You are on page 1of 35

pasar

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


ANSIETAS PRE OP APENDIKTOMI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NN
DENGAN ANSIETAS PRE OP APENDIKTOMI
DI RUANG ANGGREK RSUD TABANAN
TANGGAL 10 MARET 2012

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 maret 2012 pada pukul 08.00 wita di
ruang Anggrek RSUD Tabanan dengan menggunakan tehnik wawancara,
observasi,dan pemeriksaan fisik.
1. Pengumpulan Data
a. Identitas

Pasien

Penanggung

Nama

: NN

Dwi

Umur

: 22 tahun

19 tahun

Jenis Kelamin :

Perempuan Perempuan

Agama

: Hindu

Hindu

Pekerjaan

: Pegawai

Perawat

Jl. Hayam wuruk , Denpasar


Belum Menikah
10 maret 2012
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama saat MRS
Pasien mengeluh nyeri pada kuadran kanan bawah

2. Keluhan Utama saat pengkajian


Pada saat pengkajian, pasien mengatakan cemas dan takut dengan tindakan oprasi
apendiktomi yang akan dijalaninya.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sejak satu minggu yang lalu, pasien mengalami demam tinggi,
dan merasa sakit di perutnya bagian kanan bawah, sakitnyapun semakin bertambah
ketika bergerak. Atas anjuran keluarga, pasien segera dibawa ke poli bedah RSUD
Tabanan untuk diperiksa. Dokter mendiagnosa pasien terkena apendiksitis jadi
dokter menyarankan agar apendik tersebut diangkat ( dioperasi ), sehingga pasien
dibawa ke ruang Anggrek RSUD Tabanan pada tanggal 10 maret 2012 untuk
mendapatkan perawatan.
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan belum pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1. Bernapas
Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak mengalami
gangguan baik saat menarik napas atau menghembuskan napas.

2. Makan dan Minum


:

pasien mengatakan biasa makan 3x sehari dan minum 8 gelas air putih sehari

pasien mengatakan tidak nafsu makan, makan hanya porsi dari yang disediakan
dan minum hanya 3 gelas sehari
3. Eliminasi
Sebelum sakit

: pasien mengatakan BAB dan BAK normal

pasien mengatakan susah BAB


4. Istirahat tidur

pasien mengatakan biasa tidur 8 jam tiap hari dan tidak ada gangguan tidur

pasien mengatakan mengalami gangguan tidur, tampak lingkar hitam pada mata
5. Gerak dan aktifitas

pasien mengatakan dapat beraktifitas dengan baik

pasien mengatakan gerak aktifitasnya terbatas akibat nyeri yang dideritanya


6. Kebersihan Diri

pasien mengatakan biasa mandi 3x sehari

pasien mengatakan hanya di lap 2x sehari oleh keluarganya


7. Pengaturan suhu tubuh

: Pasien mengatakan suhu tubuhnya normal


:

Pasien mengeluh tubuhnya panas dan suhu tubuh pasien 39C


8. Rasa aman

Pasien mengatakan masih memikirkan keadaannya, merasa cemas akan penyakit dan
tindakan operasi yang akan dijalaninya.
9. Rasa Nyaman

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan rasa nyaman

Pasien tampak cemas, gelisah, sedikit berkeringat, pasien tampak tidak nyaman
dengan nyeri yang dialaminya dan pasien mengatakan

tidak nyaman dengan

kondisinya
10.

Interaksi Sosial

Saat pengkajian pasien mengatakan interaksi dengan keluarga ataupun


tenaga kesehatan lainnya baik baik saja.
11.

Prestasi dan produktifitas

Pasien mengatakan dapat bekerja seperti biasa.

Pasien mengatakan tidak dapat bekerja karena nyeri yang dialaminya.


12.

Rekreasi

Pasien mengatakan melakukan rekreasi bersama keluarga seminggu sekali

Pasien mengatakan tidak dapat berekreasi seperti biasanya.


13.

Belajar
Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien terbiasa membaca buku saja.

14.

Ibadah
Saat pengkajian pasien mengatakan hanya dapat beribadah di tempat tidur.

d. Pemeriksaan Fisik meliputi :


1. Keadaan Umum pasien
a. Kesadaran

Compos Mentis

b. Bangun tubuh

Sedang

c. Postur Tubuh

Tegak

d. Gerak Motorik :
e. Keadaan kulit

Normal

Warna

sawo matang

Turgor

Elastis

Kebersihan

Bersih

Luka

Tidak ada

f. Gejala Kardinal :

Suhu

39 C

Nadi

87 x/ mnt

RR

20 x/ mnt

TD

130/90 mmHg

g. Ukuran Lain

BB

60 kg

TB

165 cm

2. Keadaan Fisik

ala

Bentuk simetris, Kulit kepala bersih, Pertumbuhan rambut normal, tidak ada lesi
atau benjolan.

Bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva merah muda, Sklera putih, pergerakan
mata terkoordinasi, terdapat lingkar hitam pada mata.

dung

Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat lumen,
penciuman baik, mukosa hidung lembab.

ut

Bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, gigi bersih, dan lidah bersih.

nga

Bentuk telinga simetris, tidak terdapat nyeri tekan dan pendengaran baik.

er

Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan .

rax

Bentuk dada simetris, suara paru normal, tidak ada retraksi otot dada.

domen

ah

Bentuk abdomen simetris, tidak terdapat bekas luka, tercapat nyeri tekan pada
kuadran kanan bawah.
i. Genitalia

Tidak terkaji

Tidak ada tanda tanda peradangan, kebersihannya cukup


k. Ekstremitas :

Tidak terdapat luka, edema , ataupun sianosis pada kuku

Tidak terdapat luka, edema, ataupun sianosis pada kuku.

2. Analisa Data
ANALISA DATA PADA PASIEN NN
DENGAN ANSIETAS PRE OP APENDIKTOMI
DI RUANG ANGGREK RSUD TABANAN
TANGGAL 10 MARET 2012

Data Subjektif

Pasien mengatakan

Data Objektif
TTV:

masih memikirkan

Suhu : 37,90C

keadaannya, merasa

Nadi : 100 x/ mnt

cemas akan penyakitnya,

RR

dan tindakan operasi

TD :130/90 mmHg

: 24 x/ mnt

yang akan dijalaninya. Pasien tampak cemas

Kesimpulan
Ansietas

Pasien tampak gelisah dan


sedikit berkeringat
Pasien mengatakan tidak
Pasien tampak tidak
merasa nyaman dengan
nyaman dengan nyeri yang
kondisinya.
dialaminya.

3. Rumusan Masalah Keperawatan

Ansietas

4. Analisa Masalah

: Ansietas

Perubahan dalam status kesehatan.

Pasien mengatakan masih memikirkan keadaannya, merasa cemas akan


penyakitnya dan tindakan operasi yang akan dijalaninya. Pasien mengatakan tidak
merasa nyaman dengan kondisinya. Hasil pengukuran TTV ; Suhu : 37, 9 0C, Nadi :
100 x/ mnt, RR : 24 x/ mnt, dan TD :130/90 mmHg. Pasien tampak cemas, pasien
tampak gelisah dan sedikit berkeringat, dan pasien tampak tidak nyaman dengan
nyeri yangdialaminya..

erjadinya :

Pasien menganggap tindakan operasi sebagai ancaman bagi dirinya yang


menimbulkan perasaan tidak nyaman, khawatir sehingga muncul perasaan cemas
dan gelisah.

ka tidak ditanggulangi : Pasien menjadi tidak kooperatif.

B. Diagnosa keperawatan

Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai


dengan Pasien mengatakan masih memikirkan keadaannya, merasa cemas akan
penyakitnya dan tindakan operasi yang akan dijalaninya. Pasien mengatakan tidak
merasa nyaman dengan kondisinya. Hasil pengukuran TTV ; Suhu : 39 0C, Nad i:
87 x/ mnt, RR : 20 x/ mnt, dan TD :130/90 mmHg. Pasien tampak cemas, pasien
tampak gelisah dan sedikit berkeringat, dan pasien tampak tidak nyaman dengan
nyeri yang dialaminya.
C. Intervensi
N
o
1.

Hari/Tanggal
10, Maret
2012

Diagnosa
Ansietas
berhubungan
dengan perubahan
dalam

status

kesehatan ditandai
dengan

Pasien

Pukul

Implementasi

Evaluasi Respon

09.001. Mengkaji tingkat


AM
ansietas

Pasien sangat kooperatif dan me


pertanyaan dengan baik.

09.152. Mengobservasi tanda AM


tanda vital :
Suhu
Nadi
RR
TekananDarah

S : T : 37C
N : 80/menit
RR : 23/menit
TD : 120/70 mmHg

10.003. Membatasi jumlah


AM
pengunjung

S : Pasien mengatakan,Saya me
nyaman sekarang
O : Wajah pasien tampak lebih r

10.104. Memberi kesempatan


AM
kepada pasien untuk
mengungkapkan
keluhannya

S : Pasien mengatakan, Saya m


sekarang
O :Pasien menceritakan penyeba
kecemasannya.

mengatakan
masih
memikirkan
keadaannya,
merasa

cemas

akan penyakitnya
dan

tindakan

operasi yang akan


dijalaninya.
Pasien
mengatakan tidak
merasa

nyaman

dengan
kondisinya. Hasil
pengukuran TTV ;

01.005. Mengajarkan pasien


PM
teknik distraksi dan
relaksasi

Pasien dapat melakukan tehnik d


relaksasi dengan baik

Suhu : 390C, Nad


i: 87 x/ mnt, RR :
20 x/ mnt, dan TD
:130/90

mmHg.

Pasien

tampak

cemas,

pasien

tampak

gelisah

dan

sedikit

berkeringat,

dan

pasien

tampak

tidak

nyaman

dengan nyeri yang


dialaminya.

D.

Implementasi

E. EVALUASI KEPERAWATAN
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NN
DENGAN ANSIETAS PRE OP APENDIKTOMI
DI RUANG ANGGREK RSUD TABANAN
TANGGAL 10 MARET 2012
No.
1

Hari/tgl/jam
Sabtu, 10 maret

Diagnosa Keperawatan
Evalua
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam
: 1. Pasien mengatakan tidak

2012

status kesehatan ditandai dengan Pasien mengatakan rasa sakitnya dan tidak kh

Pukul: 01:30 wita

masih memikirkan keadaannya, merasa cemas akan operasinya lagi


penyakitnya dan tindakan operasi yang akan
2.

Pasien mengatakan mera

dijalaninya.

Pasien

mengatakan

tidak

merasa O : 1. Tanda-tanda vital no

nyaman dengan kondisinya. Hasil pengukuran Suhu : 370C


Nadi : 80x/menit
TTV ; Suhu : 390C, Nad i: 87 x/ mnt, RR : 20 x/
RR : 23x/menit
mnt, dan TD :130/90 mmHg. Pasien tampak cemas, Tekanan darah : 120/70 m
2. Pasien tidak tampak cema
pasien tampak gelisah dan sedikit berkeringat, dan
3. Pasien tidak tampak gelis
pasien tampak tidak nyaman dengan nyeri yang
A :Tujuan tercapai, masalah a
dialaminya.
sepenuhnya

P : Hentikan intervensi da
pasien

E. NURSING EVALUATION
EVALUATION OF NURSING CARE TO PATIENT NN
WITH ANXIETY ON PRE OP APPENDECTOMY
IN ANGGREK WARD TABANAN GENERAL HOSPITAL
ON MARCH 10th 2012
Number
1

Time
Saturday, march 10th
2012 01:30 PM

Diagnosis
Anxiety have a related to change in health status
manifested by The patient said that she is still
1.
thinking about her condition and feel worried about
her pain,and still worry about her operation, The
2.
Patient said didnt confort with her condition.
Vital signs:
Temperature : 37,90C,
pulse: 100 x/ mnt,
3.
RR : 24 x/ mnt, blood pressure :130/90 mmHg,
Patient looks anxious, the patient was restless and
sweating, The patient seemed uncomfortable with the
pain that she experienced.
4.
5.

S :

patient not
her pain an
her operati
Patient fee
O:

Normal vi
Temperatu
Pulse : 80 x
RR : 23 x/m
Blood pres
Patient doe
patients do
and sweati

A : Objective

problem of

P : Stop inter

patients co

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRE OPERASI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRE OPERASI
BY: Edri, Cristin, Wafika and Marsi
DATA:
Berdasarkan kasus:
Nn. Sephia didiagnosa ada benjolan di mamae dektra dan harus menjalani operasi.
Riwayat Nn. Sephia pengguna NAPZA . Klien cemas Karena orang tuanya belum
datang dari bandung.
Diagnosa Keperawatan:
1. Cemas b.d Perubahan status kesehatan
Ditandai dengan; pasien akan menjalni operasi dn cemas orang tuanya belum
datang.
Outcome:
Kecemasan dapat berkurang
Intervensi:
a.

Mengurangi kecemasan;

o Tenangkan klien
o Tanyakan perilaku yang diharapkan dari klien
o Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang dirasakan selama dilakukan
prosedur
o Gali pemahaman klien tentang stressor yang dialami
o Berikan informasi yang aktual tentang diagnosa, tindakan dan pronosa penyakit
o Dampingi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi kecemasan
o Bina hubungan saling percaya dengan klien
o Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaan, persepsi dan rasa takut
o Identifikasi tingkat perubahan kecemasan
o Anjurkan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
b.
o
o
o
o

Tehnik menenangkan (calming technique)


Mempertahankan kontak mata
Temani klien untuk duduk dan berbicara
Motivasi klien untuk napas dalam
Identifikasi orang yang terdekat dengan klien yang dapat hadir untuk membantu

klien
o Berikan medikasi anti anxiety, bila diperlukan
o Anjurkan klien untuk menggunakn metode mengurangi kecemasan
c.

Meningkatkan coping

o Nilai penyesuian diri klien terhadap perubahan gambaran diri


o Nilai pemahaman klien terhadap proses penyakit
o Kaji dan diskusikan respon alternatif pada situasi cemas
o Kembangkan atmosfir penerimaan
o Bantu klien untuk mengembangkan penerimaan secara obyektif terhadap
kejadian
o Berikan informasi yang aktual berhubungan dengan diagnosis, treatmen dan
prognosis
o Berikan pilihan yang realistik tentang aspek perawatan

A. KONSEP DASAR KECEMASAN

I. Defenisi
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan
yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas
sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering
ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma W, 1997).
Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak
diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997).

II. Klasifikasi Tingkat Kecemasan


Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend,
1996).
1. Kecemasan ringan; Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang
muncul

pada

tingkat

ini

adalah

kelelahan,

iritabel,

lapang

persepsi

meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan


tingkah laku sesuai situasi.
2. Kecemasan sedang;

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada

masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang


mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang
terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat,

kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot


meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit,
mampu

untuk

belajar

namun

tidak

optimal,

kemampuan

konsentrasi

menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak


menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah
dan menangis.
3. Kecemasan berat; Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang
dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering
kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara
efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan
kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
4.

Panik;

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan
ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan
inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,
menjerit, mengalami halusinasi dan delusi

III. Etiologi
Kecemasan di sebabkan oleh beberapa factor yang dapat dijelaskan oleh
beberapa teori berikut :
a.

Teori Psikodinamik

Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik


psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk
mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan
menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan,
maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami
sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep
psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul
pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali.
Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon
terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan
berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan
dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam
ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah
kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar,
dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan
dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa,
yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress
psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988)

b. Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap
stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon
kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi,
sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di
inginkan.

c.Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar
individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.

d. Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat
adanya konflik dalam keluarga.

e. Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan,merupakan suatu perhatian terhadap proses
fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau
keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan
sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).

f. Faktor Predisposisi Kecemasan


Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat
menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat
menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari
stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup (Wibisono, 1990).

IV. Gejala Klinik


Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang
khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu :

a. Fase 1
Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh
mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada

fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi
hormon adrenalin dan nor adrenalin.
Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot
dan

kelelahan,

terutama

di

otot-otot

dada,

leher

dan

punggung.

Dalam

persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan
akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung.
Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan
gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985).
Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf
yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah
informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).

b. Fase 2 (dua)
Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan
otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol
emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985).
Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa
saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres
mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras
dapat

menunjukkan

tanda

adanya

gangguan

kecemasan

fase

dua

(Asdie,

1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang
menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama
dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).

c. Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor
tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda
dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di
identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya

berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat
kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi
dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang
sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang
sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

V.

Komplikasi

Kardio vaskuler;

Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar,

denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.

Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

Kulit:

perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat

seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatalgatal.

Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di
epigastrium, nausea, diare.

Neuromuskuler;

Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip,

insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


I.

Pengkajian

1. FAKTOR PEREDISPOSISI
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a. Teori psikoanalitik
Ansietas merupakan konsep emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian
Id

dan

superego.

Id

mewakili

dorongan

insting

dan

impuls

primitive

seseorang,sedangkan

superego

mencerminkan

hati

nurani

seseorang

dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku berfungsi


menengahi

tuntutan

dari

dua

element

yang

bertentangan

dan

fungsi

ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.


b. Teori interpersonal
Ansietas

terjadi

dihubungkan

dari
dengan

ketakutan

akan

trauma

penolakan

pada

interpersonal.hal

masa

perkembangan

ini

juga

seperti

kehilangan,perpisahan menyebabkan seseorang tidak berdaya. Individu yang


mempunyai

harga

diri

rendah

biasanya

sangat

mudah

untuk

mengalami

ansietas yang berat.


c. Teori prilaku
Prilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggang
u

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasanya

ditemui

dalam suatu keluarga.

e. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk benz
odiazepines.reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.
2. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi pada gangguan ansietas berasal dari sumber eksternal dan
internal

seperti

dibawah ini

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau


menurunya

kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b. Ancaman terhadap system diri seseorang dapat membahayakan identitas,harga


diri,dan integrasi fungsi sosial.
3. PERILAKU
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping

dalam

upaya

melawan

kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingka


t kecemasan

4. SISTEM RESPON KARDIOVASKULER


Jantung berdebar
Rasa mau pingsan
Napas cepat
Pernapasan dangkal
Rasa tertekan pada dada
Peningkatan reflek
Reaksi kejutan
Insomnia
Ketakutan
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan secara umum
Gerakan lambat
Kehilangan nafsu makan
Menolak makan
Perasaan dangkal
Rasa tidak nyaman pada abdominal
Tidak dapat menahan kencing
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh

ASKEP CEMAS (ANSIETAS)


BAB I
PEMBAHASAN

A. DEFINISI.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya.

Ansietas

adalah

respon

emosional

terhadap

penilaian

tersebut.

Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990,
hal

75).

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan
Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik
yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu

masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang
sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala
fisik dan psikologik seperti gemetar,

rasa goyah, nyeri punggung dan kepala,

ketegangan otot, napas pendek, mudah

lelah, sering kaget, hiperaktivitas

autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare,
mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun,
rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama
dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

konsentrasi dan perhatian berkurang;


harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
tidur terganggu;
nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding ansietas,
gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.
Tingkat ansietas sebagai berikut:

1.

Ansietas ringan.

Berhubungan

dengan

ketegangan

dalam

kehidupan

sehari-hari

dan

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya.


2.

Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.


Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada
hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

3.

Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut

4.

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang
lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

B.

RENTANG RESPON ANSIETAS.

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).

C.

TINGKAT ANSIETAS.
Tingkat ansietas sebagai berikut:

1.

Ansietas ringan.
Berhubungan

dengan

ketegangan

dalam

kehidupan

sehari-hari

dan

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya.


2.

Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.


Ansietas sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada
hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

3.

Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas
motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang
lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa
lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN.
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID
dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
b.

bahwa ada bahaya.


Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan

ansietas yang berat.


c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
d.

kehidupan selanjutnya.
Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan

e.

ansietas dengan depresi.


Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor
ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik.
Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin.
Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai

predisposisi

terhadap

ansietas.

Ansietas

mungkin

disertai

dengan

gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi


2.

a.

stressor.
Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-

b.
3.

hari.
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat
sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.

Sistem Tubuh
Kardiovaskuler

Respons

Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi
menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Pernafasan

Napas epat.
Pernapasan dangkal.
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.

Neuromuskular

Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.

Gastrointestinal

Kehilangan nafsu makan.


Menolak makan.
Perasaan dangkal.

Rasa tidak nyaman pada abdominal.


Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.

Perkemihan

Tidak dapat menahan kencing.


Sering kencing.

Kulit

Rasa terbakar pada mukosa.


Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.

Sistem

Respons

Perilaku

Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.

Kognitif

Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.

Afektif

Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.

4.

Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan

mengadopsi strategi koping yang berhasil.


5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.
Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a.
Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang
dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a.

1)

Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).


Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi

rintangan

agar

memenuhi

2)

kebutuhan.
Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara

3)

psikologis.
Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah

b.

tujuan-tujuan

yang

akan

mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.


Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).

dilakukan

atau

Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang


yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk
mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1)

Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara

2)

3)

tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.


Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari

realitas

tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.


Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang
biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.

4)

Disosiasi.

5)

Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan

mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.


Intelektualisasi (Intelektualization).
6) Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman
yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman
8)

dari luar (pembentukan superego)


Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah

9)

laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.


Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama

keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.


10)

Rasionalisasi.

Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah


rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginankeinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila
keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13)
Represi.
Secara

tidak

sadar

mengesampingkan

pikiran,

impuls,

atau

ingatan

yang

menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang


cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15)

Sublimasi.

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16)
Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada
represif berikutnya.
17)
Tindakan/perilaku

Undoing.
atau

komunikasi

yang

menghapuskan

sebagian

dari

tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan


primitif.

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
Penyelesaian kerusakan.
Kecemasan.
Pola napas tidak efektif.
Koping individu tidak efektif.
Diam.
Gangguan pembagian bidang energi.
Ketakutan.
Inkontinensial.
Stres.
Cedera resiko terhadap......
Perubahan nutrisi.
Respon pasca trauma.
Ketidakberdayaan.
Gangguan harga diri.
Gangguan pola tidur.
Isolasi sosial.
Perubahan proses berfikir.
Gangguan eliminasi urine.

C. INTERVENSI.
Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.

Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;

Membina hubungan saling percaya.

Melakukan aktifitas sehari-hari.

Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.

Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.

Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.

Klien terlindung dari bahaya.


1. Ansietas Ringan.
Deskripsi

Batasan Karakter

Intervensi

Ansietas ringan adalah a)


b)
ansietas normal dimana
c)
motivasi individu pada d)

Tidak nyaman.
a) Gerakan tidak tenang.
Gelisah.
b) Perhatikan tanda
Insomnia ringan.
peningkatan ansietas.
Perubahan nafsu makan
c) Bantu klien
keseharian dalam batas
ringan.
menyalurkan energi
e) Peka.
kemampuan untuk
f) Pengulangan
secara konstruktif.
melakukan dan
d) Gunakan obat bila perlu.
pertanyaan.
e) Dorong pemecahan
memecahkan masalah g) Perilaku mencari
masalah.
meningkat.
perhatian.
f) Berikan informasi akurat
h) Peningkatan
dan fuktual.
kewaspadaan.
g) Sadari penggunaan
i)
Peningkatan persepsi
mekanisme pertahanan.
pemecahan masalah.
h) Bantu dalam
j)
Mudah marah.
mengidentifikasi
keterampilan koping
i)

yang berhasil.
Pertahankan cara yang

j)

tenang dan tidak terburu.


Ajarkan latihan dan
tehnik relaksasi.

2.

Ansietas Sedang.
Deskripsi

Batasan Karakter

Ansietas sedang adalah a)


cemas yang
mempengaruhi

b)

Perkembangan dari
ansietas ringan.
Perhatian terpilih dari

Intervensi
a)

Pertahankan sikap tidak


tergesa-gesa, tenang bila
berurusan dengan

pengetahuan baru
dengan penyempitan
lapangan persepsi
sehngga individu

c)

lingkungan.
pasien.
Konsentrasi hanya padab) Bicara dengan sikap

d)
e)

tugas-tugas individu.
Suara bergetar.
Ketidaknyamanan

kehilangan pegangan

tenang, tegas
c)

meyakinkan.
Gunakan kalimat yang

jumlah waktu yang

pendek dan sederhana.


digunakan.
d) Hindari menjadi cemas,
f) Takipnea.
pengarahan orang lain.
marah, dan melawan.
g) Takikardia.
e) Dengarkan pasien.
h) Perubahan dalam nada
f) Berikan kontak fisik
suara.
dengan menyentuh
i)
Gemetaran.
j)
Peningkatan
lengan dan tangan
tetapi dapat mengikuti

k)

ketegangan otot.
Menggigit kuku,

g)

memukul-mukulkan jari,

pasien.
Anjurkan pasien
menggunakan tehnik

menggoyangkan kaki dan relaksasi.


h) Ajak pasien untuk
mengetukkan jari kaki.
mengungkapkan
perasaannya.
i)
Bantu pasien mengenali
dan menamai
ansietasnya

3.

Ansietas Berat.
Deskripsi
Pada ansietas berat
lapangan persepsi

Batasan Karakter
a)
b)

menjadi sangat menurun.


c)
Individu cenderung
d)
e)
memikirkan hal yang
f)
sangat kecil saja dan
g)
h)
mengabaikan hal yang
i)
lain. Individu tidak

Perasaan terancam.
a)
Ketegangan otot yang
berlebihan.
Diaforesis.
b)
Perubahan pernapasan.
Napas panjang.
Hiperventilasi.
Dispnea.
c)
Pusing.
Perubahan
gastrointestinalis.

Intervensi
Isolasi pasien dalam
lingkungan yang aman
dan tenang.
Biarkan perawatan dan
kontak sering sampai
konstan.
Berikan obat-obatan
pasien melakukan hal

mampu berfikir realistis j)


k)
dan membutuhkan

Mual muntah.
untuk dirinya sendiri.
Rasa terbakar pada ulu
d) Observasi adanya

hati.
l)
Sendawa.
untuk dapat memusatkanm) Anoreksia.
e)
n) Diare atau konstipasi.
pada daerah lain.
o)
Perubahan
f)
kardivaskuler.
p) Takikardia.
q) Palpitasi.
g)
r) Rasa tidak nyaman pada
banyak pengarahan,

prekokardia.
s)
Berkurangnya

tanda-tanda peningkatan
agitasi.
Jangan mennyentuh
pasien tanpa permisi.
Yakinkan pasien bahwa
dia aman.
Kaji keamanan dalam
lingkungan sekitarnya.

jarak

t)

persepsi secara berat.


Ketidakmampuan untuk

u)
v)

berkonsentrasi.
Rasa terbakar.
Kesulitan

dan

ketidaktepatan

4.

w)

pengungkapan.
Aktivitas yang

x)

berguna.
Bermusuhan.

tidak

Panik.
Deskripsi
Adalah tingkat dimana

Batasan Karakter
a)

individu berada pada


bahaya terhadap diri

b)

sendiri dan orang lain

c)
serta dapat menjadi diam
atau menyerang dengand)
cara kacau.
e)

Intervensi

Hiperaktif / imobilitasi a)
berat.
Rasa terisolasi yang

b)

ekstrim.
Kehilangan desintegrasi
kepribadian.
Sangat goncang dan

c)

otot-otot tegang.
Ketidakmampuan untuk

minta bantuan.
Jika mungkin hilangkan
beberapa stressor fisik
dan psikologisdari
lingkungan.
Bicara dengan tenang,
sikap meyakinkan,
menggunakan nada

berkomunikasi dengan
kalimat yang lengkap.
f) Distori persepsi dan

Tetap bersama pasien ;

d)

suara yang rendah.


Katakan pada pasien
bahwa anda (staf) tidak

penilaian yang tidak

akan membahayakan

realistis terhadap

dirinya sendiri atau orang

g)

lingkungan dan ancaman. lain.


Perilaku kacau dalam e) Isolasikan pasien pada

h)

usaha melarikan diri.


Menyerang.

daerah yang aman dan


f)

nyaman.
Lanjut dengan
perawatan ansietas
berat.

DAFTAR PUSTAKA

Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.
Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis
keperawatan.jakarta:EGC.

You might also like