You are on page 1of 6

ANALISA TINDAKAN

PEMASANGAN INFUS DENGAN STROKE HEMORAGIC


RUANG ANGGREK 2 RSUD DR. MOEWARDI SOLO

Disusun oleh:
Hani Tuasikal G2B009010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012

Inisial Pasien

: Ny. R

Diagnosa Medis

: Stroke Hemoragic

No. Register

: 01129078

1. Diagnosa Keperawatan dan Dasar Pemikiran


Diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kekurangan Volume Cairan.
Kekurangan volume cairan berarti penurunan cairan intravascular, interstisial, dan
atau intraseluler. Hal ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa
perubahan pada natrium.
Batasan Karakteristik

Perubahan pada status mental


Penurunan pada tekanan darah
Penurunan pada tekanan nadi
Penurunan volume nadi
Penurunan turgor kulit
Penurunan turgor lidah
Penurunan haluaran urin

Penurunan pengisian vena


Membrane mukosa kering
Kulit kering
Peningkatan hematokrit
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan konsentrasi urin
Penurunan berat badan tiba-tiba (kecuali pada ruang ketiga)
Haus
Kelemahan

Faktor yang Berhubungan


Kehilangan cairan aktif
Kegagalan mekanisme regulasi
2. Tindakan Keperawatan yang Dilakukan
Pemasangan Infus
3. Prinsip-Prinsip Tindakan
Pengertian
Tindakan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan
melalui intravena (infus). Pemberian cairan infuse dapat diberikan pada pasien
yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini
membutuhkan kester lan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh
darah. Pemberian cairan melalui infuse dengan memasukkan ke dalam vena
( pembuluh darah pasien ) diantaranya vena lengan ( vena safalika basilica dan
mediana kubiti ), pada tungkai (vena safena ), atau pada vena yang ada di kepala,
seperti vena temporalis frontalis ( khusus untuk anak-anak). Selain pemberian
infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan
pada pasien yang mengalami syok, intoksikasi berat, pra dan pascabedah, sebelum
tranfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi.

Alat dan bahan


1. Standar infuse
2. Set infuse
3. Cairan sesuai program medic
4. Jarum infus dengan ukuran yang sesuai
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alcohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadin
12. Sarung tangan
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau
akses selang ke botol infuse
4. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi selang dan udara
selang keluar
5. Letakkan pangalas di bawah tempat ( vena ) yang akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan torniker ( karet pembendung ) 10-12 cm di
atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan
gerakan sirkular ( bila sadar )
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Disinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah
vena da posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik
keluar bagian dalam ( jarum ) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian
atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar.
Kemudian bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse
12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril
14. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

4. Analisa Tindakan Keperawatan


Dengan tindakan ini ada beberapa keuntungan yang bisa kita dapatkan. Efek
terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target
berlangsung cepat. Sebagai contoh absorsi total memungkinkan dosis obat lebih
tepat dan terapi lebih dapat diandalkan. Kecepatan pemberian dapat dikontrol
sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi. Rasa sakit
dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat
dihindari.
5. Resiko yang Dapat Terjadi
Efek samping dari tindakan ini adalah timbulnya emboli udara. Infuse juga
merupakan jalan untuk memasukkan obat intravena dan seringnya injeksi
dilakukan kurang hati-hati sehingga sering ada gelembung udara yang ikut masuk
ke pembuluh darah ketika injeksi maupun infuse yang keblongan. Kerugian dari
tindakan ini adalah:
Tidak bisa dilakukan drug Recall dan mengubah aksi obat tersebut sehingga

resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi


Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan speeed Shock
Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:
Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode
tertentu
Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia
Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

6. Hasil yang Didapat dan Maknanya


Hasil yang didapat dari tindakan ini adalah bahwa pasien dapat memenuhi
kebutuhan cairan dan elektrolit melalui botol infuse. Seringnya dalam keadaan
sakit pola makan seseorang berubah menjadi tidak nafsu makan maupun minum.
Padahal salah satu hal yang penting dalam mencapai kesembuhan dari penyakit
adalah factor nutrisi. Oleh karena itu untuk mendapatkan tunjangan nutrisi yang
selalu dipertahankan stabil dan adekuat perlu dipasang infuse supaya pasien tidak
dehidrasi dan tidak terjadi kekurangan volume cairan.

7. Tindakan Keperawatan Lain yang Dapat Dilakukan untuk Mengatasi


Diagnosa Keperawatan di atas (Mandiri dan Kolaboratif)
Untuk menyelesaikan masalah kurangnya volume cairan dapat dilakukan
secara manual yakni meminta pasien untuk banyak minum dan makan makanan
bergizi selain itu juga mengkonsumsi buah-buah yang mengandung air. Namun
seringkali cara ini kurang efektif karena bagi orang sakit hal yang mereka
pikirkan adalah rasa sakitnya sehingga mereka sering lupa untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan cairan tubuhnya. Keluarga pasien juga tidak selalu di
tempat untuk menunggu pasien dan mengawasi masukan cairan dan nutrisi
sehingga tidak terdapat pengawasan penuh dari orang lain.
8. Kepustakaan
Kusyati, Eni., dkk. 2003. Keterampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar.
Semarang: Kilar Press.
Herdman, T. heather. 2009. NANDA International Diagnosis Keperawatan 20092011. Jakarta: EGC.
9. Evaluasi Diri
Selama praktik hingga saat ini saya baru melakukan tindakan pemasangan
infuse sebanyak 3 kali. Bagi saya pemasangan infuse bukan merupakan hal yang
kecil sehingga tidak dapat sembarangan melakukannya. Dua kali melakukan
pemasangan infuse saya masih di bawah bimbingan perawat. Sedangkan 1 kali
saya melakukannya sendiri.

You might also like