You are on page 1of 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN PASIEN PRE DAN POST OPERASI


Tugas Kelompok
Stase Peminatan Kamar Operasi
Tahap Profesi Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM

Disusun Oleh:
Dhimas Nirwana Yudha, S.Kep
Rida Anita Yunikawati, S.Kep

13/362195/KU/19623
13/362189/KU/16917

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAK U LTAS K E D O K T E RAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PERAWATAN PADA PASIEN PRE DAN POST OPERASI
1. Topik
2. Sub topic
3. Tempat/waktu

4. Sasaran
5. Latar Belakang

: Perawatan pasien
: Perawatan pada pasien pre dan post operasi
: Hari/Tanggal
: Jumat/ 27 Januari 2015
Waktu

: Pukul 09.00-10.00 WIB

Tempat

: Ruang tunggu Lt.4 GBST RSUP

Dr Sardjito
: Keluarga pasien
: Operasi merupakan suatu tindakan pembedahan dengan
cara melakukan pembiusan paada pasien

untuk

mengatasi nyeri selama operasi. Setelah operasi perlu


diperhatikan dalam perawatan pasien terutama untuk
mobilisasi, nutrisi, perawatan luka operasi dan istirahat
pasien agar tidak menyebabkan infeksi dan komplikasi
setelah operasi. . Untuk itu keluarga perlu mengetahui
bagaimana cara perawatan pasien pre dan post operasi
agar tidak terjadi komplikasi dan infeksi setelah post
6. Tujuan

operasi
: 1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah

mengikuti

pendidikan

kesehatan

ini,

keluarga pasien dapat mengetahui bagaimana cara


perawatan dan hal yang harus diperhatikan pada
pasien post operasi
2. Tujuan Instruksional Khusus
Keluarga pasien dapat memahami:
a. Pengertian operasi
b. Perawatan setalah operasi
c. Jadwal latihan setelah operasi
d. Nutrisi post operasi
e. Manajemen nyeri
7. Media dan Alat
8. Metode

f. Cara pencegahan infeksi


: LCD, Laptop, leaflet.
: Ceramah, diskusi dan Tanya jawab

9. Kisi-Kisi Materi

1. :Pengertian operasi
2. Perawatan setelah operasi
3. Jadwal latihan setelah operasi
4. Nutrisi post operasi
5. Manajemen nyeri
6.

10. Pendekatan
11. Pelaksanaan

Cara pencegahan infeksi

: Deduktif
: Dilaksanakan ketika keluarga pasien menunggu pasien
sedang operasi. Dilaksanakan selama kurang lebih 60
menit.

12. Pengorganisasian
Moderator
Penyaji
Observer
Dokumentasi
Fasilitator

: Dhimas Nirwana Yudha, S.Kep


: Rida Anita Yunikawati, S.Kep
: Rida Anita Yunikawati, S.Kep
: Dhimas Nirwana Yudha, S.Kep
: Dhimas Nirwana Yudha, S.Kep

Uraian Tugas
1) Moderator
a. Membuka acara
b. Memperkenal mahasiswa dan pembimbing
c. Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
d. Menjelaskan kontrak waktu
e. Memberi kesempatan pada presenter untuk menjelaskan materi
f. Mengarahkan alur diskusi
g. Memimpin jalannya penyuluhan
h. Menyimpulkan penyuluhan
i. Menutup acara
2) Penyaji
a. Menyampaikan informasi dan fasilitator kepada leader
b. Membantu leader dalam melaksanakan tugasnya
3) Observer
a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan

c. Melaporkan tentang hasil penyuluhan


4) Dokumentasi Mendokumentasikan kegiatan untuk evaluasi penyuluhan
5) Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantisipasi suasana yang dapat menganggu kegiatan penyuluhan
13. Setting/ Tempat

: Keluarga pasien duduk menghadap layar dan presentator


di ruang tunggu lt.4 GBST.
Layar

Keterangan:
= Audiens

= observer

= Penyaji

= Moderator

= Fasilitator

14. Kegiatan Penyuluhan


No
.
1

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Peserta

Waktu

Pembukaan

Moderator memberikan salam

Moderator memperkenalkan anggota

10 menit

Menjawab salam
Memperhatikan

penyuluh

Moderator

topik

menjelaskan

penyuluhan

Mendengarkan

dan

memperhatikan

Moderator membuat kontrak waktu

Moderator

menjelaskan

Mendengarkan

dan

memperhatikan

tujuan

penyuluhan
Pelaksanaan

Menggali pengetahuan peserta tentang

Mengemukakan

Infeksi

pendapat

Memberi reinforcement positif

Menjelaskan

pengertian

tentang

dan

memperhatikan

Infeksi

Mendengarkan

40 menit

Menjelaskan tentang tanda dan gejala


Infeksi

Menjelaskan tentang cara pencegahan


Infeksi

Moderator

memberi

kesempatan

pertanyaan

peserta untuk bertanya

Memberikan

reinforcement

pada

peserta yang mengajukan pertanyaan,

menjawab pertanyaan dan melakukan


3

Penyaji

melakukan

evaluasi

merangkum hasil diskusi

Mendengarkan

dan

memperhatikan

serta

ikut aktif berdiskusi

diskusi dengan audience


Penutup

Memberikan

dan

10 menit

Berpartisipasi,
mendengar

dan

Moderator meyimpulkan hasil diskusi

Moderator

menyampaikan

menyimak

pesan

untuk audience

Moderator menutup dengan salam

Menjawab salam

Lampiran materi
PERAWATAN YANG HARUS DIPERHATIKAN
PADA PASIEN PASCA OPERASI

A. Definisi Operasi
Operasi adalah semua tindakan pengobatan

yang dilakukan dengan cara

membuka, memotong atau menyayat pada suatu bagian tubuh sehngga


menimbulkan luka pada kulit atau jaringan tubuh..
B. Persiapan Pre Operatif
1. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi, antara lain :
a) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan
fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup,
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang
memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu.Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi

pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi


CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT
(naso gastric tube).
c) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal
ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir
pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
1) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi
sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat
meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi
umum.
Jika melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar
maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.

Letakkan tangan di atas perut, hirup udara sebanyak-banyaknya


dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.

Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahanlahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
Lakukan hal ini berulang kali (15 kali).Lakukan latihan dua kali
sehari praopeartif.
2) Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien


terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general,
karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas
selama dalam kondisi teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien
akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan, terasa
banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat
bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan
lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik
batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari
tangan dan letakkan melintang di atas incisi atau dada sebagai
bebat ketika batuk. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara
nafas dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan
terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengandalkan kekuatan
tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal
ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya
terhadap incisi.
Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan
handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hatihati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.

3) Latihan Gerak Sendi


Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau

takut luka operasinya lama sembuh.

Pandangan seperti ini jelas

keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak
maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus)
sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus.
Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada
saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya
dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk
mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of
Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada
awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan
bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan
secara mandiri.
Dilakukan satu hari sebelum operasi
Latihan Miring
1

Miring ke salah satu sisi dengan bagian paling atas tungkai


ditekuk dan disangga diatas bantal

Raih pegangan tempat tidur sebagai alat bantu untuk bergerak


ke samping

Lakukan pernafasan perut dan batuk ketika miring

Latihan Tungkai
1 Berbaring dalam posisi setengah duduk
2

Bengkokkan lutut dan naikkan kaki/tahan selama beberapa


detik, kemudianan luruskan tungkai dan turunkan ke tempat
tidur (5 kali)

Buat lingkaran dengan kaki dengan membengkokkannya ke


bawah, ke dalam mendekat satu sama lain, keatas dan
keluar (5 kali)

4) Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya


infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur

dapat

menjadi

mengganggu/menghambat

tempat
proses

bersembunyi

kuman

penyembuhan dan

dan

juga

perawatan

luka.

Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan


pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada
lengan.Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati
jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.Sering kali
pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa
lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan
daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis)
dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut
dan

paha.Misalnya

:apendiktomi,

herniotomi,

uretrolithiasis,

operasi

pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain terkait


daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan.
5) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka
perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene. Persiapan kulit dengan cara: bersihkan area yang akan di
operasi dengan betadine 10% lalu dikompres dengan alcohol 70% /
larutan disenfektan.
6) Melepaskan perhiasan, gigi palsu, dan sejenisnya
7) Memakai baju operasi
8) Tes alergi obat
2. Persiapan Psikologis

Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh
terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa muncul pada pasien preoperasi
adalah kecemasan. Maka perawat harus mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi
klien. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien
dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa
digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan
kecemasan preoperasi, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien,
faktor pendukung/support system. Persiapan psikologis pasien meliputi :
Mendapat penjelasan tentang prosedur operasi dan perawatan setelah operasi
Paham tentang operasinya hingga memberikan tanda tangan pada lembar
persetujuan operasi
Mendorong keluarga untuk mendukung pasien
Berdoa kepada Tuhan
Mengenal kamar operasi dan peralatnnya
Mengenal petugas kamar operasi
Dukungan keluarga
3. Persiapan lain
1

Persetujuan operasi
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit
menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang
bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat
pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan
pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat
dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun
keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam
prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani.
Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak

pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betulbetul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak
maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan
operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
2

Persiapan darah
3

Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan radiologi (ronsen, USG,CT Scan,


BNO-IVP dll), pemeriksaan laboratorium (darah, air seni, dll)

Dokter atau perawat akan memberikan tanda di bagian tubuh yang akan
dioperasi yang sifatnya berpasangan (kanan-kiri), seperti : tangan kanan
atau kiri, lengan kanan atau kiri, dan kaki kanan atau kiri.

C. Perawatan Post Operatif


1) Pemeriksaan tekanan darah, suhu, nadi, frekuensi pernafasan
2) Posisi tidur pasien:
* Bius total: tidur telentang (tanpa bantal)
* Bius local/: tidur telentang dengan bantal (posisi kepala ditinggikan 30-45 )
selama 24 jam
3) Segera latihan gerak : dimulai dari miring kanan kiri, duduk, berdiri.kemudian
berjalan (kecuali pada kondisi tertentu)
4) Tidur dan istirahat cukup
5) Minum yang cukup dan makan makanan bergizi (tinggi protein dan vitamin C)
6) Minum obat sesuai jadwal
7) Jaga kebersihan luka operasi (jangan kotor/terkena air)
8) Kontrol sesuai jadwal
D. Kapan Pasien Boleh Makan dan Minum
Bila pasien dengan bius total, maka pasien boleh makan setelah bising

usus normal kembali (sudah kentut)


Bila pasien dengan bius

loca, makal pasien boleh langsung makan

minum, kecuali pada beberapa kondisi khusus


E. Latihan Setelah Operasi
1) Hari ke - 0 : - miring kiri
- latihan tungkai
2) Hari ke - 1 : - latihan setengah duduk
- latihan duduk
3) Hari ke 2 : - duduk ongkang-ongkang
- latihan berdiri, latihan jalan
4) Hari ke 3 : Latihan jalan sekitar ruangan
F.Nutrisi post operasi
Diet pasca-operasi adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera
kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya
tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut :
1. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
2. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
3. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
4. Mencegah dan menghentikan perdarahan
G. Tahapan diet post operasi
a) Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah :
1. Pasca-bedah kecil : setelah sadar dan rasa mual hilang
2. Pasca-bedah besar : setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus
mulai bekerja
Cara Memberikan Makanan
Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air putih, the
manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini
diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zat
gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.
b) Diet Pasca-Bedah II (PDB II)
Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna
atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I
Cara Memberikan Makanan
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup,
sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak
tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien.
Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan. DPB II
diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.

Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air jeruk
dan minuman yang mengandung karbondioksida.
c) Diet Pasca-Bedah III
Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pascabedah besar saluran cerna
atau
sebagai
perpindahan
dari
diet
pasca-bedah
II.
Cara Memberikan Makanan
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan biscuit.
Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat
memberikan makanan parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak
dianjurkan adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang
mengandung karbondioksida.
d) Diet Pasca-Bedah IV
Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada :
1. Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca-bedah
2. Pasien pascabedah besar, setelah diet Pasca-Bedah III
Cara Memberikan Makanan
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan
lengkap dan 1 kali makanan selingan.
H. Jenis makanan yang harus diperhatikan untuk penyembuhan luka
Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk penyembuhan luka
adalah protein dan vitamin C. Alasannya: Protein dan vitamin C sangat penting
peranannya dalam proses penyembuhan luka. Selain itu vitamin C punya peranan
penting untuk mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan luka.
Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan luka
1. Protein; terbagi menjadi: nabati dan hewani. Contoh nabati yaitu tempe, tahu,
kacang-kacangan dll. Contoh protein hewani, hati, telur, ayam, udang dll.
2. Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun papaya, bayam, tomat,
daun singkong dll
I. Tanda dan Gejala infeksi
1. Rubor (kemerahan) Ada kemeraha pada kulit didaerah luka
2. Kalor (panas) Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
3. Tumor (bengkak) Terjadi bengkak pada daerah luka
4. Dolor (nyeri) Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
5. Functiolaesa (fungsi terganggu) Gangguan fungsi gerak pada daerah luka,
Luka berbau tidak sedap, Terdapat cairan nanah pada luka
J.

Cara pencegahan infeksi


1. Jangan menyentuh daerah luka insisi dengan tangan

2. Mandi 2 kali sehari, daerah yang terbalut luka jangan sampai terkena air atau
basah karena dapat meninkatkan kelembaban pada kulit yang terbungkus
sehingga dapat menjadi tempat berkembang biak kuman dan bakteri.
3. Makanan yang dibutuhkan makanan yang mengandung protein atau tinggi kalori
tinggi protein (TKTP). Makanan yang mengandung protein misalnya : susu, telur,
madu, roti, ikan laut, kacang-kacangan.
4. Ganti balutan minimal satu kali sehari,
-

mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti balutan,

alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengganti balutan harus dalam
keadaan stril atau bersih,

5. minum obat sesuai anjuran misalnya obat antibiotic untuk mencegah infeksi.
A. Penatalaksanaan
1. Pembersihan luka
Hal ini bisa dilakukan dengan mencuci luka dengan air steril.
2. Debridement
Hal ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang objek, atau kulit mati dan
jaringan dari daerah luka.
3. Penutup luka
untuk melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Hal ini juga
menolong menyediakan tekanan untuk mengurangi pembengkakan. Pembalut
bisa berbagai bentuk. Pembalut bisa mengandung beberapa substansi untuk
menlong mempercepat penyembuhan.
4. Obat-obatan
Dokter mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pasien juga
mungkin diberikan obat-obatan untuk mengurangi sakit, pembengkakan, atau
demam.

DAFTAR PUSTAKA
Burnicardi F C, Anderson D K, Bizliar T R, Durin D L, Hunter J G, Pollock M E. 2006.
Schwartzs manual of surgery Eight edition. MacGrawhill; New York. P. 90-96
Bonnie Barnard, MPH, CIC.2003.http://www.theific.org/basiconcepts/11.pdf , 24
Februari 2009
Colleges

Committee

on

Operating

Room

Environment

(CORE)

1999.http://www.facs.org/about/committees/cpc/ssiguide0700.pdf, 24 Februari
2015

Joint commission Resource.2008.http://www.jcrinc.com/Surgical-Site-Infections/, 24


Februari 2015
Mangram A J, Horan T C, Pearson M L,Silver L C, Jarvis W R.1999. Guidline for
prevention of Surgical Site of Infection. Columbia University School of
Nursing;New York

You might also like