You are on page 1of 15

Tugas Farmasi

OTITIS MEDIA AKUT

OLEH :
Ginanjar Tenri Sultan
G99141121

Pembimbing:
Dra. Diah Poerwohastoeti, S.Farm, M.Si., Apt.

KEPANITERAAN KLINIK LAB/SMF ILMU FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian
mukosa telinga tengah , tuba eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang
berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam
telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari
infeksi saluran napas atas yang berulang.
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi
dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada anak-anak makin
sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar pula kemungkinan
terjadinya OMA disamping oleh karena system imunitas anak yang belum berkembang
secara sempurna.
Tuba eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya
sekret dari nasofaring ke telinga tengah.
Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh yang terganggu, sumbatan
dan obstruksi pada tuba eusthacius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media
sehingga invasi kuman ke dalam telinga tengah juga gampang terjadi yang pada akhirnya
menyebabkan perubahan mukosa telinga tengah sampai dengan terjadinya peradangan
berat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

DEFINISI
Otitis media akut merupakan radang infeksi atau inflamasi pada telinga tengah
oleh bakteri atau virus dengan gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan hingga
hilangnya pendengaran, tinnitus dan vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi pada
anak-anak dan umumnya berlangsung dalam waktu 3-6 minggu.

II.

ETIOLOGI
Penyebab utama otitis media akut (OMA) adalah invasi bakteri piogenik ke
dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Bakteri tersering penyebab OMA
diantaranya Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pnemokokus. Selain itu
kadang-kadang

ditemukan

juga

Haemofilus

influenza,

Escherichia

coli,

Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurogenosa.


Haemofilus influenza sering ditemukan pada anak berusia dibawah 5 tahun. Infeksi
saluran napas atas yang berulang dan disfungsi tuba eustachii juga menjadi penyebab
terjadinya OAM pada anak dan dewasa.
III.

INSIDENSI
Otitis media akut paling sering diderita oleh anak usia 3 bulan- 3 tahun. Tetapi
tidak jarang juga mengenai orang dewasa. Anak-anak lebih sering terkena OMA
dikarenakan beberapa hal, diantaranya :
1. Sistem kekebalan tubuh anak yang belum sempurna
2. Tuba eusthacius anak lebih pendek, lebar dan terletak horizontal
3. Adenoid anak relative lebih besar dan terletak berdekatan dengan muara saluran
tuba eusthachii sehingga mengganggu pembukaan tuba eusthachii. Adenoid yang
mudah terinfeksi menjadi jalur penyebaran bakteri dan virus ke telinga tengah.

IV.

PATOGENESIS
Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran
pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan pertahanan tubuh oleh silia
dari mukosa tuba eusthachii,enzim dan antibodi yang menimbulkan tekanan negative
sehingga terjadi invasi bakteri dari mukosa nasofaring ke dalam telinga tengah
melalui tuba eusthachii dan menetapdi dalam telinga tengah menjadi otitis media
akut.
Ada 5 stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan pada perubahan mukosa
telinga tengah, yaitu :

1. Stadium Oklusi
Ditandai dengan gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan
negative telinga tengah. Kadang- kadang membrane timpani tampak normal atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi sulit dideteksi.
2. Stadium Hiperemis
Tamapak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membrane
timpani disertai oedem. Sekret yang mulai terbentuk masih bersifat eksudat
serosa sehingga sukar dinilai.
3. Stadium Supurasi
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah disertai dengan hancurnya sel
epitel superficial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani
menyebabkan membrane timpani menonjol kea rah liang telinga luar. Gejala
klinis pasien Nampak terasa sakit, nadi, demam, serta rasa nyeri pada telinga
bertambah hebat. Pada keadaan lebih lanjut, dapat terjadi iskemia akibat tekanan
eksudat purulent yang makin bertambah, tromboflebitis pada vena-vena kecil
bahkan hingga nekrosis mukosa dan submukosa.
4. Stadium Perforasi
Rupturnya membrane timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke
liang telinga luar. Kadang pengeluaran secret bersifat pulsasi. Stadium ini sering
diakibatkan oleh terlambatnya pemberian antibiotika dan tingginya virulensi
kuman.
5. Stadium Resolusi
Ditandai oleh membrane timpani yang berangsur normal hingga perforasi
membrane timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Hal ini
terjadi jika membrane timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik dan virulensi
kuman rendah.
V.

DIAGNOSIS
Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut ini :
1. Penyakit ini onsetnya mendadak (akut)
2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan memperhatikan tanda berikut:
a. Mengembangnya gendang telinga
b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
d. Cairan yang keluar dari telinga

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan adanya


salah satu diantara tanda berikut :
a. Kemerahan pada gendang telinga
b. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat
menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah serta
rewel. Namun gejala-gejala ini tidak spesifik untuk OMA sehingga
diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop untuk melihat dengan jelas
keadaan gendang telinga/membrane timpani yang menggembung, eritema bahkan
kuning dan suram serta adanya cairan berwarna kekuningan di liang telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatic
(alat untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil
untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan
gendang telinga yang kurang dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini
dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan untuk memperkuat diagnosis OMA.
Namun umunya OMA sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan otoskop biasa.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan
terhadap gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak dilakukan pada sembarang
anak. Indikasi perlunya timpanosentesis anatara lain OMA pada bayi berumur di
bawah 6 minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan
gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak member respon pada beberapa
pemberian antibiotic atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.
OMA harus dibedakan dengan otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai
OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut :

GEJALA DAN TANDA


Nyeri telinga, demam, rewel
Efusi telinga tengah
Gendang telinga suram
Gendang yang menggembung
Gerakan gendang berkurang
Berkurangnya pendengaran

OMA
+
+
+
+/+
+

OMA EFUSI
+
+/+
+

IV. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotik
OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.
Seikitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotic. Penggunaan antibiotic
tidak mengurangi komplikasi yang terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.
Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotic
diberikan. America Academy of Pediatric (APP) mengkatagorikan OMA yang
dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotic sebagai
berikut;

USIA
< 6 bulan
6 bulan 2 tahun
>2 tahun

DIAGNOSIS PASTI
Antibiotik
Antibiotik
Antibiotik jika gejala berat, observasi jika gejala ringan

Gejala ringan adalah apabila nyeri telinga ringan dan demam <390C dalam 24
jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang sampai berat atau
demam 390C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia 6
bulan-2 tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan atau diagnosis meragukan
pada anak di atas 2 tahun. Analgesia harus tetap diberikan selama observasi.
Pilihan pertama pemberian antibiotik pada OMA adalah dengan amoxycilin.
American Academy of Family Physicians (AAFP) menganjurkan pemberian dosis
standar 40mg/kgBB/hari pada anak dengan resiko rendah (umur >2tahun, tidak
dalam perawatan intensif, belum pernah menerima pengobatan antibiotik dalam 3
bulan terakhir). Sedangkan pemberian dosis tinggi 80mg/kgBB/hari diberikan
pada anak dengan resiko tinggi ( umur <2tahun, dalam perwatan, ada riwayat
pemberian antibiotik dalam 3 bulan terakhir serta resisten terhadap pemberian
dosis rendah amoxycilin) . Sementara itu The Centre for Disease Control and
Prevention (CDC) merekomendasikan terapi antibiotik
berikut :

pada OMA sebagai

KONDISI
Otitis media dengan penonjolan High-dose

TERAPI
amoxycilin

(80-

(bulging) membrane timpani

100mg/kgBB/hari per oral) selama 7

Otitis

hari
Penundaan

media

tanpa

bulging

membrane timpani
Otitis media berulang

pemberian

antibiotik,

(sembuh spontan)
Penundaan pemberian

antibiotic,

pemberian vaksin influenza


Otitis media e.c resistensi bakteri High-dose amoxycilin clavulanate
terhadap amoxycilin dosis tinggi

(80-90 mg/kgBB/hari per oral selama


7

hari);

cefuroxime

axetil

(30

mg/kgBB 2 kali/hari per oral);


ceftriaxone (50mg/kg/hari IM selama
3 hari)

Penundaan antibiotik dan pengaturan pemberian antibiotik dilakukan pada


otitis media tanpa bulging karena pada otitis media jenis ini umumnya dapat
sembuh spontan tanpa pemberian antibiotik sebab pemberian antibiotic pada
kasus ini dianggap hanya akan menambah efek samping terhadap tubuh.
Pengaturan pemberian resep dapat dilakukan dengan pemberian acetaminophen
jika terjadi otalgia serta demam, dan jika setelah pemberian tersebut demam
masih berlangsung serta tidak ada perbaikan gejala klinis selama 3 hari , maka
baru diberikan amoxycilin dosis tinggi. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan
perbaikan gejala dalam waktu 48-72 jam. Dalam 24 jam pertama terjadi
stabilisasi, sedangkan pada 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien
tidak membaik dalam 3 hari atau kembali muncul dalam 14 hari kemungkinan ada

penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai/kurang adekuat atau
bahkan telah terjadi resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut.
Jika pasien alergi terhadap golongan Penicilin alternative antibiotik yang
digunakan adalah cefuroxime axetil, ceftriaxone injeksi (2-3x50mg/kg/hari) atau
generasi kedua sefalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime atau cefuroxime.
Pilihan

lainnya

adalah

golongan

makrolid

seperti

azithromycin

dan

clarithromicyn.
2. Analgesia/pereda nyeri
Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri.
Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti
paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan
ibuprofen harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan
karena pemberian ibuprofen dapat memperburuk keadaan tersebut.
Pemberian antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan
manfaat pada anak.
Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.
Miringotomy, dengan melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan
dari dalam telinga juga tidak dianjurkan , kecuali jika terjadi komplikasi berat.
Pemberian antibiotik sebagai profilaksis hanya akan meningkatkan resistensi
bakteri terhadap antibiotik
VII.

KOMPLIKASI
Otitis media akut yang tidak segera terobati dengan antibiotik dapat berlanjut
menjadi otitis media kronik (OMK) dan mastoiditis. Komplikasi lain yang dapat
terjadi seperti abses periosteal sampai dengan meningitis dan abses otak bahkan
dapat pula mengakibatkan

kehilangan pendengaran permanen akibat rupturnya

membrane timpani dan jika telah sampai mengganggu fungsi pendengaran juga akan
menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa pada anak.

BAB III
ILUSTRASI KASUS

I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
No. RM

: An. D
: 13 tahun
: Laki-laki
:: Solo
: 01127XXX

B. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada telinga kanan
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Paien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri telinga kanan.
Sebelumnya pasien sering gelisah dan suka memegangi telinganya yang
sakit, sukar tidur. 3 hari sebelum datang ke rumah sakit pasien
mengalami batuk pilek yang saat ini sudah sembuh. Demam juga
dirasakan naik turun.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Riwayat penyakit serupa
- Riwayat telinga dikorek
- Riwayat alergi makanan
- Riwayat alergi obat
- Riwayat bersin-bersin di pagi hari
- Riwayat mondok
- Riwayat batuk+pilek berulang

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
:+

E. RIWAYAT KELUARGA DAN LINGKUNGAN


- Riwayat sakit serupa
: disangkal
- Riwayat asma
: disangkal
- Riwayat alergi
: disangkal
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum
Tanda vital

: baik, compos mentis, gizi kesan cukup


: Tensi : 110/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR
: 20x/menit

Suhu : 380C
: mesochepal
: KGB tidak membesar
: dalam batas normal
: lihat status THT
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal

Kepala
Leher
Mata
THT
Mulut
Dada
Abdomen
Urogenetalia
Extremitas
B. PEMERIKSAAN THT
a. Hidung

PEMERIKSAAN
Cavum nasi
Discharge
Chonca inferior
Chonca medius
Septum nasi
Nyeri sinus
b. Telinga

KANAN
Lapang
Tidak ada
Eutrophia
Eutrophia
Deviasi
Tidak ada

PEMERIKSAAN
Daun telinga
Canalis auricularis
Membran timpani
Tragus pain
Hearing Loss
Discharge

KIRI
Lapang
Tidak ada
Eutrophia
Eutrophia
Normal
Tidak ada

KANAN
Normotia
Sempit, hiperemis
Ortorhea, hiperemis
Nyeri
Tidak ada
Minimal

KIRI
Normotia
Serumen
Intak
Tidak nyeri
Tidak ada
Tidak ada

c. Tes Pendengaran
PEMERIKSAA

KANAN

KIRI

+
Lateralisasi (-)
Sama dengan pemeriksa

+
Lateralisasi (-)
Sama dengan pemeriksa

N
Rinne
Weber
Scwabach

- Bibir
- Ginggiva
- Gigi
- Lidah

d. Mulut
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal
: dalam batas normal
e. Tenggorok
- Tonsil
: T3-T3, kripte melebar
- Faring
: tenang
- Adenoid
: tenang

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan
IV. DIAGNOSIS BANDING
Otitis Eksterna Diffusa auricular dextra
Tampak canalis auricularis dextra hiperemis, membrane timpani
auricular dextra normal, nyeri telinga
Otitis eksterna sircumkripta auricular dextra
Tampak canalis auricularis dextra hiperemis, membrane timpani
auricular dextra normal, nyeri telinga bila ditekan di daerah tragus,
maupun waktu membuka mulut.
Otitis media efusi auricular dextra
Tampak canalis auricularis dextra hiperemis, membrane timpani
auricular dextra tidak menggembung, gerakan membrane timpani
berkurang, tampak efusi auricular dextra, pendengaran berkurang,
nyeri (-), demam (-).
V.

DIAGNOSIS
Otitis Media Akut Stadium Hiperemis Auricula Dextra

VI.

PENATALAKSANAAN
A. Tujuan
Menghilangkan penyebab
Mengembalikan fungsi tuba eusthacius
Menghilangkan gejala penyerta
Mencegah komplikasi
B. Terapi
Amoxicilin 3x325mg dalam 7 hari
Paracetamol 3x325mg tiap demam
Asam mefenamat 3x325mg
Oksimetazolin hydrochloride 0,025%

PENULISAN RESEP

R/ Amoxicilin

mg 325/5cc

As.mefenamat mg 325/5cc
m f l a syr ad cc 110
3 dd cth I post coenam

R/ Paracetamol mg 325/5cc
m f l a syr ad cc 110
prn (3 dd cth I) aggrediante febre

R/ Oksimetazolin hydrochloride 0,025% guttae nasales lag No.I


2 dd gtt II nasalis dextra
Pro : An. D (13 tahun)

PEMBAHASAN OBAT

AMOXICILIN

Merupakan derivate hidroksi dan obat antibiotik golongan penicillin yang


bersifat bakterisida dengan menghambat sintesa dinding bakteri. Amoxicilin
sering digunakan untuk terapi infeksi oleh gram positif yang tidak memproduksi
penisilinase.
> Indikasi :-infeksi telinga,hidung dan tenggorok yang disebabkan oleh
S.pnemonia

yang

tidak

memproduksi

penisilinase

dan

haemophilus influenza
-

Infeksi saluran kemih oleh E.coli, Proteus mirabilis, S.faecalis


Infeksi kulit oleh Streptococcus, Stafilococcus dan E.coli
Gonorhea oleh Nisseria gonorhoeae
Profilaksis endokarditis pada tindakan untuk gigi

Efek samping : mual, muntah, diare,hipersensitif utrikaria, nyeri sendi, demam,


edema, angioneurotik, syock anafilaktik, konvulsi

PARACETAMOL

Merupakan derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik dan


analgesik. Pada penggunaan per oral dapat diserap dengan cepat melalui saluran
cerna. Kadar maksimum dalam plasma dapat dicapai dalam waktu 30 60 menit
setelah pemberian. Dieksresikan melalui ginjal kurang dari 5% tanpa mengalami
perubahan dan sebagian dalam bentuk terkonjugasi.
Indikasi : - sebagai antipiretik dan analgetik termasuk bagi pasien yang tidak
tahan terhadap asetosal
-

sebagai analgesik misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit

kepala, sakit gigi, sakit waktu haid, sakit pada otot


- Menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi
Efek samping : dosis besar dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati
ASAM MEFENAMAT

Merupakan kelompok antiinflamasi non steroid, bekerja dengan cara


menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh saat terjadi inflamasi

dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik,


antiinflamasi dan antipiretik.
Indikasi : meredakan nyeri ringan sampai sedang
Efek samping : mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal, leucopenia,
trombositopenia, eosenofilia, agranulocytopenia, mengantuk,
pusing, penglihatan kabur dan insomnia
OKSIMETAZOLIN HYDROCHLORIDE 0,025%

Merupakan decongestan topical (tetes hidung) yang mempunyai fungsi


sebagai golongan agonis reseptor -adrenergik yang bisa menyebabkan kontraksi
dari vena pada jaringan hidung. Dekongestan efektif pada pasien dengan hidung
tersumbat dan memiliki toleransi yang baik. Obat ini memiliki efek rebound
kongesti terutama jika digunakan dalam waktu yang lama. Penggunaan obatobatan ini disarankan untuk terapi antara 3 sampai 5 hari. Setelah periode itu,
mukosa akan resisten terhadap efek dekongestan sehingga memerlukan
pengobatan yang lebih sering.
Indikasi : - untuk hidung tersumbat oleh karena flu/pilek
-

otitis media akut stadium hiperemis, membantu membuka kembali


tuba eusthacius yang tersumbat oleh sekret sehingga tekanan
negative dalam telinga tengah berkurang dan akhirnya hilang.

Efek samping : jarang menimbulkan efek sistemik

DAFTAR PUSTAKA

Otitis Media (Ear Infection).http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp


Chronic Otitis Media (Middle Ear Infection) and Hearing Loss.
http://www.entnet.org.KidsENT/hearing_loss.cfm
Ear anatomy. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1092.htm

OMA.

http://www.prodigy.nhs.uk/guidances.asp?gt=otitis%20media%20-

%20acute
Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No.
5 May 2004, pp.1451-1456.
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics; 113/5/1451
Glasziou PP, Del Mar CB, Sanders SL, Hayem M. Antibiotics for Acute Otitis
Media in Children (Cochrane Review) The Cochrane Library, Issue 2,
2005. http://www.cochrane.org/cochrane/revabstr/AB000219.htm
Little P, et al. Pediactors of poor outcome and benefits from antibiotics in
children with acute otitis media: pragmatic randomized trial. BMJ
2002;325:22
http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/325/7354/22?
ijkey=742c411e86bbfb31b1a51105ff9bfc95d8a31433
Wellbery C. Standard-Dose Amoxicilin for Acute Otitis Media May 1 2005
http://www.aafp.org/afp/20050501/tips/18.html
Hendley O.M.D. Otitis Media. 2002. New England Journal Medicine . Vol: 347.
No.15 http://www.nejm.org

You might also like