You are on page 1of 68

DedyMasnur,S.T.,M.Eng.

TeknikMesin UniversitasRiau

LOGO

Sifatsifat Mekanis
SemesterIITA.20092010
Teknik Mesin
Universitas Riau

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

Pendahuluan
Material dalam penggunaannya dikenakan gaya atau
pembebanan sehingga perlu diketahui karakteristik material
agar deformasi yang terjadi tidak mengakibatkan kegagalan
(failure).
Karakteristik material tergantung pada:
Komposisi kimia
Struktur Mikro
Sifat material: sifat mekanis,sifat fisis, dan sifat kimia

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

Pendahuluan
ISTILAH
Kekuatan(strength):ukuran besar gaya yangdiperlukan untuk
mematahkan atau merusak suatu bahan.
Kekuatan luluh (yieldstrength):besargayapadasaatluluhdibagiluas
penampang.
Kekuatan tarik (tensilestrength):kekuatan maksimum yangdapat
diterima bahan.

Keuletan (ductility):besar regangan permanensaatperpatahan

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

Pendahuluan
ISTILAH
Regangan(strain)adalahbesardeformasipersatuanpanjang
/
Tegangan(stress)adalahgayapersatuanluas

Ketangguhan(toughness)adalahjumlahenergiyangdiserapbahan
sampaiterjadiperpatahan
Tegangansebenarnya/Truestress:tegangandibagiluaspenampang
sesungguhnya

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

Pendahuluan
Arah pembebanan
gaya

Tarik

Tekan

Geser

Puntir

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

Pendahuluan
TeganganTeknik:
TeganganTarik

Penampangawal

TeganganGeser

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

Pendahuluan
ReganganTeknik:
ReganganTarik

ReganganLateral

Penampangawal

ReganganGeser

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

Pendahuluan

Deformasimaterial:
1.Deformasielastis

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

Pendahuluan
2.Deformasiplastis:

Untuk memahami dan menjelaskan cara material berubah (deformasi)


sebagai fungsi beban, waktu, temperatur, dan kondisi lain, diperlukan
pengujian standard.

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
Tujuan pengujian mekanik:
untuk mendapatkan data-data yang dapat menunjukan sifat-sifat mekanik logam tersebut.

Standar ASTM E8

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
Grafik maksimum pengujian tarik

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
Grafik pengujian tarik

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
Deformasi elastis pengujian tarik
Pada pembebanan dari nol sampai mencapai titik proporsional limit, grafik masih merupakan garis lurus. Pada daerah
proporsional limit ini, apabila besarnya pembebanan dibawah rentangan proporsional limit maka benda uji hanya mengalami
deformasi plastis. Jadi jika gaya itu ditiadakan maka benda uji akan masih dapat kembali ke panjang mula-mula. Elastic limit
merupakan batas antara deformasi elastik dan deformasi plastik. Bila besarnya pembebanan melampau elastik limit ini maka
grafik yang terbentuk ini merupakan garis lengkung. Karena antara nol hingga proporsional limit merupakan garis lurus, maka
berlaku hubungan Tegangan dibagi dengan Regangan sama dengan Konstant, sama dengan Modulus Elastisitas (Young
Modulus).

HukumHooke

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
Deformasi plastis pengujian tarik
Apabila tegangan sudah mencapai titik Yields Stress maka benda uji sudah mulai nampak adanya pengecilan
penampang. Dan ternyata pula pada titik tersebut benda uji mengalami pertambahan panjang dengan sendirinya
walaupun besarnya beban tidak ditambah. Yields Stress dapat juga disebut dengan Yeild Point (Batas Lumer). Tetapi
pada umumnya banyak logam yang tidak memiliki titik atau batas lumer yang jelas, terutama pada logam-logam yang
rapuh. Pada diagram Tegangan-Regangan dari jenis logam tersebut titik lumer ditentukan dari harga tegangan dimana
benda uji dari logam tersebut memperoleh perpanjangan (pertambahan panjang) permanen sebesar 0,2% dari
panjang mula-mula. Tegangan ini biasanya dimanakan Tegangan Net 0,2 dan merupakan dasar untuk menentukan
Yield Stress.

Mulur

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
KEULETAN/DUCTILITY(%)

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
DATAKEULETANBEBERAPAJENISLOGAM

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
KETANGGUHAN/TOUGHNESS

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
KEKUATANTARIK/TENSILESTRENGTH
Apabila pembebanan sudah mencapai titik Ultimate Stress (Batas Patah) maka tegangan ini merupakan tegangan
tarik maksimum yang mampu ditahan oleh benda uji tersebut. Pada titik tersebut, benda uji sudah menunjukan gejalagejala patah berupa retakan-retakan. Retakan-retakan yang sudah mulai timbul pada titik Ultimate Stress akan
semakin bertambah besar dan akhirnya benda uji akan patah pada titik Fracture Stress

A0=luaspenampang
awal

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
KEKUATANTARIK/TRUESTRESS

Ai=luaspenampang
saatterjadinecking

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
PerbandinganKekuatanTarik

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
ModulusResilience
Adalah kapasitas material untuk
menyerap energi ketika mengalami
deformasi elastis dan ketika beban dilepaskan, energi ini juga dilepaskan.

Untukdaerahlinear:

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
BentukPatahan
Brittle fracture (patah getas):
1. Tidak ada reduksi luas
penampang patahan.
2. Patahan
tampak
lebih
mengkilap
dan
bidang
patahan relatif tegak lurus
terhadap tegangan tarik.
3. Disebabkan oleh pembebanan
dinamis dan temperatur kerja
yangrendah (contoh :Kasus
yangterjadi pada Kapal
Titanic).

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
BentukPatahan
Ductilefracture(patah ulet):
a. Ada reduksi luas
penampang patahan.
b. Tempopatah lebih lama.
c. Daerahpatahan lebih halus
dan berserabut.

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
DESIGNORSAFETYFACTORS
N berkisar antara 1,2 - 4

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
PengaruhTemperatur

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

PengujianTarik
PengaruhTemperatur

DedyMasnur,S.T.,M.Eng. TeknikMesin UniversitasRiau

Kesimpulan
1. Tegangandanreganganmerupakanukuranpembebanan
danperubahanmaterial.
2. Elastis: sifat material yang dapat kembali ke bentuk
semula dan pada grafik ditunjukkan dengan hubungan
linear antara tegangan dan regangan. Material dengan
E/G tinggi memiliki deformasi minimal.
3. Plastis: perubahan permanen yang terjadi ketika tegangan
tarik atau tekan mencapai y (tegangan mulur).
4. Ketangguhan: energi yang dibutuhka untuk mematahkan
material.
5. Keuletan: regangan plastis saat patah

Pengujian Kekerasan
Definisi
Kekerasan bahan adalah ketahanan bahan terhadap deformasi
plastis. Ada 3 jenis umum pengukuran kekerasan menurut cara
melakukan pengujian (Djaprie, 1987):

1. Kekerasan goresan (scratch hardness)


2. Kekerasan lekukan (indentation hardness)
3. Kekerasan pantulan (rebound) atau kekerasan dinamik
(dynamic hardness).
Jurusan Teknik Mesin UNRI

1. Kekerasan Brinell
Metode ini diajukan oleh J.A.Brinell pada tahun 1900.Satuan BHNatau
Brinell HardnessNumber(kg/mm2).
Bentuk indentor seperti boladengan diameter10mm(0.394in).
Bahan lunak menggunakan indentor dari baja dengan beban 500kg
Bahan keras menggunakan indentor dari bahan Tungsten Karbida
dengan beban 3000 kg

Jurusan Teknik Mesin UNRI

Prinsip kerja:
Beban diberikan selama 30 detik, kemudian diameter lekukan
diukur dengan mikroskop, ditentukan harga ratarata dari dua
pengukuran diameter pada jejak yang berarah tegak lurus.

Angka kekerasan Brinell dinyatakan dengan P dibagi luas


permukaan lekukan:

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Jarak antar pengujian

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Contoh

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Kekerasan Meyer
Kekerasan Meyer = 4P/Bd2 (kg/mm2)
Kekerasan Meyer kurang peka terhadap beban yang diterapkan dibandingkan
Brinell. Untuk bahan yang mengalami pengerjaan dingin, kekerasan Meyer
pada dasarnya tetap dan tidak tergantung beban sedangkan kekerasan Brinell
akan mengecil bila beban bertambah besar.
Hubungan kekerasan dan lekukan (Hk. Meyer):
P=kdn
P = Beban (kg)
d= diameter lekukan (mm)
n = konstanta bahan
K=konstanta bahan yangmenyatakan ketahanan bahan terhadap penetrasi
Persamaan diatas dapat ditulis dalam skala logmenjadi:
LogP=Logk+nlogd

Kekerasan Vickers
Dikembangkan oleh Vickers Ltd. tahun 1925.
Bentuk indentor piramida dari intan dengan sudut antara
permukaan-permukaan piramida yang berhadapan adalah
136.
Secara praktek kekerasan Vickers dihitung berdasarkan
pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak.
Uji Vickers terdiri dari dua range beban:
1. Micro, range beban 10 1000g
2. Macro, range beban 1kg 1000kg

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Angka kekerasan Vickers dihitung dengan persamaan berikut:

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Tahapan Pengujian
1. Indentor di tekan pada permukaan benda uji dengan beban
terkontrol.
2. Beban dipertahankan dalam waktu 1015detik.
3. Indentor dipindahkan ,tertinggal bekas penapakan berbentuk
bujur sangkar.
4. Panjang kedua diagonaldiukur secara optik.
5. Rataratakedua diagonal,dijadikan datadiagonalpada rumus
Vickersuntuk menghitung Angka Kekerasan Vickers(HVN).
Untuk logam HVN berkisar dari 100 1000, dan akan bertambah
seiring dengan bertambahnya kekerasan material

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Contoh injakan

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Jarak Minimalantar titik

Ukuran maksimal indentasi

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Kelebihan
1. Cakupan skala kekerasan lebih luas, dapat digunakan untuk
material dari yang terkeras hingga terlunak.
2. Penggunaan beban yang beragam sehingga cocok digunakan untuk
berbagai aplikasi.
3. Nondestructive, benda uji dapat digunakan setelah diuji.

Kekurangan
1. Membutuhkan pengukuran secara optik, sehingga sampel perlu
persiapan khusus sehingga pada pengukuran dihasilkan data yang
akurat.
2. Lambat, pengujian memakan waktu hingga 30 detik dan belum
termasuk penyiapan sampel.
Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Kekerasan Rockwell
Pengujian Rockwell ditemukan oleh Stanley P. Rockwell
Pengujian ini menggunakan kedalaman lekukan dengan pembebanan
konstan sebagai ukuran kekerasan.
Pengujian Rockwell ada dua jenis:
1. Rockwell: beban minor 10kgf, beban mayor 60, 100, atau 150kgf.
2. Superficial Rockwell: beban minor 3kgf dan beban mayor 15, 30,
atau 45kgf.
Bentuk indentor pada kedua pengujian kerucut intan atau bola baja.

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Prinsip kerja
Mula-mula diterapkan beban kecil sebesar 10 kg untuk menempatkan benda
uji.
Kemudian diterapkan beban yang besar dalam beberapa detik waktu
penahanan.
Beban mayor dilepaskan, sehingga yang tertinggal hanya beban minor.
Secara otomatis kedalaman lekukan akan terekam pada gage penunjuk yang
menyatakan angka kekerasan. Penunjuk tersebut terdiri dari 100 bagian,
masing-masing bagian menyatakan penembusan sedalam 0.00008 inci.
Kekerasan yang tinggi dinyatakan dengan penembusan yang kecil.

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Minimum Thickness of Test Piece for Rockwell Hardness Testing (Ball


Indenters )

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Test Piece Minimum Thickness for Rockwell Hardness Test


(diamond indenter)

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Konversi Nilai Kekerasan


Nilai konversi kekerasan ditentukan
secara eksperimental dan bergantung
kepada tipe dan karakteristik
material. Data konversi yang tepat
hanya terdapat pada baja sesuai
ASTM standard E 140, Konversi
kekerasan standar untuk logam.

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Korelasi nilai kekerasan dan kekuatan tarik

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Korelasi nilai kekerasan dan kekuatan tarik


Secara kasar peningkatan nilai kekuatan tarik proporsional
terhada peningkatan nilai kekerasan. Pada umumnya untuk
baja hubungan tersebut sesuai dengan persamaan berikut:

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

Jurusan Teknik Mesin UNRI Pengujian Bahan - 2009

BEND TEST
JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU
COMPILED BY: DEDY MASNUR, M.ENG.

DEFINISI

JENIS UJI BENDING


Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji bending dibedakan menjadi 2
yaitu transversal bending dan longitudinal bending.
1. Transversal Bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah pengelasan.
Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian transversal bending dibagi
menjadi tiga :
a. Face Bend (Bending pada permukaan las)

JENIS UJI BENDING


b. Root Bend (Bending pada akar las)

c. Side Bend ( Bending pada sisi las ).

JENIS UJI BENDING


2. Longitudinal Bending
Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah pengelasan
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian longitudinal bending
dibagi menjadi dua :
a. Face Bend (Bending pada permukaan las)

b. Root Bend (Bending pada akar las)

PENGUJIAN
Benda Uji

d=5mm
a=5x5mm

Batang logam (bulat / bujur sangkar / plat ) dgn ukuran diameter / tebal > 5 mm, atau bahan yang dilas

PENGUJIAN
Alat-alat :

Ukuran & Penempatan :

stempel
(punch)

Tebal benda kerja


r

bendauji

Jarak sela antar rol

D + 3a

rol
2 buah rol
1 buah stempel (punch) penekan

Tebal dan radius stempel


(punch)

Prosedur :
Stempel ditekan dengan diberi Stempel ditekan dengan diberi
gaya ke arah bawah
gaya ke arah bawah
Benda uji akan bengkok /
Benda uji akan bengkok /
menekuk
menekuk

Pembebanan dihentikan, saat


terlihat retakan pada benda uji

Prosedur :

Stempel ditekan dengan diberi gaya ke arah bawah


Benda uji akan bengkok / menekuk
Pembebanan dihentikan, saat terlihat retakan pada
benda uji

HASIL
Ada 3 kemungkinan hasil:
1. Jika sambungan las lebih kuat dibanding base material (1)
2. Jika base material lebih kuat dibandingkan sambungan las (2)
Flat base

Crack
Caca
t

SIMPULAN
Mampu bentuk suatu bahan dilihat dari besarnya sudut yang terjadi saat bahan
tersebut mulai mengalami keretakan
Semakin besar sudut retak, semakin baik sifat mampu bentuk bahan

PENGUJIAN
Benda Uji

PENGUJIAN
Benda Uji
ASTM Standard C 1161, Standard Test Method for Flexural Strength of Advanced Ceramics at Ambient
Temperature.

PENGUJIAN
Benda Uji
ASTM Standard C 1161, Standard Test Method for
Flexural Strength of Advanced Ceramics at Ambient
Temperature.
F

You might also like