Professional Documents
Culture Documents
Reumatoid Artritis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I IPENDAHULUAN.........................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORI.......................................................................
2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS.......................................
2
2.1.1 Definisi...................................................................................
2
2.1.2 Etiologi...................................................................................
2
2.1.3 Patofisiologi............................................................................
3
2.1.4 Manifestasi Klinis...................................................................
5
2.1.5 Komplikasi..............................................................................
6
2.1.6 Kriteria Diagnostik.................................................................
6
2.1.7 Penatalaksanaan......................................................................
7
2.2.... TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN....................
8
2.2.1 Pengkajian..............................................................................
8
2.2.2 Diagnosa/Intervensi................................................................
10
BAB 3 Kesimpulan dan Saran....................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................
3.2 Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1
2
19
19
19
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS
2.1.1 Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua,
itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid
arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Artritis rheumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membrane synovial yang
menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
AR adalah suatu penyakit kronis, seistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan
dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial dan struktur
yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati,
skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-periode remisi
dan bertambah parahnya penyakit.
2.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi
virus.
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan
mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena
virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen
dari tulang rawan sendi penderita.
2.1.3 Patofisiologi
Pada rheumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi
dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzimenzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan
akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan
erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama
dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang
cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus
(Long, 1996).
Kelompok 3, sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan penggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan
pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan
genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat
sembuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis
rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.
Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap.
1. Terapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan
synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis
mungkin ada.
2. Secara radiologis, keruakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin
mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi.
Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan
deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.
4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya
imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak sepewrti
nodula-nodula mungkin terjadi.
2.1.5 Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi
faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1.
Aktivitas/ istirahat
Gejala
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan
pada
pagi
hari,
biasanya
terjadi
bilateral
dan
simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda
Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2.
Kardiovaskuler
Gejala
Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3.
Integritas ego
Gejala
Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
Faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang
lain).
4.
Makanan/ cairan
Gejala
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual,
anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda
Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
5.
Hygiene
Gejala
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
6.
Neurosensori
Gejala
Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
7.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala
Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi
8.
9.
).
Keamanan
Gejala
Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan
dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada
mata dan membran mukosa.
Interaksi sosial
Gejala
Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
2.2.2 Diagnosa
1.
Nyeri (akut )
Berhubungan dengan
Agen pencedera : distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi
sendi.
Ditandai dengan
Keluhan nyeri atau ketidaknyamanan, kelelahan
Berfokus pada diri/penyempitan focus
Perilaku distraksi/respon autonomic
Perilaku berhati-hati atau melindungi
Kriteria hasil/ kriteria evaluasi
Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan
Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program control/nyeri
Tindakan Keperawatan
Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri, kukalitas, lokasi, Membantu menentukan kebutuhan
intensitas (skala 0-10), dan waktu. Catat manajemen nyeri dan keefektifan
faktor yang mempercepat dan tanda rasa program
sakit nonverbal
2. Berikan matras/kasur lembut dan bantal Matras lembut dan bantal kecil
kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai mencegah pemeliharaan kesejajaran
kebutuhan
tubuh yang tepat, mengistirahatkan
sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan
sendi yang terinflamasi/nyeri
3. Berikan
posisi
nyaman
waktu Penyakit
berat/eksaserbasi,
tirah
2.
Tindakan Keperawatan
Tindakan/intervensi
Mandiri
1. Evaluasi
pemantauan
inflamasi/rasa sakit pada sendi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rasional
tingkat Tingkat
aktivitas
atau
latihan
tergantung dari perkembangan proses
inflamasi
Pertahankan tirah baring.duduk. jadwal Istirahat sistemik dianjurkan selama
aktivitas untuk memberikan periode eksaserbasi akut dan seluruh fase
istirahat terus-menerus dan tidur malam penyakit untuk mencegah kelelahan,
hari
mempertahankan kekuatan.
Bantu rentang gerak aktif/pasif, latihan Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan
resistif dan isometrik
otot dan stamina
Ubah posisi dengan sering
Menghilangkan tekanan jaringan dan
meningkatkan sirkulasi
Posisikan dengan bantal, kantung pasir, Meningkatkan
stabilitas
jaringan
bebat, dan brace
(mengurangi
risiko
cedera),
mempertahankan posisi sendi yang
diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktur.
Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher Mencegah fleksi leher
Dorong klien memeprtahankan postur Memaksimalkan
fungsi
sendi,
tegak dan duduk tinggi, berdiri, serta mempertahankan mobilitas
berjalan
Berikan lingkungan aman, misal Menghindari
cedera
akibat
menaikkan
kursi,
menggunakan kecelakaan/jatuh
Mengidentifikasi sumber pribadi atau komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan
diri.
Tindakan Keperawatan
Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri
1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) Melanjutkan
aktivitas
dengan
sebelum timbul penyakit
beradaptasi pada keterbatasan saat ini
2. Kaji respons emosional klien terhadap Perubahan kemampuan merawat diri
merawat kemampuan merawat diri yang dapat membangkitkan perasaan cemas
menurun dan beri dukungan emosional.
dan
frustasi,
dimana
dapat
mengganggu kemampuan lebih lanjut
3. Pertahankan mobilitas, control terhadap Mendukung kemandirian fisik atau
nyeri dan program latihan
emosional
4. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam Meningkatkan kemandirian yang akan
perawatan diri. Identifikasi modifikasi meningkatkan harga diri
lingkungan.
5. Beri dorongan agar berpartisipasi dalam Partisipasi klien dalam merawat diri
merawat diri. Aktivitas yang terjadwal meningkatkan
harga
diri
dan
memungkinkan waktu untuk merawat menurunkan perasaan ketergantungan.
diri.
6. Biarkan klien mengontrol lingkungan Memberi kesempatan mengontrol
sebanyak mungkin, bantu klien hanya dapat meningkatkan harga diri dan
jika diminta.
menurunkan perasaan ketergantungan.
7. Jelaskan berapa lama kemampuan Dapat mengurangi ketakutan akan
merawat diri yang menurun diharapkan ketergantungan jangka panjang atau
untuk bertahan, jika diketahui.
permanen.
Kolaborasi
8. Konsultasi dengan ahli terapi okupasi
Menentukan alat bantu memenuhi
kebutuhan individu.
5.
Mandiri
1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan Memberikan pengetahuan dimana
harapan masa depan
klien
dapat
membuat
pilihan
berdasarkan informasi.
2. Diskusikan kebiasaan klien dalam Tujuan control penyakit adalah untuk
penatalaksanaan proses sakit melalui diet, menekan inflamasi atau jaringan lain
obat, latihan dan istirahat.
untuk mempertahankan fungsi sendi
dan mencegah deformitas
3. Bantu dalam merencanakan jadwal Memberikan struktur dan mengurangi
aktivitas terintegrasi yang realitas, ansietas pada waktu menangani proses
istirahat, perawatan pribadi, pemberian penyakit kronis kompleks.
obat, terapi fisik dan manajemen stress.
4. Tekankan
pentingnya
melanjutkan Keuntungan
dari
terapi
obat
manajemen farmakoterapeutik
tergantung pada ketepatan dosis,
missal aspirin diberikan secara regular
untuk mendukung kadar terapeutik
darah 18-25 mg.
5. Rekomendasikan penggunaan aspirin Preparat bersalut dicerna dengan
bersalut atau salisilat nonasetil
makanan, meminimalkan iritasi gaster,
mengurangi risiko perdarahan.
6. Anjurkan mencerna obat dengan Membatasi iritasi gaster. Pengurangan
makanan, susu, atau antasida pada nyeri dapat meningkatkan tidur dan
sebelum tidur
kadar
darah
serta
mengurangi
kekakuan pada pagi hari.
7. Tinjau pentingnya diet yang seimbang Meningkatkan perasaan sehat dan
dengan
makanan
yang
banyak perbaikan atau regenerasi jaringan.
mengandung vitamin, protein, dan zat
besi.
8. Dorong klien obesitas untuk menurunkan Penurunan berat badan mengurangi
berat badan dan berikan informasi tekanan pada sendi, terutama pinggul,
penurunan berat badan sesuai kebutuhan lutut, pergelangan kaki, dan telapak
kaki.
9. Berikan informasi mengenai alat bantu, Mengurangi
paksaan
untuk
missal tongkat atau palang keamanan.
menggunakan
sendi
dan
memungkinkan klien ikut serta seecara
lebih nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan.
10. Diskusikan teknik menghemat energy, Mencegah kepenatan, memberikan
misal, duduk daripada berdiri untuk kemudahan perawatan diri, dan
mempersiapkan makanan dan mandi
kemandirian.
11. Dorong mempertahankan posisi tubuh Mekanika tubuh yang baik harus
yang benar pada saat istirahat dan waktu menjadi bagian dari gaya hidup klien
melakukan aktivitas, misal, menjaga agar untuk mengurangi tekanan sendi dan
sendi tetap meregang, tidak fleksi
nyeri.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
RA adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kroni yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikkan oelh kerusakan dan poriliferasi membrane synovial yang menyebabkan
kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang
jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang
progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon
sex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas
penyakit ini.hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.
3.2
Saran
Penyakit musculoskeletal bukan merupakan suatu konsekuensi penuaan yang tidak dapat
dihindari dan karenanya harus dianggap sebagai suatu proses penyakit spesifik, tidak hanay
sebagai akibat penuaan. Sebagai seorang perawat , untuk mengatasi terjadinya cedera sebagai
akibat efek perubahan postur tubuh sebagai seorang perawat kita harus dapat menjadi perawat
yang terpercaya untuk meningkatkan kesehatan merekan sendiri dan melakukan latihan yang
teratur, postur tubuh dan diet yang benar setiap hari dalam kehidupan mereka sendiri, kemudian
dalam merawat lansia yang mengalami masalah musculoskeletal kita harus dapat memahami
suatu pemahaman terkait masalah tersebut, agar asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,Lilik Marifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011
http://akhtyo.blogspot.com/2009/04/rheumatoid-artritis.html. Askep Muskuloskeletal. dipostkan Tyo di
07.56 PM ( Diakses tanggal 11 April 2012)
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Salemba Medika.
Jakarta. 2011
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih.
Editor; Eny Meiliya, Monica Ester. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2006
Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta. 2011