air atau air limbah.
B.
DASAR TEORI
BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme yang sesuai
untuk menstabilkan bahan organik yang dapat terdekomposisi dalam kondisi aerobik. Angka BOD
sebanding dengan banyaknya bahan organik yang dapat terkonversi dan merupakan ukuran relatif
dari bahan organik yang dapat terdegradasi yang terdapat dalam sampel air. Penentuan BOD
didasarkan pada tes empiris yang prosedurnya telah distandarkan. Secara umum, waktu yang
diperlukan dalam penentuan BOD adalah 5 hari, sehingga sering disebut BOD5.
Organisme hidup yang bersifat aerob membutuhkan oksigen untuk beberapa reaksi biokimia,
yaitu untuk mengoksidasi bahan organik, sintesis sel, dan oksidasi sel. Komponen organik yang
mengandung senyawa nitrogen dapat pula dioksidasi menjadi nitrat, sedangkan komponen organik
yang mengandung senyawa sulfur dapat dioksidasi menjadi sulfat.
Biasanya air mengandung mikroorganisme yang dapat memecah, menguraikan/mendegradasi
limbah organik yang ada di dalamnya. Jumlah mikroorganisme di dalam air tergantung dari tingkat
kebersihan air itu sendiri. Air yang tercemar oleh limbah yang bersifat antiseptik, seperti kreolin,
deterjen, asam sianida, insektisida, phenol, dan sebagainya memiliki jumlah mikroorganisme relatif
lebih sedikit dibandingkan air lain. Pada umumnya air bersih mengandung mikroorganisme relatif
lebih sedikit dibandingkan dengan air yang tercemar limbah. Dengan adanya macam-macam air
dengan jumlah mikroorganisme yang berbeda-beda ini, maka diperlukan perlakuan tersendiri dalam
analisis BODnya. Misalnya pada air yang tercemar oleh limbah antiseptik, diperlukan penambahan
mikroorganisme yang dapat beradaptasi dengan limbah tersebut atau dikurangi jumlah
antiseptikanya sampai batas yang diinginkan. Pada air yang mengandung banyak limbah organik,
diperlukan penambahan bakteri benih supaya pendegradasian bahan organik tersebut dapat
maksimal. Bakteri benih harus diberikan waktu penyesuaian beberapa hari melalui kontak dengan
air buangan tersebut sebelum dapat digunakan sebagai benih pada analisis BOD.
Prinsip Analisis
Pemeriksaan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air.
Proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk
karbondioksida, air dan amoniak. Timbulnya gas amoniak tersebut yang menyebabkan bau busuk
pada air yang telah tercemar oleh limbah organik.
Banyaknya pengenceran
8,0 9,0
1 kali
6,0 8,0
2 5 kali
5,0 6,0
5 10 kali
3,0 5,0
10 15 kali
1,0 3,0
15 20 kali
0,0 1,0
20 25 kali
0,0 0,1
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Alat-alat yang Diperlukan :
-
Magnetik stirer
Buret 50 mL
Corong
Batang pengaduk
b.
c.
d.
e.
f.
BOD Seed
Ambil sampel bahan mentah organik atau limbah organik (raw influent) yang tersedia sehari
sebelum melakukan analisis. Apabila influent mengandung kotoran yang signifikan, lakukan
inkubasi selama satu malam pada suhu 20C. BOD Seed juga bisa didapatkan secara
komersial misalnya BioseedTM, dan PolySeedTM.
CARA KERJA :
a.
b.
Ambil sampel menggunakan buret dengan volume berturut-turut 3 mL, 6 mL, 9 mL, dan 12 mL,
kemudian masukkan ke dalam masing-masing labu takar 250 mL. Siapkan larutan blanko dan
larutan seed control dengan larutan pengencer.
c.
Tambahkan larutan pengencer secara pelan-pelan dan hati-hati (usahakan jangan sampai
timbul gelembung udara). Jangan digojog !
d.
e.
Pindahkan masing-masing larutan secara hati-hati ke dalam beker glass 500 mL kemudian
tambahkan larutan pengencer dengan volume 50 mL menggunakan labu takar sehingga
volume total larutan menjadi 300 mL.
f.
Pasang di atas magnetik stirrer dan putar selama 2-5 menit dengan kecepatan rendah (pelan)
jangan sampai terjadi gelembung udara atau percikan-percikan larutan keluar.
g.
Kemudian segera ukur nilai DO awal (DO0) untuk masing-masing sampel, blanko, dan seed
control sambil tetap diaduk dengan magnetik stirrer.
h.
Turunkan dan tuangkan larutan ke dalam botol BOD sampai bagian volume. Lakukan pelanpelan dengan perantara batang pengaduk untuk mencegah terjadinya gelembung udara.
i.
j.
Kemudian tuangkan lagi larutan sampai botol BOD terisi penuh atau hampir meluap.
k.
Segera tutup dengan tutup botol BOD dan pastikan waterseal terbentuk.
l.
Inkubasikan larutan sampel, blanko, dan larutan seed control ke dalam inkubator pada suhu
20C 1C selama 5 hari.
m.
Setelah 5 hari, ukur nilai DO akhir (DO5) pada masing-masing larutan. Catat hasil pengukuran
dan hitung nilai BOD pada sampel.
PERHITUNGAN
Nilai BOD5 pada 20C dapat dihitung dengan rumus 1 yaitu :
BOD520 , mg / L =
( D0 D5 ) ( B0 B5 ) f
P
BOD520 , mg / L = [ ( D0 D5 ) ( B0 B5 ) f )] DF
Dimana :
D0
= Nilai DO awal (DO0) pada sampel (diluted sampel) sesaat setelah dipreparasi (mg/L),
D5
= Nilai DO akhir (DO5) pada sampel (diluted sampel) setelah 5 hari inkubasi pada suhu 20C
(mg/L),
B0
B5
= Rasio dari seed di dalam sampel dengan seed di dalam seed control = (% seed dalam
diluted sampel / % seed dalam seed control),
DF = Dilution factor (volume akhir sampel terencerkan / volume sampel yang diambil atau
diencerkan).
Larutan blanko digunakan untuk mengecek atau mengoreksi kualitas dari larutan pengencer yang
dibuat, larutan pengencer seharusnya mempunyai nilai DO 7-8 mg/L dan harus konstan dalam 5
hari pada suhu 20oC, nilai kenaikan atau penurunan DO seharusnya tidak lebih dari 0,2 mg/L.
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Praktikan mampu menguji nilai Chemical Oxygen Demand (COD) dengan metode Refluks
Terbuka menggunakan oksidator kalium dikromat (K2Cr2O7).
B.
DASAR TEORI
Untuk menyatakan kualitas air dibutuhkan beberapa parameter yang terkait. Salah satu
diantaranya adalah Chemical Oxygen Demand (COD). Chemical Oxygen Demand (COD)
didefinisikan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi material organik yang
terlarut dalam air. Sebagai oksidator digunakan bahan kimia.
Ada hubungan antara nilai BOD dan COD dari suatu sampel. Jika dibandingkan dengan
BOD, nilai COD selalu lebih tinggi karena hampir seluruh material organik dapat teroksidasi oleh
oksidator kimia yang kuat. Sedangkan pada proses pengukuran BOD tidak semua material dapat
dioksidasi secara biokimia. Umumnya senyawa organik yang mengandung nitrogen tidak dapat
dioksidasi dengan mudah.
Oksidator kimia yang
kuat
(K2Cr2O7) dalam kondisi yang sangat asam dapat mengoksidasi material organik (baik yang mudah
teroksidasi maupun yang tidak) menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Seperti yang tertulis
dalam persamaan berikut :
CnHaOb + c Cr2O72- + 8c H+
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Alat-alat yang Diperlukan :
-
Kondensor refluks dan perlengkapannya (selang, cooler, corong pisah, pemanas, statif, corong,
erlenmeyer)
Batu didih
Buret 50 mL
Gelas arloji
Spatula
Pro pipet
Pipet tetes
b.
c.
d.
N .FAS =
e.
V .K 2Cr2O7 xN .K 2Cr2O7
V .FAS
f.
g.
CARA KERJA :
a.
Ambil secara teliti menggunakan pipet volume sebanyak 25 mL sampel dan masukkan ke
dalam erlenmeyer 250 mL.
b.
c.
Tambahkan 0,5 g HgSO4, dan 3-5 pecahan gelas sebagai batu didih. Lalu homogenkan pelanpelan.
d.
Tambahkan 2,5 mL reagen asam sulfat menggunakan pipet ukur secara pelan-pelan,
homogenkan perlahan.
e.
f.
g.
Ambil reagen asam sulfat yang tersisa sebanyak 35 mL menggunakan gelas ukur dan
masukkan ke dalam corong pisah. Kemudian tambahkan reagen asam sulfat dalam corong
pisah tersebut melalui bagian atas kondensor secara tetes demi tetes. Perhatian: Campur
campuran yang akan direfluks dengan baik sebelum pemanasan untuk mencegah pemanasan
lokal dari pangkal erlenmeyer dan kemungkinan hembusan keluar isi erlenmeyer.
h.
Tutup bagian atas kondensor dengan corong untuk mencegah material luar masuk dalam
campuran refluks dan refluks selama 2 jam.
i.
Dinginkan dan cuci bagian dalam kondensor dengan air suling 25 mL menggunakan gelas ukur
(air suling pencuci tetap ditampung dalam erlenmeyer).
j.
Lepaskan kondensor refluks setelah dingin dan encerkan campuran dengan menambahkan air
suling 50 mL.
Tambahkan 2-3 tetes indikator feroin dan titrasi kelebihan K2Cr2O7 dengan FAS 0,25 N.
Walaupun kuantitas indikator feroin tidak berpengaruh kritis, pakailah ukuran yang sama untuk
semua titrasi. Hentikan titrasi ketika larutan memperlihatkan perubahan warna dari hijau
kebiruan menjadi coklat kemerahan untuk pertama kali. Warna hijau kebiruan mungkin muncul
kembali, sehingga tunggu sampai warnanya stabil.
l.
m.
Lakukan standarisasi secara duplo (dua kali) larutan standar FAS yang digunakan sebagai
titran.
D.
PERHITUNGAN
Nilai COD dapat dihitung dari rumus :
(B - S) x N FAS x 8000
COD, mg/L =
Volume sampel (mL)
Dimana :
B
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Praktikan mampu menguji kadar amonia dalam air atau air limbah dengan metode nessler
secara spektrofotometri.
B. DASAR TEORI
Amonia berada secara alami dalam air permukaan dan air limbah. Konsentrasi amonia pada
umumnya rendah dalam air tanah karena amonia tersebut diadsorp pada partikel-partikel tanah dan
lumpur-lumpur serta sulit dilepaskan dari tanah tersebut. Amonia diproduksi secara luas oleh
deaminasi dari komponen-komponen yang mengandung nitrogen organik dan oleh hidrolisis dari urea.
Pada beberapa instalasi treatmen air, amonia ditambahkan untuk bereaksi dengan klorin membentuk
residu klorin terkombinasi.
Dalam effluen air limbah berisi amonia yang diklorinasi, sesungguhnya tidak ada residu
klorin bebas yang diperoleh sampai amonia teroksidasi. Kemudian dengan segera klorin bereaksi
dengan amonia untuk membentuk mono- dan dikloramin. Konsentrasi amonia dalam air bermacammacam mulai kurang dari 10 m amonia nitrogen/L dalam beberapa air alami di permukaan dan
dalam tanah sampai lebih dari 30 mg/L dalam beberapa air limbah.
Analisis Amonia
Dua faktor utama yang dipakai dalam memilih metode penentuan amonia adalah
konsentrasi dan kehadiran interferensi. Pada umumnya, panduan penentuan amonia secara langsung
untuk amonia pada konsentrasi rendah diterapkan pada air minum, air permukaan yang bersih, dan
effluen air limbah yang telah dinitrifikasi dengan kualitas baik.
Metode nessler sensitif sampai konsentrasi 20 g NH3-N/L di bawah kondisi optimum dan
mungkin sampai 5 mg NH3-N/L. Turbidity, warna, dan substansi yang dapat diendapkan oleh adanya
ion hidroksil, seperti magnesium dan kalsium, mengganggu dan mungkin dihilangkan dengan distilasi
pendahuluan, atau kurang amannya, dengan pengendapan menggunakan seng sulfat dan alkali.
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Alat-alat yang Diperlukan :
-
Spektrofotometer UV-Vis
Kuvet
Labu takar 50 mL
Pipet tetes
Pro pipet
b.
Ambil dengan teliti menggunakan pipet volume larutan standar ammonia 10 mg/L NH3-N
dengan volume berturut-turut 0 mL, 1 mL, 2 mL, 5 mL, dan 10 mL kemudian masukkan ke
dalam labu takar 50 mL.
c.
Ambil dengan teliti secara duplo (dua kali) menggunakan pipet volume sampel yang akan diuji
sebanyak 5 mL dan masukkan ke dalam masing-masing dua buah labu takar 50 mL.
d.
e.
Tambahkan larutan zinc sulfate (ZnSO4) sebanyak 0,5 mL menggunakan pipet mikro. Lalu
homogenkan.
f.
g.
h.
i.
Tambahkan 2 tetes larutan rochelle salt, kemudian encerkan dengan aquades sampai 50 mL
dan gojog hingga homogen.
j.
k.
Gojog larutan hingga homogen, dan diamkan 30 menit. Gojog lagi agar tetap homogen.
l.
Ukur nilai absorbansi masing-masing larutan dengan alat spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 430 nm. Lakukan kalibrasi zero dengan larutan blanko yang dibuat.
m.
Catat hasil pengukuran dalam lembar kerja dan lakukan perhitungan kadar amonia dalam
sampel.
PERHITUNGAN
a.
Hitung konsentrasi amonia pada masing-masing deret larutan standar yang dibuat. Gunakan
rumus pengenceran.
b.
Ambil data konsentrasi larutan (mg/L) dan absorbansi dari blanko, standar, dan sampel pada
pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis.
c.
Kemudian buat grafik hubungan antara absorbansi (y) vs konsentrasi (x) pada larutan standar,
dan buat persamaan garisnya serta hitung nilai regresi dari grafik yang terbentuk.
d.
Hitung konsentrasi amonia dalam sampel dengan cara memasukkan (mengintrapolasikan) nilai
absorbansi sampel (y) ke dalam kurva standar (menggunakan persamaan garisnya). Dan
konsentrasi sesungguhnya pada sampel dihitung dengan dikalikan faktor pengenceran pada
sampel.
e.
Lakukan proses konversi satuan dari kadar amonia dalam sampel dari mg/L NH3-N menjadi
mg/L NH3.
f.
Lakukan pengolahan data statistik pada dua buah data hasil pengukuran kadar amonia.
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Praktikan mampu melakukan analisis kadar Nitrat (NO3) dalam air dengan metode brucine
sulfat secara spektrofotometri.
B.
DASAR TEORI
Ion nitrat bereaksi dengan brucine dalam larutan asam sulfat pekat pada temperature 100oC
membentuk kompleks berwarna kuning. Warna ini tidak mengikuti persamaan Beer-Lambert. Namun
demikian, plot dari absorbansi vs konsentrasi menghasilkan kurva yang smooth. Warna tersebut
diukur pada panjang gelombang 410 nm. Konsentrasi yang dapat diaplikasikan untuk metode ini
adalah 0,1-2 mg NO3-N/L. laju pembentukan warna dipengaruhi secara langsung oleh temperature
dan intensitasnya berbanding terbalik dengan temperature.
Metode ini dapat diterapkan untuk analisis air minum, air permukaan, air laut, air limbah
domestik dan industri. Modifikasi dapat dibuat untuk menghilangkan dan mengoreksi kekeruhan,
warna, salinitas, atau komponen organik yang larut dalam air.
Interferensi
Bahan organik yang terlarut dalam air akan menyebabkan warna pada larutan H2SO4 pekat
dan harus dikompensasikan dengan penambahan semua reagen kecuali brucine. Hal ini juga
diterapkan pada warna alami yang terlihat yang tidak berkenaan dengan bahan organik yang
terlarut. Efek dari salinitas dieliminasi dengan penambahan NaCl pada blanko, standar, dan sampel.
Semua agen pereduksi dan pengoksidasi mengganggu dalam analisis ini. Kehadiran agen
pengoksidasi dapat ditentukan dengan peralataan tes residu total klorin. Interferensi dari klorin dapat
dieliminasi dengan penambahan sodium arsenit. Besi fero, feri, dan mangan (IV) memberikan sedikit
interferensi, tetapi pada konsentrasi lebih rendah dari 0,1 mg dapat diabaikan. Ketidakmerataan
pemanasan sampel dan standar selama waktu reaksi akan menghasilkan nilai yang tidak menentu.
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Alat-alat yang Diperlukan :
-
Spektrofotometer UV-Vis
Kuvet
Labu takar 50 mL
Pro pipet
Pipet tetes
b.
c.
d.
e.
Aquades
b.
Ambil dengan teliti menggunakan pipet volume larutan standar nitrat 10 mg/L NO3-N dengan
volume berturut-turut 1 mL, 2 mL, 5 mL, dan 10 mL, kemudian masukkan ke dalam masingmasing labu takar 50 mL.
c.
Buat larutan blanko dengan mengambil 5 mL aquades menggunakan gelas ukur ukuran 10 mL
dan masukkan ke dalam labu takar 50 mL.
d.
Ambil dengan teliti secara duplo (dua kali) menggunakan pipet volume sampel yang akan diuji
sebanyak 5 mL, kemudian masukkan ke dalam masing-masing labu takar 50 mL.
e.
Tambahkan masing-masing dengan 0,5 mL reagen brucine sulfanilic acid menggunakan pipet
mikro.
f.
Samakan volume semua larutan yaitu larutan standar, blanko, dan sampel dengan
menambahkan aquades dengan volume masing-masing menggunakan gelas ukur 10 mL
hingga volume semua larutan sama menjadi 15 mL.
g.
Tambahkan 10 mL asam sulfat pekat (conc. H2SO4) menggunakan pipet volume. Perhatian :
Lakukan proses ini di dalam almari asam dan diamkan 1 menit hingga proses reaksi selesai
dan uap reaksi sudah tidak terproduksi secara aktif lagi.
h.
i.
j.
Setelah dingin, encerkan hingga 50 mL dengan aquades dan tepatkan sampai tanda tera
menggunakan pipet tetes.
k.
Ukur nilai absorbansi masing-masing larutan dengan alat spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 410 nm. Lakukan kalibrasi zero dengan larutan blanko yang dibuat.
l.
D.
Catat hasil pengukuran dalam lembar kerja dan lakukan perhitungan kadar nitrat dalam sampel.
PERHITUNGAN
a.
Hitung konsentrasi nitrat pada masing-masing deret larutan standar yang dibuat. Gunakan
rumus pengenceran.
b.
Ambil data konsentrasi larutan (mg/L) dan absorbansi dari blanko, standar, dan sampel pada
pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis.
c.
Kemudian buat grafik hubungan antara absorbansi (y) vs konsentrasi (x) pada larutan standar,
dan buat persamaan garisnya serta hitung nilai regresi dari grafik yang terbentuk.
g.
Hitung konsentrasi nitrat dalam sampel dengan cara memasukkan (mengintrapolasikan) nilai
absorbansi sampel (y) ke dalam kurva standar (menggunakan persamaan garisnya). Dan
konsentrasi sesungguhnya pada sampel dihitung dengan dikalikan faktor pengenceran pada
sampel.
h.
Lakukan pengolahan data statistik pada dua buah data hasil pengukuran kadar nitrat.
A.
TUJUAN PERCOBAAN
Praktikan mampu melakukan analisis kadar Nitrit (NO2) dalam air dengan metode N.E.D
secara spektrofotometri.
B.
DASAR TEORI
Nitrit ditentukan melalui pembentukan senyawa azo yang berwarna ungu kemerahan yang
terjadi pada pH 2,0 sampai 2,5 oleh kopling asam sulfanilic diazotized dengan N-(1-naphthyl)ethylenediamine dihidrochloride (NED dihydrochloride). Metode ini digunakan untuk contoh air yang
tidak berwarna dan sesuai untuk penentuan konsentrasi NO2- minimal 1 g NO2-N/L. Sistem warna
tersebut mengikuti hukum Beer sampai 180 g N/L dengan jejak cahaya 1 cm pada 543 nm.
Konsentrasi NO2- yang lebih tinggi pada sampel dapat ditentukan dengan sistem pengenceran.
Interferensi
Ketidaksesuaian kimia pada matriks sampel yang dianalisis akan mengganggu analisis
NO2-,
misalnya adanya klorin bebas dan nitrogen triklorit (NCl3). NCl3 memberikan pengaruh warna
merah yang salah ketika penambahan reagen. Walaupun efek ini mungkin diminimalkan dengan
penambahan reagen NED dihidroklorid pertama dan kemudian reagen asam sulfanilat, suatu warna
orange masih mungkin dihasilkan ketika konsentrasi substansial NCl3 hadir. Di bawah lingkungan
seperti itu, cek klorin bebas dan residu NCl3. Ion-ion berikut menggangu karena pengendapan di
bawah kondisi tes dan seharusnya tidak ada: Sb3+, Au3+, Bi3+, Fe3+, Pb2+, Hg2+, Ag+, kloroplatinat
(PtCl62-), dan metavanadat (VO32-). Ion kupri mungkin menyebabkan hasil yang rendah oleh
dekomposisi terkatalisis dari garam diazonium. Ion-ion berwarna yang dapat mempengaruhi sistem
warna juga seharusnya tidak ada. Hilangkan padatan tersuspensi dengan penyaringan melalui filter
membran berdiameter pori 0.45 m sebelum pembentukan warna.
Penyimpanan Sampel
Buat penentuan segera pada sampel segar untuk mencegah konversi oleh bakteri dari
NO2-
menjadi NO3- atau NH3. Jangan menggunakan pengawetan sampel dengan asam untuk
sampel yang akan dianalisis nitritnya. Untuk pengawetan dalam jangka waktu pendek 1-2 hari,
bekukan pada suhu -20oC atau tambahkan 40 mg HgCl2/L sampel dan simpan pada suhu 4oC.
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Alat-alat yang Diperlukan :
-
Spektrofotometer UV-Vis
Kuvet
Magnetik stirrer
Labu Takar 50 mL
Buret 50 mL
Corong
Pro pipet
Pipet tetes
mg / mL, NO2 N =
Dimana :
V1
N1
V2
N2
c.
d.
Reagen Sulfanilamid
Larutkan 1 g sulfanilamid (H2NC6H4SO2NH2) ke dalam campuran dari 10 mL HCl pekat dan
kira-kira 60 mL air. Encerkan sampai 100 mL dengan air dalam labu takar. Tangani HCl pekat
(berasap) dengan sangat hati-hati dan lakukan pencampurannya dalam almari asam. Larutan
ini stabil untuk beberapa bulan (6 bulan).
e.
N .Na2C2O4 =
W
x0, 05 N
3,350
Dimana :
W = Berat kristal Na2C2O4 yang ditimbang (g)
g.
N .KMnO4 =
V2 xN 2
V1
Dimana :
V1
b.
Ambil dengan teliti menggunakan pipet volume larutan standar nitrit 500 g/L NO2-N dengan
volume berturut-turut 1 mL, 2 mL, 5 mL, dan 10 mL, kemudian masukkan ke dalam masingmasing labu takar 50 mL.
c.
Buat larutan blanko dengan langsung memasukkan 50 mL aquades ke dalam labu takar 50 mL.
d.
Ambil dengan teliti secara duplo (dua kali) menggunakan pipet volume sampel yang akan diuji
sebanyak 5 mL, kemudian masukkan ke dalam masing-masing labu takar 50 mL.
e.
Encerkan semua larutan standar, blanko, dan sampel hingga volume 50 mL dengan aquades.
f.
g.
Tambahkan 1 mL reagen NED menggunakan pipet mikro, kemudian gojog hingga homogen.
Biarkan selama 10 menit namun tidak boleh lebih dari 2 jam.
h.
Ukur nilai absorbansi masing-masing larutan dengan alat spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 543 nm. Lakukan kalibrasi zero dengan larutan blanko yang dibuat.
D.
m.
Catat hasil pengukuran dalam lembar kerja dan lakukan perhitungan kadar nitrit dalam sampel.
n.
o.
Lakukan standarisasi larutan standar KMnO4 0,05 N yang digunakan dan catat hasilnya.
PERHITUNGAN
d.
Hitung konsentrasi nitrit pada masing-masing deret larutan standar yang dibuat. Gunakan
rumus pengenceran.
e.
Ambil data konsentrasi larutan (mg/L) dan absorbansi dari blanko, standar, dan sampel pada
pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis.
f.
Kemudian buat grafik hubungan antara absorbansi (y) vs konsentrasi (x) pada larutan standar,
dan buat persamaan garisnya serta hitung nilai regresi dari grafik yang terbentuk.
i.
Hitung konsentrasi nitrit dalam sampel dengan cara memasukkan (mengintrapolasikan) nilai
absorbansi sampel (y) ke dalam kurva standar (menggunakan persamaan garisnya). Dan
konsentrasi sesungguhnya pada sampel dihitung dengan dikalikan faktor pengenceran pada
sampel.
j.
Lakukan pengolahan data statistik pada dua buah data hasil pengukuran kadar nitrit.
k.
l.
Gunakan hasil perhitungan konsentrasi larutan standar KMnO4 untuk menghitung kadar NO2-N
pada larutan stock nitrit.
American Public Health Association, American Water Works Association and Water Pollution Control
Federation, Standard Methods For The Examination of Water and Wastewater, pp. 404-406,
American Public Health Association, Washington.
Alaerts, G., Ir., DR., Santika, S.S., Ir., Msc., 1987, Metoda Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya.
Perry, R.H., 1984, Chemical Engineers Handbook, 6th ed., McGraw Hill International Book Company,
Tokyo.
Young, J.C, 1973, Chemical Methods for Nitrification Control, J. Water Pollut Control Fed. 45: 637.
U.S. Environmental Protection Agency Office of Research & development, 1978, Personal comunication
D.W. Ballinger to G.N. McDermott, Environmental Monitoring & Support Lab., Ohio.
Analytical Chemistry Practical B.Sc. (Hons.) II Year, University of Malta Department of Chemistry.