You are on page 1of 250

PENGARUH PENGALAMAN DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP

SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR


KANTOR AKUNTAN PUBLIK
(Survei Pada 12 Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung)

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi


Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Ginda Bella Pramudita
084020238

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2012

PENGARUH PENGALAMAN DAN KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP


SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR
KANTOR AKUNTAN PUBLIK
(Survei Pada 12 Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung)

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi


Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan

Bandung, November 2012

Mengetahui,

Pembimbing,

Dr.Hj.Liza Laila Nurwulan,S.E.,M.Si.,Ak.

Dekan,

Dr.H.R.Abdul Maqin.,S.E.,M.P.

Ketua Program Studi,

Dr.H. Sasa S. Suratman S.E.,M.Sc

MOTTO

Artinya :
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Q.S. 8.Al Anfaal ; 61)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari segala urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya keapada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Q.S. 94 AL- Insyirah : 6 8).

SUKSES = USAHA + DOA + PERCAYA


When there is a will there is a way
IMPOSSIBLE = IM POSSIBLE
Think Big Act Big

Kupersembahkan Kepada Kedua


Orang Tuaku, kaka dan adikku
Tercinta

ABSTRAK
Pengalaman dan kompetensi auditor menentukan skpetisisme professional
auditor. Hasil audit yang berkualitas dapat memberikan tingkat kepercayaan yang
tinggi bagi para pengambil keputusan berkenaan dengan informasi keuangan yang
disajikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
pengalaman dan kompetensi auditor terhadap skeptisisme professional auditor.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang telah diuji validitas
dan reliabilitasnya. Penelitian ini dilakukan pada auditor yang bekerja di lima Kantor
Akuntan Publik di Bandung yaitu pada KAP. Abubakar Usman & Rekan (CAB)
KAP. Af. Rachman & Soetjipto Ws.KAP. Drs. Bambang Budi Tresno, KAP
Djoemarma, Wahyudin & Rekan KAP. Drs. Gunawan Sudradjat KAP. Prof. Dr. H.
Tb. Hasanuddin, M,Sc & Rekan KAP. Dr. La Midjan & Rekan KAP Roebiandini &
Rekan KAP. Drs. Ronald Haryanto, KAP. Drs. Sanusi, Supardi & Soegiharto KAP.
Dra. Yati Ruhiyati KAP. Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry (CAB).
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan auditor yang terdapat
pada KAP yang berdomisili di Kota Bandung. Pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan Purposive sampling berukuran 36 orang responden.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan
deskriptif dan asosiatif karena ada variabel yang akan dijelaskan dan ditelaah
seberapa besar pengaruh dari variabel tersebut. Analisis data statistik mengunakan
statistik non parametrik dengan menggunakan rank spearman,uji t, uji f dan koefisien
determinasi.
Dari perhitungan koefisien korelasi Sperman Rank variabel pengalaman
auditor mempengaruhi skeptisisme profesional auditor memperoleh nilai sebesar
0,648 yang diinterpretasikan Kuat, dan untuk variabel kompetensi auditor
mempengaruhi skeptisime profesional auditor sebesar 0,577 yang diinterpretasikan
Sedang. Berdasarkan olah data kedua variabel mempengaruhi skeptisisme
5% dimana 0,05 Sig (0,05 0,000),
profesional auditor dengan kepercayaan
dan Fhitung > Ftabel (27,376 > 3,30). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis penulis dapat
diterima Pengalaman dan Kompetensi Auditor secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap Skeptisisme Profesional Auditor. Selanjutnya hasil dari
koefisien determinasi menunjukan pengalaman dan kompetensi auditor berpengaruh
terhadap skeptisisme profesional auditor sebesar 62,4% dan sisanya sebesar 37,6%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Kata Kunci : Pengalaman, Kompetensi Auditor dan Skeptisisme Profesional Auditor

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala rahmat, anugerah, dan karunia, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa pula shalawat beriring salam juga penulis panjatkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi semesta alam (rahmatan
lil `alamin).
Skripsi ini berjudul PENGARUH PENGALAMAN DAN KOMPETENSI
AUDITOR TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR (Survey
Pada 12 Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung).
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan Bandung.

Penulis

sangat

menyadari

sepenuhnya

bahwa

dalam

penyusunan skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan dan masih banyak yang harus
diperbaiki, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki,

untuk segala kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada Ayahanda Drs.
Kusnady Sunarya, Ibunda Teti Suherti,S.Pdi, kaka dan adikku tercinta yang tiada
pernah putus memberikan kasih sayang, doa dan dorongan, motivasi, perhatian serta
kesabaran kepada penulis.
Pada kesempatan ini juga tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih
banyak

yang

sebesar-besarnya

kepada

yang

terhormat

Dr.Hj.Liza

Laila

Nurwulan,S.E.,M.Si.,Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan


waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, koreksi, saran-saran, dan
dorongan yang sangat berharga selama penyusunan skripsi ini. Kemudian penulis
juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang sangat
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis kepada:
1. Prof. Dr., Drs, H. M. Didi Turmudzi, M.Si, Rektor Universitas Pasundan.
2. Dr. H. R. Abdul Maqin, S.E., M.P. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pasundan beserta jajarannya.
3. Dr. H. Sasa S. Suratman S.E.,M.Sc Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pasundan.
4. Bapak Dadan Soekardan, S.E., M.Si Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Pasundan.
5. Ibu Justinia Castellani, S.E.,M.Si.,Ak selaku Dosen Wali.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, terima kasih atas ilmu
yang telah diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas
Pasundan.
7. Segenap Kepala dan Staf

SBAP serta perpustakaan Fakultas Ekonomi

Universitas Pasundan atas pelayanannya.


8. Bapak Kosim sebagai Staf Jurusan Akuntansi.
9. Seluruh Pimpinan Kantor Akuntan Publik (KAP) Dr. La Midjan & Rekan, KAP
Drs. Sanusi, Supardi & Soegiharto dan Rekan, KAP Djoemarma, Wahyudin &
Rekan, KAP Dr. Gunawan Sudrajat dan Rekan, KAP Prof. Dr. H. Tb. Hasanuddin
dan Rekan, KAP. Abubakar Usman & Rekan (CAB), KAP. Af. Rachman &
Soetjipto Ws, KAP. Drs. Bambang Budi Tresno, KAP Roebiandini & Rekan,
KAP. Drs. Ronald Haryanto, KAP. Dra. Yati Ruhiyati dan KAP. Achmad,
Rasyid, Hisbullah & Jerry (CAB).
10. Untuk kakaku Gelar Bella Pratama dan Adikku Ganya Bella Pamungkas
terimakasih atas semua dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
11. Teman-teman akuntansi angkatan 2008 khususnya kelas AK C yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semuanya.
12. Sahabat-sahabatku : Euis Siti Qodariah, Sri Kartika, Dede Supriyatna, Gina
Nurmasari, Miftahatu Syifa, Tita dan Yuke, Rikawati, Helena, Siska Afriani, Ida,
Shella, Berry, Shasya terimakasih atas semua dukungan dan semangat yang
diberikan kepada penulis.

13. Untuk Tunanganku Robi Subana yang selalu memberikan dukungan, bantuan,
kasih sayang, kesabaran selama ini, terimakasih atas segalanya.
14. Untuk Bapak Agus terima kasih yang selalu memberikan dukungan dan semangat
yang diberikan kepada penulis.
15. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada umumnya. Dan semoga
Allah SWT membalas semua amal dan kebaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini. Amin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandung, November 2012
Penulis,

Ginda Bella Pramudita

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ....................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ii

DAFTAR ISI .................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

xvii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ..

1.2 Rumusan Masalah .....

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...

10

1.3.1

Maksud Penelitian ..

10

1.3.2

Tujuan Penelitian ...

10

1.4 Kegunaan Penelitian...

11

1.4.1

Kegunaan Praktis . .

11

1.4.2

Kegunaan Teoritis... ..

12

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ...

BAB II

12

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS


2.1 Kajian Pustaka .......................................................................

13

2.1.1 Pengalaman Auditor .....................................................

13

2.1.1.1 Pengertian Pengalaman ..................................

14

2.1.1.2 Pengertian Auditor ........................................

14

2.1.1.3 Pengalaman Auditor.......................................

15

2.1.2 Kompetensi Auditor.....................................................

20

2.1.2.1 Pengertian Kompetensi...................................

20

2.1.2.2 Sudut Pandang Kompetensi .........................

21

2.1.2.3 Komponen Kompetensi Auditor ...................

23

Skeptisisme Profesional Auditor........................

24

2.1.3.1 Pengertian Skeptisisme ..........................

24

2.1.3.2 Pengertian Profesional...........................

26

2.1.3.3 Pengertian Skeptisisme Profesional........

27

2.1.3

2.1.3.4 Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional (Due


Profesional Care)........

33

2.1.4

Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap


Skeptisisme Profesional Auditor................................

2.1.5

Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Skeptisisme


Profesional Auditor.......................

2.1.6

2.1.7

34

36

Pengaruh Pengalaman dan Kompetensi Auditor


Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor........

37

Tinjauan Penelitian Terdahulu..........................

39

2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................

41

2.3 Hipotetsis Penelitian ...........................................................

48

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian yang Digunakan...................................

49

3.1.1

Objek Penelitian...................................................

49

3.1.2

Pendekatan Penelitian .........................................

50

3.1.3

Model Penelitian.........................................

51

3.1.4

Instrumen Penelitian...................................

52

3.2 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel ................

54

3.2.1

Definisi Variabel Peneltian.

54

3.2.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian............

56

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..............


3.3.1

Populasi Penelitian..

62
62

3.3.2

Sampel Penelitian ......................................

62

3.3.2.1 Ukuran Sampel .....................................

64

3.3.2.2 Teknik Sampling ..................................

65

3.3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ....................

66

3.4 Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotetsis..


3.4.1

68

Analisis Data ............................................

68

3.4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

79

3.4.2

3.4.1.1.1

Uji Validitas Instrumen....................

79

3.4.1.1.2

Uji Reliabilitas Instrumen................

80

Rancangan Pengujian Hipotesis...................

3.5 Proses Penelitian.

81
89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian .....................................................................

91

4.1.1 Gambaran Umum KAP...............................................

91

4.1.1.1 Sejarah Singkat Kantor Akuntan Publik ........

91

4.1.1.2 Struktur Organisasi Pada Kantor Akuntan


Publik ............................................................

106

4.1.1.3 Karakteristik Responden ................................

109

4.1.2 Pengalaman Auditor Pada 12 Kantor Akuntan Publik

di Kota Bandung ........................................................

114

4.1.3 Kompetensi Auditor Pada 12 Kantor Akuntan Publik


di Kota Bandung ........................................................
4.1.4

Skeptisisme Profesional Auditor Pada 12 Kantor


Akuntan Publik di Kota Bandung ............................ .

4.2 Pembahasan Penelitian .............................................

4.2.1

4.2.2

4.2.1.1 Uji Validitas Item .........................................

158

4.2.1.2 Uji Reliabilitas Instrumen.............................

162

Analisis Pengalaman Auditor Pada 12 Kantor


165

Analisis Kompetensi Auditor Pada 12 Kantor Akuntan

168

Analisis Skeptisisme Profesional Auditor Pada 12 Kantor


Akuntan Publik di Kota Bandung ....

4.2.5

158
158

Publik di Kota Bandung .....................


4.2.4

132

Uji Validitas Item dan Reliabilitas Instrumen............

Akuntan Publik di Kota Bandung ..............................


4.2.3

122

172

Analisis Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap


Skeptisisme Profesional Auditor Pada 12 Kantor Akuntan
Publik ................................

4.2.6

175

Analisis Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap


Skeptisisme Profesional Auditor Pada 12 Kantor
Akuntan Publik..........................................................

180

4.2.7

Analisis Pengaruh Pengalaman dan Kompetensi


Auditor terhadap Skeptisisme Profesional Auditor
Pada 12 Kantor Akuntan
Publik........................................................................

BAB V

184

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................

188

5.1 Saran ......................................................................................

190

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

192

LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Bebas (X1): Pengalaman Auditor.................. 57


Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Terikat(X2) Kompetensi Auditor .................. 58
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Terikat(Y) Skeptisisme Profesional Auditor 70
Tabel 3.4 Bobot Penilaian Kusioner ..................................................................... 69
Tabel 3.5 Kriteria Variabel Pengalaman Auditor ................................................... 71
Tabel 3.6 Kriteria Dimensi Variasi Bekerja Sebagai Auditor ................................ 71
Tabel 3.7 Kriteria Dimensi Pendidikan Berkelanjutan............................................72
Tabel 3.8 Kriteria Variabel Kompetensi Auditor.................................................. 73
Tabel 3.9 Kriteria Dimensi Pendidikan.................................................................. 73
Tabel 3.10 Kriteria Dimensi Pengetahuan .............................................................. 74
Tabel 3.11 Kriteria Dimensi Pelatihan.................................................................... 74
Tabel 3.12 Kriteria Variabel Skeptisisme Profesional Auditor .............................. 75
Tabel 3.13 Kriteria Dimensi Pikiran Selalu Bertanya (Questioning
Mind)........................................................................................................76
Tabel 3.14 Kriteria Dimensi Suspensi Pada Penilaian (Susoension On
Judgement)...............................................................................................76
Tabel 3.15 Kriteria Dimensi Pencarian Pengetahuan (Search for
Knowledge)................................................................................................77

Tabel 3.16 Kriteria Dimensi Pemahaman Interpersonal (Interprsonal


Understanding).........................................................................................78
Tabel 3.17 Kriteria Dimensi Percaya Diri (Self
Confidence)................................................................................................78
Tabel 3.18 Kriteria Dimensi Penentuan Sendiri (Self
Determination)..........................................................................................79
Tabel 3.19 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ............. 88
Tabel 4.1 Sejarah Perkembangan Audit .................................................................. 94
Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ....................................................... 109
Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................ 110
Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .............................. 111
Tabel 4.5 Profil Responden Berdasarkan Kategori Auditor ................................... 112
Tabel 4.6 Profil Responden Berdasarkan Masa Kerja ............................................ 113
Tabel 4.7 Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Variasi Bekerja Sebagai Auditor115
Tabel 4.8 Nilai (Skor) Variasi Bekerja Sebagai Auditor ........................................ 116
Tabel 4.9 Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pendidika Berkelanjutan .......... 118
Tabel 4.10 Nilai (Skor) Pendidikan Berkelanjutan ................................................. 120
Tabel 4.11 Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pendidikan .............................. 123
Tabel 4.12 Nilai (Skor) Pendidikan ........................................................................ 124
Tabel 4.13 Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pengetahuan ........................... 126
Tabel 4.14 Nilai (Skor) Pengetahuan ...................................................................... 127

Tabel 4.15 Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pelatiahan ............................... 129


Tabel 4.16 Nilai (Skor) Pelatihan ........................................................................... 131
Tabel 3.17 Tabulasi Jawaban Dimensi Pikiran Selalu Bertanya (Questioning
Mind)........................................................................................................134
Tabel 4.18 Nilai (Skor) Pikiran Selalu Bertanya (Questioning Mind).................... 135
Tabel 3.19 Tabulasi Jawaban Responden Suspensi Pada Penilaian (Susoension On
Judgement)...............................................................................................137
Tabel 4.20 Nilai (Skor) Suspensi Pada Penilaian (Susoension On Judgement ....... 139
Tabel 3.21 Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pencarian Pengetahuan (Search
for Knowledge).........................................................................................142
Tabel 4.20 Nilai (Skor) Pencarian Pengetahuan (Search for Knowledge)............. 143
Tabel 3.23 Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pemahaman Interpersonal
(Interprsonal Understanding)..................................................................146
Tabel 4.24 Nilai (Skor) Pemahaman Interpersonal (Interprsonal Understanding) 147
Tabel 3.25 Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Percaya Diri (Self
Confidence)...............................................................................................150
Tabel 4.26 Nilai (Skor) Percaya diri (Self Confidence) ......................................... 151
Tabel 3.27 Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Penentuan Sendiri (Self
Determination)..........................................................................................153
Tabel 4.28 Nilai (Skor) Penentuan Sendiri (Self Determation) ............................. 155

Tabel 4.29 Hasil Uji Validitas X1 (Pengalaman Auditor)....................................... 159


Tabel 4.30 Hasil Uji Validitas X2 (Kompetensi Auditor) ....................................... 160
Tabel 4.31 Hasil Uji Validitas Y (Skeptisisme Profesional Auditor) ..................... 161
Tabel 4.32 Hasil Uji Reliabilitas X1 (Pengalaman Auditor) ................................... 163
Tabel 4.33 Hasil Uji Reliabilitas X2 (Kompetensi Auditor) ................................... 164
Tabel 4.34 Hasil Uji Reliabilitas Y (Skeptisisme Profesional Auditor) ................. 165
Tabel 4.35 Tabulasi Jawaban Responden Variabel Pengalaman Auditor (X1)....... 166
Tabel 4.36 Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kompetensi Auditor (X2) ....... 169
Tabel 4.37 Tabulasi Jawaban Responden Variabel Skeptisisme Profesional Auditor
(Y) ......................................................................................................... 172
Tabel 4.38 Skor Pengalaman Auditor dan Skeptisisme Profesional Auditor ......... 176
Tabel 4.39 Skor Kompetensi Auditor dan Skeptisisme Profesional Auditor ......... 181
Tabel 4.40 Hasil Pengujian Kolerasi Ganda (Uji f) ................................................ 186

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 :Ringkasan hasil peneliti terdahulu ................................................. 40
Gambar 2.3 :Paradigma Penelitian...................................................................... 47
Gambar 3.1 : Diagram Stuktur Penelitian ........................................................... 51
Gambar 3.2 :Proses Penelitian..............................................................................90
Gambar 4.1 : Hierarki Staf Kantor Akuntan Publik ......................................... 108

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Surat Tugas Membimbing Skripsi

Lampiran 2

Kartu Perkembangan Bimbingan Skripsi

Lampiran 3

Lembaran Persetujuan Perbaikan (REVISI) Skripsi

Lampiran 4

Surat Permohonan Survey dan Balasan Permohonan Survey

Lampiran 5

Kuesioner Penelitian

Lampiran 6

Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas Variabel X 1, X2 dan Y

Lampiran 7

Tabel Nilai-Nilai Rho

Lampiran 8

Tabel Nilai-Nilai Dalam Distribusi t

Lampiran 9

Tabel Nilai-Nilai dalam Distribusi F

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian


Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sangat pesat. Hal ini didukung dengan

semakin berkembangnya pasar modal dan bertambahnya jumlah emiten perusahaan


yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 yang mencapai 426 emiten
atau meningkat sebesar 31.9 persen dari tahun sebelumnya.
Dengan adanya perkembangan bisnis tersebut, para pemegang saham akan
semakin tertarik untuk menanamkan saham modalnya di Indonesia. Berdasarkan
aturan dari Badan Pengawas Pasar modal (BAPEPAM) disebutkan bahwa laporan
keuangan perusahaan yang terdaftar di bursa efek harus diaudit dengan laporan audit
Wajar Tanpa Pengecualian.
Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang untuk dapat
meletakkan kepercayaan sebagai pihak yang bisa melakukan audit atas laporan
keuangan dan dapat bertanggung jawab atas pendapat yang diberikan. Dari keperluan
inilah diperlukan pekerjaan auditor karena opini auditor tentang

laporan keuangan perusahaan dapat mempengaruhi keputusan para pemegang


saham.
Mengingat peranan auditor yang demikian penting dan strategis dalam
berkembangnya masyarakat ke depan, diperlukan karakter auditor yang profesional.
Jasa audit keuangan yang diberikan oleh audior, merupakan jasa pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat, baik secara individual maupun badan usaha yang
berkaitan dengan laporan keuangan.
Dalam setiap memberikan jasa pelayanan audit, auditor dituntut untuk
bersikap profesional. Auditor dituntut untuk melaksanakan tahapan audit sesuai
dengan standar SPAP serta menjunjung tinggi etika untuk menjaga kualitas audit
dan citra profesi akuntan publik. Dalam pemberian opini dari akuntan publik yang
didukung oleh bukti-bukti audit tersebut, seorang auditor harus menggunakan
skeptisisme professionalnya seperti menanyakan hal-hal yang kurang dan belum
jelas kepada klien. Hal ini dilakukan karena auditor tidak menganggap bahwa klien
tersebut tidak jujur namun juga tidak menganggap bahwa kejujuran klien itu tidak
perlu dipertanyakan lagi.
Rasa percaya atau tingkat kepercayaan akan dikaitkan dengan tingkat
kecurigaan, karena kedua hal tersebut merupakan hal yang bertolak belakang.
Semakin kecil tingkat kepercayaan berarti semakin besar tingkat kecurigaan.
Demikian pula sebaliknya, semakin besar tingkat kepercayaan bearti semakin kecil
tingkat kecurigaan (Tutik Kriswandari, 2006). Jadi sudah sepantasnya auditor
memiliki sikap cermat dan hati-hati (due care) dalam melakukan audit atas laporan

keuangan kliennya agar hasil audit berupa opini akuntan dapat dipertanggung
jawabkan.
(Sumber: repository.upi.edu/operator/upload/s_pea_chapter1.pdf)

Skeptisisme professional merupakan bagian dari due professional care yang


merupakan salah satu sikap professional auditor. Skeptisisme auditor merupakan
suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (SPAP 2001 : SA seksi 230).
Namun

pada

kenyataannya,

auditor

sering

mengabaikan

sikap

professionalnya. Seperti yang terjadi pada kasus Enron, sebagaimana yang dalam
Alvin A. Arens et. all (2008:267), kebangkrutan Enron Corporation yang pernah
menjadi perusahaan distribusi energy yang terbesar di A.S. merupakan kejatuhan
perusahaan terbesar dalam sejarah Amerika. Walaupun tercatat sebagai perusahaan
No.7 di Fortuna 500 dengan kapitalisasi pasar sebesar $75 miliar sebelum runtuh,
kejatuhan Enron terjadi begitu cepat. Keruntuhan itu dimulai pada bulan Oktober
2001 ketika para pejabat Enron melaporkan kerugian kuartalan yang mengejutkan
sebesar $618 juta, yang diduga akibat persekutuan misterius dan tersembunyi antara
pihak yang terkait dengan orang dalam perusahaan itu. Kemudian pada awal bulan
Nopember 2001, pejabat perusahaan dipaksa mengakui bahwa mereka melakukan
salah saji laba tahun 1997 sebesar $600 juta, yang memerlukan penyajian kembali
laporan keuangan yang telah diaudit selama empat tahun, pada akhir tahun 2001
perusahaan bangkrut.
Enron terbentuk pada tahun 1985 antara dua perusahaan saluran pipa gas, dan
merupakan pelopor perdagangan gas alam serta listrik dalam pasar utilitas yang baru

diregulasi. Pada tahun-tahun awalnya, Enron menghasilkan uang dari penjualan


aktiva tetap seperti saluran pipa. Namun, pada akhir tahun 1990-an, 80% laba Enron
berasal dari bisnis yang lebih popular yang dikenal sebagai grosir operasi dan jasa
energi. Pada tahun awal 2001, spekulasi tentang transaksi bisnis Enron mulai
muncul ke permukaan. Seorang bankir investasi yang sangat disegani secara umum
menyatakan bahwa tidak seorangpun yang dapat menjelaskan bagaimana sebenarnya
Enron mendapatkan uang.
Dengan terkuaknya keruntuhan itu, banyak pihak bertanya-tanya bagaimana
isu tersebut bisa tidak terdeteksi setelah sekian lama. Banyak yang menunjuk pada
struktur bisnis yang luar biasa rumit di Enron dan laporan keuangan yang samar
serta membingungkan.
Tampaknya kerumitan dan ketidakpastian yang mengelilingi bisnis Enron
serta laporan keuangannya juga telah membodohi para auditor. Auditor Enron tibatiba dihadapi serangan hebat, tuntutan hukum class action dan tuntutan kriminal
yang akhirnya membuat kantor akuntan itu ditutup. Dalam kesaksiaannya di depan
kongres pada bulan Desember 2001. CEO kantor akuntan publik mengakui bahwa
penilaian profesional kantor mereka ternyata salah dan mereka keliru membiarkan
Enron mempertahankan entitas terkait secara terpisah padahal seharusnya
dikonsolidasi.
Salah satu yang harus digarisbawahi oleh para auditor adalah begitu
pentingnya memahami bisnis dan industri perusahaan untuk mengindentifikasi risiko
bisnis yang signifikan, yang meningkatkan risiko salah saji yang material dalam

laporan keuangan. Tanpa memiliki pemahaman itu, hamper tidak mungkin untuk
mengindentifikasi kasus mirip Enron berikutnya.
Pengalaman seorang auditor menjadi sorotan tersendiri dalam kegiatan audit,
khususnya dalam menunjukkan kualitas dari seorang auditor. Sebagaimana yang
diatur dalam paragraf ketiga SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian auditor
independen disebutkan bahwa auditor untuk melaksanakan audit sampai pada suatu
pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam
bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan
pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya
dalam praktek audit (SPAP, 2001). Dalam hal pengalaman, penelitian di bidang
psikologi yang dikutip oleh Jeffrey (1992) memperlihatkan bahwa akuntan
pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih baik
dalam tugas-tugas profesional dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang belum
berpengalaman.
Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah perusahaan,
maka seorang auditor harus mempunyai kompetensi yang baik untuk mengumpulkan
dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa memberikan opini yang tepat.
Auditor dituntut untuk melaksanakan skekptisisme profesionalnya sehingga auditor
dapat menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, karena
kemahiran profesional seorang auditor mempengaruhi ketepatan opini yang
diberikannya, sehingga tujuan auditor untuk memperoleh bukti yang kompeten yang
cukup dan memberikan basis yang memadai dalam merumuskan pendapat dapat
tercapai dengan baik.

Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut auditor


mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut. Dalam standar
pekerjaan lapangan butir ke 3 (tiga) disebutkan bahwa bukti kompeten yang cukup
harus diperoleh sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit.
Mengenai bukti audit, dalam praktik di Indonesia diduga ada pengertian yang
salah kaprah, yaitu bukti audit yang diartikan sebagai evidence dan bukan evidential
matter. Pengertian evidence dan evidential matter berbeda, hal ini dijelaskan oleh
Bambang Sudibyo (2000). Kalimat asli dari standar evidential matter adalah sebagai
berikut : sufficient competent evidential matter is to be obtain through inspection,
observation, inquiries and confirmation to afford a reasonable basis for an opinion
regarding the financial statements under examination(AICPA, 1980).
Berdasarkan pernyataan di atas masalah bukti (evidence) merupakan proses
yang sangat penting, karena bukti yang cukup kompeten diperoleh melalui
pemeriksaan, pengamatan, pernyataan, dan konfirmasi yang merupakan dasar yang
memadai untuk menyatakan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan.
Yang harus dicari oleh auditor dalam audit independennya menurut standar
ini adalah sufficient competent evidential matter atau evidential matter yang
kompeten dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Prosedur audit yang ditempuh
untuk memperoleh evidential matter yang seperti itu adalah audit fisik, dokumentasi,
observasi, inspeksi, konfirmasi, wawancara, akurasi mekanis dan prosedur analitis
(Alvin A. Arens, 2008). evidence harus diperoleh auditor untuk dipakai sebagai

basis intelektual dan moral dalam menyatakaan pendapatnya tentang laporan


keuangan yang diauditnya.
Apabila ini dapat disadari oleh profesi auditor di Indonesia, maka di dalam
rangka meningkatkan kualitas audit, pemahaman serta perilaku auditor dalam
mengumpulkan bukti-bukti audit harus menggunakan pengertian evidential matter,
yaitu pengumpulan bukti audit yang disertai dengan pemahaman dan keyakinan
moral yang penuh. Artinya, dalam proses pengumpulan bukti-bukti auditor harus
senantiasa memiliki dan memelihara skeptisisme profesionalnya terhadap semua
informasi dan pernyataan lisan maupun tertulis dari klien yang diauditnya, agar
diperolehnya, untuk dipergunakan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan.
Oleh karena bukti dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka skeptisisme
profesional harus digunakan selama proses tersebut. Dalam hal ini auditor tidak
menganggap bahwa manajemen adalah tidak jujur, namun juga tidak menganggap
bahwa kejujuran manajemen tidak dipertanyakan lagi (SPAP 2001 : SA seksi 230).
Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang
cukup untuk memberikan basis yang memadai baginya dalam merumuskan suatu
pendapat.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Mulitia
Sifajaya (2007), penelitian Mulitia Sifajaya menyimpulkan bahwa hipotesis yang
diajukan yaitu hipotesis nol atau null (Ho) menyatakan tidak adanya pengaruh
gender dan pengalaman auditor terhadap skeptisisme profesional auditor. Sedangkan
hipotesis alternatif (Ha) adalah lawan pertanyaan dari hipotesis nol yang
menunjukkan adanya pengaruh dari variabel siginfikan diantara variabel yang diuji.

Dengan hasil penelitian terdapat pengaruh gender dan pengalaman auditor terhadap
skeptisisme profesional auditor.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan variabel
kompetensi dan pengalaman auditor sebagai variabel independen. Peneliti
menggunakan variabel kompetensi karena menurut peneliti permasalahan mengenai
kompetensi akhir-akhir ini sudah menjadi topik hangat dalam perkembangan audit di
Indonesia. Kompetensi sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan
formal di bidang auditing dan akuntansi, pengalaman praktik yang memadai bagi
pekerjaan yang sedang dilakukan, serta mengikut pendidikan profesional yang
berkelanjutan. Selain itu, pengalaman auditor merupakan salah satu elemen penting
dalam tugas audit disamping pengetahuan. Namun, pada kenyataannya banyak
auditor yang memiliki pengalaman dan kompetensi yang kurang memadai
melakukan pemeriksaan laporan keuangan ketidakcermatan serta kurangnya sikap
kehati-hatian auditor (due professional care) yang tidak dipergunakan dengan baik,
sehingga seringkali terjadi kesalahan dalam melakukan pemeriksaan laporan
keuangan. Seperti yang terjadi dalam kasus Enron di mana pengalaman dan
kemampuan seorang auditor tidak memadai begitupun dengan sikap skeptisisme
profesionalnya yang tidak dipergunakan dengan baik dalam melakukan pemeriksaan
laporan keuangan. Maka secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap
eksistensi atau kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik di mana auditor tersebut
bertugas dan kepercayaan dari masyarakat akan berkurang.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis termotivasi untuk


melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengalaman dan Kompetensi
Auditor terhadap Skeptisisme Profesional Auditor

1.2

Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Bagaimana pengalaman auditor pada Kantor Akuntan Publik di Kota
Bandung.
2. Bagaimana kompetensi auditor yang pada Kantor Akuntan Publik di
Kota Bandung.
3. Bagaimana skeptisisme profesional auditor pada Kantor Akuntan Publik
di Kota Bandung.
4. Seberapa besar pengaruh pengalaman dan kompetensi auditor terhadap
skeptisisme profesional auditor secara parsial dan simultan pada Kantor
Akuntan Publik di Kota Bandung .

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1

Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sejumlah data dan

informasi yang relevan mengenai Pengaruh Pengalaman dan Kompetensi Auditor


terhadap Skeptisisme Profesional Auditor pada Kantor Akuntan Publik.

1.3.2

Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas, tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pengalaman auditor pada Kantor Akuntan Publik di
Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui kompetensi auditor pada Kantor Akuntan Publik di
Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui Skeptisisme Profesional Auditor pada Kantor Akuntan
Publik di Kota Bandung.
4. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman dan kompetensi auditor
terhadap skeptisisme profesional auditor secara parsial dan simultan pada
Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

1.4

Kegunaan Penelitian

1.4.1

Kegunaan Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu:


1. Penulis
Penelitian ini akan menambah wawasan/khazanah pengetahuan dan
keilmuan Penulis mengenai pengaruh pengalaman dan kompetensi
auditor terhadap skeptisisme profesional auditor.
2. Kantor akuntan publik

Penelitian ini akan memberikan gambaran bagaimana pengalaman dan


kompetensi auditor mempengaruhi skeptisisme profesional auditor.

1.4.2

Kegunaan Teoritis
Bagi pihak lain yang berminat dengan permasalahan pengalaman dan

kompetensi auditor terhadap skeptisisme profesional auditor Penelitian ini akan


menjadi bahan masukan bagi penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian pada beberapa Kantor
Akuntan Publik yang berlokasi di Kota Bandung. Untuk memperoleh data yang
diperlukan sesuai objek yang diteliti, maka penulis melaksanakan penelitian pada
waktu yang telah ditentukan oleh Kantor Akuntan Publik tersebut.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS

2.3.1

Kajian Pustaka

2.1.1

Pengalaman Auditor

2.1.1.1 Pengertian Pengalaman


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengalaman adalah suatu yang
dialami, dijalani, dirasai, ditanggung dan sebagainya.
Menurut Loehoer (2000) dalam Eunike (2007) dalam http:/digilib.unnes.ac.id
pengalaman merupakan akumulasi (gabungan) dari semua yang diperoleh melalui
berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam,
keadaan, gagasan dan pengimdraan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengalaman adalah gabungan dari
semua yang dialami, dijalani, dirasai, dan ditanggung melaui interaksi secara berulangulang dengan sesama benda, alam, keadaan, gagasan dan pengindraan serta sebuah
proses yang telah dihadapi dan diperoleh.

Kepribadian manusia pada saat tertentu merupakan hasil dari proses interaksi
dari bagian-bagian yang begitu intensif, sehingga membentuk satu kesatuan yang
utuh dan merupakan satu subjek dari pengalaman. Tetapi kepribadian terbentuk
setiap saat, sehingga didalam perjalanan hidupnya, pengalaman manusia akan selalu
bertambah.

49

Menurut American Acounting Associatian (AAA) dalam M. Guy (2002:18)


mendefinisikan pengalaman sebagai berikut:
Pengalaman adalah mensyaratkan pengalaman tertentu biasanya satu
atau dua tahun pengalaman praktik, sebagai pengalaman kerja dengan
kantor akuntan publik.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman biasanya
mensyaratkan satu atau dua tahun pengalaman praktik, sebagai pengalaman kerja
dengan kantor akuntan publik.

2.1.1.2 Pengertian Auditor


Suatu aktivitas audit dilakukan oleh seorang auditor untuk menemukan
suatu ketidakwajaran terkait dengan informasi yang disajikan. Menurut
International Standard of Organization (2002:19011) dikutip dalam Mulitia
Sifajaya (2007:26) bahwa auditor adalah orang yang memiliki kompetensi untuk
melaksanakan audit. Sedangkan menurut Standar Profesional Akuntan Publik
(2001:34) tentang auditor bahwa auditor dilaksanakan oleh seorang atau lebih
yang memilki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Pengertian auditor menurut Abdul Halim (2008:15) adalah sebagai
berikut:
Auditor adalah seseorang yang independen dan kompeten yang
menyatakan pendapat atau pertimbangan mengenai kesesuaian dalam

49

50

segala hal yang signifikan terhadap asersi atau entitas dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
Sedangkan Mulyadi (2009:130) mendefinisikan auditor adalah sebagai
berikut:
Auditor adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang pemeriksaan terhadap laporan
keuangan yang dibuat oleh klienya. Pemeriksaan tersebut terutama di
tujukan untuk memenuhi

kebutuhan para kreditur, calon kreditur,

investor, calon investor dan instansi pemerintah.


Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa auditor
merupakan orang yang sangat memegang peranan penting dalam aktivitas audit
dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan audit sesuai dengan standar
profesionalnya.

2.1.1.3 Pengalaman Auditor

Seorang auditor dituntut untuk memiliki banyak pengalaman di bidang


auditing dan akuntansi. Dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki, auditor
akan dapat memenuhi tuntutan pekerjaannya karena memiliki pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan yang dituntut dari pekerjaan tersebut. Pengalaman
yang dimiliki

auditor

akan

pengembangan tugas auditnya.

memberikan

kontribusi

yang tinggi

bagi

51

Menurut Mulyadi (2009:25) jika seseorang memasuki karier sebagai


akuntan publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi di bawah
pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Bahkan agar akuntan yang
baru selesai menempuh pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan
teknis dalam profesinya, pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurangkurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi
akuntan yang ingin memperoleh izin praktik dalam profesi akuntan publik (SK
Mentri Keuangan No.43/KMK.017/1997 tanggal 27 januari 1997).
Pengalaman merupakan salah satu elemen penting dalam tugas audit
disamping pengetahuan, sehingga tidak mengherankan apabila cara memandang
dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan antara
auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan berbeda,
demikian halnya dalam mengambil keputusan dalam tugasnya.
Menurut Tubbs (1992) dalam Ida Suraida (2005:119) jika akuntan
pemeriksa lebih berpengalaman maka auditor menjadi sadar terhadap lebih
banyak kekeliruan yang terjadi dan memiliki salah pengertian yang lebih sedikit
mengenai kekeliruan yang terjadi. Auditor menjadi lebih sadar mengenai
kekeliruan yang tidak lazim serta lebih menonjol dalam menganalisa hal-hal yang
berkaitan dengan penyebab kekeliruan. Pengalaman ternyata secara signifikan
mempengaruhi pembuatan keputusan audit pada waktu kompleksitas penugasan
dihadapi oleh auditor. Sedangkan Marchant G.A (1989) dan Davis (1996) dalam
Ida

Suraida

(2005:119)

menemukan

bahwa

akuntan

pemeriksa

yang

berpengalaman mampu mengindentifikasi secara lebih baik mengenai kesalahan-

52

kesalahan dalam telaah analitik. Akuntan pemeriksa yang berpengalaman juga


memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi
yang relevan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang
akuntan pemeriksa yang lebih berpengalaman akan lebih sadar terhadap
banyaknya kekeliruan yang terjadi dan mampu mengidentifikasi secara lebih baik
mengenai kesalahan-kesalahan serta memperlihatkan perhatian selektif yang lebih
tinggi terhadap informasi yang relevan.
Sedangkan yang menjadi dimensi atau indikator adalah tahapan-tahapan
pengalaman yaitu sebagai berikut :
1. Variasi bekerja sebagai auditor

Hughes (1996:34) mengemukakan bahwa :


Experience is not just a matter of what event happen to you, if also
depends on how you perceive those events.
Berdasarkan pendapat tersebut, pengalaman tidak hanya dipengaruhi oleh
apa yang terjadi pada kita, tetapi dipengaruhi pula oleh bagaimana kita
menanggapinya, termasuk juga bagaimana cara auditor dalam menanggapi tugas
auditnya.
Gibbins dan Waller & Felix (1984) dalam June Chung Gary S. Monroe
(2000:84) menyatakan bahwa lamanya bekerja sebagai auditor menghasilkan
struktur dalam proses penilaian auditor. Struktur-struktur ini adalah pengambilan
keputusan dengan menginterprestasikan arti dan implikasi infornasi-informasi
spesifik, struktur-struktur ini menentukan seleksi auditor memahami dan bereaksi

53

terhadap ruang lingkup tugas. Sedangkan menurut Scheonfeld & Hermann (1982)
dalam June Chung Gary S. Monroe (2000:84) menyatakan saat auditor junior
mengerjakan suatu tugas audit, ia belum memiliki struktur memori yang relevan
untuk dapat memeriksa dan memilah dengan memadai informasi-informasi yang
relevan dengan tugas yang dikerjakannya. Selain itu, ia juga belum dapat
menganalisa dan mengintergrasikan informasi pada suatu tingkat yang lebih dari
hanya sekedar fitur-fitur permukaan tugasnya saja akibatnya muncul hasil-hasil
penilaian yang kontradiktif. Sebaliknya, auditor yang berpengalaman memiliki
struktur memori yang sangat berguna membantu mereka dalam mengolah
informasi pada tingkat yang lebih abstrak. Sehingga dapat meminimalkan hasilhasil penilaian yang kontradiktif tersebut.
Variasi bekerja seorang auditor dapat dilihat dari Pelaksanaan tugas audit
yang biasa dihadapi oleh auditor yaitu dengan menfokuskan perilaku pada tugas,
auditor dapat lebih cepat membiasakan diri dengan tugas tersebut dan mereka juga
akan memperoleh lebih banyak pengetahuan yang berkaitan dengan tugas
tersebut. Dan wewenang tugas yang diberikan diantaranya pemberian wewenang
tugas yang diberikan kesempatan untuk dapat lebih memaksimalkan tugas, dalam
hal ini dapat berupa kesempatan untuk lebih mempertimbangkan keputusankeputsan yang akan diambil dalam waktu-waktu yang diperlukan.
2. Pendidikan Berkelanjut

Hughes (1996:41) mengemukakan bahwa :


Working with other who have different backgrounds, perspectives, or
agendas can often be a growth experiences.

54

Berdasarkan pendapat tersebut dan seiring dengan kemajuan teknologi dan


informasi, keterampilan auditor dituntut untuk berkembang. Salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya agar tidak tertinggal oleh berbagai
kemajuan teknologi adalah melalui program pendidikan dan pelatihan
berkesinambungan. Tidak dapat dipungkiri auditor memerlukan pelatihan dalam
bidang akuntansi dan auditing, serta bidang-bidang operasional lain yang
dibutuhkan oleh auditor dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, kemampuan
auditor harus ditingkatkan untuk mengantisipasi semua keadaan yang mungkin
dhadapi akibat kemajuan yang begitu pesat.
Secara formal, para auditor ini bisa mengikuti pendidikan berkelanjutan
yang diadakan diberbagai instansi atau lembaga pendidikan yang telah terukur
kualitasnya, seperti pendidikan profesi akuntansi (S1) dan megister akuntansi
(S2). Dalam pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan berkesinambungan
secara formal ini, misalnya pertemuan regular dengan auditor yang lain,
melakukan penelitian dalam bidang yang relevan, serta menghadiri seminar
tentang akuntansi dan auditing.
Auditor diharuskan mengikuti pendidikan berkelanjutan dengan tujuan
meningkatkan keahliannya. Auditor harus berusaha memperoleh informasi
tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan teknikteknik audit. Dengan diharapkan dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan,
auditor dapat meningkatkan keahliannya, ternasuk dalam hal mengumpulkan
bahan bukti audit.

55

Kesempatan yang diberikan oleh atasan dalam meningkatkan mutu kerja


dengan memberikan kesempatan memperoleh pendidikan bagi para auditor untuk
lebih mendalami ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat pula akan
meningkatkan kualitas dalam bekerja. Untuk mencapai dan mempertahankan
kompetensi professional, pengembangan standar untuk aktifitas pendidikan
profesi berkelanjutan formal telah disadari sangat penting dan perlu untuk
memenuhi kewajiban penyediaan jasa akuntan publik yang memuaskan kepada
masyarakat.

2.1.2

Kompetensi Auditor

2.1.2.1 Pengertian Kompetensi

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:2) mendefinisikan kompetensi


sebagai berikut:
Kompetensi adalah suatu kemampuan, keahlian (pendidikan dan
pelatihan), dan berpengalaman dalam mamahami kriteria dan dalam
menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung
kesimpulan yang akan diambilnya.

Alvin A. Arens et.all (2008:42) mendefinisikan kompetensi sebagai


berikut:
Kompetensi sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan
formal di bidang auditing dan akuntansi, pengalaman praktik yang memadai
bagi pekerjaan yang sedang dilakukan, serta mengikut pendidikan
profesional yang berkelanjutan.

56

Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001) menyebutkan
bahwa:
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Yulius Jogi Christiawan (2002:83) menyatakan bahwa:


Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang
dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam
melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang ahli di
bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan
pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam
praktik audit.

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) yang dikutip dari Simposium Nasional
Akuntansi X (2007:6) Kompetensi adalah:
Aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk
mencapai kinerja supervisor. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motifmotif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana
kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan
menghasilkan kinerja.

Pengertian kompetensi menurut Susanto (2000) dalam Simposium Nasional


Akuntansi X (2007:6), adalah:
Karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja
supervisor. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan serta kemampuan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan rutin.

57

2.1.2.2 Sudut Pandang Kompetensi

Kompetensi menurut De Angelo dalam Kusharyanti (2002:26) dapat


dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang auditor individual, audit
tim dan Kantor Akuntan Publik (KAP). Masing-masing sudut pandang akan
dibahas mendetail berikut ini:

a.

Kompetensi Auditor Individual


Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor. Untuk
melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan
pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai
bidang pengauditan, akuntansi dan industri klien. Selain itu
diperlukan juga pengalaman dalam melakukan audit. Seperti yang
dikemukakan oleh Libby dan Frederick (1990) bahwa auditor yang
berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas
laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik.

b.

c.

Kompetensi Audit Tim


Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa
jika pekerjaan menggunakan asisten maka harus disupervisi
dengan semestinya. Dalam suatu penugasan, satu tim audit
biasanya terdiri dari auditor junior, senior, manajer dan partner.
Tim audit ini dipandang sebagai faktor yang lebih menentukan
kualitas audit (Wooten, 2003). Kerjasama yang lebih baik antar
anggota tim, profesionalisme, persistensi, skeptisisme, proses
kendali mutu yang kuat, pengalaman dengan klien, dan
pengalaman industri yang lebih baik akan menghasilkan tim
audit yang berkualitas tinggi. Selain itu, adanya perhatian dari
partner dan manajer pada penugasan ditemukan memiliki
kaitan dengan kualitas audit.
Kompetensi dari Sudut Pandang KAP
Besaran KAP menurut Dies & Giroux (1992) diukur dari
jumlah klien dan persentase dari audit fee dalam usaha
mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada KAP
yang lain. Berbagai penelitian (misal De Angelo 1981,
Davidson dan Neu 1993, Dye 1993, Becker et.al 1998, Lennox
1999) menemukan hubungan positif antara besaran KAP dan

58

kualitas audit. KAP yang besar menghasilkan kualitas audit


yang lebih tinggi karena ada insentif untuk menjaga reputasi
dipasar. Selain itu, KAP yang besar sudah mempunyai jaringan
klien yang luas dan banyak sehingga mereka tidak tergantung
atau tidak takut kehilangan klien (De Angelo, 1981). Selain itu
KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang lebih
banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka,
membiayai auditor ke berbagai pendidikan profesi
berkelanjutan, dan melakukan pengujian audit daripada KAP
kecil.
Berdasarkan uraian di atas maka kompetensi dapat dilihat melalui berbagai
sudut pandang. Namun dalam penelitian ini akan digunakan kompetensi dari sudut
auditor individual, karena auditor adalah subjek yang melakukan audit secara langsung
dan berhubungan langsung dalam proses audit sehingga diperlukan kompetensi yang
baik untuk menghasilkan audit yang berkualitas.

2.1.2.3 Komponen Kompetensi Auditor


Komponen kompetensi untuk auditor terdiri atas:
a. Komponen Pendidikan
Pencapaian keahlian dalam akuntansi dan auditing dimulai dengan
pendidikan formal, yang diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit.
Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang professional, auditor harus
menjalani pelatihan teknis yang cukup (IAI 2001). Pendidikan dalam arti luas
meliputi pendidikan formal, pelatihan, atau pendidikan berkelanjutan.

b. Komponen Pengetahuan
Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seseorang auditor
karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak

59

pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga


dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu
auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang
semakin kompleks. (Meinhard et.al 1987 dalam Harhianto, 2004:35)
pengetahuan adalah suatu fakta atau kondisi mengetahui sesuatu
dengan baik yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan. Definisi
pengetahuan menurut ruang lingkup audit adalah kemampuan
penguasaan auditor atau akuntan pemeriksa terhadap medan audit
(penganalisaan terhadap laporan keuangan perusahaan).

c. Komponen Pelatihan
Pelatihan lebih yang didapatkan oleh auditor akan memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap perhatian kekeliruan yang terjadi (Noviyani 2002
dalam Yulius Jogi Christiawan 2005:68). Auditor baru yang menerima
pelatihan dan umpan balik tentang deteksi kecurangan menunjukan tingkat
skeptik dan pengetahuan tentang kecurangan yang lebih tinggi dan mampu
mendeteksi kecurangan dengan lebih baik dibanding dengan audit yang
tidak menerima perlakuan tersebut (Carpenter.et.al, 2002 dalam Yulius Jogi
Christiawan 2005:68). Seorang auditor menjadi ahli terutama melalui
pelatihan. Untuk meningkatkan kompetensi perlu dilaksanakan pelatihan
terhadap seluruh bidang tugas pemeriksaan.

60

2.1.3

Skeptisisme Profesional Auditor

2.1.3.1 Pengertian Skeptisisme

Skeptisisme atau mempertanyakan, ketidakpercayaan, dalam bahasa


Yunani skeptomai. Dalam penggunaan umumnya pengertian skeptisisme adalah
untuk melihat sekitar, untuk mempertimbangkan. Jika dilihat dari perbedaan ejaan
kata merujuk kepada:
1. suatu sikap keraguan atau disposisi untuk keraguan baik secara umum
atau menuju objek tertentu;
2. doktrin yang benar ilmu pengetahuan atau terdapat di wilayah tertentu
belum pasti; atau
3. metode ditangguhkan pertimbangan atau keraguan sistematis.
Istilah skeptisisme berasal dari kata yunani skeptomai yang secara
harfiah pertama-tama berarti saya pikirkan dengan seksama atau saya lihat
dengan teliti, kemudian dari situ diturunkan arti yang biasa dihubungkan dengan
kata tersebut, yakni saya meragukan. Para filsuf Yunani Kuno dibuat bertanyatanya oleh adanya beberapa gejala pengalaman keindraan, seperti ilusi, mimpi,
halusinasi yang kadang sulit dibedakan dari persepsi keindraan yang normal
terhadap benda-benda fisik. Pengalaman-pengalaman yang secara statistis tidak
biasa seperti itu menimbulkan pertanyaan dalam benak mereka tentang keandalan
persepsi indrawi dan dengan demikian memunculkan keraguan tentang

61

pengalaman perceptual yang kebanyakan orang begitu juga mengandaikan


kebenarannya (Luluk Masruroh 2010:05).
Dalam penelitian Quadackers, Groot, dan Wright (2007) mendefinisikan
pengertian Skeptisisme menurut ahli filosofi Kurtz (1999:21) sebagai berikut:
sketikos means to consider or xamine. Skepsis means inquiry and doubt,
skeptics means seeking clarifications and definition, demanding reason,
evidence, or proof.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa skeptisisme merupakan
sikap seseorang untuk mempertimbangkan, menilai dari suatu kejadian untuk mencari
nilai kebeneran dari kejadian tersebut, berusaha untuk mencari bukti, klarifikasi dan
penyesuaian dengan berbagai perspektif dan argumen.

2.1.3.2

Pengertian Profesional

Profesionalisme tidak terlepas dari konsep profesional secara umum. Asal


usul arti profesional berasal dari bahasa yunani prophaino yang menyatakan
secara publik, dalam bahasa latin disebut

profession di mana dua kata ini

mempunyai pengertian bahwa dalam mejalankan pekerjaanya seseorang harus


memenuhi persyaratan tertentu yang dapat di nilai oleh masyarakat umum
(publik) atas suatu pekerjaan tertentu.
Dari pengertian tersebut maka berkembang istilah profesionalisme yaitu
standar perilaku yang diterapkan para profesional dalam menjalankaan profesinya,
profesionalisme menuntut kemampuan yang tinggi, pemikiran dan sikap mental

62

yang berorientasi pada keinginan untuk melakukan atau menghasilkan yang


terbaik. Profesionalisme berarti suatu usaha untuk mempertahankan kualitas suatu
hasil pekerjaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002).
Mulyadi (2009:78) mendefinisikan profesionalisme adalah sebagai berikut:
Profesionalisme adalah bertanggung jawab untuk berprilaku lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab yang di bebankan kepadanya dan lebih dari sekedar
memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat.

Sedangkan Alvin A. Arens et.all (2008:105) mendefinisikan profesionalisme


sebagai berikut:
Profesionalisme adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan
peraturan masyarakat.
Auditor yang profesional dalam melakukan pemeriksaan diharapkan akan
menghasilkan audit yang memenuhi standar

yang ditetapkan organisasi.

Profesional yang harus ditanamkan kepada auditor dalam menjalankan fungsinya


yang antara lain dapat melalui pendidikan dan latihan penjenjangan, seminar, serta
pelatihan yang bersifat kontinyu. Alasan utama mengharapkan tingkat prilaku
profesional yang tinggi oleh setiap profesi, tanpa memandang individu yang
menyediakan jasa tersebut, bagi akuntan publik kepercayaan klien dan pemakai
laporan keuangan eksternal atas kualitas audit dan jasa lainya sangatlah penting.

63

2.1.3.3 Pengertian Skeptisisme Profesional


AICPA mendefinisikan sikap skeptis profesional sebagai perilaku dalam audit
untuk mempertanyakan dan menilai secara kritis atas bahan bukti audit tanpa terobsesi
menjadi kecurigaan yang berlebihan. Di mana auditor dapat diharapkan menggunakan
sikap skeptis profesional dalam prosedur dan pengumpulan informasi untuk
membuktikan asersi yang telah dibuat oleh manajemen klien (AU 316 AICPA).
Menurut AICPA skeptisisme profesional didefinisikan sebagai berikut:
professional skepticism in auditing implies an attitude that includes a
questioning mind and critical assessment of audit evidence without being
obsessively suspicious or skeptical. The auditors are expected to exercise
professional skepticism in conducting the audit, and in gathering evidence
sufficient to support or refuse managements assertion (AU 316 AICPA).

Dari pernyataan di atas, terdapat tiga poin penting yang merupakan prinsip
utama skeptisisme profesional auditor dalam penugasan audit diantaranya sebagai
berikut:
1. Sebagai seorang profesional, auditor di minta untuk bersikap skeptis profesional
dengan selalu mempertanyakan dan menilai secara kritis atas bukti audit.
2. Seorang auditor di minta untuk bersikap skeptic professional dalam proses audit
untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi kompetensi dari bukti audit yang
sudah dikumpulkan secara objektif.
3. Seorang auditor di minta untuk tidak berasumsi bahwa manajemen klien
sepenuhnya jujur atau tidak jujur sama sekali. Auditor di minta untuk iak merasa

64

puas atas bukti audit yang persuasif karena tidak percaya akan asersi yang
dibuat manajemen klien.
Sedangkan SPAP 2001 : SA seksi 230 mendefinisikan skeptisisme professional
sebagai berikut:
Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis. Auditor menggunakan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi
akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan
maksud baik dan intergritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara
objektif.

Skeptsisme profesional berakar dari konsep keberatan. Para auditor diharapkan


untuk dapat cukup skeptis mengenai motif-motif manajer dan akurasi dari neraca serta
pengungkapan yang dibuat oleh manajemen. Deutsch (1986) dan Shaub (1996) dalam
Mulitia Sifajaya (2007:48) mendefinisikan pilihan yang mencurigakan sebagai suatu
pilihan untuk terlibat dalam perilaku untuk mencegah dan mengurangi konsekuensi dari
perilaku orang lain. Perilaku pencegahan adalah konsisten dengan tanggung jawab
auditor, pencegahan yang dilakukan oleh auditor salah satunya adalah mengawasi sikap
dan perilaku manajemen ketika sedang dilakukan pengujian audit.
Pengujian audit adalah berhubungan secara langsung dengan kecurigaan atau
skeptisisme profesional yang berhubungan dengan kepercayaan antara auditor dengan
klien adalah sangat penting. Kecurigaan menegaskan sikap auditor menurut Statemen
on Auditing Standards no. 53 : Di dalam melakukan prosedur-prosedur dan

65

mengumpulkan masalah-masalah bukti, auditor secara terus menerus melakukan sikap


skeptisisme profesional (AICPA 1988, alinea 21).
Resiko yang paling menggangu di dalam audit yang dipandang dari sudut
pandang kecurigaan adalah tekanan dari pada kepercayaan, sehingga seorang auditor
harus dapat mengambil tindakan-tindakan sebagai respon langsung terhadap kecurigaan
terhadap klien. Langkah-langkahnya adalah rancangan atau perluasan berdasarkan
indikasi-indikasi bahwa audit harus melakukan tingkat skeptisisme professional yang
cukup.
International Federation of Accountants (IFAC) medefinisikan professional
skepticism dalam konteks evidence assessment atau penilaian atas bukti audit. Menurut
IFAC pengertian skeptisisme profesional adalah sebagai berikut:
skepticism means the auditor makes a critical assessment, with a questioning
mind, of the validity of audit evidence that contradicts or brings into question the
reliability of documents and responses to inquiries and other information
obtained from management end those charged with govermance (ISA 200.16).

Unsur-unsur skeptisisme profesional dalam definisi menurut IFAC adalah sebagai


berikut:
1. A critical assessment yaitu ada penilaian kritis, tidak menerima begitu saja
2. With a questioning mind yaitu dengan cara berfikir yang terus menerus
bertanya dan mempertanyakan
3. Of the validity of audit evidence obtained yaitu kesahhan dari bukti audit
yang diperoleh

66

4. Alert to audit evidence that realibility contradicts yaitu waspada terhadap


bukti audit yang kontraktif
5. Brings into question the realibility of documents and responses to inquiries
and other information yaitu mempertanyakan keandalan dokumen dan
jawaban atas pertanyaan serta informasi lain
6. Obtained from management and those charged with govermance yaitu hal
yang diperoleh dari manajemen dan mereka yang berwenang dalam
pengelolaan (perusahaan)
Menurut Bell et all (2005) dan Nelson (2007) dalam Mulitia Sifajaya (2007:49),
skeptisisme profesional didasarkan pada keraguan dugaan. Dengan demikian pula,
menurut McMillan dan white (1993) mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai
kepekaan auditor terhadap bukti mengurangi resiko gagal mendeteksi kesalahan
material. Pandangan tentang skeptisisme profesional tersebut mendefinisikan bahwa
skeptisisme profesional auditor merupakan kecenderungan individu untuk menunda dan
menyelesaikan sampai bukti-bukti dukungan yang tersedia cukup untuk salah satu
alternatif atau penjelasan atas orang lain.
Shaub dan Lawrence (1996) mendefinisikan model skeptisisme profesional
sebagai fungsi dari faktor disposisi etis, pengalaman sebelumnya dan faktor situasional.
Fokus mereka yaitu pada kurangnya kepercayaan dan mengkategorikan pertanyaan
yang merupakan ukuran skeptisisme profesional menajdi tiga kategori perilaku yaitu
pikiran yang mencurigakan, tambahan pengujian dan tindakan konfrontatif.
Dalam penelitiannya, Hurt et.all (2008) menguji secara eksperimen level bawaan
skeptisisme profesional terhadap perilaku skeptis auditor dalam pengumpulan bukti

67

audit. Hurt et.all (2008) mengembangkan teori dari IFAC dan beberapa penelitian
sebelumnya untuk dapat merumuskan karakteristik skeptisisme profesional auditor.
Dari keenam poin penting yang diberikan oleh IFAC, Hurt et.all (2008:48)
membaginya ke dalam tiga kelompok karakteristik yaitu memeriksa dan mengujibukti
(examination of evidence), memahami penyedia informasi (understanding evidence
providers), dan mengambil tindakan atau bukti (acting on the evidence).
Adapun penjelasan lebih lanjut tentang karakteristik skeptisisme profesional
auditor menurut Hurt, Eining, dan Plumplee (2008:48) diantaranya sebagai berikut:
1. Memeriksa dan menguji bukti (examination of evidence)
Karakteristik yang berhubungannya diantaranya adalah:
a) Pikiran yang selalu bertanya (questioning mind) yaitu karakteristik yang
mempertanyakan alasan, penyesuaian, dan pembuktian atas sesuatu.
b) Suspensi pada penilaian (suspension on judgement) yaitu karakteristik yang
mengindikasikan seseorang butuh waktu yang lebih lama untuk membuat
perimbangan yang matang dan menambah informasi tambahan untuk
mendukung pertimbangan tersebut.
c) Pencarian pengetahuan (search for knowledge) yaitu karakteristik yang
didasari oleh rasa ingin tahu (curiousity) yang tinggi.
2. Memahami penyedia informasi (understanding evidence providers)
Karakteristik yang berhubungan adalah pemahaman interpersonal (interpersonal
understanding) yaitu karater skeptis seseorang yang dibentuk dari pemahaman tujuan,
motivasi, dan intergritas dari penyedia informasi.

68

3. Mengambil tindakan atas bukti (acting on the evidence)


Karakteristik yang berhubungan diantaranya adalah:
a) Percaya diri (self confidence) yaitu percaya diri secara profesional untuk
bertindak atas bukti yang sudah dikumpulkan.
b) Penetuan sendiri (self determination) yaitu sikap sesorang untuk
menyimpulkan secara objektif yang sudah dikumpukan.

2.1.3.4 Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional (due professional care)


Kecermatan dan kehati-hatian profesional (due professional care) merupakan
salah satu standar auditing yang berlaku umum. Dalam standar umum nomor tiga
dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Siti Kurnia
(2010:42) mengungkapkan bahwa penggunaan kemahiran profesional dengan cermat
dan seksama menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam
organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan
standar pelaporan.
Menurut Alvin A. Arens., Elder, Randal., and Beasley, Mark S (2008:43)
kecermatan mencangkup pertimbangan mengenai kelengkapan dokumentasi audit,
kecukupan bukti audit, serta ketepatan laporan audit. Sebagai profesional auditor tidak
boleh bertindak ceroboh atau dengan niat buruk tetapi mereka tidak juga diharapkan
selalu sempurna.

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat

dan seksama

memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan

69

keuangan bebas dari salah saji material, baik karena kekeliruan maupun
kecurangan (Siti Kurnia, 2010:42).
Jadi penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
memungkinkan seorang auditor memiliki sikap skeptisisme profesional yang tinggi
sehingga auditor menggunakan pengetahuan, keterlampilan, dan kemapuan yang
dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksakan dengan cermat dan seksama.
Kercermatan dan kehati-hatian profesional sangat penting dilaksanakan oleh seorang
auditor yang memiliki sikap skeptisisme profesional yang tinggi, untuk memperoleh
keyakinan yang memadai tanpa ada kekeliruan mamupun kecurangan. Kemahiran
profesional dengan cermat dan seksama menekankan tanggung jawab setiap profesional
yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Di mana auditor dapat diharapkan menggunakan sikap
skeptisisme

profesional

dalam

prosedur

dan

pengumpulan

informasi

untuk

membuktikan asersi yang telah dibuat oleh manajemen klien.

2.1.4

Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor


Pengalaman seorang auditor dalam profesi akuntan publik dapat dilihat dari

lamanya dia bekerja dan banyaknya jumlah tugas pemeriksaan (assigment) yang pernah
dilakukan. Dalam SK Mentri Keuangan No.43/KMK.017/1997 tanggal 27 januari 1997,
yang menyatakan bahwa pemerintah mensyaratkan pengalaman sekurang-kurangnya 3
tahun untuk menjadi auditor yang berpengalaman dan profesional serta izin praktik
akuntan publik.

70

Menurut Tubbs (1992) dan Davis (1996) dalam Ida Suraida (2005:119)
Akuntan pemeriksa menjadi lebih berpengalaman maka auditor menjadi sadar
terhadap lebih banyak kekeliruan yang terjadi dan memiliki salah pengertian yang
lebih sedikit mengenai kekeliruan yang terjadi. Auditor menjadi lebih sadar
mengenai kekeliruan yang tidak lazim serta lebih menonjol dalam menganalisa
hal-hal yang berkaitan dengan penyebab kekeliruan. Pengalaman ternyata secara
signifikan mempengaruhi pembuatan keputusan audit pada waktu kompleksitas
penugasan dihadapi oleh auditor. Akuntan pemeriksa yang berpengalaman juga
memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi
yang relevan.
Menurut Butt (1988) dalam Maghfirah Gusti (2006) memperlihatkan
dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat
judgement yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada
auditor yang kurang berpengalaman. Jadi seorang auditor yang lebih
berpengalaman akan lebih tinggi tingkat skeptisisme profesionalnya dibandingkan
dengan auditor yang kurang berpengalaman. Berkaitan dengan skeptisisme ini,
penelitian yang dilakukan Kee & Knoxs (1970) yang menggambarkan
skeptisisme profesional sebagai fungsi dari disposisi etis, pengalaman dan faktor
situasional. Yurniwati (2004) menyatakan bahwa faktor etika, faktor situasi audit,
pengalaman dan keahlian audit memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhadap skeptisisme profesional auditor.
(Sumber : smartaccounting.files.wordpress.com)

71

Dari beberapa pernyataan di atas dinyatakan bahwa auditor yang memiliki


pengalaman lebih lama dalam menjalakan audit dan sudah melewati banyak tugas
pemeriksaan, dapat mendeteksi kekeliruan yang terjadi dan lebih peka terhadap
informasi yang diperoleh untuk ketepatan pemberian opini audit. Serta seorang
auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat skeptisisme
profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman.
Sehingga terlihat adanya hubungan antara pengalaman auditor dengan skeptisisme
professional auditor yang menuntut auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan
yang terjadi melalui pemikiran kritis atas informasi yang diperoleh dan
menggambarkan bahwa skeptisisme profesional sebagai fungsi dari disposisi etis,
pengalaman dan faktor situasional.

2.1.5

Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor


Seorang auditor harus memiliki tingkat kemahiran umum yang dimiliki oleh

auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterlampilan tersebut dengan


kecermatan dan seksama yang wajar. Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara
objektif menuntut auditor mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti
tersebut. Oleh karena itu bukti dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka
skeptisisme professional harus digunakan selama proses tersebut. Penggunaan
kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material,baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Dengan tujuan untuk
memperoleh bukti yang kompeten yang cukup untuk memberikan basis yang memadai
dalam merumuskan suatu pendapat.

72

Menurut (SPAP 2001 : SA seksi 230) menyatakan sebagai berikut:


penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menuntut
auditor untuk melaksanakan skeptisisme profesional. Skeptisisme professional
adalah sikap yang mencangkup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis. Auditor menggunakan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk
melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan integritas,
pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif.

Dari pernyataan di atas dinyatakan bahwa auditor yang dengan pengetahuan,


pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang memadai dan dapat melakukan audit
secara objektif dan cermat. Bukti dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka
skeptisisme professional harus digunakan selama proses tersebut. Sehingga terlihat
adanya hubungan antara kompetensi auditor dengan skeptisisme profesional auditor,
yang mengharuskan penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama
dan menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisisme professional, dengan tujuan
untuk memperoleh bukti yang kompeten yang cukup untuk memberikan basis yang
memadai dalam merumuskan suatu pendapat.

2.1.6

Pengaruh Pengalaman dan Kompetensi Auditor Terhadap Skeptisisme


Profesional Auditor
Auditor merupakan profesi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan keandalan

atas laporan keuangan yang dibuat oleh sebuah perusahaan sehingga dapat
memberikan informasi yang handal dan reliabel kepada pihak yang berkepentingan atas
laporan keuangan tersebut. Dalam menjalankan tugas, tentunya para auditor harus

73

patuh terhadap Standar Profesional Akuntan Publik yang diatur dalam SA seksi 230.
SPAP merupakan sebuah standar mutu bagi auditor, di mana seorang auditor harus
memiliki tingkat kemahiran umum yang dimiliki oleh auditor pada umumnya dan harus
menggunakan keterlampilan tersebut dengan kecermatan dan seksama yang wajar.
SPAP 2001 SA seksi 230 menyatakan sebagai berikut:
penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menuntut
auditor untuk melaksanakan skeptisisme profesional. Skeptisisme professional
adalah sikap yang mencangkup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis. Auditor menggunakan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk
melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan integritas,
pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif.

Selain itu, pengalaman auditor Menurut Butt (1988) dalam Maghfirah


Gusti (2006) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang
berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih baik dalam tugastugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Jadi seorang
auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat skeptisisme
profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman.
Berkaitan dengan skeptisisme ini, penelitian yang dilakukan Kee & Knoxs
(1970) yang menggambarkan skeptisisme profesional sebagai fungsi dari disposisi
etis, pengalaman dan faktor situasional. Yurniwati (2004) menyatakan bahwa
faktor etika, faktor situasi audit, pengalaman dan keahlian audit memiliki
hubungan yang positif dan signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor.

74

Semakin berpengalaman seorang auditor dalam melaksanakan pekerjaannya


dalam mendeteksi kecurangan maka akan semakin kritis dalam melakukan
pengujian bukti audit. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk sikap skeptis
seorang auditor. Sehingga terlihat bahwa kedua variabel tersebut akan sama-sama
berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor.
(Sumber : smartaccounting.files.wordpress.com)

2.1.7

Tinjauan Penelitian Terdahulu


Pencarian dari wacana penelitian terdahulu dilakukan sebagai upaya

memperjelas

tentang

variabel-variabel

dalam

penelitian

ini, sekaligus

untuk

membedakan peneliti ini dengan peneliti sebelumnya. Umumnya kajian yang dilakukan
oleh peneliti-peneliti dari kalangan akademis dan telah mempublikasikannya pada
beberapa jurnal cetakan dan jurnal online (internet). Tentang pengalaman, kompetensi
auditor, dan skeptisisme profesional auditor.

75

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Peneliti Terdahulu


No.

Penulis

Tahun

Judul Penelitian

1.

Ida Suraida

2005

2.

Mulitia SifaJaya

2007

Pengaruh Gender dan


Pengalaman Auditor
Terhadap Skeptisisme
Profesional Auditor

3.

Maghfirah Gusti

2006

Hubungan
Skeptisisme
Profesional Auditor
dan Situasi Audit,
Etika, Pengalaman
serta Keahlian Audit
dengan Ketepatan
Pemberian Opini
Auditor oleh Akuntan
Publik

Pengaruh Etika,
Kompetensi,
Pengalaman Auditor
dan Resiko Audit
Terhadap Skeptisisme
Profesional Auditor
dan Ketepatan
Pemberian Opini
Akuntan Publik.

Sumber : Mulitia Sifa Jaya (2007:08)

Hasil Penelitian
Etika, kompetensi,
pengalaman auditor dan
resiko audit berpengaruh
secara parsial dan silmultan
terhadap skeptisisme
professional auditor.

Gender dan pengalama


auditor berpengaruh terhadap
skeptisisme professional
auditor.secara bersama-sama
gender dan pengalaman
auditor memberikan
sumbangan terhadap variabel
terikat sebesar 43,7%
sedangkan sisanya 56,3%
dipengaruhi oleh faktor lain
di luar model
Terdapat hubungan yang
signifikan antara skeptisisme
profesional auditor dengan
pemberian opini auditor leh
akuntan publik. Situasi audit
dan pengalaman memiliki
hubungan positif dengan
permberian opini auditor oleh
akuntan publik sedangakan
etika dan keahlian audit
memilki hubungan negatif
terhadap pemberian opini
auditor oleh akuntan publik.

76

2.2

Kerangka Pemikiran
Akuntan Publik atau auditor merupakan profesi yang berkembang sesuai dengan

perkembangan dunia bisnis. Laporan auditor yang berisi pendapat tentang asersi yang
dibuat oleh manajemen (klien) yang merupakan sebuah dasar keputusan para investor
untuk menanamkan modalnya di sebuah perusahaan. Seperti yang dikemukakan oleh
Mulyadi (2009:04) bahwa profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan
masyarakat, dari profesi inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak
memihak kepada informasi yang disajikan manajemen perusahaan dalam laporan
keuangan.
Masyarakat dalam hal ini adalah para investor yang tentunya menginginkan
auditor untuk dapat meningkatkan keandalan dari informasi keuangan yang dibuat oleh
manajemen. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap kualitas jasa seorang auditor, maka seorang auditor harus memiliki sikap
profesional dalam menjalakan kegiatan audit. Menurut Kamus Bahasa Indonesia yang
dikutip dalam ensiklopedia

Ekonomi Bisnis dan Manajemen buku dua (1997)

menyatakan bahwa profesionalisme berarti bidang dan pekerjaan yang dilandasi


keahlian dan pendidikan khusus. Profesionalisme auditor dapat terwujud jika auditor
tersebut melaksanakan standar auditing yang telah ditentukan.
Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor dalam
memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan
(Siti Kurnia, 2010:42). Standar umum nomor tiga menyebutkan bahwa auditor harus
menerapkan kemahiran professional dalam melaksanakan audit dan menyusun laporan.
Standar ini berhubungan dengan penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan

77

seksama (dua care)

yang menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisisme

profesional.
AICPA mendefinisikan sikap skeptis profesional sebagai perilaku dalam audit untuk
mempertanyakan dan menilai secara kritis atas bahan bukti tanpa terobsesi menjadi
kecurigaan yang berlebih. Di mana auditor diharapkan menggunakan sikap skeptis
profesional dalam prosedur dan pengumpulan informasi untuk membuktikan asersi yang
telah dibuat oleh manajemen klien (AU 316 AICPA).
Menurut Hurt, Eining, dan Plumplee (2008:48) karakteristik skeptisisme
professional dibentuk oleh beberapa fakor yaitu sebagai berikut:
1.

Memeriksa dan menguji bukti (examination of evidence)

2.

Memahami penyediaan informasi (understanding evidence providers)

3.

Mengambil tindakan atas bukti (acting on the evidence)

Selanjutnya, menurut Hurt et.all karakteristik yang berhubungan dengan


pemeriksaan dan pengujian bukti (examination of evidence) terdiri dari:
a) Pikiran yang selalu bertanya (questioning mind) yaitu karakteristik yang
mempertanyakan alasan, penyesuaian, dan pembuktian atas sesuatu.
b) Suspensi pada penilaian (suspension on judgement) yaitu karakteristik
yang mengindikasikan seseorang butuh waktu yang lebih lama untuk
membuat perimbangan yang matang dan menambah informasi tambahan
untuk mendukung pertimbangan tersebut.
c) Pencarian pengetahuan (search for knowledge) yaitu karakteristik yang
didasari oleh rasa ingin tahu (curiousity) yang tinggi.

78

Sedangkan karakteristik yang berhubungan dengan penyedia informasi


(understanding evidence providers) adalah pemahaman interpersonal (interpersonal
understanding) yaitu karakter skeptis seseorang yang di bentuk dari pemahaman tujuan,
motivasi, dan intergrasi dari penyedia informasi.
Dan karekteristik yang berhubungan dengan tindakan atas bukti (acting on the
evidence) diantaranya adalah:
a)

Percaya diri (self confidence) yaitu percaya diri secara profesional untuk
bertindak atas bukti yang sudah dikumpulkan.

b)

Penetuan sendiri (self determination) yaitu sikap sesorang untuk


menyimpulkan secara objektif yang sudah dikumpukan.

Sekeptisisme profesional tentunya harus di dukung pula oleh pengalaman dari


auditor itu sendiri . Menurut Alvin Arens et.all (2008:42) auditor harus secara teknis
memenuhi kualifikasi dan berpengalaman dalam berbagai industri tempat klien audit
berkecimpung. Maka, pengalaman seorang auditor merupakan hal yang sangat penting
untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan.
Menurut mulyadi (2009:25) jika seorang memasuki karir sebagai akuntan
publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan akuntan
senior yang lebih berpengalaman. Bahkan agar akuntan yang baru selesai menempuh
pendidikan formalnya dapat segera menjalani pelatihan teknis dalam profesinya.
Pemerintah mensyaratkan pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai
akuntan dengan reputasi baik di bidang audit bagi akuntan yang ingin memperoleh izin
praktik dalam profesi akuntan publik (SK Mentri Keuangan No.43/KMK.017/1997 tanggal
27 januari 1997).

79

Hughes (1996:34) mengemukakan bahwa :


Experience is not just a matter of what event happen to you, if also
depends on how you perceive those events.
Berdasarkan pendapat tersebut, pengalaman tidak hanya dipengaruhi oleh
apa yang terjadi pada kita, tetapi dipengaruhi pula oleh bagaimana kita
menanggapinya, termasuk juga bagaimana cara auditor dalam menanggapi tugas
auditnya.
Gibbins dan Waller & Felix (1984) dalam June Chung Gary S. Monroe (2000:84)
menyatakan bahwa lamanya bekerja sebagai auditor menghasilkan struktur dalam
proses penilaian auditor. Struktur-struktur ini adalah pengambilan keputusan dengan
menginterprestasikan arti dan implikasi infornasi-informasi spesifik, struktur-struktur ini
menentukan seleksi auditor memahami dan bereaksi terhadap ruang lingkup tugas

Hughes (1996:41) mengemukakan bahwa :


Working with other who have different backgrounds, perspectives, or
agendas can often be a growth experiences..
Berdasarkan pendapat tersebut dan seiring dengan kemajuan teknologi
dan informasi, ketrelampilan auditor dituntut untuk berkembang. Salah satu cara
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya agar tidak tertinggal oleh
berbagai kemajuan teknologi adalah melalui program pendidikan dan penelatihan
berkesinambungan. Tidak dapat dipungkiri auditor memerlukan pelatihan dalam
bidang akuntansi dan auditing, serta bidang-bidang operasional lain yang
dibutuhkan oleh auditor dalam menjalankan tugasnya. Selain itu, kemampuan

80

auditor harus ditingkatkan untuk mengantisipasi semua keadaan yang mungkin


dhadapi akibat kemajuan yang begitu pesat.
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:2) menyatakan bahwa
kompetensi sebagai berikut:
kompetensi adalah suatu kemampuan, keahlian (pendidikan dan
pelatihan), dan berpengalaman dalam mamahami kriteria dan dalam
menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung
kesimpulan yang akan diambilnya.

Kompetensi

auditor

adalah

auditor

yang

dengan

pengetahuan,

pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang memadai dan dapat melakukan audit
secara objektif dan cermat. Dalam melaksanakan proses audit, auditor
membutuhkan pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang baik
karena dengan hal itu auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan
dan laporan keuangan kliennya dan akan menghasilkan kualitas audit yang baik.
Untuk menghasilkan audit yang berkualitas seorang akuntan publik yang bekerja
dalam suatu tim di tuntut untuk memiliki kompetensi yang cukup.
Komponen kompetensi untuk auditor terdiri atas:
a. Komponen Pendidikan
Pencapaian keahlian dalam akuntansi dan auditing dimulai dengan
pendidikan formal, yang diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit.
Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang professional, auditor harus
menjalani pelatihan teknis yang cukup (IAI 2001). Pendidikan dalam arti luas
meliputi pendidikan formal, pelatihan, atau pendidikan berkelanjutan.

81

b. Komponen Pengetahuan
Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seseorang auditor
karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak
pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga
dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu
auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang
semakin kompleks. (Meinhard et.al 1987 dalam Harhianto, 2004:35)
pengetahuan adalah suatu fakta atau kondisi mengetahui sesuatu
dengan baik yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan. Definisi
pengetahuan menurut ruang lingkup audit adalah kemampuan
penguasaan auditor atau akuntan pemeriksa terhadap medan audit
(penganalisaan terhadap laporan keuangan perusahaan).
c. Komponen Pelatihan

Pelatihan lebih yang didapatkan oleh auditor akan memberikan


pengaruh yang signifikan terhadap perhatian kekeliruan yang terjadi
(Noviyani 2002 dalam Yulius Jogi Christiawan 2005:68). Auditor baru
yang menerima pelatihan dan umpan balik tentang deteksi kecurangan
menunjukan tingkat skeptik dan pengetahuan tentang kecurangan yang
lebih tinggi dan mampu mendeteksi kecurangan dengan lebih baik.

82

Berdasarkan uraian di atas, maka disusun suatu skema kerangka pemikiran


sebagai berikut:

Pengalaman Auditor (X1)


-

Skeptisisme Profesional Auditor


(Y)
1. Memeriksa dan menguji buki
(examination of evidence) :

Variasi lama bekrerja


Pendidikan berelanjutan

Pikiran yang selalu bertanya


(questioning mind)
Suspensi
pada
penilaian
(suspension on judgement)
Pencarian
pengetahuan
(search for knowledge)

Hughes (1996:34,41)

Kompetensi Auditor (X2)


Pendidikan
Pengetahuan
Pelatihan

2. Memahami penyedia informasi


(understanding
evidence
providers)
:
pemahaman
interpersonal
(interpersonal
understanding).
3. Mengambil tindakan atas bukti
(acting on the evidence) :
Percaya diri (self confidence)
Penetuan
diri
(self
determination)

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati


(2010:2)

Hurt, Eining, dan plumplee


(2008:48)

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

83

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai


berikut:
1. Jika auditor independen memilki pengalaman yang tinggi maka tingkat
skeptisisme profesional auditor akan tinggi.
2. Jika auditor independen memiliki kompetensi yang tinggi maka tingkat
skeptisisme profesional auditor akan tinggi .
3. Jika auditor independen memiliki pengalaman dan kompetensi maka tingkat
skeptisisme profesional auditor akan tinggi.

84

BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1

Metode Penelitian yang Digunakan


Sugiyono (2010:5) mendefinisikan metode penelitian sebagai berikut:
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian survei yang

menurut Sugiyono (2010:7) sebagai berikut:


Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang
diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian
relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis
maupun psikologis.
Penelitian survei dilakukan untuk membuat generalisasi dari sebuah
pengamatan dan hasilnya akan lebih akurat jika menggunakan sampel yang
representatif.

3.1.1

Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Pengalaman,

Kompetensi Auditor dan Skeptisisme Profesional Auditor pada beberapa kantor


akuntan publik di kota Bandung.

3.2.1

Pendekatan Penelitian

85

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan penulis adalah penelitian


deskriptif asosiatif.
Sugiyono (2010:53) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah sebagai
berikut:
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkannya dengan variabel lain.
Sugiyono (2010:55) mendefinisikan penelitian asosiatif sebagai berikut:
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini maka
akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
asosiatif merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat serta
hubungan yang lebih mendalam antara dua variabel dengan cara mengamati
aspek- aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data sesuai dengan
masalah yang ada tujuan penelitian, di mana data tersebut diolah, dianalisis, dan
diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari sehingga data
tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.

91

3.3.1

Model Penelitian
Model penelitian ini merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang

sedang diteliti. Dalam hal ini sesuai dengan judul skripsi yang penulis kemukakan
maka model penelitian ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut :

Pengalaman Auditor
(X1)
Skeptisisme Profesional Auditor
(Y)
Kompetensi Auditor
(X2)
Keterangan :

Pengaruh Parsial

Pengaruh Simultan

Gambar 3.1 Diagram Struktur Penelitian


Bila dijabarkan secara matematis, maka hubungan dari variabel tersebut
adalah :
Y = f (X1, X2,)
Di mana :
X1

= Pengalaman Auditor

X2

= Kompetensi Auditor

= Skeptisisme Profesional Auditor

= Fungsi

3.4.1

Instrumen Peneltian
Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.

Menurut Sugiyono (2010,146) Instrumen penelitian adalah:

91

Suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun


sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel
penelitian.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam proses penelitian
guna memperoleh data pendukung dalam melakukan suatu penelitian. Instrumen
penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian adalah beberapa daftar
pertanyaan serta kuesioner yang disampaikan dan diberikan kepada masingmasing responden yang menjadi sampel dalam penelitian pada saat observasi dan
wawancara. Instrumen ini memiliki peranan serta kegunaan yang sangat penting
dikarenakan bila kita tidak mempunyai instrumen dalam mendapatkan data
penelitian, maka dapat mengakibatkan kita salah dalam mengambil kesimpulan
dalam penelitian serta mengalami kesulitan dalam melakukan pengelompokan dan
pengolahan data yang relevan dalam penelitian tersebut.
Instrumen penelitian dengan metode kuesioner ini hendaknya disusun
berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dalam tabel operasionalisasi
variabel sehingga masing-masing pertanyaan yang akandiajukan kepada setiap
responden lebih jelas serta dapat terstruktur. Adapun data yang telah dijabarkan
dalam tabel operasionalisasi variabel yang bersifat kualitatif akan diubah menjadi
bentuk kuantatif dengan pendekatan analisis statistik. Adapun secara umum teknik
dalam pemberian skor yang digunakan dalam kuesioner penelitian ini adalah
teknik Skala Likert. (Sugiyono, 2010:398)

Sugiyono (2010:132) mendefinisikan Skala Likert sebagai berikut:


Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

5.1

Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel

3.1.1

Definisi Variabel Penelitian


Sugiyono (2010:58) menjelaskan bahwa variabel sebagai berikut:
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini, sesuai dengan judul penelitian yang dipilih yaitu:

Pengaruh

Pengalaman

dan

Kompetensi

Auditor

terhadap

Skeptisisme

Profesional Auditor, maka terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas, di mana variabel ini
merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya

variabel dependen (terikat). Sugiyono (2010:59) mendefinisikan variabel


bebas adalah :
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas atau variabel
independen yaitu Pengalaman merupakan sebagai variabel independen pertama
(X1), menurut Dan M. Guy (2002:18) menyatakan bahwa :
Pengalaman adalah mensyaratkan pengalaman tertentu biasanya satu atau
dua tahun pengalaman praktik, sebagai pengalaman kerja dengan kantor
akutan publik.
Variabel bebas atau independen yang kedua (X2) yaitu Kompetensi
Auditor, menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:2) menyatakan
bahwa :
Kompetensi adalah suatu kemampuan, keahlian (pendidikan dan
pelatihan), dan berpengalaman dalam memahami kriteria dan dalam
menentukan jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat
mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.
2. Variabel Dependen
Sugiyono (2010:59) Mendefinisikan Variabel Dependen sebagai berikut:
Variabel terikat, di mana variabel ini merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah sebagai
variabel terikat adalah Skeptisisme Profesional Auditor (Y).

SPAP 2001 : SA seksi 230 mendefinisikan skeptisisme professional


sebagai berikut:
Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan

dan

melakukan

evaluasi

secara

kritis.

Auditor

menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut


oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan dengan cermat dan
seksama, dengan maksud baik dan intergritas, pengumpulan dan penilaian
bukti audit secara objektif.

3.2.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian


Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih Pengaruh Pengalaman dan

Kompetensi Auditor terhadap Skeptisisme Profesional Auditor pada kantor


akuntan publik, maka terdapat 3 (tiga) variabel penelitian, yaitu :
1. Pengalaman Auditor (X1)
2. Kompetensi Auditor (X2)
3. Skeptisisme Profesional Auditor (Y)

Agar lebih mudah untuk melihat mengenai variabel penelitian yang akan
digunakan, maka penulis menjabarkannya ke dalam bentuk operasionalisasi
variabel yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1
Operasionalisasi variabel
Variabel Bebas (X1): Pengalaman Auditor

Variabel
Pengalaman
(X1)

Dimensi

Indikator

Nomor
Item
Pertanyaan

Skala
Pengukuran

Tahapantahapan
pengalaman
sebagai berikut:
1.Variasi bekerja - pelaksanaan
sebagai auditor tugas audit yang
sering dihadapi

Ordinal

1
- Wewenang tugas
yang diberikan

2.Pendidikan
berkelanjutan

- Kesempatan
memperoleh
pendidikan

- Kesempatan
meningkatkan
keahlian

Ordinal

4
Sumber: Hughes (1996:34-41)

Tabel 3.2
Operasionalisasi variabel
Variabel Bebas (X2): Kompetensi Auditor

Variabel
Kompetensi
Auditor (X2)

Dimensi

Indikator

Nomor
Item
Pertanyaan

Skala
Pengukuran

Ordinal

Ordinal

Komponen
kompetensi
sebagai berikut:
1. Pendidikan

- Pendidikan
formal yang
ditempuh

2. Pengetahuan - Pengetahuan akan


prinsip akuntansi
dan standar
auditing

3. Pelatihan

- Pengetahuan
tentang jenis
industri klien

- Pengetahuan
tentang kondisi
perusahaan klien

- Pelatihan
mengenai seluruh
bidang tugas
pemeriksaan

Ordinal

- Pelatihan secara
internal

Sumber: Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:2)

10

Tabel 3.3
Operasionalisasi variabel
Variabel Bebas (Y): Skeptisisme Profesional Auditor

Variabel

Skeptisisme
Profesional
Auditor
(Y)

Dimensi

Indikator

Nomor
Item
Pertanya
-an

Skala
Pengukur
-an

Karakteristik
Skeptisisme
Profesional
sebagai berikut:

1. Pikiran selalu
bertanya
(Questioning
mind)

- Menolak statement
tanpa bukti
- Sering bertanya

2. Suspensi pada
penilaian
(Suspension on
judgement)

- Membutuhkan
informasi lebih

- Membutuhkan waktu
untuk membuat
keputusan

- Membuat keputusan
jika mendapat semua
informasi

11
12

13

14

15

Ordinal

- Menemukan
informasi baru
- Mempelajari hal baru
adalah menyenangkan
3. Pencarian
pengetahuan
(Search for
knowledge)

- Membuktikan sesuatu
adalah hal yang
menyenangkan
- Memahami alasan
mengapa seseorang
berperilaku

4.Pemahaman
interpersonal
(Interpersonal
understanding)

5. Percaya Diri
(Self
confidence)

6. Penentuan
sendiri (Self
determination)

16

17

18

- Memahami perilaku
orang lain

19

- Percaya akan diri


sendiri

20

- Percaya akan
kemampuan

21

- Mempertimbangkan
penjelasan orang lain

22

- Memecahkan
informasi yang tidak
konsisten

- Tidak langsung

23

menerima alasan
orang lain

24

25
- Tidak mudah
dipengaruhi orang
lain

26
Sumber: Hurt, Eining dan Plumplee (2008:48)

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi penelitian
Sugiyono (2010:115) mendefinisikan populasi sebagai berikut:
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penelilti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah
keseluruhan auditor yang terdapat pada KAP yang berdomisili di Kota Bandung
dengan jumlah auditor sebanyak 243 auditor untuk periode Mei 2012.
Berdasarkan data yang terdapat pada Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI),
Directory KAP & AP 2012 terdapat 24 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang di
antaranya 10 kantor pimpinan/rekan KAP yang menjadi anggota BI dan 14 kantor
yang pimpinan/rekan KAP menjadi anggota FAPM.

3.3.2. Sampel Penelitian


Menurut Sugiyono (2010:116) sampel adalah sebagai berikut:
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
populasi tersebut.
Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sampel
yang benar-benar dapat mewakili (Representative) dan dapat menggambarkan
populasi sebenarnya. Dalam penelitian ini yang menjadi sample adalah auditor
yang bekerja tetap pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung yang berjumlah
sebanyak 36 auditor.
Dengan

berpedoman

pada

pendapat

Arikunto

(2002:109)

yang

menyatakan bahwa:
Untuk pedoman umum dapat dilaksanakan bahwa bila populasi di bawah
100 orang, maka dapat digunakan sampel 50% dan jika di atas 100 orang,
digunakan sampel 15%.
Dari keseluruhan populasi sebanyak 243 auditor yang bekerja tetap pada
Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung, maka peneliti mengambil sampel
sebanyak 36 responden (24315% ). Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung
yang dijadikan objek penelitian yaitu:
1. KAP. Abubakar Usman & Rekan (CAB)
2. KAP. Af. Rachman & Soetjipto Ws.
3. KAP. Drs. Bambang Budi Tresno
4. KAP Djoemarma, Wahyudin & Rekan
5. KAP. Drs. Gunawan Sudradjat

6. KAP. Prof. Dr. H. Tb. Hasanuddin, M,Sc & Rekan


7. KAP. Dr. La Midjan & Rekan
8. KAP Roebiandini & Rekan
9. KAP. Drs. Ronald Haryanto
10. KAP. Drs. Sanusi, Supardi & Soegiharto
11. KAP. Dra. Yati Ruhiyati
12. KAP. Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry (CAB)
Berdasarkan jumlah sampel sebanyak 36 responden dan jumlah KAP yang
dijadikan objek penelitian sebanyak 12 KAP, maka untuk setiap masing-masing
KAP mendapatkan 3 kuesioner.
Alasan untuk memilih 12 KAP tersebut adalah karena KAP tersebut secara
terbuka menerima survey untuk kebutuhan penelitian, tenaga dan dana serta
luasnya wilayah pengamatan dari setiap populasi (menyangkut banyak sedikitnya
data), memiliki staf-staf yang berpengalaman yang dilihat dari lamanya bekerja
dalam mengaudit laporan keuangan dari jumlah berbagai jenis klien yang telah
diaudit.

3.3.2.1. Ukuran Sampel


Ukuran sampel merupakan besarnya sampel yang akan diambil untuk
melaksanakan suatu penelitian dari sejumlah populasi yang telah ditentukan.
Besarnya sampel dapat ditentukan secara statistik maupun melalui estimasi
penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang akan diteliti dan dipilih terdapat

beberapa karakteristik yang ada pada populasi sehingga tercermin pada sampel
yang dipilih.

3.3.2.2 Teknik Sampling


Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik
sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi dua yaitu Probability Sampling
dan Nonprobability Sampling. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
Nonprobability Sampling, sedangkan cara pengambilan sampel yang digunakan
adalah Purposive sampling.
Sugiyono (2010:120) Nonprobability Sampling dapat didefinisikan sebagai
berikut :
Teknik

pengambilan

sampel

yang

tidak

memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi


untuk dipilih menjadi sampel.
Adapun pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2010:122) Purposive sampling didefinisikan
sebagai berikut :
Sampling

Purposive

adalah

teknik

penentuan

sampel

dengan

pertimbangan tertentu.
Karena akan melakukan penelitian tentang skeptisisme profesional auditor
maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli di bidangnya yaitu auditor
KAP yang berdomisi di Kota Bandung, yang memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Lamanya auditor bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) minimal 1


tahun, dengan alasan:
Cukup berpengalaman dalam mengaudit
Mengetahui materialitas laporan keuangan
Dapat bekerja sama dan memberikan pertimbangan
2. Pendidikan minimal S1 Akuntansi, dengan alasan:
Pendidikan formal yang cukup
Kompeten
Berwawasan

3.3.2.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk
memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dilakukan untuk memperoleh data sekunder secara landasan teori yang
digunakan sebagai pendukung dalam pembahasan penelitian kepustakaan
dengan cara membaca literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan
diteliti oleh penulis.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)


a. Wawancara

Penulis memperoleh data dengan cara melakukan tanya jawab secara


langsung untuk meminta keterangan mengenai hal yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti
b. Kuesioner
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden adalah berbentuk kuesioner.
Jenis kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu
kuesioner yang sudah disediakan jawabannya. Adapun alasan penulis
menggunakan kuesioner tertutup adalah:
- Kuesioner tertutup memberikan kemudahan kepada responden
dalam memberikan jawaban.
- Kuesioner tertutup lebih praktis
- Keterbatasan waktu penelitian.
3. Studi Internet (Internet Research)
Sehubungan keterbatasan sumber referensi dari perpustakaan yang ada,
maka penulis juga melakukan browsing pada situs-situs terkait

untuk

memperoleh tambahan literatur atau data relevan lain yang diperlukan.

3.4

Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis

3.4.1

Analisis Data
Analisis data adalah penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah diinterpretasikan. Data yang terhimpun dari hasil penelitian akan penulis
bandingkan antara data yang dilapangan dengan data kepustakaan, kemudian

dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan. Adapun langkah-langkah yang


dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara sampling, di mana yang
diselidiki adalah sampel yang merupakan sebuah himpunan dari
pengukuran yang dipilih dari populasi yang menjadi perhatian dalam
penelitian.
2. Setelah metode pengumpulan data ditentukan, kemudian ditentukan alat
untuk memperoleh data dari elemen-elemen yang akan diselidiki. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan atau
kuesioner untuk menentukan nilai dari kuesioner tersebut, penulis
menggunakan skala likert.
3. Daftar kuesioner kemudian disebarkan ke bagian-bagian yang telah
ditetapkan. Setiap item dari kuesioner tersebut merupakan pertanyaan
positif yang memiliki 5 jawaban dengan masing-masing nilai yang
berbeda, yaitu :

Bobot Penilaian Kuesioner


No.

Jawaban

Skor

1.

Sangat Setuju/selalu/sangat positif

2.

Setuju/sering/positif

3.

Ragu-ragu/kadang-kadang/netral

4.

Tidak setuju/hampir tidak pernah/negative

5.

Sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat negatif

Tabel 3.4
4. Apabila data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data, disajikan
dan dianalisis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji statistik
untuk variabel X dan variabel Y. Maka analisis yang digunakan
berdasarkan rata-rata (mean) dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata
(mean) didapat dengan menjumlahkan data keseluruhan setiap variabel,
kemudian dibagi dengan jumlah responden.
Rumus rata-rata (Mean) adalah sebagai berikut :
Me =

Me =

Rumus 3.1

Keterangan :
Me

= Rata-rata (Mean)

= Jumlah (sigma)

Xi (X1 dan X2) = Nilai X ke-I sampai ke-n


Yi

= Nilai Y ke-I sampai ke-n

= Jumlah responden

Setelah rata-rata dari masing-masing variabel didapat, kemudian


dibandingkan dengan kriteria yang peneliti tentukan berdasarkan nilai terendah

dan tertinggi dari hasil kuesioner. Nilai terendah dan tertinggi tersebut peneliti
ambil dari banyaknya pernyataan dalam kuesioner (26 pernyataan) dikalikan
dengan skor terendah (1) dan skor tertinggi (5). Untuk menentukan kelas interval,
penulis dalam peneltian ini menggunakan rumus K = 1 + 3,3 log n. Keterangan :
n = jumlah responden. Kemudian rentang data dihitung dengan cara nilai tertinggi
dikurangi dengan nilai terendah. Sedangkan menghitung panjang kelas dengan
cara rentang data dibagi dengan jumlah kelas.
Untuk variabel pengalaman auditor (X1)
Untuk variabel pengalaman (X1) yang terdiri dari empat (4) pertanyaan.
Maka penulis menentukan kriteria untuk variabel X1 berdasarkan skor tertinggi
dan terendah, di mana skor tertinggi yaitu 20 (4x5) dan skor terendah yaitu 4
(4x1), lalu kelas interval sebesar 3,2 (20-4)/5) maka diperoleh kriteria yang
penulis tetapkan pada BAB III sebagai berikut :

Tabel 3.5
Kriteria Variabel Pengalaman Auditor (X1)
Nilai

Kriteria

4 - 7,2
7,2 - 10,4
10,4 - 13,6
13,6 - 16,8
16,8 20

Tidak Berpengalaman
Kurang Berpengalaman
Cukup Berpengalaman
Berpengalaman
Sangat Berpengalaman

Di dalam penelitian ini variabel pengalaman

yang diturunkan ke dalam dua

dimensi yang dilihat dari tahapan-tahapan pengalaman. Berikut kriteria untuk


masing-masing dimensi pengalaman:

Untuk dimensi pertama adalah variasi bekerja sebagai auditor diperoleh


masing-masing nilai terendahnya adalah (1x2) = 2 dan nilai tertingginya
(5x2) = 10, kelas interval sebesar 1,6 (10-2)/5), maka kriteria dimensi ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6
Kriteria Dimensi Variasi Bekerja Sebagai Auditor
Nilai

Kriteria

2 3,6
3,7 5,3
5,4 7
7,1 8,7
8,8 10

Tidak bervariasi bekerja


Kurang bervariasi bekerja
Cukup bervariasi bekerja
Bervarasi bekerja
Sangat bervariasi berkerja

Untuk dimensi kedua adalah pendidikan berkelanjutan diperoleh masingmasing nilai terendahnya adalah (1x2) = 2 dan nilai tertingginya (5x2) = 10,
kelas interval sebesar 1,6 (10-2)/5), maka kriteria dimensi ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.7
Kriteria Dimensi Pendidikan Berkelanjutan
Nilai

Kriteria

2 3,6
3,7 5,3
5,4 7
7,1 8,7
8,8 10

Tidak memperoleh kesempatan


Kurang memperoleh kesempetan
Cukup meperoleh kesempatan
Memperoleh kesempatan
Sangat memperoleh kesempatan

Untuk variabel kompetensi auditor (X2)

Untuk variabel kompetensi auditor (X2) yang terdiri dari enam (6)
pertanyaan. Maka penulis menentukan kriteria untuk variabel X 2 berdasarkan skor
tertinggi dan terendah, di mana skor tertinggi yaitu 30 (6x5) dan skor terendah
yaitu 6 (6x1), lalu kelas interval sebesar 4,8 (30-6)/5) maka diperoleh kriteria
yang penulis tetapkan pada BAB III sebagai berikut :

Tabel 3.8
Kriteria Variabel Kompetensi Auditor (X2)
Nilai

Kriteria

6 - 10,8
10,8 - 15,6
15,6 20,4
20,4 25,4
25,2 30

Tidak Berkompeten
Kurang berkompeten
Cukup Berpkompeten
Berkompoten
Sangat Berkompeten

Di dalam penelitian ini variabel kompetensi auditor yang diturunkan ke dalam tiga
dimensi yang dilihat dari komponen-komponen kompetensi. Berikut kriteria untuk
masing-masing dimensi kompetensi auditor:
Untuk dimensi pertama adalah pendidikan diperoleh masing-masing nilai
terendahnya adalah (1x1) = 1 dan nilai tertingginya (5x1) = 5 kelas interval
sebesar 0,8 (5-1)/5), maka kriteria dimensi ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9
Kriteria Dimensi Pendidikan
Nilai

Kriteria

1 1,8
1,8 2,6
2,6 3,4
3,4 4,2
4,2 - 5

Pendidikan tidak memadai


Pendidikan kurang memadai
Pendidikan cukup memadai
Pendidikan memadai
Pendidikan sangat memadai

Untuk dimensi kedua adalah pengetahuan diperoleh masing-masing nilai


terendahnya adalah (1x3) = 3 dan nilai tertingginya (5x3) = 15, kelas interval
sebesar 2,4 (15-3)/5), maka kriteria dimensi ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.10
Kriteria Dimensi Pengetahuan
Nilai

Kriteria

3 5,4
5,5 7,9
8 10,4
10,5 12,9
13 15

Pengetahuan tidak memadai


Pengetahuan kurang memadai
Pengetahuan cukup memadai
Pengetahuan memadai
Pendidikan Sangat memadai

Untuk dimensi ketiga adalah pelatihan diperoleh masing-masing nilai


terendahnya adalah (1x2) = 2 dan nilai tertingginya (5x2) = 10, kelas interval
sebesar 1,6 (10-2)/5), maka kriteria dimensi ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.11
Kriteria Dimensi Pelatihan
Nilai

Kriteria

2 3,6
3,7 5,3
5,4 7
7,1 8,7
8,8 10

Pelatihan tidak memadai


Pelatihan kurang memadai
Pelatihan cukup memadai
Pelatihan memadai
Pelatihan Sangat memadai

Untuk variabel skeptisime professional auditor (Y)


Untuk variabel skeptisime professional auditor (Y) yang terdiri dari enam
belas (16) pertanyaan. Maka penulis menentukan kriteria untuk variabel Y
berdasarkan skor tertinggi dan terendah, di mana skor tertinggi yaitu 80 (16x5)
dan skor terendah yaitu 16 (16x1), lalu kelas interval sebesar 12,8 (80-16)/5)
maka diperoleh kriteria yang penulis tetapkan pada BAB III sebagai berikut :
Tabel 3.12
Kriteria Variabel Skeptisisme Profesional Auditor (Y)
Nilai

Kriteria

16 28,8
28,6 - 41,6
416 54,4
54,4 67,2
67,2 80

Tidak Skeptis
Kurang Skeptis
Cukup Skeptis
Skeptis
Sangat Skeptis

Di dalam penelitian ini variabel skeptisisme profesional auditor yang diturunkan


ke dalam enam dimensi yang dilihat dari karakteristik skeptisisme professional
auditor. Berikut kriteria untuk masing-masing skeptisisme professional auditor:

Untuk dimensi pertama adalah pikiran selalu bertanya (Questioning Mind)


diperoleh masing-masing nilai terendahnya adalah (1x2) = 2 dan nilai
tertingginya (5x2) = 10 kelas interval sebesar 1,6 (10-2)/5), maka kriteria
dimensi ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.13
Kriteria Dimensi Pikiran Selalu Bertanya (Questioning Mind)
Nilai

Kriteria

2 3,6
3,7 5,3
5,4 7
7,1 8,7
8,8 10

Tidak kritis
Kurang kritis
Cukup kritis
Kritis
Sangat keritis

Untuk dimensi kedua adalah suspensi pada penilaian (Suspension on


Judgement) diperoleh masing-masing nilai terendahnya adalah (1x3) = 3 dan
nilai tertingginya (5x3) = 15, kelas interval sebesar 2,4 (15-3)/5), maka
kriteria dimensi ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.14
Kriteria Dimensi Suspensi pada Penilaian (Susoension On Judgement)
Nilai

Kriteria

3 5,4
5,5 7,9
8 10,4
10,5 12,9
13 15

Tidak suspensi
Kurang suspensi
Cukup suspensi
Suspensi
Sangat suspensi

Untuk dimensi ketiga adalah pencarian pengetahuan (Search for Knowledge)


diperoleh masing-masing nilai terendahnya adalah (1x3) = 3 dan nilai
tertingginya (5x3) = 15 kelas interval sebesar 2,4 (15-3)/5), maka kriteria
dimensi ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.15
Kriteria Dimensi Pencarian Pengetahuan (Search for Knowledge)
Nilai

Kriteria

3 5,4
5,5 7,9
8 10,4
10,5 12,9
13 15

Tidak ingin tahu pengetahuan


Kurang ingin tahu pengetahuan
Cukup ingin tahu pengetahuan
Ingin tahu pengetahuan
Sangat ingin tahu pengetahuan

Untuk dimensi keempat adalah pemahaman interpersonal (Interprsonal


Understanding) diperoleh masing-masing nilai terendahnya adalah (1x2) = 2
dan nilai tertingginya (5x2) = 10, kelas interval sebesar 1,6 (10-2)/5), maka
kriteria dimensi ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.16
Kriteria Dimensi Pemahaman Interpersonal (Interprsonal Understanding)
Nilai

Kriteria

2 3,6
3,7 5,3
5,4 7
7,1 8,7
8,8 10

Tidak memahami interpersonal


Kurang memahami interpersonal
Cukup memahami interpersonal
Memahami interpersonal
Sangat memahami interpersonal

Untuk dimensi kelima adalah percaya diri (Self Confidence) diperoleh


masing-masing nilai terendahnya adalah (1x2) = 2 dan nilai tertingginya
(5x2) = 10 kelas interval sebesar 1,6 (10-2)/5), maka kriteria dimensi ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.17
Kriteria Dimensi Percaya Diri (Self Confidence)
Nilai

Kriteria

2 3,6
3,7 5,3
5,4 7
7,1 8,7
8,8 10

Tidak percaya diri


Kurang percaya diri
Cukup percaya diri
Percaya diri
Sangat percaya diri

Untuk dimensi keenam adalah penentuan sendiri (Self Determination)


diperoleh masing-masing nilai terendahnya adalah (1x4) = 4 dan nilai
tertingginya (5x4) = 20, kelas interval sebesar 3,2 (20-4)/5), maka kriteria
dimensi ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.18
Kriteria Dimensi Penentuan Sendiri (Self Determination)
Nilai

Kriteria

4 7,2
7,3 10,5
10,6 13,8
13,9 17,1
17,2 20

Tidak pernah menentukan sendiri


Jarang menentukan sendiri
Kadang menetukan sendiri
Menentukan sendiri
Selalu menentukan sendiri

3.4.1.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


3.4.1.1.1 Uji Validitas
Yang dimaksud dengan uji validitas adalah suatu data dapat dipercaya
kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Menurut Sugiyono (2010 ; 172) bahwa:
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah
data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yang valid.
Validitas menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya
terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.
Untuk mencari nilai validitas di sebuah item kita mengkorelasikan skor
item dengan total item-item tersebut. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat,
maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut menurut
Sugiyono (2010 ; 179) yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai
berikut :
a. Jika r 0,3 maka item-item tersebut dinyatakan valid.
b. Jika r 0,3 maka item-item tersebut dinyatakan tidak valid.
Uji validitas instrumen dapat menggunakan rumus korelasi. Rumus
korelasi berdasarkan Pearson Product Moment adalah sebagai berikut :

rXY
N

XY ( X )( Y )
X2

Y2

Y2

Rumus 3.2
Keterangan :
rXY
=
N
=
X
=
Y
=

Koefisien Korelasi
Banyaknya Sampel
Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan variabel X
Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan variabel Y

3.4.1.1.2 Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data
menunjukkan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi
dalam mengungkapkan gejala tertentu (Sugiyono, 2010 ; 172). Instrumen
dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut menunjukkan hasil yang konsisten,
sehingga instrumen ini dapat digunakan dengan aman karena dapat bekerja
dengan baik pada waktu dan kondisi yang berbeda.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Alpha Cronbach
(

) yang penulis kutip dari Ety Rochaety (2007:54) dengan rumus sebagai

berikut :
R

N S2 (1 Si
N 1
S2

Rumus 3.3

Di mana:
= Koefisien Realibilitas Alpha Cronbach
S2

= Varians skor keseluruhan

Si2

= Varians masing-masing item

Adapun kriteria untuk menilai reliabilitas instrumen penelitian ini yang


merujuk kepada pendapat (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2007 : 42):
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0.60.

3.4.2

Rancangan Pengujian Hipotesis


Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan

dengan ada/tidaknya pengaruh variabel bebas. Pengujian hipotesis yang dilakukan


adalah pengujian Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol
(Ho) menyatakan koefisien korelasinya tidak berarti/tidak signifikan, sedangkan
hipotesis

alternatif

(Ha)

menyatakan

bahwa

koefisien

korelasinya

berarti/signifikan.
1.

Perumusan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha)


- Ho1 : = 0,

artinya Pengalaman Auditor tidak berpengaruh terhadap

Skeptisisme Profesional Auditor.


- Ha1 :

0,

artinya

Pengalaman

Auditor

berpengaruh

terhadap

Skeptisisme Profesional Auditor.


- Ho2 : = 0,

artinya Kompetensi auditor tidak berpengaruh terhadap

Skeptisisme Profesional Auditor.


- Ha2 :

0,

artinya

Kompetensi

auditor

berpengaruh

terhadap

Skeptisisme Profesional Auditor.


- Ha3 : = 0,

artinya Pengalaman dan Kompetensi auditor

secara

simultan tidak berpengaruh terhadap Skeptisisme Profesional Auditor.

- Ha3 :

0,

artinya Pengalaman dan Kompetensi auditor secara

simultan berpengaruh terhadap Skeptisisme Profesional Auditor.

2.

Pemilihan Tes Statistik dan Perhitungan Nilai Tes Statistik


Teknik statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah

statistik nonparametrik karena sangat cocok dengan data-data yang berbentuk


ordinal. Tes statistik yang peneliti gunakan adalah Sperman Rank. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sugiyono (2010:356):
Korelasi Sperman Rank digunakan mencari hubungan atau untuk
menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel
yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel
tidak harus sama.
Merujuk pada pernyataan yang dikemukakan oleh Sugiyono tersebut, maka
koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi
Rank Spearman (rs), di mana variabel X dan Y diukur dengan skala ordinal
sehingga objek yang diteliti dapat dirangking dalam rangkaian yang berurutan.
Secara umum, persamaan yang digunakan untuk menghitung korelasi Rank
Spearman (rs) adalah sebagai berikut :

rs = 1Rumus 3.4
Keterangan :
rs = koefisien korelasi rank spearman
bi = selisih mutlak antara ranking data variabel X dan variabel Y
n = banyaknya responden
Apabila dalam penelitian tersebut terdapat ranking yang berangka kembar
maka rumus yang digunakan sebagai berikut :

Rumus 3.5
Keterangan :
rs
= koefisien korelasi rank spearman
= jumlah rangking yang sama pada variabel X

= jumlah rangking yang sama pada variabel Y

= jumlah hasil pengurangan antara rangking yang terdapat pada variabel


X dan variabel Y melalui pengkuadratan
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari

dan

adalah

dan

adalah

sebagai berikut :

Rumus 3.6

Rumus 3.7
(Sidney Siegel, 256:1997)
keterangan :
Ty = Jumlah ranking yang kembar dalam variabel Y
Tx = Jumlah ranking yang kembar dalam variabel X

Selanjutnya rumus yang digunakan untuk mencari


sebagai berikut :
Tx =

dan Ty =
Rumus 3.8

Keterangan :

= jumlah harga t untuk semua kelompok yang berlainan yang memiliki


observasi yang berangka sama.

= banyaknya nilai berangka sama.


Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikansi nilai tersebut maka

pengujian tingkat signifikansinya adalah menggunakan rumus:


n 2
Rumus 3.9
2
1 r
Keterangan :
r
= korelasi
n
= banyaknya sampel
t
= tingkat signifikan (t hitung) yang selanjutnya di bandingkan dengan t
table
t

Untuk menghitung besarnya pengaruh pengalaman, kompetensi auditor


terhadap skeptisisme profesional auditor pada Kantor Akuntan Publik. Penulis
akan menggunakan rumus Korelasi Ganda. Hal ini berdasarkan pernyataan
sebagai berikut :
Analisis Korelasi Ganda berguna untuk mencari besarnya hubungan
antara dua variabel bebas (X) atau lebih secara simultan (bersama-sama)
dengan variabel terikat (Y).
Rumus korelasi ganda Sugiyono (2010:256) adalah sebagai berikut:

R y.x1x 2

r 2 yx1

r 2 yx2
1 r

2ryx1 ryx2 rx x

Rumus 3.10

1 2

x1 x 2

Keterangan:
Ry.x1x2 = korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama denang
variabel Y.
ryx1 = Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
ryx2 = Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y

rx1x2 = Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2


Adapun untuk mengetahui tingkat signifikan dari korelasi berganda tersebut
digunakan rumus berikut :

R2 / k
(1 R 2 ) /(n k 1)

Rumus 3.11

Di mana:
R

= Koefisien korelasi ganda

= Jumlah variabel independen

= Jumlah anggota sampel

dk
3.

= (n-k-l) Derajat Kebebasan


Taraf Signifikan
Pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan taraf

signifikan yang dipilih adalah

nyata, tingkat

= 0,05 karena jumlah data yang diteliti

merupakan sampel dan juga karena tingkat signifikan ini umum digunakan pada
penelitian ilmu sosial dan dianggap cukup tepat untuk mewakili antar variabel
yang diteliti.
4.

Penetapan Kriteria Pengujian


Kriteria pengujian ditetapkan dengan membandingkan r s hitung dengan rs tabel

dengan menggunakan tabel harga-harga kritis rs koefisien korelasi Rank Sperman


dengan tingkat signifikan 0,05 dengan rumus sebgai berikut:
- Rs hitung > rs tabel, maka terdapat pengaruh yang signifikan antara
pengalaman, dan kompetensi auditor secara simultan terhadap skeptisisme

profesional auditor pada Kantor Akuntan Publik dengan kata lain Ho


ditolak dan Ha diterima.
- Rs hitung < rs tabel, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
pengalaman, dan kompetensi auditor secara simultan terhadap skeptisisme
profesional auditor pada Kantor Akuntan Publik dengan kata lain Ho
diterima dan Ha ditolak.
Untuk menilai seberapa besar pengaruh variabel X terhadap Y maka
digunakan koefisien diterminasi (KD) yang merupakan koefisien korelasi yang
biasanya dinyatakan dengan persentase (%).
KD = rs2 x
100%

Rumus 3.12

Di mana :
KD

= Koefisien Determinasi

rs

= Korelasi Rank Spearman

5.

Interpretasi Koefisien Korelasi


Dari hasil perhitungan koefisien korelasi maka selanjutnya hasil tersebut

dapat diinterpretasikan berdasarkan tabel di bawah ini untuk melihat seberapa


kuat tingkat hubungan yang dimiliki antar variabel.

Tabel 3.19
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,00 0,199

Sangat rendah

0,20 0,399

Rendah

0,40 0,599

Sedang

0,60 0,799

Kuat

0,80 1,000

Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2010:25)

3.5

Proses Penelitian
Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara

terus menerus, terencana dan sistematis dengan maksud untuk mendapatkan


pemecahan masalah. Oleh karena itu, langkah-langkah yang diambil dalam
penelitian haruslah tepat dan saling mendukung antara komponen yang satu
dengan yang lain. Adapun proses penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
:

Menentukan Topik

Latar Belakang
Penelitian

Identifikasi Masalah

Metode Penelitian

Pembahasan Hasil
Penelitian

Gambar 3.2 Proses Penelitian


Kesimpulan dan Saran

Metode Penelitian

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1

Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik

4.1.1.1 Sejarah Singkat Kantor Akuntan Publik


Di Indonesia, menurut SK Menkeu No.43 /KMK.017/1997 tertanggal 27
Januari 1997 sebagaimana diubah dengan SK. Menkeu No, 470 /KMK.017 / 1999
tertanggal 4 Oktober 1999, Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang
memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam
menjalankan pekerjaan (profesinya).
Menurut Pasal 6 SK. Menkeu No.43 / 1997, izin untuk membuka kantor
Akuntan Publik (KAP) akan diberikan apabila pemohon memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Berdomisili di wilayah Indonesia
2. Memiliki Register Akuntan
3. Menjadi Anggota IAI
4. Lulus ujian Sertifikasi Akuntan Publik yang diselenggarakan oleh IAI
5. Memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun sebagai akuntan dan pengalaman
audit umum sekurang-kurangnya 3.000 jam dengan reputasi baik.
6. Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum sekurangkurangnya 1 tahun
7. Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit.

Untuk menjalani profesi akuntan publik harus memiliki register akuntan


yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan RI sebagaimana diatur pada pasal 3
ayat 4 Undang-undang No.34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar akuntan.
Nomor register akuntan hanya dapat diberikan oleh Depertemen Keuangan RI
kepada :
a. Lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Negeri yang
telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Orang yang lulus mengikuti Ujian Negara Akuntansi (UNA) yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ujian ini
diperuntukan bagi lulusan Jurusan akuntansi Pada Perguruan Tinggi Swasta
(Fakultas Ekonomi dan STIE) dan lulusan Fakultas Ekonomi Negeri yang
belum mendapat persetujuan Dirjen Pendidikan Tinggi untuk dibebaskan dari
UNA.
Departemen Pendidikan Nasional telah memberlakukan peraturan baru
berdasarkan SK Mendiknas No. 179 / U / 2001 tertanggal 21 Novembeer 2001.
Dalam peraturan tersebut ditetapkan bahwa seseorang berhak menggunakan
sebutan akuntan (sebutan profesi bukan gelar) apabila yang bersangkutan telah
lulus dari suatu pendidikan Profesi Akuntansi yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi.
Pendidikan profesi tersebut dapat diikuti oleh mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan program S1 Jurusan Akuntansi baik negeri maupun swasta, sehingga
Ujian Negara Akuntansi (UNA) sekarang telah dihapus. Nomor Register akuntan

hanya akan diberikan oleh Departemen Keuangan kepada mereka yang telah lulus
dari Pendidikan Profesi Akuntansi.
Menurut peraturan yang ada, izin untuk berpraktik sebagai akuntan publik
akan diberikan kepada Akuntan Publik Bersertifikat (APB). Untuk memperoleh
sertifikat tersebut para akuntan publik diwajibkan untuk mengikuti Ujian
Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang diselenggarakan oleh IAI. USAP
diselenggarkan dua kali dalam setahun yaitu setiap bulan Mei dan November.
Ujian dilaksanakan selama dua hari penuh mulai dari jam 08.00 sampai dengan
jam 17.00. Mata ujian yang diujikan adalah :
1. Teori dan Praktik Akuntansi Keuangan (4 jam pada hari pertama).
2. Auditing dan Jasa Profesional Akuntan Publik (4 jam pada hari pertama )
3. Akuntansi Manajemen dan Manajemen Keuangan (1,5 jam pada hari kedua)
4. Sistem Informasi Akuntansi (2,5 jam pada hari kedua)
5. Perpajakan dan Hukum Komersial (3,5 jam pada hari kedua)
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi
perkembangan perusahaan pada umumnya, maka semakin berkembang pula
profesi akuntan publik.
Di negara yang banyak terdapat perusahaan yang berbentuk perseroan
terbatas bersifat terbuka, proesi akuntan publik semakin dibutuhkan karena sangat
besar

kemungkinan

manajemen

perusahaan

terpisah

dengan

pemilikan

perusahaan. Pemilik perusahaan hanya sebagai penanam modal. Oleh karena itu,
mereka sangat membutuhkan informasi keuangan yang dapat dipercaya yang
dihasilkan manajemen. Profesi akuntan publik diperlukan untuk menilai dapat

atau tidak dapat dipercayainya suatu laporan keuangan yang diberikan


manajemen.
Perkembangan selanjutnya adalah bahwa pihak luar sepeti kreditur,
pemerintah, investor pasar modal dan lainnya juga memerlukan laporan keuangan
yang dapat dipercaya. Laporan keuangan ini mereka gunakan sebagi informasi
untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi. Profesi akuntan publik
semakin diperlukan pada saat keadaan demikian. Akuntan publik merupakan
pihak independen yang bertugas untuk memeriksa dan menilai apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Sejarah perkembangan profesi akuntan publik dapat dibagi menjadi empat
periode, seperti yang disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Sejarah Perkembangan Audit
Periode

Pendekatan Audit

Tujuan Audit

Pra- Revolusi

Testing 100%

Penemuan kecenderungan

Pemakai
Audit
Pemilik

Jasa

dan Pemadu
Revolusi Industri

Testing 100%

Penemuan kecenderungan

Pemilik, Kreditur

1900 1930

Testing 100% dengan

Pernyataan kebenaran

Pemilik, Kreditur

sebagian testing yang

Neraca dan laba Rugi

dan Pemerintah

Pernyataan pendapat atas

Pemilik, kreditur,

kewajaran laporan keuangan

Parlemen,

lebih kecil
1930 Sekarang

Metode Sampling

konsumen dan
lain-lain

Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada dua belas Kantor
Akuntan Publik di Bandung, yaitu :

1.

KAP. AF. RACHMAN & SOETJIPTO WS.


Izin Usaha Nomor

: KEP-216/KM.6/2002 (20 September 2002)


Jl. Pasir Luyu Raya No.36
Bandung 42254

Telp

: (022) 5203252

Fax

: (022) 5203252

E-mail

: af-rachman@bdg.centrin.net.id

Anggota Rekan :
1. TB. AMAN FATHURACHMAN No.Izin 98.1.0541 (Pemimpin Rekan,
BI, Bapepam-LK)
2. SOETJIPTO WIRJOSOEMARTO No.Izin 01.1.0765 (Rekan)
Kantor Akuntan Publik AF. Rachman dan Soetjipto WS sebelumnya bernama
Kantor Akuntan Publik AF. Rachman yang memperoleh izin melakukan profesi
akuntan publik dari Mentri Keuangan Republik Indonesia Up. Direktur Jendral
Moneter No. S1-1861/MK.13/1991 dan kemudian izin tersebut diperbaharui
dengan surat izin No. 99.2.0292 tertanggal 2 Febuari 1999, dan KAP AF. .
Rachman dan Soetjipto WS mendapatkan izin usaha dari Departemen Keuangan
Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia
No. KEP-216/KM.6/2002 tertanggal 20 September 2002. Sesuai dengan
Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No. KEP-1133/KM.17/1998

tertanggal 23 Desember 1998 Drs. H. Tb. Aman


Fathurachman.,AK.,MMAK.,CPA mendapat izin akuntan public dengan No.
98.1.0541.
KAP AF. Rachman dan Soetjipto WS menghasilkan jasa dan memberikan
pelayanan professional kepada instansi pemerintah, Badan-badan Usaha Milik
Negara, sekor-sekor swasta dan koperasi maupun masyarakat dalam bidang
general auditing (pemeriksaan umum), special audit (pemeriksaan khusus), tax
consulting (konsultasi pajak), feasibility study (studi kelayakan), accounting and
cost system (sistem akuntansi dan biaya), recruitment (penempatan karyawan) dan
computerize (komputerisasi akuntansi). Saat ini KAP AF. Rachman dan Soetjipto
WS beralamat di jl Pasirluyu No.36 Bandung.

2.

KAP DJOEMARMA, WAHYUDIN & REKAN


Izin Usaha Nomor

: KEP-350/KM.17/2000 (18 September 2000)


Jl. Dr. Slamet No.55 Bandung 40161

Telp

: (022) 2034044

Fax

: (022) 2037466

E-mail

: kapdw@yahoo.com

Anggota Rekan :
1. DJOEMARMA BEDE No.Izin 98.1.0451 (Pemimpin Rekan, BI,
Bapepam-LK)
2. WAHYUDIN ZARKASYI No.Izin 98.1.0454 (Cuti)

Kantor Akuntan Publik Djoemarma, Wahyudin & Rekan (KAP DWR)


merupakan entitas jasa profesional independen yang didirikan pada tahun 2000
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-350/KM.17/2000
tentang pemberian ijin Usaha Kantor Akuntan Publik Djoemarma, Wahyudin &
Rekan.
KAP DWR merupakan kelanjutan atau perubahan dari Kantor Akuntan
Publik sugiono, Djoemarma, Wahyudin (KAP SDW) yang beroperasi sejak bulan
Desember tahun 1995 berdasarkan Surat Izin Menjalankan Praktek Sebagai
Akuntan

Publik

dari

Menteri

Keuangan

untuk

Sugiono

Paulus

(SI.1512/MK.17/1995), Djoemarma Bede (SI.1514?MK.17/1995), diperbaharui


tahun 1998 dengan Nomor Izin 98.1.0451), dan Wahyudin Zarkasyi
(SI.1514/MK.17/1995 dierbaharui dengan Nomor Izin 98.1.0454).

3.

KAP. DRS. GUNAWAN SUDRADJAT


Izin Usaha Nomor

: KEP-588/KM.17/1998 (18 Agustus 1998)


Komplek Taman Golf Arcamanik Endah
Jl. Golf Timur III No.1
Bandung 40293

Telp

: (022) 7201460

Fax

: (022) 7201460

E-mail

: kap_gs@yahoo.com

Anggota Rekan :
1. JAHJA GUNAWAN No.Izin 98.1.0012 (Pemimpin Rekan)

2. ELSA SUDRADJAT No.Izin 98.1.0013 (Rekan)


Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Gunawan Sudrajat didirikan pada tahun
2004 yang bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan berbagai entitas
ekonomi akan jasa akuntansi, manajemen, perpajakan, serta jasa lainnya.
Rekan KAP terdahulu adalah auditor salah satu KAP kelompok The Big
Five di Indonesia yaitu Kantor Akuntan Publik Riza, Andiek & Zainuddin di
Jakarta yang didirikan pada tahun 1996 dan membubarkan diri pada tahun 2003.
Klien KAP Drs. Gunawan sudrajat saat ini terdiri dari perusahaan-perusahaan
dari berbagai bidang usaha seperti perdagangan, pariwisata, industry garmen,
industry keramik, multi level marketing, dan koperasi.
Landasan pelayanan jasa KAP dalam setiap penugasannya selalu berusaha
memenuhi client satisfication, karena itu selama proses penugasannya selalu
terbuka untuk membicarakan aspek bisnis yang ada.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, KAP Drs. Gunawan Sudrajat terus
meningkatkan profesionalisme pelayanannya terutama dalam bidang auditing dan
selalu berpedoman pada SAK dan SPAP.

4.

KAP. PROF. DR. H. TB. HASANUDDIN, M,Sc & REKAN


Izin Usaha Nomor

: KEP-353/KM.6/2003 (7 Oktober 2003)


Metro Trade Center Blok F No.29
Jl. Soekarno Hatta
Bandung 40286

Telp

: (022) 7536393

Fax

: (022) 7537665

E-mail

: rpa@kap-hasanuddin.com

Anggota Rekan :
1. TB. HASANUDDIN No.Izin 98.1.0409 (Pemimpin Rekan, BI, BapepamLK)
2. SUDARTO SURATMAN No.Izin 03.1.0842 (Rekan, BI, Bapepam-LK)
Kantor Akuntan Publik (KAP) Prof. Dr. H. TB. Hasanudddin & Rekan,
berdiri pada bulan oktober tahun 2003. Dengan ijin usaha No. KEP- KEP353/KM.6/2003. Tujuan dari pendirian Kantor Akuntan Publik Prof. Dr. H. TB.
Hasanuddin & Rekan adalah untuk memberikan layanan kepada publik pengguna
jasa kantor akuntan seperti : jasa audit laporan keuangn, jasa kompilasi laporan
atestasi, jasa Review laporan keuangan, jasa kompilasi laporan keuangan dan jasa
konsultasi.

5.

KAP. DR. LA MIDJAN & REKAN


Izin Usaha Nomor

: KEP-1103/KM.17/1998 (14 Desember 1998)


Jl. IR. H. Juanda No.207
Bandung 40135

Telp

: (022) 2500864

Fax

: (022) 2500444

E-mail

: kaplamidjan@yahoo.co.id

Anggota Rekan :
1. AZHAR SUSANTO No.Izin 98.1.0425 (Pemimpin Rekan)
2. SUKARDI No.Izin 00.1.0724 (Rekan)
Kantor Akuntan Publik (KAP) La Midjan dan Rekan, berdiri pada tanggal 24
juli 1981 berdasarkan surat izin usaha nomor SI-01120/MK.4/1981 dari
Departemen Keuangan Republik Indonesia Nomor SI-464/SK 11?1987.
Pada awalnya berdiri, Kantor Akuntan Publik ini bersama Drs. La Midjan
yang dipimpin langsung oleh bapak La Midjan. Pada tahun1996 berdasarkan surat
keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor SI-1359/MK.17/1990
berganti nama menjadi Drs. La Midjan dan Rekan, hal ini terjadi karena pimpina
Kantor Akuntan Publik ini meninggal dunia. Berdasarkan surat izin menteri
Keuangan Republik Indonesia di atas aktivitas dan kepemimpinan Kantor
Akuntan Publik dilanjutkan oleh putra beliau Drs. Azhar Susanto, Mbus.
KAP La Midjan dan rekan pada awal berdirinya melayani tiga jenis jasa
pemeriksaan, yaitu pemeriksaan umum (general audit), pemeriksaan khusus
(special audit), dan pemeriksaan operasional (management audit). Dengan
semakin berkembangnya dunia usaha, kebutuhan jasa konsultasi dalam bidang
akuntansi dan keuangan semakin bertambah. Demikian pula halnya dengan
adanya penyusunan sistem informasi. Karena alasan tersebut, maka pada tahun
1991 KAP La Midjan menambah layanan jasanya, yaitu konsultasi manajemen
dalam bidang akuntansi dan keuangan serta penyusunan sistem informasi

akuntansi dan sistem informasi manajemen berbasis manual dan computer. Saat
ini Kantor Akuntan Publik La Midjan dan Rekan.

6.

KAP ROEBIANDINI & REKAN


Izin Usaha Nomor

: 684/KM.1/2008 (16 Oktober 2008)


Jl. Sidoluhur No.26 RT 004 / 007 Sukaluyu
Cibeunying Kaler
Bandung 40132

Telp

: (022) 2512337

Fax

: (022) 2504779

E-mail

: kaproebiandini@yahoo.co.id

Anggota Rekan :
1. ROEBIANDINI SOEMANTRI No.Izin 98.1.0497 (Pemimpin Rekan, BI,
Bapepam-LK)
2. POPPY SOFIA No.Izin 98.1.0449 (Rekan,BI, Bapepam-LK)
Kantor Akuntan Publik (KAP) Roebiandini Soemantri & rekan, ditetapkan
secara hukum pada tanggal 16 Oktober 2008 berdasarkan Surat Mentri Keuangan
Republik Indonesia Nomor : 684/KM.1/2008.
KAP Roebiandini Soemantri & rekan merupakan kelanjutan dari KAP IIya
Avianti & rekan yang didirikan dan ditetapkan secara hukum pada tanggal 28
Maret 1996 berdasarkan Surat Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
SI.415/ MK.17/1996 dan Nomor : SI.416/ MK.17/1996 dan telah diperbaharui

pada tanggal 29 Oktober 1998 oleh Keputusan Mentri Keuangan Republik


Indonesia Nomor : KEP-1045/ KM.17/1998.
Sebagai kelanjutan dari KAP IIya Avianti & rekan, KAP Roebiandini
Soemantri & rekan memperoleh rekomendasi dari Ikatan Akuntansi Indonesia dari
Cabang Jawa Barat dengan Nomor : 07/ SEK/III/ 1995 maupun dari pusat dengan
Nomor : 257/SEKKEN/XI/1995 terhitung tanggal 3 juli 1998 terdaftar sebagai
anggota Forum Akuntan Pasar Modal dengan Nomor Surat Tanda Terdaftar
Profesi Penunjang Pasar Modal, No. 441/PM/STTD-AP/PM/2006. Kantor
Akuntan ini juga terdaftar pada Ikatan Akuntansi Indonesia seksi Kompartemen
Akuntan Publik dengan No. Reg. KAP 800 dan No. Reg. KAP. 600. Saat KAP
Roebiandini Soemantri & rekan berkedudukan di jalan Sidoluhur No. 26
Sukaluyu Bandung.

7.

KAP. DRS. SANUSI, SUPARDI & SOEGIHARTO


Izin Usaha Nomor

: KEP-949/KM.17/1998 (23 Oktober 1998)


Jl. Cikawao No.40
Bandung 40261

Telp

: (022) 4234852, 4203754, 2016509, 4234850

Fax

: (022) 4234852, 2016509, 234850

E-mail

: sanusikap@bdg.centrin.net.id

Anggota Rekan :
1. DEDDY SUPARDI No.Izin 98.1.0281 (Pemimpin Rekan, BI, BapepamLK)
2. ROBERT SANUSI ATMADJA No.Izin 98.1.0279 (Rekan, BI, BapepamLK)
3. RUDY SOEGIHARTO No.Izin 98.1.0280 (Rekan, BI)
Kantor Akuntan publik Sanusi, Supardi & soegiharto (KAP SSS), bermula
dari Kantor Akuntan Drs. Sanusi & Rekan didirikan pada tahun 1977 dan telah
dietujui oleh Menteri Keuangan sesuai dengan surat izin untuk membuka Kantor
Akuntan Swasta dari Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Akuntan Negara No:050/1-00386, tanggal 20 April 1977.
Pada tahun 1990 diadakan herregistrasi dan surat izin menjalankan praktek
akuntan publik diganti menjadi No. SI-557/MK.13/1990. Kemudian pada tahun
1998 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep949/KM.17/1998 surat izin menjalankan praktek Kantor Akuntan Publik diganti
menjadi surat izin usaha No. 98.2.152 dan nama kantor berubah menjadi Kantor
Akuntan Publik Sanusi, Supardi & Soegiharto.

8.

KAP. ABUBAKAR USMAN & REKAN (CAB)


Izin Usaha Nomor

: KEP-545/KM.1/2009 (10 Juni 2009)


Jl. Abdurahman Saleh No.40 Lantai 2
Bandung 40174

Telp : (022) 6004663 Fax : (022) 6004663

Anggota Rekan :
1. AMAN HERMAWAN No.Izin 98.1.0498 (Rekan, BI) PUSAT :
JAKARTA

9.

KAP. DRS. BAMBANG BUDI TRESNO


Izin Usaha Nomor

: KEP-1182/KM.17/1998 (28 Desember 1998)


Pascal Hyper Square Blok B-61 Lantai 3
Jl. Pasir Kaliki, Bandung

Telp

: (022) 92575677

Fax

: (022) 86060603

Email

: bambangbuditresno@yahoo.com

Anggota Rekan :
BAMBANG BUDI TRESNO No.Izin 98.1.0512 (Pemimpin, Bapepam-LK)

10. KAP. DRS. RONALD HARYANTO


Izin Usaha Nomor

: KEP-051/KM.17/1999 (02 Februari 1999)


Jl. Sukahaji No.36 A
Bandung 40152

Telp

: (022) 2016363, 2007722

Fax

: (022) 2016363, 2007722

Anggota Rekan :
1. RONALD A. HARYANTO No.Izin 98.1.0540 (Pemimpin)

11. KAP. DRA. YATI RUHIYATI


Izin Usaha Nomor

: KEP-605/KM.17/1998 (24 Agustus 1998)


Jl. Ujung Berung Indah Berseri I Blok 9 No.4
Komplek Ujung Berung Indah
Bandung 40611

Telp

: (022) 7803744, 7803828

Fax

: (022) 7803744

Anggota Rekan :
1. YATI RUHIYATI No.Izin 98.1.0056 (Pemimpin)

12. KAP. ACHMAD, RASYID, HISBULLAH & JERRY (CAB)


Izin Usaha Nomor

: KEP-800/KM.1/2007 (16 Nopember 2007)


Jl. Rajamantri I No.12 Buah Batu
Bandung 40264

Telp : (022) 7303355 Fax : (022) 7303355


E-mail

: kap_arhj@yahoo.co.id

Anggota Rekan :
1. ABDUL RASYID No.Izin 02.1.0801 (Rekan, Bapepam-LK) PUSAT :
JAKARTA
Dalam penelitian ini, peneliti hanya bisa menyajikan gambaran umum
reponden 7 KAP saja, hal ini dikarenakan 5 KAP lainnya belum bersedia untuk

memberikan data tentang gambaran umum KAP yang meliputi sejarah singkat dan
profil KAP.

4.1.1.1 Struktur Organisasi Pada Kantor Akuntan Publik


Menurut Abdul Halim (2008:16), Umumnya struktur organisasi Kantor
Akuntan Publik dibagi menjadi :
1.

2.

3.

4.

Partner
Partner merupakan top legal client relationship, yang bertugas mereview (menelaah) pekerjaan audit, menandatangani laporan audit,
menyetujui masalah fee dan penagihannya, dan penanggung jawab
atas segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.
Manajer
Manajer merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien,
mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih
rinci terhadap terhadap pekerjaan audit dan melaksanakan penagihan
atas fee audit.
Akuntan Senior
Akuntan senior merupakan staf yang bertanggung jawab langsung
terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan mereview pekerjaan para akuntan yunior yang dibawahinya.
Akuntan Yunior
Akuntan yunior merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung
jawab atas pekerjaan lapangan. Para yunior ini penugasannya dapat
berupa bagian-bagian dari pekerjaan audit, dan bahkan bila
memungkinkan memberikan pendapat atas bagian yang
diperiksanya.

Partner

Manajer

Akuntan Senior
Gambar 4.1 Hierarki Staf Kantor Akuntan Publik
Akuntan Yunior

Gambar 4.1 Hierarki Staf Kantor Akuntan Publik


Sebagai contoh komposisi staf tersebut dapat berupa satu orang partner,
dengan satu atau dua orang manajer, tiga hingga empat orang akuntan senior dan
lima hingga enam orang akuntan yunior. Hierarki dan komposisi tersebut memang
relatif. Jadi bisa saja bervariasi, misalnya mungkin ada kantor akuntan yang
menggolongkan akuntan yunior, semi senior, dan senior. Demikian pula, bisa saja
sebuah kantor akuntan publik mempunyai asisten akuntan.
Secara garis besar hierarki staf yang ada di 12 (dua belas) Kantor Akuntan
Publik yang dijadikan tempat penelitian penulis di antaranya terdapat satu orang,
dua orang atau tiga orang partner, dengan satu orang, dua orang atau tiga orang
manajer, tiga hingga lima orang akuntan senior dan lima hingga enam orang
akuntan yunior. Namun di dalam setiap Kantor Akuntan Publik banyak ditemukan
auditor freelance yang dipekerjakan apabila Kantor Akuntan Publik sedang
banyak pekerjaan dan kurang sumber daya manusianya. Namun auditor freelance
tersebut oleh Kantor Akuntan Publik dimasukan ke dalam kategori auditor yunior.

4.1.1.2 Karakteristik Responden


Data karakteristik responden yang berhasil dikumpulkan oleh penulis
dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 responden, di mana jumlah responden ini
didapat dari jumlah kuisioner yang telah disebar dan data hasil kuisioner tersebut
dapat diukur, sesuai dengan ukuran sampel yang telah ditentukan dalam Bab III.
Data mengenai karakteristik responden adalah sebagai berikut :
a. Profil Responden Berdasarkan Usia
Profil responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.2 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Profil Responden Berdasarkan Usia
No

Umur

1.

23 - 32 tahun

26

72,2

2.

33 - 42 tahun

22,2

3.

43 - 52 tahun

5,6

36

100

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui profil responden dari 12 Kantor


Akuntan Publik di Kota Bandung berdasarkan usia. Data yang diperoleh
melalui kuesioner yang diisi oleh responden yang berusia 23 32 tahun
berjumlah 26 orang atau sebesar (72,2%), yang berusia 33 42 tahun
berjumlah 8 orang atau sebesar (22,2%), dan yang berusia diatas 43 52 tahun

berjumlah 2 orang atau sebesar (5,6%). Jadi responden yang paling banyak
berdasarkan usia adalah responden yang berusia antara 23 32 tahun.

b. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Profil responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.3
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No

Jenis Kelamin

1.

Laki-Laki

26

72,2

2.

Perempuan

10

27,7

36

100

Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui profil responden dari 12 Kantor


Akuntan Publik di Kota Bandung berdasarkan jenis kelamin. Data yang
diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden menunjukkan bahwa
responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 26 orang atau sebesar
(72,2%), dan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 10 orang
atau sebesar (27,7%), jadi responden paling banyak berdasarkan jenis kelamin
adalah laki-laki.

c. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Profil responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada
tabel 4.4 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No

Pendidikan Tekahir

1.

S1

29

80,6

2.

S1+Ak

19,4

36

100

Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui profil responden dari 12 Kantor


Akuntan Publik di Kota Bandung berdasarkan pendidikan terakhir. Data yang
diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden menunjukkan bahwa
responden yang berpendidikan S1 berjumlah 29 orang atau (80,6%), dan
responden yang berpendidikan S1+Ak berjumlah 7 orang atau (19,4%). Jadi
responden paling banyak berdasarkan pendidikan terakhir adalah S1.

d. Profil Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Hierarki Auditor


Profil responden berdasarkan kategori tingkat hierarki auditor dapat
dilihat pada tabel 4.5 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Profil Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Hierarki Auditor

No

Kategori Auditor

1.

Junior

22

61,1

2.

Senior

14

38,9

3.

Manajer

4.

Partner

36

100

Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui profil responden dari 12 Kantor


Akuntan Publik di Kota Bandung berdasarkan kategori tingkat hierarki auditor.
Data yang diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden menunjukkan
bahwa responden junior auditor berjumlah 22 orang atau (61,1%), dan responden
senior auditor berjumlah 14 orang atau (38,9%). Jadi responden paling banyak
berdasarkan kategori auditor adalah Junior auditor.

e. Profil Responden Berdasarkan Masa Kerja


Profil responden berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel 4.6
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6
Profil Responden Berdasarkan Masa Kerja
No

Masa Kerja

1.

1 - 5 tahun

25

69,4

2.

6 - 10 tahun

16,6

3.

11 - 15 tahun

13,8

36

100

Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui profil responden dari 12 Kantor


Akuntan Publik di Kota Bandung berdasarkan lamanya bekerja. Data yang
diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh responden yang lama bekerjanya
berkisar antara 1-5 tahun tahun berjumlah 25 orang atau sebesar (69,4%), untuk
responden yang lama bekerjanya antara 6-10 tahun berjumlah 6 orang atau sebesar
(16,6%), dan untuk responden yang lama bekerjanya antara 11-15

tahun

berjumlah 5 orang atau sebesar (13,8%). Jadi responden yang paling banyak
adalah yang lama bekerjanya antara 1-5 tahun.

4.1.2

Pengalaman Auditor Pada 12 Kantor Akuntan Publik di Kota


Bandung
Pengalaman adalah mensyaratkan pengalaman tertentu biasanya satu atau

dua tahun pengalaman praktik, sebagai pengalaman kerja dengan kantor akuntan
publik. Tabel-tabel di bawah ini menunjukkan hasil perhitungan skor dari jawaban
responden yang berkaitan dengan indikator-indikator pengalaman auditor
berdasarkan dimensi variasi bekerja sebagai auditor dan pendidkan berkelnajutan
pada 12 Kantor Akuntan Publik yang ada di Kota Bandung.

Tabel 4.7 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai


Pengalaman Auditor dari dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi Variasi Bekerja Sebagai Auditor yang diturunkan ke dalam
indikator-indikator :
pelaksanaan tugas audit yang sering dihadapi (nomor pernyataan 1)
wewenang tugas yang diberikan (nomor pernyataan 2)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Variasi bekerja Sebagai
Auditor adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Variasi Bekerja Sebagai
Auditor

Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Pernyataan
1
5
4
4
3
4
5
5
4
3
5
2

2
5
4
4
4
5
5
5
4
3
5
4

2
4
5
5
4
5
4
4
5
4
4
5
4
5
3
4
4
3
4
5
5
4
3
5
4
148

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Jumlah

4
4
5
5
4
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
5
4
161

Tabel 4.8
Nilai (Skor) Variasi Bekerja Sebagai Auditor

No. Pernyataan
Frek

1
2
Total frekuensi (a)

13
18
31

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %

36,1 16
50
17
33

44,4 5
47,2 1

13,8 2
2,77 0
6

Total
1
Frek % Resp. %
0
0 36
5,55
100
0
0 36
0
100
0

Skor (b)

5
155

4
3
2
Dimensi (a) x (b)
132
18
4
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Variasi Bekerja Sebagai Auditor

1
0

Berdasarkan tabel 4.8 pertanyaan no.1 mengenai pelaksanaan tugas


audit yang sering dihadapi responden menanggapi: selalu memfokuskan pada
tugas audit yang sering dihadapi sebesar 36,1%, memfokuskan pada tugas
audit yang sering dihadapi sebesar 44,4%, kadang-kadang memfokuskan pada
tugas audit yang sering dihadapi sebesar 13,8%, jarang memfokuskan pada
tugas audit yang sering dihadapi sebesar 5,55%, dan tidak pernah
memfokuskan pada tugas audit yang sering dihadapi sebesar 0%. Berdasarkan
skor hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden menanggapi memfokuskan pada tugas audit yang sering dihadapi .
Berdasarkan tabel 4.8 pertanyaan no.2 mengenai wewenang tugas yang
diberikan responden menanggapi: selalu diberikan kewenangan untuk
melakukan tanya jawab pada klien sebesar 50%, diberikan kewenangan untuk
melakukan tanya jawab pada klien sebesar 47,2%, kadang-kadang diberikan
kewenangan untuk melakukan tanya jawab pada klien sebesar 2,77%, jarang
diberikan kewenangan untuk melakukan tanya jawab pada klien sebesar 0%,
dan tidak pernah diberikan kewenangan untuk melakukan tanya jawab pada
klien sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menanggapi selalu diberikan
kewenangan untuk melakukan tanya jawab pada klien.

309
36
9

Kesimpulan akhir menurut dimensi variasi bekerja sebagai auditor


tabel 4.8 di atas untuk semua pertanyaan termasuk ke dalam kriteria Sangat
Bervariasi Bekerja. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan 9 yang
dibandingkan dengan frekuensi yang telah ditetapkan di BAB III yaitu antara
(8,8-10). Dan didukung dengan frekuensi responden yang mayoritas
menjawab sangat/selalu.

Tabel 4.9 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai


Pengalaman Auditor dari dimensi sebagai berikut :
2. Dimensi Pendidikan Berkelanjutan yang diturunkan ke dalam indikatorindikator :
Kesempatan memperoleh pendidikan (nomor pernyataan 3)
Kesempatan memperoleh pelatihan (nomor pernyataan 4)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Pendidikan Berkelanjutan
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pendidikan berkelanjutan

Responden
1
2
3

Pertanyaan
3
5
4
4

4
5
4
4

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Jumlah

3
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
5
3
4
3
4
5
5
5
4
3
5
5
159

3
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
3
4
5
5
5
4
5
4
159

Tabel 4.10
Nilai (Skor) Pendidikan Berkelanjutan

No. Pernyataan
3
4

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %

Frek

19
17
36
5
180

52,7
47,2

Total
1
Frek % Resp. %

13 36,1
4
11,1
0
0
17 47,2
2
5,55
0
0
Total frekuensi (a)
30
6
0
Skor (b)
4
3
2
Dimensi (a) x (b)
120
18
0
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Pendidikan Berkelanjutan

0
0
0
1
0

0
0

36
36

318
36
9

Berdasarkan tabel 4.10 pertanyaan no.3 mengenai kesempatan


memperoleh pendidikan responden menanggapi: selalu diberikan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan yang lebih lanjut sebesar 52,7%, diberikan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih lanjut sebesar 36,1%,
kadang-kadang diberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang
lebih lanjut sebesar 11,1%, jarang diberikan kesempatan untuk memperoleh
pendidikan yang lebih lanjut sebesar 0%, dan tidak pernah diberikan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih lanjut sebesar 0%.
Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden menanggapi: selalu diberikan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan yang lebih lanjut .
Berdasarkan tabel 4.10 pertanyaan no.4 mengenai kesempatan
meningkatkan

keahlian

responden

menanggapi:

selalu

100
100

memperoleh

kesempatan untuk meningkatkan keahlian dalam bidang akuntansi dan

auditing sebesar 47,2%, memperoleh kesempatan untuk meningkatkan


keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing sebesar 47,2%, kadang-kadang
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keahlian dalam bidang
akuntansi dan auditing sebesar 5,55%, jarang memperoleh kesempatan untuk
meningkatkan keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing sebesar 0%, dan
tidak pernah memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keahlian dalam
bidang akuntansi dan auditing sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban
responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menanggapi selalu diberikan memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing dan memperoleh kesempatan
untuk meningkatkan keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing.
Kesimpulan akhir menurut dimensi pendidikan berkelanjutan tabel
4.10 di atas untuk semua pertanyaan termasuk ke dalam kriteria Sangat
memperoleh kesempatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan 9
yang dibandingkan dengan frekuensi yang telah ditetapkan di BAB III yaitu
antara (8,8-10). Dan didukung dengan frekuensi responden yang mayoritas
menjawab sangat/selalu.

4.1.3

Kompetensi Auditor Pada 12 Kantor Akuntan Publik di Kota


Bandung
Kompetensi adalah suatu kemampuan, keahlian (pendidikan dan

pelatihan), dan berpengalaman dalam mamahami kriteria dan dalam menentukan


jumlah bahan bukti yang dibutuhkan untuk dapat mendukung kesimpulan yang
akan diambilnya . Tabel-tabel di bawah ini menunjukkan hasil perhitungan skor
dari jawaban responden yang berkaitan dengan indikator-indikator kompetensi
auditor berdasarkan dimensi pendidikan, pengetahuan dan pelatihan pada 12
Kantor Akuntan Publik yang ada di Kota Bandung.
Tabel 4.11 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai
Kompetensi Auditor dari dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi Pendidikan yang diturunkan ke dalam indikator-indikator :
Pendidikan formal yang ditempuh (nomor pernyataan 5)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Pendidikan adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.11
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pendidikan

Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Pertanyaan
5
5
4
4
2
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
3
5
4
5
5
5
5
4
4

4
4
5
5
3
159

32
33
34
35
36
Jumlah

Tabel 4.12
Nilai (Skor) Pendidikan

No. Pernyataan
5
Total frekuensi (a)
Skor (b)
Dimensi (a) x (b)

Frek

19
19
5
95

52,7

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %

14 38,8
2
5,55
1
14
2
1
4
3
2
56
6
2
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Pendidikan

2,77

Total
1
Frek % Resp. %
0
0
1
0

36

Berdasarkan tabel 4.12 pertanyaan no.5 mengenai pendidikan formal


yang ditempuh responden menanggapi: sangat memiliki pengetahuan yang
diperoleh dari tingkat

pendidikan formal

sebesar

52,7%, memiliki

pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal sebesar 38,8%,


cukup memiliki pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal
sebesar 5,55%, kurang memiliki pengetahuan yang diperoleh dari tingkat
pendidikan formal sebesar 2,77%, dan tidak memiliki pengetahuan yang

100

159
36
4

diperoleh dari tingkat pendidikan formal sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil
jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menanggapi sangat memiliki pengetahuan yang diperoleh dari tingkat
pendidikan formal.
Kesimpulan akhir menurut dimensi pendidikan tabel 4.12 di atas untuk
semua pertanyaan termasuk ke dalam kriteria Pendidikan Memadai. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan 4 yang dibandingkan dengan frekuensi
yang telah ditetapkan di BAB III yaitu antara (3,4-4,2). Dan didukung dengan
frekuensi responden yang mayoritas menjawab sangat/selalu.

Tabel 4.13 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai


Kompetensi Auditor dari dimensi sebagai berikut :
2. Dimensi Pengetahuan yang diturunkan ke dalam indikator-indikator :
Pengetahuan akan prinsip akuntansi dan syandar auditing (pernyataan no 6
)
Pengetahuan tentang jenis industri klien (pernyataan no 7)
Pengetahua tentang kondisi perusahaan klien (pernyataan no 8)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Pengetahuan adalah
sebagai berikut:

Tabel 4.13
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pengetahuan

Responden

Pertanyaan
6

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

4
4
2
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
4
4

4
4
3
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
4
2
5
5
5
4
4
5
4
4

4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
2
5
5
5
5
4
5
4
4

32
33
34
35
36
Jumlah

4
5
5
5
5

4
5
5
3
3

4
5
4
5
3

162

153

163

Tabel 4.14
Nilai (Skor) Pengetahuan
Penilaian Responden
5
4
3
2
No. Pernyataan
Frek % Frek % Frek % Frek
6
0
20 55,5 15 41,6
0
1
7
50
8,3
14 38,8 18
3
1
8
2,77
22 61,1 12 33,3
1
1
Total frekuensi (a)
22
45
4
3
Skor (b)
5
4
3
2
Dimensi (a) x (b) 110
180
12
6
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Pengetahuan

1
% Frek
2,77
0
2,77
0
2,77
0
0
1
0

Total
%
0
0
0

Resp.
36
36
36

Berdasarkan tabel 4.14 pertanyaan no.6 mengenai pengetahuan akan


prinsip akuntansi dan standar auditing responden menanggapi: sangat
memiliki pengetahuan tentang prisip akuntansi dan standar auditing sebesar
55,5%, memiliki pengetahuan tentang prisip akuntansi dan standar auditing
sebesar 41,6%, cukup memiliki pengetahuan tentang prisip akuntansi dan
standar auditing sebesar 0%, kurang memiliki pengetahuan tentang prisip

%
100
100
100

308
36
9

akuntansi dan standar auditing sebesar 2,77%, dan tidak memiliki pengetahuan
tentang prisip akuntansi dan standar auditing sebesar 0%. Berdasarkan skor
hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden menanggapi sangat memiliki pengetahuan tentang prisip akuntansi
dan standar auditing.
Berdasarkan tabel 4.14 pertanyaan no.7 mengenai pengetahuan
tenatang jenis industri klien responden menanggapi: sangat memilki
pengetahuan tentang industri klien sebesar 38,8%, memilki pengetahuan
tentang industri klien sebesar 50%, cukup memilki pengetahuan tentang
industri klien sebesar 8,3%, kurang memiliki pengetahuan yang diperoleh dari
tingkat pendidikan formal sebesar 2,77%, dan tidak memilki pengetahuan
tentang industri klien 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menanggapi memilki
pengetahuan tentang industri klien.
Berdasarkan tabel 4.14 pertanyaan no.8 mengenai pengetahuan tentang
kondisi perusahaan klien responden menanggapi: sangat mengetahui kondisi
perusahaan klien sebesar 61,1%, mengetahui kondisi perusahaan klien sebesar
33,3%, cukup mengetahui kondisi perusahaan klien sebesar 2,77%, kurang
mengetahui kondisi perusahaan klien sebesar 2,77%, dan tidak mengetahui
kondisi perusahaan klien sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban
responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menanggapi sangat mengetahui kondisi perusahaan klien.

Kesimpulan akhir menurut dimensi pengetahuan tabel 4.14 di atas


untuk semua pertanyaan termasuk ke dalam kriteria Pengetahuan Cukup
Memadai. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan 9 yang
dibandingkan dengan frekuensi yang telah ditetapkan di BAB III yaitu antara
(8-10,4). Dan didukung dengan frekuensi responden yang mayoritas
menjawab sangat/selalu.

Tabel 4.15 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai


Kompetensi Auditor dari dimensi sebagai berikut :
3. Dimensi Pelatihan yang diturunkan ke dalam indikator-indikator :
Pelatihan mengenai seluruh bidan tugas pemeriksaan (pernyataan no 9)
Pelatihan secara internal (pernyataan no 10)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi pelatihan adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.15
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pelatihan

Responden
1
2
3
4
5
6
7
8

Pertanyaan
9
5
4
4
4
5
5
5
5

10
5
5
5
4
4
5
5
5

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Jumlah

4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
5
4
4
4
5
3
3
4
4
4
5
4
161

5
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
5
166

Tabel 4.16
Nilai (Skor) Pelatihan

No. Pernyataan
9
10
Total frekuensi (a)
Skor (b)
Dimensi (a) x (b)

Frek

19
5
24
5
120

52,7
61,1

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %

15 41,6
2
5,55
14 38,8
0
0
29
2
4
3
116
6
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Pelatihan

0
0
0
2
0

0
0

Total
1
Frek % Resp. %
0
0
0
1
0

0
0

36
36

242
36
7

Berdasarkan tabel 4.16 pertanyaan no.9 mengenai pelatiah mengenai


seluruh

bidang

tugas

pemeriksaan

responden

menanggapi:

100
100

selalu

melaksanakan pelatian mengenai seluruh bidang auditing sebesar 52,7%,


melaksanakan pelatian mengenai seluruh bidang auditing sebesar 41,6%,
kadang-kadang melaksanakan pelatian mengenai seluruh bidang auditing
sebesar 5,55%, jarang melaksanakan pelatian mengenai seluruh bidang
auditing sebesar 0%, dan tidak pernah melaksanakan pelatian mengenai
seluruh bidang auditing 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menanggapi selalu
melaksanakan pelatian mengenai seluruh bidang auditing.
Berdasarkan tabel 4.16 pertanyaan no.10 mengenai pelatiahan secara
internal responden menanggapi: sangat membutuhkan pelatiahn secara internal
sebesar 61,1%, membutuhkan pelatiahn secara internal sebesar 38,8%, cukup
membutuhkan pelatiahn secara internal sebesar 0%, kurang membutuhkan

pelatiahn secara internal sebesar 0%, dan tidak membutuhkan pelatiahn secara
internal sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat
disimpulkan

bahwa

sebagian

besar

responden

menanggapi

sangat

membutuhkan pelatiahn secara internal.


Kesimpulan akhir menurut dimensi pelatihan tabel 4.16 di atas untuk
semua pertanyaan termasuk ke dalam kriteria Pelatihan Cukup Memadai.
Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan 7 yang dibandingkan dengan
frekuensi yang telah ditetapkan di BAB III yaitu antara (5,4-7). Dan didukung
dengan frekuensi responden yang mayoritas menjawab sangat/selalu.

4.1.4

Skeptisisme Profesional Auditor Pada 12 Kantor Akuntan Publik di


Kota Bandung
Skeptisisme profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu

mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis. Auditor menggunakan


pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan
publik untuk melaksanakan dengan cermat dan seksama, dengan maksud baik dan
intergritas, pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif. Tabel-tabel di
bawah ini menunjukkan hasil perhitungan skor dari jawaban responden yang
berkaitan dengan indikator-indikator skeptisisme profesional auditor berdasarkan
dimensi pikiran selalu bertanya (Questioning mind), suspensi pada penilaian
(Suspension on judgement), pencarian pengetahuan (Search for knowledge),
pemahaman interpersonal (Interpersonal understanding), percaya diri (Self

confidencen) dan penentuan sendiri (Self determination) pada 12 Kantor Akuntan


Publik yang ada di Kota Bandung.
Tabel 4.17 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai
Skeptisisme Profesional Auditor dari dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi Pikiran Selalu Bertanya (Questioning mind) yang diturunkan ke
dalam indikator-indikator :
Menolak statement tanpa bukti (pernyataan no 11)
Sering bertanya (pernyataan 12)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Pikiran Selalu Bertanya
(Questioning mind) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.17
Tabulasi Jawaban Dimensi Pikiran Selalu Bertanya (Questioning mind)

Pertanyaan

Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

11
3
4
3
4
5
5
5
4
3
5
4

12
5
4
4
2
4
5
5
5
4
5
4

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Jumlah

4
4
5
5
4
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
161

4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
162
Tabel 4.18

Nilai (Skor) Pikiran Selalu Bertanya (Questioning mind)

No. Pernyataan
11
12

Frek

20
20
40
5
200

55,5
55,5

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %

13 36,1
3
8,3
0
0
15 41,6
0
0
1
2,7
Total frekuensi (a)
28
3
1
Skor (b)
4
3
2
Dimensi (a) x (b)
112
9
2
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Pikiran Selalu Bertanya

Total
1
Frek % Resp. %
0
0
0
1
0

0
0

36
36

100
100

323
36
9

Berdasarkan tabel 4.18 pertanyaan no.11 mengenai menolak statement


tanpa bukti responden menanggapi: sering menolak statement sebelum
membuktikan bahwa hal tersebut adalah benar sesuai bukti yang tersedia
sebesar 55,5%, menolak statement sebelum membuktikan bahwa hal tersebut
adalah benar sesuai bukti yang tersedia sebesar 36,1%, kadang-kadang
menolak statement sebelum membuktikan bahwa hal tersebut adalah benar
sesuai bukti yang tersedia sebesar 8,3%, jarang menolak statement sebelum
membuktikan bahwa hal tersebut adalah benar sesuai bukti yang tersedia
sebesar 0%, dan tidak pernah menolak statement sebelum membuktikan
bahwa hal tersebut adalah benar sesuai bukti yang tersedia 0%. Berdasarkan
skor hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden menanggapi sering menolak statement sebelum membuktikan
bahwa hal tersebut adalah benar sesuai bukti yang tersedia.
Berdasarkan tabel 4.18 pertanyaan no.12 mengenai sering bertanya
responden menanggapi: selalu mempertanyakan tentang industri dan
lingkungan eksternal klien yang dilihat atau didengar sebesar 55,5%,
mempertanyakan tentang industri dan lingkungan eksternal klien yang dilihat
atau didengar sebesar 41,6,8%, kadang-kadang mempertanyakan tentang
industri dan lingkungan eksternal klien yang dilihat atau didengar sebesar 0%,
jarang mempertanyakan tentang industri dan lingkungan eksternal klien yang
dilihat atau didengar sebesar 2,7%, dan tidak pernah mempertanyakan tentang
industri dan lingkungan eksternal klien yang dilihat atau didengar sebesar 0%.
Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden menanggapi selalu mempertanyakan tentang industri


dan lingkungan eksternal klien yang dilihat atau didengar.
Kesimpulan

akhir

menurut

dimensi

pikiran

selalu

bertanya

(Questioning mind) tabel 4.18 di atas untuk semua pertanyaan termasuk ke


dalam kriteria Sangat Kritis. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan
9 yang dibandingkan dengan frekuensi yang telah ditetapkan di BAB III yaitu
antara (8,-10). Dan didukung dengan frekuensi responden yang mayoritas
menjawab sering dan sangat/selalu.
Tabel 4.19 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai
Skeptisisme Profesional Auditor dari dimensi sebagai berikut :
2. Dimensi Suspensi Pada Penilaian (Suspension on Judgment) yang
diturunkan ke dalam indikator-indikator :
Membutuhkan informasi lebih (pernyataan no 13)
Membutuhkan waktu untuk membuat keputusan (pernyataan no 14)
Membuat keputusan jika mendapat semua informasi (pernyataan no 15)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Suspensi Pada Penilaian
(Suspension on Judgment) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.19
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Suspensi Pada Penilaian
(Suspension on Judgment)

Pertanyaan

Responden
13

14

15

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Jumlah
T

5
4
4
2
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
5
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5

4
4
4
3
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
5
5
4
4
5
5
5
5
4
5

5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
3
5
4
4
5
4
4
4
4
5

160

159

164

abel 4.20
Nilai (Skor) Suspensi pada Penilaian (Suspension on Judgment)

No. Pernyataan
Frek

13
14
15

18
16
21
Total frekuensi (a) 55
Skor (b)
5
Dimensi (a) x (b) 275

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %

50
44,4
58,3

17 47,2
0
0
1
2,7
19 52,7
1
2,7
0
0
14 38,8
1
2,7
0
0
50
2
1
4
3
2
200
6
2
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Suspensi pada Penilaian

Total
1
Frek % Resp. %
0
0
0
0
1
0

0
0
0

36

100

36

100

483
36
13

Berdasarkan tabel 4.20 pertanyaan no.13 mengenai membutuhkan


informasi lebih responden menanggapi: sangat membutuhkan informasi yang
lebih banyak, handal dan reliabel sebesar 50%, membutuhkan informasi yang
lebih banyak, handal dan reliabel sebesar 47,2%, cukup membutuhkan
informasi yang lebih banyak, handal dan reliabel sebesar 0%, kurang
membutuhkan informasi yang lebih banyak, handal dan reliabel sebesar 2,7%,
dan tidak membutuhkan informasi yang lebih banyak, handal dan reliabel 0%.
Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden menanggapi sangat membutuhkan informasi yang
lebih banyak, handal dan reliabel.

Berdasarkan tabel 4.20 pertanyaan no.14 mengenai membutuhkan


waktu

untuk

membuat

keputusan

responden

menanggapi:

sangat

membutuhkan waktu ketika mengolah informasi untuk mengambil keputusan


dalam melakukan audit terperinci sebesar 44,4%, membutuhkan waktu ketika
mengolah informasi untuk mengambil keputusan dalam melakukan audit
terperinci sebesar 52,7%, cukup membutuhkan waktu ketika mengolah
informasi untuk mengambil keputusan dalam melakukan audit terperinci
sebesar 2,7%, kurang membutuhkan waktu ketika mengolah informasi untuk
mengambil keputusan dalam melakukan audit terperinci sebesar 0%, dan tidak
membutuhkan waktu ketika mengolah informasi untuk mengambil keputusan
dalam melakukan audit terperinci sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban
responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menanggapi

membutuhkan waktu ketika

mengolah informasi

untuk

mengambil keputusan dalam melakukan audit terperinci.


Berdasarkan tabel 4.20 pertanyaan no.15 mengenai membuat
keputusan jika mendapat semua informasi responden menanggapi: selalu
membuat keputusan setelah mendapatkan semua informasi untuk memberikan
rekomendasi kepada klien sebesar 58,3%, membuat keputusan setelah
mendapatkan semua informasi untuk memberikan rekomendasi kepada klien
sebesar 38,8%, kadang-kadang membuat keputusan setelah mendapatkan
semua informasi untuk memberikan rekomendasi kepada klien sebesar 2,7%,
jarang membuat keputusan setelah mendapatkan semua informasi untuk
memberikan rekomendasi kepada klien sebesar 0%, dan tidak membuat
keputusan setelah mendapatkan semua informasi untuk memberikan
rekomendasi kepada klien sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban

responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden


menanggapi selalu membuat keputusan setelah mendapatkan semua informasi
untuk memberikan rekomendasi kepada klien.
Kesimpulan

akhir

menurut

dimensi

suspensi

pada

penilaian

(suspension judgement) tabel 4.20 di atas untuk semua pertanyaan termasuk ke


dalam kriteria Sangat Suspensi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
keseluruhan 13 yang dibandingkan dengan frekuensi yang telah ditetapkan di
BAB III yaitu antara (13-15). Dan didukung dengan frekuensi responden yang
mayoritas menjawab sangat/selalu.

Tabel 4.21 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai


Skeptisisme Profesional Auditor dari dimensi berikut :
3. Dimensi Pencarian Pengetahuan (Search For Knowledge) yang
diturunkan ke dalam indikator-indikator :
Menemukan informasi baru (pernyataan no 16)
Mempelajari hal baru adalah menyenangkan (pernyataan 17)
Membuktikan sesuatu adalah hal yang menyenangkan (18)

Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Pencarian Pengetahuan


(Search For Knowledge) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.21
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Pencarian Pengetahuan
(Search For Knowledge)

Pertanyaan

Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

16

17

18

5
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
5
4
4

5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4

4
5
4
3
5
4
5
5
5
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
5
4

31
32
33
34
35
36
Jumlah

5
4
4
5
4
5

5
4
4
4
5
5

5
5
5
5
5
5

165

162

163

Tabel 4.22
Nilai (Skor) Pencarian Pengetahuan (Search For Knowledge)

No. Pernyataan
Frek

16
17
18

21
18
20
Total frekuensi (a) 59
Skor (b)
5
Dimensi (a) x (b) 295

58,3
50
55,5

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %

15 41,6
0
0
0
0
18
50
0
0
0
0
15 41,6
1
2,7
0
0
48
1
0
4
3
2
192
3
0
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Pencarian Pengetahuan

Total
1
Frek % Resp. %
0
0
0
0
1
0

0
0
0

36

100

36

100

Berdasarkan tabel 4.22 pertanyaan no.16 mengenai menemukan


informasi baru responden menanggapi: selalu menemukan informasi baru
pada saat melakukan proses audit sebesar 58,3%, menemukan informasi baru
pada saat melakukan proses audit sebesar 41,6%, kadang-kadang menemukan
informasi baru pada saat melakukan proses audit sebesar 0%, jarang
menemukan informasi baru pada saat melakukan proses audit sebesar 0%,

490
36
14

dan tidak pernah menemukan informasi baru pada saat melakukan proses audit
0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden menanggapi selalu menemukan informasi
baru pada saat melakukan proses audit.
Berdasarkan tabel 4.22 pertanyaan no.17 mengenai mempelajari hal
baru adalah menyenangkan responden menanggapi: sangat menyenangkan
mempelajari hal yang baru ketika melakukan pengujian audit sebesar 50%,
menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika melakukan pengujian audit
sebesar 50%, cukup menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika
melakukan pengujian audit sebesar 0%, kurang menyenangkan mempelajari
hal yang baru ketika melakukan pengujian audit sebesar 0%, dan tidak
menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika melakukan pengujian audit
sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat
disimpulkan

bahwa

sebagian

besar

responden

menanggapi

sangat

menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika melakukan pengujian audit


dan menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika melakukan pengujian
audit .
Berdasarkan tabel 4.22 peranyaan no.18 mengenai membuktikan
sesuatu adalah hal yang menyenangkan responden menanggapi: sangat merasa
senang ketika membuktikan bahwa klien melakukan kesalahan material dan
itu adalah kebenaran sebesar 55,5%, merasa senang ketika membuktikan
bahwa klien melakukan kesalahan material dan itu adalah kebenaran sebesar
41,6%, cukup merasa senang ketika membuktikan bahwa klien melakukan

kesalahan material dan itu adalah kebenaran sebesar 2,7%, kurang merasa
senang ketika membuktikan bahwa klien melakukan kesalahan material dan
itu adalah kebenaran sebesar 0%, dan tidak merasa senang ketika
membuktikan bahwa klien melakukan kesalahan material dan itu adalah
kebenaran sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menanggapi sangat
merasa senang kietika membuktikan bahwa klien melakukan kesalahan
material dan itu adalah kebenaran .
Kesimpulan akhir menurut dimensi pencarian pengetahuan (search for
knowledge ) tabel 4.22 di atas untuk semua pertanyaan termasuk ke dalam
kriteria Sangat Ingin Tahu Pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
keseluruhan 14 yang dibandingkan dengan frekuensi yang telah ditetapkan di
BAB III yaitu antara (13-15). Dan didukung dengan frekuensi responden yang
mayoritas menjawab sangat/selalu.

Tabel 4.23 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai


Skeptisisme Prfesional Auditor dari dimensi sebagai berikut :
4. Dimensi Pemahaman Interpersonal (Interpersonal Understanding) yang
diturunkan ke dalam indikator-indikator :
Memahami alasan mengapa seseorang berprilaku (pernyataan 19)
Memahami perilaku orang lain (pernyataan 20)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Pemahaman Interpersonal
(Interpersonal Understanding) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.23
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Interpersonal (Interpersonal

Understanding)

Pertanyaan

Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

19
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5

20
4
4
4
2
5
5
5
4
4
5
4
4
4
5
5
3
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
5
4
5
4
5
4
4

34
35
36
Jumlah

4
5
5
169

4
5
5
159

Tabel 4.24
Nilai (Skor) Pemahaman Interpersonal (Interpersonal Understanding)

No. Pernyataan
19
20

Frek

25
15
40
5
200

69,4
41,6

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %

11 30,5
0
0
0
0
19 52,7
1
2,7
1
2,7
Total frekuensi (a)
30
1
1
Skor (b)
4
3
2
Dimensi (a) x (b)
120
3
2
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Pemahaman Interpersonal

Total
1
Frek % Resp. %
0
0
0
1
0

0
0

36

Berdasarkan tabel 4.24 pertanyaan no.19 mengenai memahami alasan


mengapa orang berprilaku responden menanggapi: sangat tertarik untuk
memahami hal apa yang mendasari klien untuk bertindak atau berprilaku
sebesar 69,4%, tertarik untuk memahami hal apa yang mendasari klien untuk
bertindak atau berprilaku sebesar 30,5%, cukup tertarik untuk memahami hal
apa yang mendasari klien untuk bertindak atau berprilaku sebesar 0%, kurang
tertarik untuk memahami hal apa yang mendasari klien untuk bertindak atau
berprilaku sebesar 0%, dan tidak tertarik untuk memahami hal apa yang

100

325
36
9

mendasari klien untuk bertindak atau berprilaku sebesar 0%. Berdasarkan skor
hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden menanggapi sangat tertarik untuk memahami hal apa yang
mendasari klien untuk bertindak atau berprilaku.
Berdasarkan tabel 4.24 pertanyaan no.20 mengenai memahami
perilaku orang lain responden menanggapi: sangat memahami perilaku klien
ketika pengujian internal control sedang berlangsung sebesar 41,6%,
memahami perilaku klien ketika pengujian internal control sedang
berlangsung sebesar 52,7%, cukup memahami perilaku klien ketika pengujian
internal control sedang berlangsung sebesar 2,7%, kurang memahami perilaku
klien ketika pengujian internal control sedang berlangsung sebesar 2,7%, dan
tidak memahami perilaku klien ketika pengujian internal control sedang
berlangsung sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menanggapi memahami
perilaku klien ketika pengujian internal control sedang berlangsung.
Kesimpulan

akhir

menurut

dimensi

pemahaman

interpersonal

(interpersonal understanding) tabel 4.24 di atas untuk semua pertanyaan


termasuk ke dalam kriteria Sangat Memahami Interpersonal. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata keseluruhan 9 yang dibandingkan dengan frekuensi yang
telah ditetapkan di BAB III yaitu antara (8,8-10). Dan didukung dengan
frekuensi responden yang mayoritas menjawab sangat/selalu.

Tabel 4.25 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai


Skeptisisme Profesional Auditor dari dimensi sebagai berikut :
5. Dimensi Percaya Diri (Self Confidence) yang diturunkan ked ala
indikator-indikator :
Percaya akan diri sendiri (pernyataan no 21)
Percaya akan kemampuan (pernyataan no 22)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Percaya Diri (Self
Confidence) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.25
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Percaya Diri (Self Confidence)

Pernyataan

Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

21
5
5
4
2
5
5
5
5
4
5
4
4

22
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5
3
3

Tabel 4.26
Nilai
(Skor)
Percaya
Diri (Self
Confidenc
e)

No. Pernyataan
Frek

21
22

17
18
Total frekuensi (a) 35
Skor (b)
5
Dimensi (a) x (b) 175

47,2
50

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Jumlah

4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
5
4
5
4
5
4
5
4
4
4
4
5
159

4
4
4
5
5
5
4
5
3
4
4
5
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
159

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %

18
50
0
0
1
15 41,6
3
8,3
0
33
3
1
4
3
2
132
9
2
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Percaya Diri

2,7
0

Total
1
Frek % Resp. %
0
0
0
1
0

0
0

36
36

100
100

318
36
9

Berdasarkan tabel 4.26 pertanyaan no.21 mengenai percaya akan diri


sendiri responden menanggapi: sangat memiliki rasa kepercayaan yang tinggi
dalam meyakinkan argumen kepada klien sebesar 47,2%, memiliki rasa
kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan argumen kepada klien sebesar
50%, cukup memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan
argumen kepada klien sebesar 0%, kurang memiliki rasa kepercayaan yang
tinggi dalam meyakinkan argumen kepada klien sebesar 2,7%, dan tidak
memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan argumen kepada
klien sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden menanggapi memiliki rasa
kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan argumen kepada klien .
Berdasarkan tabel 4.26 pertanyaan no.22 mengenai percaya akan
kemampuan responden menanggapi: sangat merasa yakin akan kemampuan
kapasitas sebagai auditor sebesar 50%, merasa yakin akan kemampuan
kapasitas sebagai auditor sebesar 41,6%, cukup merasa yakin akan
kemampuan kapasitas sebagai auditor sebesar 8,3%, kurang merasa yakin
akan kemampuan kapasitas sebagai auditor sebesar 0%, dan tidak merasa
yakin akan kemampuan kapasitas sebagai auditor sebesar 0%. Berdasarkan
skor hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden menanggapi sangat merasa yakin akan kemampuan kapasitas
sebagai auditor.
Kesimpulan akhir menurut dimensi percaya diri (self confidence) tabel
4.26 di atas untuk semua pertanyaan termasuk ke dalam kriteria Sangat

Percaya Diri. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan 9 yang
dibandingkan dengan frekuensi yang telah ditetapkan di BAB III yaitu antara
(8,8-10). Dan didukung dengan frekuensi responden yang mayoritas
menjawab sangat/selalu.

Tabel 4.27 di bawah ini menunjukan tanggapan responden mengenai


Skeptisisme Profesional Auditor dari dimensi sebagai berikut :
6. Dimensi Penentuan Sendiri (Self Determination) yang diturunkan ke
dalam indikator-indikator :
Mempertimbangkan penjelasan orang lain (pernyataan no 23)
Memecahkan informasi yang tidak konsisten (pernyataan no 24)
Tidak langsung menerima alasan orang lain (pernyataan no 25)
Tidak mudah dipengaruhi orang lain (pernyataan 26)
Hasil perhitungan tabulasi kuesioner pada dimensi Penentuan Sendiri (Self
Determination) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.27
Tabulasi Jawaban Responden Dimensi Penentuan Sendiri (Self
Determination)
Pertanyaan
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

23
4
4
5
5
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4

24
4
4
4
3
4
5
5
4
3
5
2
2
4
5
4
4
5
4
4
5
4
4
5
4
5
3
3
4
5
5

25
4
3
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
3
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5
5

26
3
4
4
3
4
5
5
4
3
5
3
3
4
5
5
4
5
4
4
5
4
4
5
4
5
3
3
4
5
5

5
5
5
4
4
5
166

31
32
33
34
35
36
Jumlah

3
4
5
5
4
3
146

4
4
5
5
3
4
152

5
5
4
5
3
5
151

Tabel 4.28
Nilai (Skor) Penentuan Sendiri (Self Determination)

No. Pernyataan
Frek

23
24
25
26

23
12
11
15

61,1
33,3
36,5
41,6

Total frekuensi (a)

60
5
300

Penilaian Responden
4
3
2
Frek % Frek % Frek %
14
16
22
13

38,8
44,4
66,1
36,1

0
6
3
8

0
16,6
8,3
22,2

0
2
0
0

0
5,5
0
0

tabel

4.28

pertanyaan

0
0
0
0

0
0
0
0

36
36
36
36

0
1
0

65
17
2
Skor (b)
4
3
2
Dimensi (a) x (b)
260
51
4
Total Responden
Rata-rata untuk Dimensi Penentuan Sendiri

Berdasarkan

Total
1
Frek % Resp. %

no.23

615
36
17

mengenai

mempertimbangkan penjelasan orang lain responden menanggapi: sangat


cenderung

untuk

tidak

menerima

penjelasan

klien

100
100
100
100

tanpa

mempertimbangkannya terlebih dahulu sebesar 61,1%, cenderung untuk tidak


menerima penjelasan klien tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu

sebesar 38,8%, cukup cenderung untuk tidak menerima penjelasan klien tanpa
mempertimbangkannya terlebih dahulu sebesar 0%, kurang cenderung untuk
tidak menerima penjelasan klien tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu
sebesar 0%, dan tidak cenderung untuk tidak menerima penjelasan klien tanpa
mempertimbangkannya terlebih dahulu sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil
jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menanggapi sangat cenderung untuk tidak menerima penjelasan klien tanpa
mempertimbangkan terlebih dahulu.
Berdasarkan tabel 4.28 pertanyaan no.24 mengenai memecahkan
informasi yang tidak konsisten responden menanggapi: selalu berusaha untuk
memecahkan informasi yang tidak konsisten yang diperoleh dari klien sebesar
33,3%, berusaha untuk memecahkan informasi yang tidak konsisten yang
diperoleh dari klien sebesar 44,4%, kadang-kadang berusaha untuk
memecahkan informasi yang tidak konsisten yang diperoleh dari klien sebesar
16,6%, jarang berusaha untuk memecahkan informasi yang tidak konsisten
yang diperoleh dari klien sebesar 5,5%, dan tidak pernah berusaha untuk
memecahkan informasi yang tidak konsisten yang diperoleh dari klien sebesar
0%. Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar responden menanggapi berusaha untuk memecahkan
informasi yang tidak konsisten yang diperoleh dari klien.
Berdasarkan tabel 4.28 pertanyaan no.25 mengenai tidak langsung
menerima alasan orang lain responden menanggapi: selalu mengungkapkan
ketidaksetujuan atas pernyataan klien sebesar 36,5%, mengungkapkan

ketidaksetujuan atas pernyataan klien sebesar 66,1%, kadang-kadang


mengungkapkan ketidaksetujuan atas pernyataan klien sebesar 8,3%, jarang
mengungkapkan ketidaksetujuan atas pernyataan klien sebesar 0%, dan tidak
pernah mengungkapkan ketidaksetujuan atas pernyataan klien sebesar 0%.
Berdasarkan skor hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden menanggapi untuk mengungkapkan ketidaksetujuan
atas pernyataan klien .
Berdasarkan tabel 4.28 pertanyaan no.26 mengenai tidak mudah
dipengaruhi orang lain responden menanggapi: sangat tidak mudah
dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga sebesar 41,6%, tidak mudah
dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga sebesar 36,1%, cukup mudah
dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga sebesar 22,2%, kurang mudah
dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga sebesar 0%, dan tidak mudah
dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga sebesar 0%. Berdasarkan skor hasil
jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
menanggapi sangat tidak mudah dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga.
Kesimpulan

akhir

menurut

dimensi

penetuan

sendiri

(self

determination) tabel 4.28 di atas untuk semua pertanyaan termasuk ke dalam


kriteria Menentukan Sendiri. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata keseluruhan
17 yang dibandingkan dengan frekuensi yang telah ditetapkan di BAB III
yaitu antara (13,9-17,1). Dan didukung dengan frekuensi responden yang
mayoritas menjawab sangat/selalu.

4.2

Pembahasan

4.2.1

Uji Validitas Item dan Realibilitas Instrumen

4.2.1.1 Uji Validitas Item


Validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukur
tersebut mampu mengukur apa yang diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk mencari nilai validitas dari sebuah item, maka digunakan korelasi skor item
dengan total item-item tersebut.
Untuk mengukur validitas setiap butir digunakan analisis item yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan skor jumlah
tiap skor butir. Adapun metode yang digunakan adalah korelasi item total. Item
yang memiliki skor total serta korelasi antar item yang tinggi, maka menunjukkan
bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap 26 pernyataan yang
terdiri dari 4 pernyataan untuk variabel X1 (pengalaman auditor), 6 pernyataan
untuk variabel X2 (kompetensi auditor), dan 16 pernyataan untuk variabel Y
(skeptisisme professional auditor).
Adapun kriteria atau syarat suatu item tersebut dinyatakan valid yang
penulis kutip dari Sugiyono (2008:178) adalah : Bila korelasi tiap faktor tersebut
bernilai positif dan besarnya 0,3 keatas, maka instrumen tersebut dinyatakan valid
dan bila kurang dari 0,3 maka dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas untuk masing-masing variabel dijelaskan dalam bentuk


tabel di bawah ini. Perhitungan uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
program SPSS 19.0 For Windows dan hasil perhitungan dengan SPSS 19.0
disajikan dalam bentuk lampiran.
a.

Hasil Uji Validitas X1 (Pengalaman Auditor)


Tabel 4.29
Hasil Uji Validitas X1 (Pengalaman Auditor)
Variabel X1

Korelasi

Angka Kritis

Keterangan

Pernyataan 1

0.731

0,3

Valid

Pernyataan 2

0.734

0,3

Valid

Pernyataan 3

0.671

0,3

Valid

Pernyataan 4

0.593

0,3

Valid

Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 19.0 for windows


Kesimpulan:
Berdasarkan hasil uji coba validitas variabel pengalaman auditor (X1)
seperti yang terlihat pada tabel 4.29 ternyata seluruh pernyataan tersebut
memiliki korelasi di atas nilai kritis yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,3.
Jadi dapat disimpulkan bahwa empat pernyataan tersebut dinyatakan valid.

b.

Hasil Uji Validitas X2 (Kompetensi Auditor)


Tabel 4.30
Hasil Uji Validitas X2 (Kompetensi Auditor)
Variabel X2

Korelasi

Angka Kritis

Keterangan

Pernyataan 1

0.758

0,3

Valid

Pernyataan 2

0.538

0,3

Valid

Pernyataan 3

0.606

0,3

Valid

Pernyataan 4

0.572

0,3

Valid

Pernyataan 5

0.550

0,3

Valid

Pernyataan 6

0.431

0,3

Valid

Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 19.0 for windows


Kesimpulan:
Berdasarkan hasil uji coba validitas variabel kompetensi auditor (X2)
seperti yang terlihat pada tabel 4.30 ternyata seluruh pernyataan tersebut
memiliki korelasi di atas nilai kritis yang telah ditetapkan yaitu sebesar 0,3.
Jadi dapat disimpulkan bahwa enam pernyataan tersebut dinyatakan valid.

c.

Hasil Uji Validitas Y (Skeptisisme Profesional Auditor)


Tabel 4.31
Hasil Uji Validitas Y (Skeptisisme Profesional Auditor)
Variabel Y
Pernyataan 1

Korelasi
0.514

Angka Kritis

Keterangan

0,3

Valid

Pernyataan 2

0.728

0,3

Valid

Pernyataan 3

0.740

0,3

Valid

Pernyataan 4

0.567

0,3

Valid

Pernyataan 5

0.364

0,3

Valid

Pernyataan 6

0.428

0,3

Valid

Pernyataan 7

0.336

0,3

Valid

Pernyataan 8

0.493

0,3

Valid

Pernyataan 9

0.473

0,3

Valid

Pernyataan 10

0.610

0,3

Valid

Pernyataan 11

0.717

0,3

Valid

Pernyataan 12

0.493

0,3

Valid

Pernyataan 13

0.394

0,3

Valid

Pernyataan 14

0.439

0,3

Valid

Pernyataan 15

0.433

0,3

Valid

Pernyataan 16

0.577

0,3

Valid

Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 19.0 for windows


Kesimpulan:
Berdasarkan hasil uji coba validitas variabel skeptisisme profesional
auditor (Y) seperti yang terlihat pada tabel 4.31 ternyata seluruh pernyataan
tersebut memiliki korelasi di atas nilai kritis yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 0,3. Jadi dapat disimpulkan bahwa enam belas pernyataan tersebut
dinyatakan valid.

4.2.1.2 Uji Reliabilitas Instrumen


Uji reliabilitas instrumen digunakan untuk menunjukkan sampai
sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran
dilakukan dua kali atau lebih. Dalam uji reliabilitas yang dilakukan dalam
penlititan ini penulis menggunakan alat bantu statistik yang ada dalam program
SPSS 20.0 For Windows yaitu dengan menggunakan rumus alpha Cronbachs.
Keputusan yang diambil, suatu konstruk dikatakan reliabel jika
menghasilkan nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnaly, 1967 dalam
Imam Ghozali, 2007:42).
Di bawah ini disajikan hasil perhitungan uji reliabilitas dalam bentuk tabel
dari masing-masing variabel (Variabel X1, Variabel X2, dan Variabel Y).

a.

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1 (Pengalaman Auditor)


Tabel 4.32
Hasil Uji Reliabilitas X1
(Pengalaman Auditor)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's

Standardized

Alpha

Items
.835

N of Items
.844

Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 19. 0 for windows

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 19.0 di atas


terlihat bahwa dari 36 orang responden untuk item pernyataan yang ada dalam
variabel X1 memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,835. Dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 4 (empat) pernyataan dalam variabel X1 tersebut adalah reliabel karena
koefisien korelasi lebih besar dari pada nilai kritisnya yaitu 0,60 (0,835>0,60).

b.

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2 (Kompetensi Auditor)


Tabel 4.33
Hasil Uji Reliabilitas X2
(Kompetensi Auditor)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's

Standardized

Alpha

Items
.813

N of Items
.810

Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 19. 0 for windows


Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 19.0 di atas
terlihat bahwa dari 36 orang responden untuk item pernyataan yang ada dalam
variabel X2 memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,813. Dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 6 (enam) pernyataan dalam variabel X2 tersebut adalah reliabel karena
koefisien korelasi lebih besar dari pada nilai kritisnya yaitu 0,60 (0,813>0,60).

c.

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Skeptisisme Profesional Auditor)


Tabel 4.34
Hasil Uji Reliabilitas Y
(Skeptisisme Profesional Auditor)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's

Standardized

Alpha

Items
.876

N of Items
.877

16

Sumber : Data hasil pengolahan SPSS 19.0 for windows

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 19.0 di atas


terlihat bahwa dari 36 orang responden untuk item pernyataan yang ada dalam
variabel Y memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,876. Dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 16 (enam belas) pernyataan dalam variabel Y tersebut adalah reliabel
karena koefisien korelasi lebih besar dari pada nilai kritisnya yaitu 0,60
(0,876>0,60).

4.2.2

Analisis Pengalaman Auditor Pada 12 Kantor Akuntan Publik di


Kota Bandung
Berdasarkan data hasil kuesioner yang terdiri dari empat (4) pernyataan

untuk variabel pengalaman auditor (X1), maka penulis menentukan kriteria untuk
variabel X1 berdasarkan skor tertinggi dan terendah, di mana skor tertinggi yaitu
20(4x 5) , dan skor terendah yaitu 4 (1x4), lalu kelas interval sebesar 3,2 (204)/5), maka diperoleh kriteria yang telah penulis tetapkan sebelumnya pada BAB

III. Adapun tabulasi jawaban mengenai pengalaman auditor

adalah sebagai

berikut:
Tabel 4.35
Tabulasi Jawaban Responden Variabel Pengalaman Auditor (X1)
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

1
5
4
4
3
4
5
5
4
3
5
2
2
4
5
5
4
5
4
4
5
4
4
5
4
5
3
4
4
3
4

Pertanyaan
2
3
5
5
4
4
4
4
4
3
5
4
5
5
5
5
4
5
3
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
3
4
4
4
3
4
4
4
5

Total
4
5
4
4
3
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
4
3
4

20
16
16
13
18
20
20
18
14
20
14
14
16
20
19
18
18
19
16
20
18
18
18
19
20
15
16
15
14
17

31
32
33
34
35
36
Jumlah

5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
5
3
4
3
4
5
5
5
5
4
4
5
4
148 161 159 159

20
20
17
14
20
17
627

Berdasarkan tabulasi data untuk variabel pengalaman auditor (X1) maka


dapat dihitung rata-rata (mean), dan perolehan hasil sebagai berikut :
Me

Me

X1
n

627
36

Me = 17,41
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata dari 36 (tiga puluh enam)
responden pada 12 (dua belas) Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung dan jika
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis pada BAB III
termasuk kriteria Sangat Berpengalaman. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
sebesar 17,41 dibandingkan dengan kriteria yang telah penulis tetapkan yaitu
antara (16,8-20). Hal ini didukung dengan hasil kuesioner yang mayoritas
responden memberikan penilaian yang sangat positif terhadap pengalaman auditor
yang diterapkan oleh 12 KAP di Kota Bandung. Namun apabila dilihat dari
jumlah skor terendah dari responden 2,3,4,9,11 dan 12 dengan skor dibawah 16,8
tetapi masih termasuk kedalam kriteria Berpengalaman hal ini dapat dilihat dari
skor kriteria berada di antara (13,6 16,8 ). Hal ini disebabkan skor terendah dari
pernyataan 1,3 dan 4.

Pernyataan penyebab skor terendah tersebut karena

sebagian auditor yang masih junior, dan pengalaman auditnya yang masih sedikit
yang memberikan tanggapan ragu-ragu dan tidak setuju yang menyatakan bahwa
auditor dituntut untuk memiliki banyak pengalaman di bidang auditing dan
akuntansi. Dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki, auditor akan dapat
memenuhi tuntutan pekerjaanya. Walaupun pengalaman merupakan tuntutan yang
harus dimiliki oleh auditor masih ada sebagian auditor yang tidak memiliki
pengalaman, terutama dalam dimensi variasi bekerja sebagai auditor dan
pendidikan berkelanjutan.
Dalam mengatasi hal tersebut, seorang auditor terutama auditor junior
seharusnya lebih meningkatkan pengalamannya dibidang auditing dan akuntansi.
Selain itu untuk meningkatkan pengalamannya seorang junior auditor perlu
mendapatkan pelatihan dalam hal pemeriksaan baik secara internal maupun
eksternal.

4.2.3

Analisis Kompetensi Auditor Pada 12 Kantor Akuntan Publik Di


Kota Bandung
Berdasarkan data hasil kuesioner yang terdiri dari enam (6) pernyataan

untuk variabel kompetensi auditor (X2), maka penulis menentukan kriteria untuk
variabel X2 berdasarkan skor tertinggi dan terendah, di mana skor tertinggi yaitu
30(6x5), dan skor terendah yaitu 6 (6x1), lalu kelas interval sebesar 4,8 (30-6)/5),
maka diperoleh kriteria yang telah penulis tetapkan sebelumnya pada BAB III.
Adapun tabulasi jawaban mengenai kompetensi auditor adalah sebagai berikut:

Tabel 4.36
Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kompetensi Auditor (X2)
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

5
5
4
4
2
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
3
5
4
5
5
5
5
4
4
4
4
5

6
5
4
4
2
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5

Pertanyaan
7
8
4
5
4
4
4
5
3
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
4
5
5
4
5
4
5
2
2
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4

Total
9
5
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
5
4
4
4
5
3
3
4
4
4

10
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
5

29
25
26
20
27
30
30
30
26
30
25
25
24
28
27
30
24
30
24
30
28
28
21
30
28
29
28
25
30
23
23
24
28
28

35
36
Jumlah

5
5
3
5
5
5
3
5
3
3
4
5
159 162 153 163 161 166

28
23
964

Berdasarkan tabulasi data untuk variabel kompetensi auditor (X2) maka


dapat dihitung rata-rata (mean), dan perolehan hasil sebagai berikut :
Me

Me

X1
n

964
36

Me = 26,77
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata dari 36 (tiga puluh enam)
responden pada 12 (dua belas) Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung dan jika
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis pada BAB III
termasuk kriteria Sangat Berkompeten. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
sebesar 26,77 dibandingkan dengan kriteria yang telah penulis tetapkan yaitu
antara (25,2-30). Hal ini didukung dengan hasil kuesioner yang mayoritas
responden memberikan penilaian yang sangat positif terhadap kompetensi auditor
yang diterapkan oleh 12 KAP di Kota Bandung. Namun apabila dilihat dari
jumlah skor terendah dari responden 2,4,11,12,13,17,19,23,28,30,31,32 dan 36
dengan skor dibawah 25,2 tetapi masih termasuk kedalam kriteria Berkompeten
hal ini dapat dilihat dari skor kriteria berada di antara (20,4 25,2 ). Hal ini
disebabkan skor terendah dari pernyataan 5,7 dan 9. Pernyataan penyebab skor
terendah tersebut karena sebagian auditor yang masih junior, dan kompetensi yang
dimiliki masih sedikit yang memberikan tanggapan ragu-ragu dan tidak setuju

yang menyatakan bahwa

kompetensi sebagai keharusan bagi auditor untuk

memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi, pengalaman praktik


yang memadai bagi pekerjaan yang sedang dilakukan, serta mengikuti pendidikan
profesional yang berkelanjutan. Walaupun kompetensi merupakan suatu
keharusan yang dimiliki oleh auditor, tetapi masih ada sebagian auditor yang tidak
memiliki kompetensi, terutama dalam dimensi pendidikan, pengetahuan dan
pelatihan.
Dalam mengatasi hal tersebut, seorang auditor terutama auditor junior
seharusnya lebih meningkatkan pendidikan formal dibidang auditing dan
akuntansi dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik. Selain itu
untuk meningkatkan kompetensinya, seorang junior auditor perlu mendapatkan
pendidikan profesional yang berkelanjutan dan pelatihan baik secara internal
maupun eksternal.

4.2.4

Analisis Skeptisisme Profesional Auditor Pada 12 Kantor Akuntan


Publik Di Kota Bandung
Berdasarkan data hasil kuesioner yang terdiri dari enam belas (16)

pernyataan untuk variabel skeptisisme profesional auditor (Y), maka penulis


menentukan kriteria untuk variabel Y berdasarkan skor tertinggi dan terendah, di
mana skor tertinggi yaitu 80(16x5), dan skor terendah yaitu 6 (16x1), lalu kelas
interval sebesar 12,8 (80-16)/5), maka diperoleh kriteria yang telah penulis

tetapkan sebelumnya pada BAB III. Adapun tabulasi jawaban mengenai


skeptisisme professional auditor adalah sebagai berikut:

Tabel 4.37
Tabulasi Jawaban Responden Variabel Skeptisisme Profesional Auditor (Y)

Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Total

Pertanyaan
11
3
4
3
4
5
5
5
4
3
5
4
4
4
5
5
4
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5

12
5
4
4
2
4
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
5

13
5
4
4
2
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
5
4
5
5
5
4
5

14
4
4
4
3
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
4
4
4
4
5
4
5
5
4
4
5

15
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
3
5
4
4
5

16
5
4
4
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
5
4
4
5

17
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
5

18
4
5
4
3
5
4
5
5
5
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
5
4
5

19
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5

20
4
4
4
2
5
5
5
4
4
5
4
4
4
5
5
3
5
4
4
5
4
4
4
5
5
4
5
4
5
4
5

21
5
5
4
2
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
5
4
5
4
5
4
4
4
5
5
4
5
4
5
4
5

22
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5
3
3
4
4
4
5
5
5
4
5
3
4
4
5
5
5
5
4
5
4
5

23
4
4
5
5
5
4
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5
5
5
4
5
4
5

24
4
4
4
3
4
5
5
4
3
5
2
2
4
5
4
4
5
4
4
5
4
4
5
4
5
3
3
4
5
5
3

25
4
3
4
4
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
3
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4

26
3
4
4
3
4
5
5
4
3
5
3
3
4
5
5
4
5
4
4
5
4
4
5
4
5
3
3
4
5
5
5

70
66
67
55
74
78
79
74
64
80
61
61
64
75
74
74
69
75
63
80
70
71
70
72
80
69
70
71
76
67
77

32
33
34
35
36
Jumlah

4
4
4
5
5

4
4
4
5
5

4
4
4
5
5

5
5
5
4
5

4
4
4
4
5

4
4
5
4
5

4
4
4
5
5

5
5
5
5
5

5
5
4
5
5

4
4
4
5
5

4
4
4
4
5

5
5
5
4
5

5
5
4
4
5

4
5
5
4
3

4
5
5
3
4

Berdasarkan tabulasi data untuk variabel kompetensi auditor (X2) maka


dapat dihitung rata-rata (mean), dan perolehan hasil sebagai berikut :
Me

Me

X1
n

2554
36

Me = 70,94
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata dari 36 (tiga puluh enam)
responden pada 12 (dua belas) Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung dan jika
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis pada BAB III
termasuk kriteria Sangat Skeptis. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata sebesar
70,94 dibandingkan dengan kriteria yang telah penulis tetapkan yaitu antara (67,280). Hal ini didukung dengan hasil kuesioner yang mayoritas responden
memberikan penilaian yang sangat positif terhadap skeptisisme profesional
auditor yang diterapkan oleh 12 KAP di Kota Bandung. Namun apabila dilihat
dari jumlah skor terendah dari responden 2,4,9,11,12,13 dan 19 dengan skor
dibawah 67,2 tetapi masih termasuk kedalam kriteria Skeptis hal ini dapat
dilihat dari skor kriteria berada di antara (54,4 67,2 ). Hal ini disebabkan skor
terendah dari pernyataan 14,20,21,22,24,25 dan 26. Pernyataan penyebab skor

5
4
5
3
5

70
71
71
69
77
2554

terendah tersebut karena sebagian auditor yang masih junior, dan skeptisisme
profesional auditor yang dimiliki masih sedikit yang memberikan tanggapan raguragu dan tidak setuju yang menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor
sebagai sikap yang mencangkup pikiran selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi secara kritis. Sehingga auditor diharuskan menggunakan pengetahuan,
keterlampilan dan kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik.
Walaupun skeptisisme profesional auditor merupakan suatu sikap yang
mencangkup pikiran selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis,
tetapi masih ada sebagian auditor yang tidak memahami skeptisisme profesional
auditor, terutama dalam dimensi suspensi pada penilaian, pemahaman
interpersonal, percaya diri dan penentuan sendiri.
Dalam mengatasi hal tersebut, seorang auditor terutama auditor junior
seharusnya lebih meningkatkan pengetahuan, keterlampilan dan kemampuan yang
dituntut oleh profesi akuntan publik. Selain itu untuk meningkatkan skeptisisme
profesional auditor, seorang junior auditor perlu mendapatkan pengetahuan,
keterlampilan dan kemampuan baik secara internal maupun eksternal.

4.2.5

Analisis Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Skeptisisme


Profesional Auditor Pada 12 Kantor Akuntan Publik Di Kota
Bandung
Untuk mengetahui adanya pengaruh pengalaman auditor (X1) dengan

skeptisisme profesional auditor (Y) dapat diketahui dengan melakukan


pembuktian terhadap hipotesis yang telah dikemukan sebelumnya, yaitu:

1. Pengujian Hipotesis
-

H01 : = 0 , tidak terdapat pengaruh signifikan antara pengalaman


auditor terhadap skeptisisme professional auditor.

Ha1 :

0 , terdapat pengaruh signifikan antara pengalaman auditor

terhadap skeptisisme professional auditor.


2. Perhitungan Nilai Statistik
Hipotesis tersebut akan diuji dengan menggunakan analisis korelasi Rank
Spearman dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2

6 bi
1
n(n 2 1 )
Skor dari hasil penjumlahan tabulasi jawaban responden mengenai
pengalaman auditor dan skeptisisme professional auditor dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :

Tabel 4.38
Skor Pengalaman Auditor dan Skeptisisme Profesional Auditor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Skor Pengalaman
Auditor (X1)
20
16
16
13
18
20
20
18
14
20
14

Skor Skeptisisme
Profesioal Auditor (Y)
70
66
67
55
74
78
79
74
64
80
61

14
12
16
13
20
14
19
15
18
16
18
17
19
18
16
19
20
20
18
21
18
22
18
23
19
24
20
25
15
26
16
27
15
28
14
29
17
30
20
31
20
32
17
33
14
34
20
35
17
36
Sumber : Tabulasi Jawaban Responden SPSS 19.0 for Windows

61
64
75
74
74
69
75
63
80
70
71
70
72
80
69
70
71
76
67
77
70
71
71
69
77

Dengan menggunakan bantuan program SPSS 19.0 for Windows diperoleh


nilai korelasi antara pengalaman auditor (X1) terhadap skeptisisme profesional
auditor (Y) sebagai berikut:

Correlations
X1
Spearman's rho

X1

Correlation Coefficient

1.000

Sig. (2-tailed)
N
Y

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

**

.648

.000

36

36

**

1.000

.000

36

36

.648

Correlations
X1
Spearman's rho

X1

Correlation Coefficient

1.000

Sig. (2-tailed)
N
Y

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)

N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

**

.648

.000

36

36

**

1.000

.000

36

36

.648

Sumber: Data hasil pengolahan SPSS 19.0 for windows


Berdasarkan perhitungan statistik di atas, diketahui nilai korelasi hitung
sebesar 0,648 dan nilai tersebut signifikan pada taraf 0,05. Hasil tersebut
dibandingkan dengan tabel 3.19 yang merupakan pedoman untuk memberikan
interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2008 : 25) pada Bab III. Nilai
koefisien korelasi pengaruh pengalaman auditor terhadap skeptisisme profesional
auditor terletak diantara 0,600,799. Hal ini membuktikan bahwa terdapat
pengaruh yang Kuat antara pengalaman auditor terhadap skeptisisme
profesional auditor pada 12 Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikan dan menentukan apakah


hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima dapat dilakukan dengan uji t
menggunakan rumus:

n 2
1 r2

Di mana:
r = korelasi

n = banyaknya sampel / Responden


t = t hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan t tabel

perhitungan uji t:

0,648

36 2
1 0,648 2

0,648

34
0,580096

0,648 x

6,928
0,76

5,907
Dari hasil pengujian di atas, didapat nilai t hitung sebesar 5,907 dengan

taraf signifikan 0,05, n = 36, dk (36-2) = 34 (derajat kebebasan), maka t tabel =


2,042, sehingga t

hitung

>t

tabel

(5,907 > 2,042). Dan ini menunjukkan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak.


Dari hasil pengujian ini membuktikan bahwa hipotesis yang telah
ditetapkan penulis yaitu bahwa pengalaman auditor memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap skeptisisme professional auditor, dapat diuji, dibuktikan
kebenarannya, dan dapat diterima.
Berdasarkan hasil analisis korelasi dapat dihitung besarnya pengaruh dari
pengalaman

auditor

terhadap

skeptisisme

profesional

auditor

dengan

menggunakan koefisien determinasi. Koefisien determinasi (KD) merupakan


koefisien yang dipergunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh pengalaman

auditor terhadap skeptisisme profesional auditor, hasil perhitungan dengan


menggunakan rumus:
KD = rs2 x 100%
= 0,6482 x 100%
= 42%
Berdasarkan koefisien determinasi (R square) = 0,42 berarti pengalaman
auditor dipengaruhi oleh skeptisisme profesional auditor sebesar 42%. Dan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.2.6

Analisis Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Skeptisisme


Profesional Auditor Pada 12 Kantor Akuntan Publik Di Kota
Bandung
Untuk mengetahui adanya pengaruh kompetensi auditor (X1) dengan

skeptisisme profesional auditor (Y) dapat diketahui dengan melakukan


pembuktian terhadap hipotesis yang telah dikemukan sebelumnya, yaitu:
3. Pengujian Hipotesis
-

H01 : = 0 , tidak terdapat pengaruh signifikan antara kompetensi


auditor terhadap skeptisisme professional auditor.

Ha1 :

0 , terdapat pengaruh signifikan antara kompeensi auditor

terhadap skeptisisme professional auditor.


4. Perhitungan Nilai Statistik

Hipotesis tersebut akan diuji dengan menggunakan analisis korelasi Rank


Spearman dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2

6 bi
n(n 2 1 )

Skor dari hasil penjumlahan tabulasi jawaban responden mengenai


kompetensi auditor dan skeptisisme professional auditor dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :

Tabel 4.39
Skor Kompetensi Auditor dan Skeptisisme Profesional Auditor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Skor Kompetensi
Auditor (X2)
29
25
26
20
27
30
30
30
26
30
25
25
24
28
27
30
24

Skor Skeptisisme
Profesioal Auditor (Y)
70
66
67
55
74
78
79
74
64
80
61
61
64
75
74
74
69

30
18
24
19
30
20
28
21
28
22
21
23
30
24
28
25
29
26
28
27
25
28
30
29
23
30
23
31
24
32
28
33
28
34
28
35
23
36
Sumber : Tabulasi Jawaban Responden SPSS 19.0 for Windows

75
63
80
70
71
70
72
80
69
70
71
76
67
77
70
71
71
69
77

Dengan menggunakan bantuan program SPSS 19.0 for Windows diperoleh


nilai korelasi antara kompetensi auditor (X2) terhadap skeptisisme profesional
auditor (Y) sebagai berikut:

Correlations
X2
Spearman's rho

X2

Correlation Coefficient

1.000

Sig. (2-tailed)
N
Y

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

**

.577

.000

36

36

**

1.000

.000

36

36

.577

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Data hasil pengolahan SPSS 19.0 for windows

Berdasarkan perhitungan statistik di atas, diketahui nilai korelasi hitung


sebesar 0,577 dan nilai tersebut signifikan pada taraf 0,05. Hasil tersebut
dibandingkan dengan tabel 3.19 yang merupakan pedoman untuk memberikan
interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2008 : 25) pada Bab III. Nilai
koefisien korelasi pengaruh kompetensi auditor terhadap skeptisisme profesional
auditor terletak diantara 0,400,599. Hal ini membuktikan bahwa terdapat
pengaruh yang sedang antara kompetensi auditor terhadap skeptisisme
profesional auditor pada 12 Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung.

Selanjutnya untuk menguji tingkat signifikan dan menentukan apakah


hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima dapat dilakukan dengan uji t
menggunakan rumus:

n 2
1 r2

Di mana:
r = korelasi
n = banyaknya sampel / Responden
t = t hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan t tabel

perhitungan uji t:

0,577

36 2
1 0,577 2

0,577

34
0,667071

0,577 x

6,928
0,81

4,935
Dari hasil pengujian di atas, didapat nilai t hitung sebesar 4,935 dengan

taraf signifikan 0,05, n = 36, dk (36-2) = 34 (derajat kebebasan), maka t tabel =


2,042, sehingga t

hitung

>t

tabel

( 4,935> 2,042). Dan ini menunjukkan bahwa Ha

diterima dan Ho ditolak.


Dari hasil pengujian ini membuktikan bahwa hipotesis yang telah
ditetapkan penulis yaitu bahwa kompetensi auditor memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap skeptisisme professional auditor, dapat diuji, dibuktikan
kebenarannya, dan dapat diterima.
Berdasarkan hasil analisis korelasi dapat dihitung besarnya pengaruh dari
kompetensi

auditor

terhadap

skeptisisme

profesional

auditor

dengan

menggunakan koefisien determinasi. Koefisien determinasi (KD) merupakan


koefisien yang dipergunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi
auditor terhadap skeptisisme profesional auditor, hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus:
KD = rs2 x 100%
= 0,5772 x 100%
= 33%

Berdasarkan koefisien determinasi (R square) = 0,33 berarti kompetensi


auditor dipengaruhi oleh skeptisisme profesional auditor sebesar 33%. Dan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.2.7

Analisis Pengaruh Pengalaman dan Kompetensi Auditor terhadap


Skeptisisme Profesional Auditor Pada Kantor Akuntan Publik
Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan di atas yaitu

pengaruh Pengalaman dan Kompetensi Auditor Terhadap Skeptisisme Profesional


Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota Bandung, maka digunakan uji statistik
korelasi berganda, yaitu menguji ada atau tidaknya korelasi antara tiga variabel
yang tercantum dalam hipotesis secara bersama-sama(simultan).
1. Hipotesis yang akan diuji:
a. Ho3 : 0 ,

artinya pengalaman dan kompetensi auditor secara simultan

tidak berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor.


b. Ha3 : 0 ,

artinya pengalaman dan kompetensi auditor secara simultan

berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor.


2. Perhitungan Nilai Statistik
Hipotesis tersebut akan diuji dengan menggunakan rumus korelasi ganda
sebagai berikut :

R y.x1x2

r 2 yx1

r 2 yx2

r 2 2ryx1 ryx2 rx1x2

1 r 2 x1x2

Pengujian tingkat signifikan dari korelasi tersebut menggunakan rumus


berikut :

Fh

R2 / k
(1 R 2 ) /(n k 1)

Di mana:
R = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS
19.0 for windows. Hasil pengujian korelasi ganda dengan menggunakan software
SPSS 19.0 for Windows pada persamaan di atas dapat dilihat pada tabel 4.29 di
bawah ini.
Table 4.40
Hasil Pengujian Korelasi Ganda (Uji F)
Model Summary
Change Statistics

Model

R Square

Adjusted R

Std. Error of the

R Square

Square

Estimate

Change

1
.790
.624
.601
3.71931
a. Predictors: (Constant) ,Pengalaman Auditor dan Kompetensi Auditor

.624

F Change

df1

27.376

df2
2

Sig. F Change
33

b. Dependent Variabel: Skeptisisme Profesional Auditor

Sumber: Data hasil pengolahan SPSS 19.0 for windows


Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS 19.0 for Windows
didapat korelasi sebesar 0,790 . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
yang Kuat antara pengalaman dan kompetensi auditor terhadap skeptisisme
profesional auditor. Adapun besarnya pengaruh dari pengalaman dan kompetensi
auditor terhadap skeptisisme profesional auditor adalah sebesar 62,4% yang dapat

.000

dilihat dari besarnya R square sedangkan sisanya sebesar 37,6% dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikan

korelasi ganda peneliti

membandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig. F


Change. Adapun dasar dalam pengambilan keputusan untuk pengujian hipotesis
adalah :
-

Jika nilai = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig F
Change (0,05 Sig F Change), maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
signifikan.

Jika nilai = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig F
Change (0,05 Sig F Change), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
signifikan.
Berdasarkan hasil perhitungan dari tabel 4.29 menghasilkan angka Sig F

Change sebesar 0,000 . Bila kita bandingkan dengan nilai = 0,05 ternyata lebih
besar dari nilai Sig F Change = (0,05 0,000). Jadi dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima. Hal yang sama juga menghasilkan penolakan H0 dan
menerima Ha bila membandingkan antara F hitung dengan F tabel. Dari hasil
perhitungan F hitung diperoleh nilai sebesar 27,376 dan dibandingkan dengan F
tabel dengan df pembilang 2 dan df penyebut 33 diperoleh nilai sebesar 3,30
(27,376> 3,30).
Dari hasil pengujian ini membuktikan bahwa hipotesis yang telah
ditetapkan penulis bahwa pengalaman dan kompetensi auditor memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor, dapat diuji,


dibuktikan kebenarannya, dan dapat diterima.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 12 (dua belas) Kantor

Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung maka peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengalaman auditor pada 12 (dua belas) Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Bandung dinyatakan termasuk kedalam kriteria Sangat Berpengalaman.
Hal ini didukung oleh tercapainya indikator-indikator dari masing-masing
dimensi

yaitu;

variasi

bekerja

sebagai

auditor

dan

pendidikan

berkelanjutan.
2. Kompetensi auditor pada 12 (dua belas) Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Bandung dinyatakan termasuk kedalam kriteria Sangat Berkompeten.
Hal ini didukung oleh tercapainya indikator-indikator dari masing-masing
dimensi yaitu; pendidikan, pengetahuan dan pelatihan.

3. Skeptisisme profesionalauditor pada 12 (dua belas) Kantor Akuntan Publik


(KAP) di Bandung dinyatakan termasuk kedalam kriteria Sangat
Skeptis. Hal ini didukung oleh tercapainya indikator-indikator dari
masing-masing dimensi yaitu; pikiran selalu bertanya (Questioning mind),
suspensi pada penilaian (suspension judgement), pencarian pengetahuan
(search

for

knowledge),

pemahaman

interpersonal

(interpersonal

understanding), percayadiri (self confidence)dan penetuansendiri (self


determination).
4. Pengalaman auditor dan kompetensi auditor berpengaruh terhadap
skeptisisme profesional auditor baik secara parsial dan simultan yaiu :
a) Secara parsial pengalaman auditor berpengaruh terhadap skeptisisme
profesional auditor, yang diinterpretasikan Kuat, sedangkan koefisien
determinasi

menunjukkan

bahwa

skeptisisme

profesional

auditor

dipengaruhi oleh pengalaman auditor sebesar 42%.Dan secara parsial juga


kompetensi auditor berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor,
yang diinterpretasikan Kuat, hal tersebut membuktikan hipotesis penulis
dapat diterima. Sedangkan koefisien determinasi menunjukkan bahwa
skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh kompetensi

auditor

sebesar 33%.
b) Secara simultan pengalaman auditor dan kompetensi auditor berpengaruh
terhadap

skeptisisme

profesional

auditor.

Koefisiensi

determinasi

menunjukkan bahwa skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh


pengalaman auditor dan kompetensi auditor sebesar 62,4 % dan sisanya

37,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam


penelitian ini.

5.1

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengalaman

auditor, dan kompetensi auditor terhadap skeptisisme profesional auditor di kantor


akuntan publik.Penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat
memberikan manfaat dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan yaitu:
1. Bagi Kantor Akuntan Publik
Hasil penelitian yang berkaitan dengan pengalaman auditor, kompetensi auditor
dan skeptisisme profesional auditor untuk lebih meningkatkan kualitas para
auditor dalam melaksanakan tugas auditor maka untuk selalu meningkatkan
pengalaman yang diperoleh, pendidikan formal yang cukup serta pendidikan
profesional yang berkelanjutan yang ditempuh, dan pengetahuan yang dimiliki
seorang auditor dalam bidang auditing dan akuntansi serta keterampilan dan
kemampuan seorang auditor yang merupakan tuntutan dari profesi akuntan
publik. Untuk itu penulis memberikan saran untuk Kantor Akuntan Publik yaitu:
- Auditor junior harus dibekali dengan pelatihan yang memadai baik eksternal
maupun internal, agar dapat melaksanakan tugas audit dengan baik.

- Auditor harus memiliki pengalaman dan pendidikan yang cukup baik dalam
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan, agar selalu memberikan hasil
audit yang berkualitas.
- Auditor sebaiknya selalu menerapkan sikap kehati-hatian dan selalu
menggunakan keahlian profesionalnya dalam menentukan setiap keputusan
dalam pekerjaan audit.

2.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian
ini, khususnya dalam penelitian ini adalah pada kusioner yang dibuat kurang
dapat menjawab pertanyaan penelitiaan sehingga dalam pengambilan
kesimpulan kurang sesuai dengan hasil kusioner yang diperoleh. Dengan
demikian diharapkan ada peneliti lanjutan yang serupa di masa yang akan
datang untuk memperbaiki keterbatasan-keterbatasan tersebut. Untuk itu
penulis memberikan saran untuk peneliti selanjutnya yaitu:
-

Untuk peneliti selanjutnya lebih memperhatikan pembuatan kusioner agar


dalam pengambilan kesimpulan dapat sesuai dengan hasil dari penelitiaan
kuisioner yang dilakukan.
- Memperluas sampel dan mengutamakan yang menjadi responden antara lain
yaitu , Partner, Manajer, Supervisor dan Senior auditor.
- Hendaknya dapat mempertimbangkan untuk menambahkan variabel lain yang
dapat mempengaruhi skeptisisme professional auditor.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi. H. (2002), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka


Arens. A, Alvin , Randal J. Elder & Mark S. Beasley., 2008. Auditing dan jasa
Assurance pendekatan terintegrasi, Buku Satu, Edisi Indonesia, Alih
Bahasa: Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
ed.5, Cetakan kedua belas, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Gusti, Maghfirah, 2006. Hubungan Skeptisisme Profresional Auditor dan Situasi
Audit, Etika, Pengalaman Serta Keahlian Audit Dengan Ketepatan
Pemberian Opini Auditor Oleh Akuntan Publik, Universitas Andalas.
Padang.
Guy, Dan M. C. Wayne Alderman, dan Allan J winters, 2002. Auditing, Edisi
Kelima, Jilid Pertama, Alih Bahasa Sugiyarto, Paul A. Rajoe, Ichsan
Setiyo Budi, Sumiharti : Editor, Erlangga, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2007. Aplikasi Analisis Multi Variate dengan Program SPSS,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Halim, Abdul, 2008. Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan, jilid 1,

Edisi Keempat, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.


Hughes, L. Richard, Robert C. Ginnet, and Gordon, J. Curphy, 1996. Leadership
Enhancing The Lessons Of Experience, jilid 2, Edition;The Mc Grow
Hill Company, Newyork.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik Per 31
Maret 2011, Salemba Empat, Jakarta.
Masruroh, Luluk , 2010. Makalah Logika Saintifik Skeptisisme. Institut Agama
Islam Sunan Ampel Fakultas Dakwah Prodi Psikologi ,Surabaya.
Mulyadi, 2009. Auditing. Cetakan ke-6. Jakarta : Salemba Empat.
Sifajaya, Mulitia, 2007. Pengaruh Gender dan Pengalaman Auditor Terhadap
Skeptisisme Profesional Auditor (Survey pada 11 Kantor Akuntan Publik
Di Kota Bandung ),Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.
Rahayu, Siti Kurnia dan Suhayati Ely, 2010. Auditing : Konsep Dasar dan
Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Rochaety, Ety., Ratih Tresnati dan H. Abdul Madjid Latief, 2007. Metodologi
Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS, Edisi Pertama, Mitra Wacana
Media, Jakarta.
Sudjana, 2005. Metoda Statistika, PT.Tarsito, Edisi 6, Bandung.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung.
Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari dan Liliek Purwati, 2007. Pengaruh Kompetensi
dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas
Makasar.
Christiawan, Yulius Jogi, 2002. Kompetensi dan Independensi: Refleksi Hasil
Penelitian Empiris, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol.4, No.2., 7992.
Gary S. Monroe, Junne Chung, 2000. The Effects of Experience and Task
Difficulty on Accuracy and Confidence Assesments of Auditors, Journal
Accounting and Finance, vol. 40.
Hurtt K, Eining M, dan Plumplee, 2008. An Experimental Of Professional
Skepticism. Journal, University Of Winconsin, Madison.

Kusharyanti, 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan


Kemungkinan Topik Penelitian di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan
Manajemen, Edisi Desember. Yogyakarta.
Quadackers, Groot, dan Wright, 2007. Four Determination Of Auditors Skeptical
Disposition and Their Relationship to Analytical Prosedures Planning
Behaviour.Journal, Vriji Universitest Amsterdam.
Suraida, Ida, 2005. Uji Model Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko
Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor. Jurnal Akuntansi,
Bandung.

Sumber Internet:
repository.upi.edu/operator/upload/s_pea_chapter1.pdf
http:/digilib.unnes.ac.id
Smartaccounting. Files. Wordpress.com

LAMPIRAN

UNIVERSITAS PASUNDAN
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
Jalan Tamansari No. 6-8 Bandung Telp (022) 4233646 4208363
Faks. 4208363 e-mail : feunpas@bdg.centrin.net.id
Perihal : Permohonan Pengisian Kuesioner

Kepada
Yth. Bapak/Ibu
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Guna menyelesaikan Tugas Akhir Program Strata Satu (S-1) Program
Studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, dengan judul
Pengaruh Pengalaman dan Kompetensi Auditor Terhadap Skeptisisme
Profesional Auditor Pada Kantor Akuntan Publik, maka penulis bermaksud
mengadakan penelitian yang berlokasi di beberapa KAP yang berada di Kota
Bandung.
Guna menghasilkan penelitian yang tepat sasaran, mohon kiranya
kesediaan Bapak/Ibu sebagai responden dapat meluangkan waktunya untuk
mengisi biodata dan semua pertanyaan kuesioner tersebut sesuai dengan petunjuk.
Pendapat Bapak/Ibu sangatlah berharga dan bermanfaat bagi penelitian dalam
skripsi saya.
Demikian surat permohonan ini saya ajukan, atas kesediaan Bapak/Ibu
dalam pengisian kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,
Penulis

Ginda Bella Pramudita

Identitas Responden
No. Kuesioner

Umur

. Tahun

Jenis Kelamin

Laki-Laki / Perempuan *)

Pendidikan Terakhir

..

Kategori Auditor

Junior/Senior/Manajer/Partner *)

Masa Kerja

..Tahun..Bulan

*) Coret yang tidak perlu

Berikut ini adalah pernyataan mengenai Pengaruh Pengalaman dan


Kompetensi Auditor Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor Pada Kantor
Akuntan Publik. Bapak/Ibu dimohon untuk memberi tanda silang (X) pada
jawaban yang tersedia sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu yang dianggap paling
tepat.

LEMBAR KUESIONER
PENGARUH PENGALAMAN DAN PENGALAMAN AUDITOR
TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR
PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Petunjuk Pengisian
a. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab
seluruh pertanyaan yang ada
b. Diharapkan jawaban yang diberikan berdasarkan kondisi yang objektif
c. Kerahasiaan identitas Bapak/Ibu akan dijamin keberadaannya
d. Berilah tanda silang (X) pada abjad yang dipilih oleh Bapak/Ibu sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya

Variabel X1 (Pengalaman Auditor)

1.

Dalam melaksanakan pekerjaan audit, apakah anda memfokuskan pada tugas


audit yang sering dihadapi ?
a. Selalu memfokuskan pada tugas audit yang sering dihadapi
b. Memfokuskan pada tugas audit yang sering dihadapi
c. Kadang-kadang memfokuskan pada tugas audit yang sering dihadapi
d. Jarang memfokuskan pada tugas audit yang sering dihadapi
e. Tidak pernah memfokuskan pada tugas audit yang sering dihadapi

2. Sebagai akuntan publik, apakah anda diberikan kewenangan untuk melakukan

tanya jawab pada klien?


a. Selalu diberikan kewenangan untuk melakukan tanya jawab pada klien
b. Diberikan kewenangan untuk melakukan tanya jawab pada klien
c. Kadang-kadang diberikan kewenangan untuk melakukan tanya jawab pada
klien
d. Jarang diberikan kewenangan untuk melakukan tanya jawab pada klien
e. Tidak pernah diberikan kewenangan untuk melakukan tanya jawab pada
klien

3. Dalam meningkatkan kualitas bekerja, apakah anda diberikan kesempatan

untuk memperoleh pendidikan yang lebih lanjut?


a. Selalu diberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih
lanjut
b. Diberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih lanjut
c. Kadang-kadang diberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang
lebih lanjut
d. Jarang diberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih
lanjut
e. Tidak pernah diberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang
lebih tinggi

4. Sebagai akuntan publik, apakah anda memperoleh kesempatan untuk

meningkatkan keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing?


a. Selalu memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keahlian dalam
bidang akuntansi dan auditing
b. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keahlian dalam bidang
akuntansi dan auditing
c. Kadang-kadang memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keahlian
dalam bidang akuntansi dan auditing
d. Jarang memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keahlian dalam
bidang akuntansi dan auditing
e. Tidak pernah memperoleh kesempatan untuk meningkatkan keahlian
dalam bidang akuntansi dan auditing

Variabel X2 ( Kompetensi Auditor)


5. Dalam melakukan audit yang baik, apakah anda memiliki pengetahuan yang

diperoleh dari tingkat pendidikan formal?


a. Sangat memiliki pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan
formal
b. Memiliki pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal
c. Cukup memilki pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan
formal

d. Kurang memiliki pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan


formal
e. Tidak memiliki pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan
formal

6. Dalam melakukan jasa auditing, atestasi, review dan kompilasi, apakah anda

memiliki pengetahuan tentang prinsip akuntansi dan standar auditing?


a. Sangat memiliki pengetahuan tentang prinsip akuntansi dan standar
auditing
b. Memiliki pengetahuan tentang prinsip akuntansi dan standar auditing
c. Cukup memiliki pengetahuan tentang prinsip akuntansi dan standar
auditing
d. Kurang memiliki pengetahuan tentang prinsip akuntansi dan standar
auditing
e. Tidak memiliki pengetahuan tentang prinsip akuntansi dan standar
auditing

7. Dalam menjalin hubungan professional dengan klien, apakah anda memiliki

pengetahuan tentang jenis industri klien?


a. Sangat memiliki pengetahuan tentang jenis industri klien
b. Memiliki pengetahuan tentang jenis industri klien
c. Cukup memiliki pengetahuan tentang jenis industri klien
d. Kurang memiliki pengetahuan tentang jenis industri klien

e. Tidak memiliki pengetahuan tentang jenis industri klien

8. Dalam melaksanakan audit yang baik, apakah anda mengetahui kondisi

perusahaan klien?
a. Sangat mengetahui kondisi perusahaan klien
b. Mengetahui kondisi perusahaan klien
c. Cukup mengetahui kondisi perusahaan klien
d. Kurang mengetahui kondisi perusahaan klien
e. Tidak mengetahui kondisi perusahaan klien

9. Dalam melaksanakan pemeriksaan audit, apakah anda melaksanakan pelatihan

mengenai seluruh bidang auditing?


a. Selalu melaksanakan pelatihan mengenai seluruh bidang auditing
b. Melaksanakan pelatihan mengenai seluruh bidang auditing
c. Kadang-kadang melaksanakan pelatihan mengenai seluruh bidang auditing
d. Jarang melaksanakan pelatihan mengenai seluruh bidang auditing
e. Tidak pernah melaksanakan pelatihan mengenai seluruh bidang auditing

10. Untuk meningkatkan keahlian auditor, apakah anda membutuhkan pelatihan

secara internal?
a. Sangat membutuhkan pelatihan secara internal

b. Membutuhkan pelatihan secara internal


c. Cukup membutuhkan pelatihan secara internal
d. Kurang membutuhkan pelatihan secara internal
e. Tidak membutuhkan pelatihan secara internal

Variabel Y (Skeptisisme Profesional Auditor)


11. sebagai auditor yang professional, apakah anda menolak statement sebelum

anda membuktikan bahwa hal tersebut adalah benar sesuai bukti yang
tersedia?
a. Sering

menolak statement sebelum membuktikan bahwa hal tersebut

adalah benar sesuai bukti yang tersedia


b. Menolak statement

sebelum membuktikan bahwa hal tersebut adalah

benar sesuai bukti yang tersedia


c. Kadang-kadang menolak statement sebelum membuktikan bahwa hal

tersebut adalah benar sesuai bukti yang tersedia


d. Jarang menolak statement sebelum membuktikan bahwa hal tersebut

adalah benar sesuai bukti yang tersedia


e. Tidak pernah menolak statement sebelum membuktikan bahwa hal

tersebut adalah benar sesuai bukti yang tersedia

12. Dalam

menjalin

hubungan

profesional

dengan

klien,

apakah

anda

mempertanyakan tentang indutsri dan lingkungan ekternal klien yang dilihat


atau didengar?
a. Selalu mempertanyakan tentang indutsri dan lingkungan ekternal klien

yang dilihat atau didengar


b. Mempertanyakan tentang indutsri dan lingkungan ekternal klien yang

dilihat atau didengar


c. Kadang-kadang memikirkan dan mempertanyakan tentang indutsri dan

lingkungan ekternal klien yang dilihat atau didengar


d. Jarang mempertanyakan tentang indutsri dan lingkungan ekternal klien

yang dilihat atau didengar


e. Tidak pernah mempertanyakan tentang indutsri dan lingkungan ekternal

klien yang dilihat atau didengar

13. Dalam mengumpulkan bukti audit, apakah anda membutuhkan informasi yang

lebih banyak, handal dan reliabel?


a. Sangat membutuhkan informasi yang lebih banyak, handal dan reliabel
b. Membutuhkan informasi yang lebih banyak, handal dan reliabel
c. Cukup membutuhkan informasi yang lebih banyak, handal dan reliabel
d. Kurang membutuhkan informasi yang lebih banyak, handal dan reliabel
e. Tidak membutuhkan informasi yang lebih banyak, handal dan reliabel

14. Apakah anda membutuhkan waktu ketika mengolah informasi untuk

mengambil keputusan dalam melakukan audit terperinci?


a. Sangat membutuhkan waktu ketika mengolah informasi untuk mengambil

keputusan dalam melakukan audit terperinci


b. Membutuhkan waktu ketika mengolah informasi untuk mengambil

keputusan dalam melakukan audit terperinci


c. Cukup membutuhkan waktu ketika mengolah informasi untuk mengambil

keputusan dalam melakukan audit terperinci


d. Kurang membutuhkan waktu ketika mengolah informasi untuk mengambil

keputusan dalam melakukan audit terperinci


e. Tidak membutuhkan waktu ketika mengolah informasi untuk mengambil

keputusan dalam melakukan audit terperinci

15. Apakah anda membuat keputusan setelah mendapatkan semua informasi untuk

memberikan rekomendasi kepada klien?


a. Selalu membuat keputusan setelah mendapatkan semua informasi untuk
memberikan rekomendasi kepada klien
b. Membuat keputusan setelah mendapatkan semua informasi untuk
memberikan rekomendasi kepada klien
c. Kadang-kadang

membuat

keputusan

setelah

mendapatkan

semua

informasi untuk memberikan rekomendasi kepada klien


d. Jarang membuat keputusan setelah mendapatkan semua informasi untuk
memberikan rekomendasi kepada klien

e. Tidak membuat keputusan setelah mendapatkan semua informasi untuk


memberikan rekomendasi kepada klien

16. Apakah anda menemukan informasi baru pada saat melakukan proses audit?

a. Selalu menemukan informasi baru pada saat melakukan proses audit


b. Menemukan informasi baru pada saat melakukan proses audit
c. Kadang-kadang menemukan informasi baru pada saat melakukan proses
audit
d. Jarang menemukan informasi baru pada saat melakukan proses audit
e. Tidak pernah menemukan informasi baru pada saat melakukan proses
audit

17. Apakah mempelajari hal yang baru ketika melakukan pengujian audit adalah

menyenangkan bagi anda?


a. Sangat menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika melakukan
pengujian audit
b. Menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika melakukan pengujian
audit
c. Cukup menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika melakukan
pengujian audit
d. Kurang menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika melakukan
pengujian audit

e. Tidak menyenangkan mempelajari hal yang baru ketika melakukan


pengujian audit

18. Apakah anda merasa senang ketika membuktikan bahwa klien melakukan

kesalahan material dan itu adalah kebenaran?


a. Sangat merasa senang ketika membuktikan bahwa klien melakukan
kesalahan material dan itu adalah kebenaran
b. Merasa senang ketika membuktikan bahwa klien melakukan kesalahan
material dan itu adalah kebenaran
c. Cukup merasa senang ketika membuktikan bahwa klien melakukan
kesalahan material dan itu adalah kebenaran
d. Kurang merasa senang ketika membuktikan bahwa klien melakukan
kesalahan material dan itu adalah kebenaran
e. Tidak merasa senang ketika membuktikan bahwa klien melakukan
kesalahan material dan itu adalah kebenaran

19. Apakah anda tertarik untuk memahami hal apa yang mendasari klien untuk

bertindak atau berperilaku?


a. Sangat tertarik untuk memahami hal apa yang mendasari klien untuk
bertindak atau berperilaku
b. Tertarik untuk memahami hal apa yang mendasari klien untuk bertindak
atau berperilaku

c. Cukup tertarik untuk memahami hal apa yang mendasari klien untuk
bertindak atau berperilaku
d. Kurang tertarik untuk memahami hal apa yang mendasari klien untuk
bertindak atau berperilaku
e. Tidak tertarik untuk memahami hal apa yang mendasari klien untuk
bertindak atau berperilaku

20. Apakah anda memahami perilaku klien ketika pengujian internal control

sedang berlangsung?
a. Sangat memahami perilaku klien ketika pengujian internal control sedang
berlangsung
b. Memahami perilaku klien ketika pengujian internal control sedang
berlangsung
c. Cukup memahami perilaku klien ketika pengujian internal control sedang
berlangsung
d. Kurang memahami perilaku klien ketika pengujian internal control sedang
berlangsung
e. Tidak memahami perilaku klien ketika pengujian internal control sedang
berlangsung

21. Apakah anda memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan

argumen kepada klien?

a. Sangat memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan argumen


kepada klien
b. Memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan argumen
kepada klien
c. Cukup memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan argumen
kepada klien
d. Kurang memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan
argumen kepada klien
e. Tidak memiliki rasa kepercayaan yang tinggi dalam meyakinkan argumen
kepada klien

22. Apakah anda merasa yakin akan kemampuan kapasitas anda sebagai auditor?

a. Sangat merasa yakin akan kemampuan kapasitas anda sebagai auditor


b. Merasa yakin akan kemampuan kapasitas anda sebagai auditor
c. Cukup merasa yakin akan kemampuan kapasitas anda sebagai auditor
d. Kurang merasa yakin akan kemampuan kapasitas anda sebagai auditor
e. Tidak merasa yakin akan kemampuan kapasitas anda sebagai auditor

23. apakah anda cenderung untuk tidak menerima penjelasan klien tanpa

mempertimbangkannya terlebih dahulu?


a. Sangat cenderung untuk tidak menerima penjelasan klien tanpa
mempertimbangkannya terlebih dahulu

b.

Cenderung

untuk

tidak

menerima

penjelasan

klien

tanpa

mempertimbangkannya terlebih dahulu


c.

Cukup cenderung untuk tidak menerima penjelasan klien tanpa


mempertimbangkannya terlebih dahulu

d. Kurang cenderung untuk tidak menerima penjelasan klien tanpa


mempertimbangkannya terlebih dahulu
e. Tidak cenderung untuk tidak menerima penjelasan klien tanpa
mempertimbangkannya terlebih dahulu

24. Sebagai auditor yang professional, apakah anda berusaha untuk memecahkan

informasi yang tidak konsisten yang diperoleh dari klien?


a. Selalu berusaha untuk memecahkan informasi yang tidak konsisten yang
diperoleh dari klien
b. Berusaha untuk memecahkan informasi yang tidak konsisten yang
diperoleh dari klien
c. Kadang-kadang berusaha untuk memecahkan informasi yang tidak
konsisten yang diperoleh dari klien
d. Jarang berusaha untuk memecahkan informasi yang tidak konsisten yang
diperoleh dari klien
e. Tidak pernah berusaha untuk memecahkan informasi yang tidak konsisten
yang diperoleh dari klien

25. Apakah anda mampu mengungkapkan ketidak setujuan atas pernyataan klien?

a. Selalu mengungkapkan ketidak setujuan atas pernyataan klien


b. Mengungkapkan ketidak setujuan atas pernyataan klien
c. Kadang-kadang mengungkapkan ketidak setujuan atas pernyataan klien
d. Jarang mengungkapkan ketidak setujuan atas pernyataan klien
e. Tidak pernah mengungkapkan ketidak setujuan atas pernyataan klien

26. Sebagai akuntan publik yang independen, apakah anda tidak mudah

dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga?


a. Sangat tidak mudah dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga
b. Tidak mudah dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga
c. Cukup mudah dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga
d. Kurang mudah dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga
e. Tidak mudah dipengaruhi orang lain atau pihak ketiga

Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X1 (Pengalaman Auditor)


DATASET ACTIVATE DataSet12.
DATASET CLOSE DataSet16.
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet17 WINDOW=FRONT.
RELIABILITY
/VARIABLES=P1 P2 P3 P4
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE HOTELLING CORR TUKEY
/SUMMARY=TOTAL MEANS VARIANCE COV
/ICC=MODEL(MIXED) TYPE(CONSISTENCY) CIN=95 TESTVAL=0.
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excluded

Total

%
36

100.0

.0

36

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's

Standardized

Alpha

Items
.835

N of Items
.844

Item-Total Statistics
Corrected Item-

Squared

Cronbach's

Scale Mean if

Scale Variance

Total

Multiple

Alpha if Item

Item Deleted

if Item Deleted

Correlation

Correlation

Deleted

P1

13.3056

2.390

.731

.582

.774

P2

12.9444

3.254

.734

.568

.775

P3

13.0000

2.971

.671

.452

.789

P4

13.0000

3.371

.593

.356

.823

Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X2 (Kompetensi Auditor)

DATASET ACTIVATE DataSet12.


DATASET CLOSE DataSet17.
NEW FILE.
DATASET NAME DataSet18 WINDOW=FRONT.
RELIABILITY
/VARIABLES=P5 P6 P7 P8 P9 P10
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE HOTELLING CORR TUKEY
/SUMMARY=TOTAL MEANS VARIANCE COV
/ICC=MODEL(MIXED) TYPE(CONSISTENCY) CIN=95 TESTVAL=0.

Case Processing Summary


N
Cases

Valid
Excluded

36

100.0

.0

36

100.0

Total

Reliability
Statistics
a. Listwise deletion
based on
all variables in the
procedure.

Cronbach's
Alpha Based on

Cronbach's

Standardized

Alpha

Items
.813

N of Items
.810

Item-Total Statistics
Corrected Item-

Squared

Cronbach's

Scale Mean if

Scale Variance

Total

Multiple

Alpha if Item

Item Deleted

if Item Deleted

Correlation

Correlation

Deleted

P5

22.3611

5.037

.758

.592

.738

P6

22.2778

5.921

.538

.526

.792

P7

22.5278

5.456

.606

.480

.777

P8

22.2500

5.679

.572

.568

.784

P9

22.3056

6.047

.550

.422

.789

P10

22.1667

6.714

.431

.296

.811

Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y (Skeptisisme Profesional Auditor)


DATASET NAME DataSet19 WINDOW=FRONT.
RELIABILITY
/VARIABLES=P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23
P24 P25 P26
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE HOTELLING CORR TUKEY
/SUMMARY=TOTAL MEANS VARIANCE COV
/ICC=MODEL(MIXED) TYPE(CONSISTENCY) CIN=95 TESTVAL=0.
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excluded

%
36

100.0

.0

36

100.0

Total

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's

Standardized

Alpha

Items
.876

N of Items
.877

16

Item-Total Statistics
Corrected Item-

Squared

Cronbach's

Scale Mean if

Scale Variance

Total

Multiple

Alpha if Item

Item Deleted

if Item Deleted

Correlation

Correlation

Deleted

P11

66.4722

30.542

.514

.869

P12

66.4444

29.111

.728

.859

P13

66.5000

29.057

.740

.859

P14

66.5278

30.885

.567

.867

P15

66.3889

32.073

.364

.875

P16

66.3611

32.009

.428

.873

P17

66.4444

32.483

.336

.876

P18

66.4167

31.279

.493

.870

P19

66.2500

31.964

.473

.871

P20

66.6111

29.730

.610

.865

P21

66.5278

29.228

.717

.860

P22

66.5278

30.713

.493

.870

P23

66.3333

32.229

.394

.874

P24

66.8889

29.816

.439

.876

P25

66.7222

31.463

.433

.873

P26

66.7500

29.164

.577

.867

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BIODATA PRIBADI
Nama

Ginda Bella Pramudita

Tempat dan Tanggal Lahir

Bogor, 16 Oktober 1989

Jenis Kelamin

Perempuan

Kewarganegaraan

Indonesia

Agama

Islam

Alamat

Komplek Bumi Panyileukan Blok K9


No.3 RT 01 RW 10 kel. Cidapung Kidul
kec. Panyileukan Kota Bandung

No.Telepon

081809711238

Nama Orang Tua

1. Ayah

: Drs. Kusnadi Sunarya

2. Ibu

: Teti Suherti,S.Pdi

PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 1996 2002

SDN Panyileukan III Bandung

Tahun 2002 2005

SMP Negeri 46 Bandung

Tahun 2005 2008

SMA Karya Pembangunan II Bandung

Tahun 2008 2012

Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi


Universitas Pasundan Bandung.

You might also like