You are on page 1of 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pada era globalisasi ini untuk sebuah industri yang baik tidak hanya dilihat dari

kualitas produk yang dihasilkan tetapi juga kemampuan industri tersebut untuk
memenuhi permintaan pasar dan tujuan dari semua itu adalah untuk mencari nilai
keuntungan dari produk tersebut, semua ini dapat diperoleh dari kesuksesan perusahaan
dalam menghasilkan suatu barang atau produk.
Setiap perusahaan untuk mencapai tujuaan selain dengan menyukseskan produknya
juga membutuhkan sumberdaya yang optimal dalam proses produksinya seperti modal,
bahan baku, tenaga kerja dan keahlian. Disamping itu pimpinan perusahaan juga harus
mengusahakan agar proses produksi yang dipakai harus dipergunakan secara efektif dan
seefisien mungkin sehingga tujuan tersebut diharapkan tercapai.
Untuk mencapai bahan baku dan proses produksi yang optimal, pihak perusahaan
harus mempunyai perencanaan agar bahan baku dan proses produksi yang digunakan bisa
seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang diharapkan, selain itu
perusahaan harus berusaha untuk mencari cara yang tepat meningkatkan pengoptimasiaan
bahan baku dan proses produksi.
Pada situasi seperti sekarang ini dimana tingkat persaingan antar perusahaan semakin
ketat. setiap perusahaan harus selalu mencari jalan keluar untuk menaikan harga jual
produk tanpa mengurangi kualitas dari produksi tersebut. Dalam kondisi seperti ini maka
setiap perusahaan akan mengambil kebijakan untuk menekan biaya bahan baku agar

harga jual produk dapat bersaing dipasaran. Apalagi pada saat ini suku bunga pinjam
sangat tinggi sehigga mengakibatkan meningkatnya hampir semua komponen biaya
produksi. Dan salah satu cara adalah dengan mengoptimalkan bahan baku dan proses
produksi yang digunakan untuk proses produksi dengan adanya pengoptimasian bahan
baku diharapkan dapat meningkatkan keuntungan dalam proses produksi tanpa
menurunkan kualitas hasil produksi.
Dengan demikian perusahaan memerlukan suatu pedoman yang dapat dijadikan
sebagai alat ukur untuk menentukan kualitas bahan baku yang digunakan untuk proses
produksi.

1.2

Identifikasi dan Perumusan Masalah


PT Abbott Indonesia merupakan Perusahaan yang bergerak dibidang farmasi yang

akan menjadi tempat penelitian tugas akhir ini, produk-produk yang dihasilkan adalah
seperti obat-obatan, nutrisi, dan kosmetik. Dalam hal ini dapat diamati bahwa ada
beberapa produk yang memproduksi produk yang sama dan nilai keuntungan dalam
diproduksi belum dapat ditetntukan, dan sebagai permasalahan adalah bagaimana
mengoptimasi keuntungan dari produk yang mengalami proses produksi yang
mempunyai bahan baku dan waktu produksi yang sama. Permasalahan ini diambil karena
perusahaan tersebut masih belum mengetahui keuntungan dari setiap produksi yang
diproduksi selama ini dan dalam tugas akhir ini diharapkan dapat mengusulkan perbaikan
dari produksi yang dihasilkan selama ini.
Dalam setiap produk yang mengalami proses pembuatan, material, waktu pengerjaan
manual dan settingan mesin yang sama dimana diperlukan pengoptimasian agar masalah

yang akan timbul dikarenakan pemakaian yang kurang efisien dan efektif dan menjadi
tidak optimal diharapkan mencapai solusi optimumnya. Dari sinilah tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap perusahaan menginginkan keuntungan atau laba yang maksimal
dari setiap produk yang dihasilkan dengan kualitas yang baik.
Dalam perhitungan akan menggunakan satuan batch, ini merupakan ukuran standar
pada kapasitas produksi dimana untuk satu kali pembuatan produk

adalah 1 batch

hitungannya dan setelah itu akan dijadikan satuan unit, maka setiap unit inilah yang akan
dipasarkan
Dengan demikian memaksimalkan laba maka kita perlu mengoptimasi semua
kendala-kendala yang mencakup proses produksi dengan menggunakan suatu metode
yang mendapatkan hasil yang optimum.
Hal yang perlu dirumuskan dalam permasalahan tersebut antara lain:
1) Bagaimana memodelkan bentuk linier programming ?
2) Menentukan produk apa saja yang mengalami proses produksi yang sama ?
3) Faktor-faktor yang akan menjadi kendala dalam melakukan optimasi ?
4) Berapa jumlah laba yang dihasilkan ?
5) Berapa batch yang akan diproduksi ?
6) Menentukan solusi optimumnya ?

1.3

Ruang Lingkup
Dalam skripsi atau tugas akhir ini permasalahan yang akan diteliti dibatasi dengan

hanya memaksimalkan laba dengan produk kosmetik yang menjadi variablenya adalah
selsun shampoo blue dengan isi 120 ml, selsun shampoo yellow dengan isi 120 ml, selsun

shampoo gold dengan isi 120 ml, selsun shampoo blue 5 dengan isi 120 ml ini
disebabkan karena pada PT Abbott Indonesia yang memiliki bahan baku serta proses
pembuatan yang sama memang banyak tetapi pada kondisi nyatanya terdapat perbedaan
yang sangat signifikan seperti dosisnya, jumlah yang diproduksi, waktu prosesnya tidak
sama, dan penyebab lainya. Dengan keadaan demikian maka produk selsun shampoo ini
yang dipilih menjadi variabel dalan penelitian tugas akhir ini.
Untuk itu dengan ditentukannya produk selsun shampoo ini maka dengan
menggunakan pemodelan linier programming ini maka akan memberikan suatu solusi.
Untuk itu didalam penelitian tersebut juga terdapat suatu metode yang akan digunakan
untuk menghitung pada perhitungan bab 4 yaitu metode simplek dimana metode ini
digunakan untuk menyelesaikan masalah linier programing melalui perhitungan
perulangan (iterasi) hingga ditemukannya solusi optimum.
Aplikasi ini diharapkan dapat mengetahui jumlah yang harus diproduksi untuk tiap
produk selsun shampoo blue dengan isi 120 ml, selsun shampoo yellow dengan isi 120
ml, selsun shampoo gold dengan isi 120 ml, selsun shampoo blue 5 dengan isi 120 ml
agar menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dalam produksi selsun shampoo akan
dihasilkan batch sebagai satuan untuk setiap produk selsun shampoo tersebut.
Untuk itu sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan keuntungan, kendala
yang perlu dioptimasikan adalah input dibawah ini antara lain:
Operator atau manual( jam )
Raw Material ( Kilogram dan Gram )
Waktu mesin ( jam )
Setting Mesin ( jam )

Karena dalam penelitian ini adalah memaksimumkan keuntungan dari produk


tersebut maka kendala-kendala yang tertera diatas akan dioptimasi .

1.4

Tujuan dan Manfaat


Dari penelitian pada tugas akhir ini ada beberapa tujuan yang perlu
dilakukan agar dapat dianalisis perhitungannya antara lain:

Mengusulkan pemodelan linier programming

Mengoptimasi kendala yang sudah ditentukan

Mencapai solusi optimum atau solusi yang terbaik

Menghitung suatu usulan peningkatan laba tersebut dengan


metode simplek untuk memaksimalkan perolehan laba atau
keuntungan perusahaan dengan produknya selsun shampoo.

Menganalisa semua hasil solusi optimumnya

Adapun beberapa manfaatnya dari penelitian ini antara lain :

Penggunaan sumberdaya yang maksimal

Dapat meningkatkan keuntungan untuk setiap produk

Sebagai

pertimbangan

untuk

meningkatkan

pendapatan

perusahaan

Membantu pimpinan perusahaan dalam menetapkan jumlah


tiap jenis bahan baku yang harus digunakan dalam proses
produksi

Penggunaan bahan baku yang optimal

1.5

Membantu mengotimasi proses produksi

Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan


Dr. Calvin Wallace Abbott adalah seorang dokter warga negara Amerika Serikat

(AS) yang bekerja pada sebuah klinik di Amerika yang kemudian menjadi miliknya
sebagai usaha keluarga. Pada saat terjadi wabah penyakit tenggorokan di AS, dr.
Abbott berusaha meneliti dan mencari obat yang dapat menanggulangi penyakit
tersebut. Dari hasil penelitiannya, ia berhasil menemukan jenis antibiotik erythrocin.
Pada tahun 1888, dr. Abbott mengembangkan kliniknya tersebut menjadi pabrik
farmasi yang dikenal sebagai Abbott Laboratories dan berkedudukan di North
Chicago, Illinoi AS. Produk Abbott Laboratories dibagi menjadi 6 bagian dasar,
yaitu:
a. Chemical Agriculture Product Division (CAPD)
b. Hospital Product Division (HPD)
c. Abbott Diagnostics Product Division (ADPD)
d. Pharmaceutical Product Division (PPD)
e. Consumer Product Division (CPD)
f. Nutrition Product Division (NPD)
Cabang Abbott Laboratories telah tersebar dalam tiga wilayah, yaitu Amerika
Latin, Eropa dan Pasifik Asia Afrika (PAA). PT. Abbott Indonesia merupakan
cabang yang ke 163, tergabung dalam wilayah PAA. PAA juga mencakup China,
Singapura, Australia, Jepang, Pakistan, Philipina dan Afrika Selatan.

PT. Abbott Indonesia telah mendapat izin operasional sejak tanggal 7 Maret
1970 dengan Surat Keputusan Presiden RI nomor B-14/Pres/3/70 dan akte pendirian
Perusahaan Terbatas (PT) nomor 48 tanggal 17 Oktober 1970 yang dibuat oleh
notaris Djoyo Mulyadi, SH. Sesuai dengan persetujuan Departemen Kehakiman
Nomor J.A.S/5/71 tanggal 26 Mei 1971, maka PT. Abbott Indonesia telah sah
sebagai perusahaan yang berbadan hukum dengan saham yang keseluruhannya
dimiliki AS. Berdasarkan Keputusan Menteri RI nomor 5149/A/SK/PAB/73, PT.
Abbott Indonesia dapat memproduksi dan menjual sendiri produknya yang meliputi
produk-produk antibiotik, vitamin, oralit dan shampoo.
PT Abbott Indonesia mempunyai misi yaitu menjadi perusahaan yang utama
dibidang kesehatan. Misi yang diemban yaitu kami menjadi rekan yang paling
terpilih dalam menyediakan solusi kesehatan yang inovatif dalam membantu
mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Nilai-nilai yang diterapkan PT abbott Indonesia, yaitu :
1. Pelopor (pioneering)
2. Pencapaian (achieving)
3. Perhatian (caring)
4. Pelihara (enduring)

1.5.1 Proses Produksi


1.5.1.1 Kegiatan Alur Produksi
Dalam produksi bertanggung jawab dalam proses produksi obat di PT. Abbott
Indonesia mulai dari proses pengelolahan sampai dengan proses pengemasan.

Departamen ini oleh seorang apoteker sebagai manger produksi membawahi supervisor
produksi.
Dalam departemen produksi terdapat 3 alur produksi, pada proses produksi disini ada
3 alur yang akan dilakukan oleh semua karyawan khususnya operator yaitu alur orang
sebelum kita akan melakukan pekerjaan, alur barang dimana proses produksi yang
menggunakan bahan baku harus melalui proses dari satu bagian kebagian lain, dan alur
produksi dimana suatu proses yang akan direncanakan atau diramalkan sebelumnya, akan
bertindak untuk sebagai awal proses produksinya .
Dibawah ini

adalah penjelasan untuk 3 alur proses yang terjadi pada bagaian

produksi, yaitu :
1. Alur Barang : setelah bahan baku dari supplier datang di PT. Abbott Indonesia
yang akan dilakukan adalah serah terima bahan baku dari tersebut dari gudang
kepada pihak produksi. Dimana bahan baku dari gudang kemudian akan melewati
ruanga penyangga sebelum masuk ke ruang penimbangan. Untuk bahan baku
seperti wadah botol, setelah serah terima dengan bagian gudang maka botol
disimpan sementara di ruang Bottle Passed thoungh. Ruang ini tidak mempunyai
spesifikasi khusus, selanjutnya jika botol akan digunakan maka segera ditaruh
diruang Bottle Store. Ruang ini dilengkapi dengan pendingin udara dengan
tekanan udara lebih negatif dari ruang proses, sebelum digunakan botol yang
terbuat dari plastik akan masuk kedalam ruangan Botter suck and Blow. Proses
pencucian botol untuk yang kemasanya kaca dimulai dari pembilasan dengan air
panas (80-900C). Setelah botol ini bersih maka operator akan dengan hati hati

meletakannya botol pada conveyor yang selanjutnya akan dikrim pada bagian
filling.
2. Alur Orang : sebelum masuk kedalam ruang produksi, karyawan terlebih dahulu
melalui ruang ganti pakaian (lker). Diloker inilah operator atau karyawan
diharuskan untuk mengganti pakaian dengan seragan kerja. Setelah berpakaian
kerja dengan baik kemudian sebelum masuk kedalam ruangan produksi operator
atau karyawan lainnya harus melewati ruang penyangga udara.

Gambar 1.1 Alur orang dibagian Produksi


3. Alur Proses Produksi : sebelum proses produksi akan dimulai bagian Production
Planning and Inventory (PPIC) akan mengirimkan dokumen SHOP order yaitu
suatu dokumen yang berisi perencanaan produksi yang sudah disahkan oleh
beberapa departemen, SHOP order yang terdiri dari shop Packet Material (SPM),
Shop packet operation (SPO), dan pick list kepada bagian produksi. Dokumen
SPM ini berisikan nama produk yang harus dibuat besrta nomor lot dan kualitas
bahan baku yang diperlukan. Sedangkan dokumen SOP berisikan nilai standar
operasional yang meliputi jam mesin dan orang (operator). Bagian produksi

selanjutnya akan menyiapkan Manufacturing Order (MO) dengan kata lain


Catatan Pengolahan Batch dan Finishing Order (FO) atau catatan Pengemasan
Batch. Didalamnya MO dan FO berisi petunjuk kerja, sebelum proses produksi
dilakukan operator produksi harus memeriksa kesiapan dan kebersihan alat
maupun ruangan yang akan digunakan (Production Line Clearance Checklist).
Semua dokumen diatas kemudian akan diserahkan kepada pihak gudang untuk
menyiapkan bahan baku.

Gambar 1.2 Alur Produksi


Dalam proses produksi harian dapat dilaksanakan setelah pengeluaran perintah
produksi yang terdiri atas MO untuk pengolahan dan FO untuk pengemasan. MO adalah
dokumen yang menyertai setiap tahap proses produksi yang dijalani oleh suatu batch
tertentu yang berisi keterangan mengenai :

1. Nama dan nomor Lot produk


2. Komposisi atau Formula produk
3. Peralatan yang digunakan
4. Proses pengolahan
5. Spesifikasi produk antara, ruahan dan produk jadi
6. Hasil penimbang Bulk
7. Data rendemen standar
8. Hasil rekonsiliasi
9. Nilai standar opererasional mesin dan orang

FO adalah dokumen yang menyertai proses pengemasan Batch baik pengemasan


primer maupun pengemasan sekunder yang berisi keterangan mengenai:
1. Nama dan nomor batch produk
2. Proses pengemasan
3. Tanggal pengemasan
4. Mesin dan peralatan yang digunakan
5. Spesifikasi bulk
6. Jenis konteiner dan jumlah yang akan digunakan
7. Data rendemen standar produk yang akan dihasilkan
8. Rekonsiliasi hasil proses pengolahan
Tahapan proses produksi dimulai dari pemberian semua dokumen produksi (SPM,
SPO, MO/FO) kepada bagian gudang sehari sebelum bagian produksi melaksanakan
proses pengolahan maupun pengemasan.

1.5.1.2 Proses Produksi Selsun Shampoo


Pada proses selsun shampoo ini dilakukan pada tempat terpisah dari pembuatan
produk lain di PT. Abbott Indonesia karena prosesnya menggunakan bahan aktif
Selenium Sulfida yang bersifat toksik. Selenium Sulfida merupakan serbuk berwarna
kuning sampai kuning kemerahan dengan bau khas. Zat ini juga tidak larut air maka
sediaan shampoo merupakan sediaan suspensi.
Pada saat produksi selsun diperlukan 2 buah reactor. Fungsi reactor pertama untuk
tempat pelarutan Selenium Sulfida dan reactor kedua untuk pembuatan basis shampoo.
Setalah basis shampoo selesai dibuat aliran kedalam Mixing Tank untuk didinginkan.
Kemudian barualah larutan Selenium Sulfida dimasukan kedalam Mixing Tank.
Pada saat pembuatan selsun shampoo yang paling penting adalah menghindari
terbentuknya busa yang berlebihan, sehingga pengaturan dalam mixer perlu diperhatikan
oleh operator.
Selenium Sulfida yang tidak larut air menyebabkan diperlukannya tahapan
penyaringan dengan kain saring sebelum selsun shampoo di filling (kegiatan bahan baku
yang sudah jadi dan akan dimasukan kedalam botol). Saat filling, sistem pengadukan
harus terus dijalankan agar zat aktif tidak mengendap yang dapat menyebabkan
kandungan zat aktif menjadi tidak konsisten.
Setelah di-filling maka botol yang sudah berisi selsun shampoo ini langsung diberi
tutup botol kemudian dipress agar tidak lama terkontaminasi dengan kuman, selanjutnya
berada dalam ruangan warehouse untuk ditempatkan dalam kardus dan diberi lot untuk
setiap dusnya.

Gambar 1.3 layout selsun shampoo

Pada proses produksi, kondisi ruangan selalu diperhatikan seperti sanitasi, temperatur,
kelembaban dan tekanan udara. Sanitasi (pembersihan ruangan) selalu dilakukan sehabis
kegiatan produksi dan alat-alat yang digunakan selalu dibersihkan agar dapat digunakan
kembali untuk produksi selanjutnya. Tekanan udara dalam koridor lebih besar
dibandingkan tekanan dalam ruang produksi, sedangkan tekanan udara dalam ruang
produksi lebih besar dari tekanan udara dalam ruang pengemasan

sekunder (finishing). Hal ini ditujukan untuk menghindari kontaminasi antar produk
yang terdapat pada masing-masing ruang produksi.

1.5.2 Lokasi Pabrik PT Abbott Indonesia


Kantor pusat PT Abbott Indonesia yang terletak di gedung menara Jamsostek lantai
23, Nort Tower Jl Gatot Soebroto Kav 38 Jakarta. Untuk Kantor Produksi dan Pabrik
terletak di jalan Raya Bogor km 37 Cimanggos-Depok
Bangunan produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu Grey Area dimana bahan baku
mengalami kontak langsung dengan udara. Kegiatan yang dilakukan dalam area ini
adalah pengambilan contoh dari bahan baku, penimbang bahan baku, proses produksi dan
proses pengemasan primer. Kebersihan udara daris segi jumlah partikel dan mikroba
sesuai dengan ketentuan.
Black Area merupakan area dimana tidak terjadi kontak langsung udara dengan
produk. Area ini meliputi ruang Qa (pengawasan Mutu), finishing (pengemasan) untuk
pengembasan sekunder dan warehouse.
Ruangan produksi diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan jalannya proses
produkai dari satu tahap dan ketahap berikutnya dan dipisahkan antara alur pekerja dan
alur barang. Alur barang berjalan satu arah mulai dari penerimaan barang pada staging
room, proses produksi sampai pada penyerahan produk jadi.

1.5.3

Struktur Organisasi PT.Abbott Indonesia

Gambar 1.4 Struktur Organisasi


Struktur organisasi yang digunakan PT.Abbott Indonesia ini adalah organisasi
fungsional. Dalam organisasi fungsional ini merupakan gambaran struktur kepemimpinan
suatu perusahaan mulai dari tingkat bawah sampai dengan tingkat atas sesuai dengan
jenis pekerjaan serta tanggung jawab.
Organisasi fungsioanal terdiri dari orang-orang yang dimiliki sebagai sumber daya
yang diorganisasi dimana memiliki tujuan yang sama dan melakukan suatu kegiatan
untuk mencapai tujuan tersebut. Struktur organisasi fungsional banyak dijumpai
diperusahaan, diantaranya yang melaksanakan kegiatan operational rutin dan relative
stabil.

Sejak didirikannya PT. Abbott Indonesia tugas serta tanggung jawab untuk massingmasing bagian sudah jelas, untuk struktur PT. Abbott Indoensia yang berada tingkatannya
paling atas yaitu Plant Directur dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dibantu oleh Sektretaris

dan para Manager, Supervisor dan para Operator yang

melaksanakan langsung proses produksi tersebut.


Untuk struktur organisasi PT Abbott Indonesia berbentuk lini dan staf PT Abbott
Indonesia terdiri dari 3 bagian, yaitu AI (Abbott International), ANI (Abbott Nutrition
International), dan GPO ( Global Pharmaceutical Operation).
Pabrik PT. Abbott Indonesia berada dibawah GPO dan GPO membawahi 2 divisi
yaitu :
1. Manufacturing Division
Divisi ini dipimpin oleh seorang plant director. Dalam melaksanakan
tigasnya plant director dibantu oleh beberapa manejer, yaitu:
Production Manager
Material Management Manager
Engineering Manager
Technical Service Manager
2. Quality Division
Divisi ini dipimpin oleh Head of Quality, yang membawahi :
Quality System, compliance and Training
QC Manager
Document Control Specialist
QA Operation Supervisor

You might also like