You are on page 1of 3

morfologi khamir

Posted on Juni 18, 2011 by monruw


Jamur adalah sekelompok organisme yang digabungkan dalam takson Kingdom
Fungi berdasarkan system Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri khas yaitu
bersifat heterotrof yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin pada dinding
selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi dari
organisme lain yang mati, bersifat parasit dengan mengisap nutrisi dari
organisme hidup, atau dengan bersimbiosis mutualisme dengan satu organisme.
Produksi kitin, sejenis polisakarida, adalah synapomorphy (sifat yang serupa)
antara fungi, choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa secara
evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan. Tetapi fungi
mempunya penggunaan kitin yang berbeda dengan hewan. Hewan hanya
memproduksi kitin pada bagian tertentu, misalnya sebagai rangka luar, rambut
atau kuku, sementara fungi memiliki kitin sebagai pembentuk dinding pada
seluruh selnya. Adanya kitin juga membantu membedakan antara fungi dan
eukariota lain, seperti protista. Kingdom Fungi dapat dibagi menjadi 4 filum,
yaitu Chytridiomycota, Zygomycota, Ascomycota, and Basidiomycota. Masingmasing filum ini memiliki anggota baik uniseluler maupun multiseluler (Purves
dan Sadava, 2003).
Khamir atau yeast adalah kategori non-takson yang mencakup semua fungi
uniseluler yang berasal dari kingdom Zygomycota, Ascomycota, and
Basidiomycota. Khamir umumnya berkembang biak baik secara seksual maupun
aseksual. Cara aseksual yaitu dengan bertunas dan fisi (membelah menjadi dua
setelah mitosis). Cara seksual yaitu dengan fusi (penggabungan) dua sel
dengan mating type (tipe perkawinan) yang berbeda, zigot hasil fusi ini
kemudian akan membentuk 4 hingga 8 spora yang kemudian menyebar (Purves
dan Sadava, 2003).
Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu jenis fungi yang paling dikenal dan
sering digunakan oleh manusia. Karena kemampuannya memetabolisme gula
menjadi etanol dan gas karbondioksida, spesies ini sejak dulu telah digunakan
dalam proses pembuatan roti. Dalam biologi molekuler, Saccharomyces
cerevisiae adalah organisme contoh bagi eukariota, yang peta genetiknya sudah
dipahami dengan lengkap. Saccharomyces cerevisiae termasuk dalam filum
Ascomycota (Singleton dan Sainsbury, 2006).
Khamir seringkali hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan medium
dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar khamir
tampak jelas bila diamati dengan mikroskop. Pewarnaan ini ada yang bersifat
non-diferensial dan diferensial. Pewarnaan non-diferensial hanya bertujuan agar
khamir yang diamati tampak jelas atau kontras dengan latar belakangnya.
Pewarnaan differensial bertujuan agar dapat membedakan antara jenis bakteri
yang berbeda. Contoh pewarnaan differensial adalah pewarnaan khamir
dengan methylen blue sehingga sel mati dan sel hidup memiliki warna yang
berbeda, dan pewarnaan tahan asam sehingga sel yang tahan asam akan
berwarna merah, sedangkan sel lain tidak. (Harley dan Presscot, 2002).

Pengamatan Morfologi dan PK Khamir


Saccharomyces cerevisiae adalah khamir bertunas yang paling umum digunakan
untuk pembuatan roti dan fermentasi bir. S. cerevisiae juga merupakan
organisme model di laboratorium karena merupakan eukariota uniseluler yang
memiliki keunggulan mudah dikulturkan, tumbuh dengan cepat, genomnya
sudah dipetakan dan dapat dengan mudah menerima transfer gen (Jay, 2006).
S. cerevisiae dapat dilihat dengan mikroskon tanpa perwarnaan dan akan terlihat
sebagai bintik-bintik transparan. Dalam percobaan ini, pewarnaan dengan
methylen blue bukan bertujuan agar S. cerevisiae terlihat, tetapi memiliki tujuan
differensial yaitu agar sel yang mati dan sel yang hidup terlihat memiliki warna
berbeda. Methylen blue merupakan indikator berbentuk kristal yang bila larut
dalam air akan membentuk cairan berwarna biru. Methylen blue menjadi tidak
berwarna dengan kehadiran enzim aktif, oleh karena itu, sel khamir yang hidup
akan tampak transparan. Sebaliknya, dengan ketiadaaan enzim aktif, methylen
blue akan tetap berwarna biru, oleh karena itu, sel yang mati akan tampak
berwarna biru.
Pengamatan Spora Khamir
Pengamatan spora khamir menggunakan metode pewarnaan tahan asam atau
Ziehl Neelsen (ZN). Pewarnaan ini menggunakan pewarna utama carbol fuksin
yang berwarna merah. Askus yang berisi spora khamir akan tampak sebagai
kumpulan yang sedikit berwarna kemerahan. Hal ini dikarenakan spora S.
cerevisiae tersimpan dalam askus yang cukup kuat bertahan dari berbagai
cekaman lingkungan seperti kekeringan dan asam. Oleh karena sifat askus ini, S.
cerevisiae dapat diawetkan dalam bentuk ragi.S. cerevisiaememiliki 2 cara
perkembangbiakan, yaitu secara seksual dan aseksual. Cara aseksual yaitu
dengan bertunas. Cara seksual yaitu dengan fusi (penggabungan) dua sel
denganmating type (tipe perkawinan) yang berbeda. S. cerevisiae memiliki
mating type a dan . Zigot hasil fusi ini kemudian akan membentuk 4 spora
dalam askus. Normalnya askus ini berisi dari 2 spora a dan 2 spora . Spora ini
akan tumbuh menjadi sel kemudian berkembang dengan cara bertunas hingga
terjadi fusi kembali (Purves dan Sadava, 2003).

Harley dan Presscot. 2002. Laboratory Exercise in Microbiology. McGraw-Hill


Publisher. USA.
Jay, James. 2006. Modern Food Microbiology 6th Edition. Aspen Publisher.
Maryland.
Postlethwait, John dan Hopson, Janet. 2006. Modern Biology. Holt, Rinehart and
Winston. Texas.
Purves, Bill dan Sadava, David. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition.
Sinauer Associates Inc. New York.

Singleton, Paul dan Sainsbury, Diana. 2006. Dictionary of Microbiology and


Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.
http://monruw.wordpress.com/tag/saccharomyces/

You might also like