You are on page 1of 7

POLA DIET PANTI SOSIAL BAGI LANSIA DENGAN HIPERTENSI

ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertensi merupakan penyakit gangguan pembuluh darah dimana
terjadi peningkatan tekanan sistolik dan diastolik diatas normal yang banyak ditemukan pada
lansia. Pola konsumsi dan perilaku hidup yang buruk pada saat muda menimbulkan resiko
peningkatan hipertensi pada saat lansia sehingga perlunya pengetahuan tentang diet yang baik
untuk mencegah hipertensi secara umum dan khususnya diet pada lansia yang terkena
hipertensi. Presentasi kasus : Ny. M, seorang lansia 53 tahun penghuni Panti Tresna Werdha
(PTW) yang menderita hipertensi tinggi disertai stroke ringan. PTW termasuk yang tidak
aktif bergerak dan senang mengkonsumsi kopi pada saat muda. Diskusi dan simpulan : pola
diet sehat dan perubahan gaya hidup sangat penting untuk terapi hipertensi. Menu makanan
yang diberikan oleh PTW kepada lansia yang menderita hipertensi haruslah disesuaikan
dengan kebutuhan diet pasien tersebut.
LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003). Hipertensi atau penyakit
darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu
sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny S dkk 2004).
Hipertensi yang sering ditemukan pada lansia biasanya tekanan sistolnya meningkat.
Menurut batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperkiran 23% wanita dan 14% pria
berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. Sementara menurut para ahli, angka
kematian akibat penyakit jantung pada lansia dengan hipertensi adalah tiga kali lebih sering
dibandingkan lansia tanpa hipertensi pada usia yang sama (Purwati et al. 2002). Prevalensi
hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi lebih banyak menyerang
pada usia setengah baya pada golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan
sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada 4.400 per 10.000
penduduk (Depkes RI 2003).
Pola konsumsi dan perilaku hidup dapat memicu dan meningkatkan risiko hipertensi
pada lansia. Konsumsi makanan manis, asin, berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan,
minuman beralkohol dan minuman berkafein secara berlebihan serta kurang konsumsi serat
dari sayur atau buah mempercepat terjadinya hipertensi. Gaya hidup yang diduga
berhubungan dengan kejadian hipertensi antara lain aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan
stres. Seseorang yang kurang aktif melakukan aktivitas fisik pada umumnya cenderung
mengalami kegemukan sehingga akan menaikkan tekanan darah. Selain itu faktor lain yang
menunjang terjadi hipertensi adalah stres dan merokok. Oleh karena itu, konsumsi makanan
dan pola hidup yang baik perlu diterapkan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
hipertensi. Berdasarkan hal tersebutlah, dalam laporan kasus ini penulis ingin mengulas
betapa pentingnya pola diet yang dilakukan untuk lansia yang menderita hipertensi.

PRESENTASI KASUS
Ny. M, seorang perempuan 53 tahun memiliki keluhan sering sakit kepala dan badan
seperti berputar kira-kira sejak 2,5 tahun yang lalu. Setengah tahun kemudian Warga Binaan
Sosial (WBS) tiba-tiba saja jatuh pingsan, tangan kanan tidak bisa digerakan serta bicara jadi
tidak jelas. Ternyata setelah di periksa tekanan darahnya mencapai 200 mmHg. Sekarang
tangannya juga sering kram dan terasa dingin serta sering merasa cepat lelah dan tidak
sanggup melakukan pekerjaan berat. Tidur WBS tidak nyenyak dan sering terbangun karena
mengaku gerah. Sebelumnya WBS pernah menderita sakit rematik, maag, asam urat dan
kadar gula darahnya tinggi. Tetapi pasien mengatakan bahwa penyakit tersebut diatas sudah
sembuh karena WBS rajin mengkonsumsi susu kambing.
WBS diantar ke PTW pada tahun 2009 oleh kelurahan. Sebelumnya WBS bekerja
sebagai koki di rumah keluarga asing. WBS mengaku sering pindah-pindah tempat kerja.
Waktu masih muda WBS gemar mengkonsumsi kopi, 1 hari WBS bisa menghabiskan sampai
6 bungkus dalam tiga kali minum. WBS mengaku,suka mengkonsumsi buah dan sayuran
serta tidak suka dengan asap rokok. WBS tidak mengetahui apakah keluarganya ada yang
menderita penyakit seperti ini. Ketika ditanyakan kepada petugas PTW setempat, WBS
dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan jarang bergaul dengan sesama lansia serta jarang
melakukan aktivitas fisik dengan berbagai alasan. WBS termasuk orang yang jarang marah
dan termasuk bisa menguasai emosionalnya tetapi WBS juga temasuk yang sering mengeluh
tentang penyakit yang dirasakannya. Hubungan WBS dengan keluarga juga tidak terlalu baik.
Saat ini berat badan WBS 85 kg dengan tinggi badan 155 cm. Walaupun masih bisa
dimengerti tetapi bicara WBS tidak begitu jelas karena kelumpuhan pada lidah yang dialami
beberapa waktu yang lalu. Meski mengaku sering lelah, WBS masih mampu mencuci
bajunya sendiri. WBS mengkonsumsi obat untuk mengobati hipertensi yang dialaminya.Obat
yang diberikan dokter untuk WBS adalah Captopril. WBS rajin meminum obat tersebut,
sebanyak dua kali sehari. Bila sedang dalam keadaan tekanan darah tidak tinggi, WBS hanya
meminum obat tersebut satu kali sehari.
Selain mengkonsumsi obat, WBS juga mulai menjaga pola makan dan melakukan diet
untuk menjaga agar tekanan darahnya tetap bias terkontrol. Makanan yang biasa WBS
makan dipanti antara lain tahu, tempe, daging dan buah-buahan yang bervariasi setiap
harinya. Jadwal makan yang ditentukan dari panti sebanyak 3 kali sehari, namun WBS hanya
mengambil jatah makannya sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan siang hari. Menu makanan
yang diberikan oleh panti tidak dibedakan berdasakan penyakit yang diderita lansia disana.
Jadi semua WBS diberi menu makanan yang sama.
DISKUSI
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan
darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis (Ega S.A. 2008). Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan perubahan pada : (1) Elastisitas dinding aorta menurun, (2) Katub
jantung menebal dan menjadi kaku, (3) Kemampuan jantung memompa darah menurun, (4)
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, (5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
(Nurlaely Fitriana. 2010)
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu: (1) Hipertensi essensial / hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui
2

penyebabnya, (2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 %
sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut: (1) Faktor
keturunan. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi,(2) Umur,
jika umur bertambah maka TD meningkat, (3) Jenis kelamin, laki-laki lebih tinggi dari
perempuan, (4) Ras, ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih, (5) Kebiasaan hidup,
Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), Kegemukan atau makan berlebihan,
Stress, Merokok, Minum alkohol, Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).
(Lany Gunawan, 2001)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder antara lain, (1) Ginjal; Glomerulonefritis,
Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor (2) Vascular; Aterosklerosis, Hiperplasia,
Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis (3) Kelainan endokrin; DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme (4) Saraf; Stroke, Ensepalitis, SGB (5) Obat obatan :
Kontrasepsi oral, Kortikosteroid.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkansebagai berikut:
Tabel 1 Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH
Klasifikasi
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
< 140
< 90
Hipertensi Ringan 140-180
90-105
Hipertensi
140-160
90-95
perbatasan
Hipertensi sedang dan >180
>105
berat
Hipertensi sistolik
>140
<90
terisolasi
Hipertensi sistolik
140-160
<90
perbatasan
Sumber: Arif Mansjoer dkk 2000
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan darah tinggi
merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup.
Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi
satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk
menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obesitas disertai
pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Aktifitas fisik juga dapat menurunkan tekanan
darah. Untuk ini diperlukan pendidikan kepasien dan dorongan moril.
Tujuan akhir dari dilakukannya diet pada penderita hipertensi antara lain untuk
menurunkan resiko, meminimalkan kebutuhan akan obat untuk mengontrol tekanan darah,
mencapai dan menjaga status gizi baik. Syarat dilakukannya diet pada hipertensi adalah
dengan menerapkan Diet Garam Rendah, yaitu sebagai berikut: (1) Cukup energi, protein,
mineral dan vitamin, (2) Konsumsi karbohidrat kompleks, (3) Bentuk makanan sesuai dengan
3

keadaan penyakit, (4) Jumlah konsumsi natrium disesuaikan dengan berat tidaknya hipetensi,
(5) Hindari bahan makanan yang tinggi natrium, (6) Konsumsi bahan makanan yang
mengandung tinggi kalium, tinggi serat.(Ega S.A. 2008)
Diet yang diberikan bagi pasien hipertensi adalah diet rendah garam yang terbagi
menjadi tiga yaitu: Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na) : Diberikan pada pasien dengan
edema, asites, dan atau hipertensi berat. Tidak ditambahkan garam dapur dalam pengolahan
makanannya. Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.Diet Garam Rendah
II (600-800 mg Na) : Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi tidak
terlalu berat. Boleh menggunakan sdt (2 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.
Hindari juga bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.Diet Garam Rendah III (10001200 mg Na) : Diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi ringan. Boleh
menggunakan 1 sdt (4 gr) garam dapur dalam pengolahan makanannya.(Ega S.A. 2008)
Bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain, bahan
makanan yang tidak menggunakan garam dapur, soda, atau baking powder dalam
pengolahannya. Bahan makanan segar tanpa diawetkan, daging dan ikan maksimal 100 gr
sehari, dan untuk telur 1 butir sehari. Sementara itu makanan yang harus dihindari
diantaranya bahan makanan yang diolah dengan garam dapur, soda, baking powder, asinan,
dan bahan makanan yang diawetkan dengan natrium benzoat, soft drinks, margarin dan
mentega biasa, bumbu yang mengandung garam dapur (kecap, terasi, tomato ketchup, tauco,
dan lain sebagainya.(Ega S.A. 2008)
Sementara itu sebagai seorang muslim, tentunya harus diketahui pola makan yang
benar menurut Islam. Diet pada pandangan islam adalah mengkonsumsi makanan dan
minuman secara tidak berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan dapat membawa efek yang
tidak baik, misalnya kelebihan makan bisa menyebabkan kegemukan dan kemalasan,
kelebihan frekuensi untuk sikat gigi maka email semakin menipis, kelebihan duduk bisa sakit
pinggang dan masih banyak lainnya.Sumber dari segala obat adalah menjaga makanan
(Hadits). Rasulullah pernah bersabda kami adalah umat yang tidak makan sebelum lapar dan
berhenti sebelum kenyang. Di riwayat lain : Tidaklah sekali-sekali manusia memenuhi
sebuah wadah pun yang lebih berbahaya dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa
suap makanan untuk menegakkan tubuhnya. Jika ia harus mengisinya, maka sepertiga
(bagian lambung) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi
untuk nafasnya (udara) (Hadits Riwayat Tirmidzi). Menurut Syamil Mutakammil cara diet
yang sehat diantaranya : Puasa, agar dapat mencapai tujuan diet yang sehat, dianjurkan bagi
seseorang untuk berpuasa, diimbangi dengan melaksanakan sahur, Olah raga,Tidak berlebihlebihan dalam hal makan-minum, Memperbanyak minum air putih, air putih banyak sekali
khasiatnya, terlebih untuk kesehatan badan dan otak.
Pada penyakit hipertensi, selain tatalaksana berupa obat-obatan yang diberikan dokter,
perubahan pola makan dan gaya hidup penting untuk menunjang keberhasilan terapi pada
pasien. Oleh karena itu, pemberian makanan untuk WBS di PTW haruslah diatur sedemikian
rupa agar dapat terlaksananya diet yang baik bagi pasien hipertensi.
SIMPULAN
Sesuai dengan kasus diatas, hipertensi yang diderita oleh Ny. M terjadi karena
konsumsi kopi yang berlebihan. Sifat yang tertutup dan juga jarangnya melakukan aktivitas
fisik menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya hipertensi pada beliau. Pola diet yang tepat
penting diterapkan pada Ny. M agar tekanan darahnya dapat terkontrol. PTW sebagai tempat

bianaan sosial mempunyai peranan penting dalam mengatasi semakin parahnya hipertensi
serta mencegah komplikasi yang ditimbulkan karena hipertensi tersebut.
Saran saran penulis kepada pasien sehubungan dengan pembahasan diatas :
1. PTW harus mengetahui dengan jelas komplikasi dari hipertensi yaitu penyakit jantung,
stroke, gagal ginjal, kelainan mata, dan diabetes melitus.
2. PTW harus menghindari/mengurangi konsumsi minuman yang mengandung kafein.
3. PTW hendaknya mengontrol asupan makanannya (diet rendah garam) agar hipertensi
yang diderita dapat terkontrol.
4. PTW harus menurunkan berat badan dengan aktif melakukan aktivitas fisik seperti
olahraga.
5. PTW sebaiknya membuka diri kepada lingkungan sekitar agar tidak mudah stress.
Saran saran penulis kepada PTW sehubungan dengan pembahasan diatas :
1. PTW sebaiknya memberikan menu makanan yang sesuai untuk pasien hipertensi.
2. PTW perlu melakukan pemeriksaan rutin kesehatan kepada seluruh warga binaan sosial,
sehingga tercapai kesehatan yang merata.
3. Tenaga medis PTW seharusnya lebih peduli dan tanggap terhadap keterbatasan penghuni
PTW dalam kesehatan dan perawatannya (obat, nutrisi, olahraga).

ACKNOWLEDGEMENT
Pada bagian ini penulis ingin berterimakasih kepada Allah SWT karena berkat izinNya lah, laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Dan juga orang tua penulis yang telah
mendukung dalam pembuatan laporan ini. Serta terima kasih kepada Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia Ciracas III yang telah memberikan kesempatan untuk berkunjung dan
pengumpulkan data. Kepada dr. Eri Dian Maharsi M.Kes yang telah memberikan
bimbingannya sehingga terselesaikannya laporan kasus ini. Tidak lupa kepada dr.Faisal
Sp.PD, dr. Hj. Susilowati, Mkes dan DR. Drh.Hj Titiek Djannatun dan teman sejawat
Universitas Yarsi.
DAFTAR PUSTAKA

[Depkes RI]. 2003. Pedoman Tata Laksana Gizi Lansia Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Konsep Medis Askep Pada Lansia Dengan Hipertensi.
http://www.masbied.com/2011/03/14/konsep-medis-askep-pada-lansia-dengan-hipertensi/
(diakses 18 November 2011)
Anonim. http://jan-nah.tripod.com/akhwat.htm (diakses 18 November 2011)
Ayu,
Ega
Septy.
2008.
Tugas
Dietetika
Lanjut
Hipertensi.
http://www.scribd.com/doc/11554397/Paper-Hipertensi (diakses 17 November 2011)
Fitriana, Nurlaely.2010. Hipertensi pada Lansia.
http://nurlaelyn07.student.ipb.ac.id/author/nurlaelyn07/ (diakses 17 November 2011)
Koswara
S.
2003.
Menu
sehat
bagi
manula.
(terhubung
berkala)
http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/MENU%20SEHAT%20BAGI
%20MANULA.pdf (diakses 17 November 2011)
Lanny Sustrani dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Martono, Hadi dan Kris Pranaka. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri. Jakarta.
Balai Penerbit FKUI

You might also like