Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
1. DIAN DAHLIANA
(201312060)
2. DINI FARIDA
(201312061)
3. NAOMI LUBIS
(201312080)
4. NURSUYANTI
(201312084)
5. RAHMI SAPTARIANTI (201312085)
6. RINI LESTARI
(201312088)
7. YULI HANDRIANI
(201312098)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan
Berdasarkan latar belakang di atas maka kami merumuskan masalah pada makalah
ini adalah bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan kegawatdarutan pada pasien
dengan kasus TRAUMA ABDOMEN
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami gambaran asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada pasien dengan kasus trauma abdomen.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien dengan trauma abdomen.
b. Mahasiswa mampu memahami pengkajian dalam asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien dengan kasus trauma abdomen.
c. Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan gejala pada
trauma abdomen.
d. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam asuhan
keperawatan kegawatdaruratan dengan kasus trauma abdomen.
e. Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam asuhan keperawatan
kegawatdaruratan dengan trauma abdomen.
f. Mahasiswa mampu melakukan intervensi atau tindakan keperawatan dalam
rangka penerapan asuhan keperawatan kegawatdaruratan dengan trauma
abdomen.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan
dalam asuhan keperawatan kegawatdaruratan dengan trauma abdomen
D. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Mahasiswa dapat pemahaman tentang konsep keperawatan kegawatdaruratan
pada pasien dengan trauma abdomen.
b. Mahasiswa
mendapat
pemahaman
tentang
asuhan
keperawatan
BAB II
TINJUAN TEORITIS
A. Anatomi Fisiologi
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari
atas diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen dilukiskan menjadi dua
bagian abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar,
dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan kecil (Syaifuddin, 2009).
Isi Abdomen
Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus, dan usus
besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah diafragma, dan menutupi
lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung empedu terletak dibawah hati.
Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa terletak dibagian ujung pancreas.
Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dinding posterior abdomen. Ureter
berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta abdominalis, vena kava inferior,
reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran torasika terletak didalam abdomen
(Pearce C, Evelyn. 2009).
Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf, peritoneum dan lemak juga
dijumpai dalam rongga ini.
B. Definisi
Trauma tumpul abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2002).
D. KLASIFIKASI
Menurut Fadhilakmal (2013), Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat
cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen
harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002)
terdiri dari:
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
c. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma,
atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.
E. Patofisiologi
Menurut Fadhilakmal (2013), bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada
tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga
dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari
interaksi antara faktor faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh.
Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditabrak) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan
tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari
permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada
elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan
jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah
kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan.
Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan
dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan
dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan.
Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa
mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak
benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ
berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler.
F.
WOC
Trauma tusuk ma tusuk
Terjadi perubahan fisiologis
Trauma penetrasi
Trauma non penetrasi
Disrupsi jaringan
Tekanan intra abdominal
iritasi
Disfungsi jaringan
Perdarahan hebat
syok
Kekurangan cairan dalam tubuh
Penumpukan cairan
MK : Gangguan volume cairan
Trauma abdominal
Trauma tembus
kecelakaaan
Kontusio dinding abdomen
laserasi
Mengalami tanda-tanda infeksi
MK : resiko infeksi
Eksiamsi ( penimbunan darah dalam jaringan lemak
Refluk usus
MK : Nyeri
Nyeri akut
Mual, muntah
Gangguan metabolisme
MK : Gangguan nutrisi
G. Manifestasi klinis
Menurut Effendi, (2005) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu:
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat
timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri
lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan
oleh iritasi.
menerus.
Demikian
pula
dengan
pemeriksaan
hematokrit.
cedera otak)
e. Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang
belakang
Kontra indikasi relatif melakukan DPL:
a.
b.
c.
d.
e.
B. Pemeriksaan Khusus
1. Abdomonal Paracentesis
Merupakan
pemeriksaan
tambahan
yang
sangat
berguna
untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka
masuk dan luka keluaryang berdekatan.
b) Skrining pemeriksaan rontgen.
c) Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo
atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium.
Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru
atau adanya udara retroperitoneum.
d) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scan dilakukan untuk mengetahui
jenis cedera yang ada.
e) Uretrografi dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra.
f) Sistografi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada fraktur pelvis.
2. Trauma non-penetrasi (Trauma Tumpul Abdomen)
Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit:
a) Pengambilan contoh darah dan urin
b) Darah diambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti
pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase dan sebagainya.
c) Pemeriksaan rontgen
d) Pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis
adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi
trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di
retroperitonium atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparatomi segera.
e) Studi kontras Urologi dan Gastrointestinal
f) Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens
atau decendens dan dubur.
M. PathWay
Trauma
(kecelakaan)
Motilitas usus
Gangguan cairan
Nutrisi kurang dari
dan eloktrolit
kebutuhan tubuh
Kelemahan fisik
Pengkajian
a) Pengkajian primer (Primary Survey)
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat. Apabila sudah ditemukan luka tikaman,
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan jalan napas.
1) Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang, membuka jalan napas
menggunakan teknik head tilt chin lift atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing
lainnya.
2) Breathing, dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak, selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3) Circulation, dengan kontrol perdarahan hebat, jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan.
Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera.
4) Disability: Penilaian Kesadaran menggunakan Metode AVPUP
A: Alert
V: respon terhadap rangsang Vokal
P: respon terhadap rangsang Pain
U: Unresponsif
P: ukuran dan reaksi Pupil
Catatan: GCS lebihdetil namun termasuk pada secondary survey; kecuali
jika akan melakukan intubasi maka pemeriksaan GCS harus dilakukan lebih
dulu.
Secodary Survey
Evaluasi keseluruhan termasuk tanda vital, BP, nadi, respirasi dan temperature
Dilakukan setelah primary survey, resusitasi, dan pemeriksaan ABC.
Dapat disingkat menjadi tubes and fingers in every orifice
Dimulai dengan anamnesa AMPLE :
A Alergi
M Medikasi yang dikonsumsi baru-baru ini
P Past illness (RPD)
L Last meal (makan terakhir)
E Event/environment yang terkait injury
1. Dapatkan riwayat mekanisme cedera; kekuatan tusukan/tembakan; kekuatan
tumpul (pukulan)
2. Metode cedera
3. Waktu awitan gejala
4. Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur
limpa atau hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang
digunakan.
Anamnesa
1. Biodata
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan sakit.
Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.
3. Riwayat penyakit sekarang (Trauma)
Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.
Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana
posisinya saat jatuh.
Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.
Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya
pada quadran mana yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.
4. Riwayat Penyakit yang lalu
Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.
Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan
gangguan faal hemostasis.
5. Riwayat psikososial spiritual
Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.
Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.
Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).
A. Pemeriksaan Fisik
1. Sistim Pernapasan
Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas
pernapasan tertinggal.
Pada perkusi adakah suara hipersonor dan pekak.
Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.
2. Sistim cardivaskuler (B2 = blead)
Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari
kepala.
Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota
gerak
Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan
cavum abdomen.
Pada Auskultasi:
Kemungkinan
adanya
peningkatan
atau
dan warnanya.
Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya
distensi.
Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.
6. Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )
Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama
daerah pelvis.
Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau
pelvis.
B. Pemeriksaan Penunjang :
1. Radiologi :
Foto BOF (Buick Oversic Foto)
Bila perlu thoraks foto.
USG (Ultrasonografi)
2. Laboratorium :
Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)
Disini terpenting Hb serial jam sekali sebanyak 3 kali.
3. Elektro Kardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun masalah perawatan yang actual maupun potensial pada penderita pre
operatis trauma tumpul abdomen adalah sebagai berikut:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
terputusnya pembuluh darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen)
yang ditandai dengan adanya perdarahan, jejas atau luka dan distensi
abdomen.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hypovolemia (penurunan
suplai darah ke seluruh tubuh) yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral
dingin, capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30
ml/jam.
3. Nyeri berhubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang
ditandai dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak
menyeringai kesakitan.
4. Cemas berhubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan
yang ditandai dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap
pembedahan, ekspresi wajah tegang dan gelisah.
5. Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan
berhubungan dengan kurangnya informasi / informasi inadekuat yang di
tandai dengan pasien bertanya tentang dampak dari musibah yang dialami
dan akibat dari pembedahan.
Diagnosa Keperawatan
1.
Tujuan :
dan
Keseimbangan
elektrolit
berhubungan
tubuh teratasi.
darah
Sirkulasi
arteri
vena
suatu
cairan
ditandai
Kriteria Hasil :
2.
Cairan
yang
keluar
distensi abdomen.
seimbang,
tidak
didapat
cairan 1.
Perdarahan
yang
keluar
gambaran
klinik
menyebabkan
hipovolemic
Jelaskan tentang
akibat
cairan
tindakan
3.
Rasional
tentang
perdarahan
dinamik
adanya
Kaji
adakah
Intervensi
1.
dari
/
sebab
kekurangan
perdarahan
yang
2.
akan
kepada
kita
tidak
syok
hipovolemik.
Penanganan yang cepat
juga
serta
yang
disertai
informasi
pasien
dan
lakukan.
Observasi tanda-tanda vital, 3.
mised komunikasi.
Untuk
mengobservasi
adanya
deficit
volume
normal.
Perkusi:
didapatkan
berguna
Tidak
distensi
5.
abdomen.
dan
menambah
infus
kondisi.
Menghentikan perdarahan
cairan
didrug
lingkar
dengan
tim
pemeriksaan
(DL:
medis
yang
cairan
dan
yang
keluar
serta
tentang
perawatan
tindakan
medis
selanjutnya.
berhubungan
dengan
Tidak
1.
terjadi
termasuk
Airway,
dan
mengobservasi adanya
tanda2
tanda
perdarahan
pada
bagian
Pemeriksaan EKG.
Kolaborasi
abdomen.
Tujuan :
hipovolemik.
Penghentian
hilangya
jalan
Pemasangan
jaringan
syok
dengan
Hb kurang dari 8 gr %.
perfusi
mencegah
Dan
resiko
Perubahan
seimbang.
mengurangi
2.
9.
yang berkelanjutan.
Cairan infus membantu
akan
ligasi.
8.
perdarahan
perdarahan
7.
mencegah
terjadinya
tubuh
cairan
6.
untuk
GI
dan
perkemihan.
Transfusi
diberikan
untuk mengganti darah
yang hilang sehingga
volume
seimbang
cairan
mempertahankan
perfusi
Breathing
jaringan
kondisi
serta
ditandai
normal.
dengan
suhu
kulit
dalam
2.
Kriteria hasil :
Status
ml/jam.
stabil.
dan
Circulation
kontrol
perdarahan.
Lakukan
adanya
pemeriksaan
haemodinamik
3.
dan pupil.
Observasi tanda tanda vital
setiap 15 menit.
Lakukan
pemeriksaan
kemerahan.
Capillary reffil kurang
dari 3 detik.
Produksi urine lebih dari
5.
6.
cairan infus.
Monitoring input dan out put
terutama produksi urine.
30 ml/jam.
3.
Nyeri
berhubungan
dengan
Tujuan :
1.
perutnya
ditekan,
nampak
menyeringai kesakitan.
nampak
dan
akibat
jelaskan
tidak
3.
menyeringai kesakitan.
nyeri,
tindakan
dan
hindari
yang
menimbulkan
4.
serta
batas normal.
penyebaran
tentang
nyaman
kualitas,
nyeri.
Beri penjelasan tentang sebab
dan
tentang
intensitas
2.
Kaji
nyeri.
Berikan
dapat
rangsangan
tekhnik
relaksasi
5.
dengan
jalan
panjang
dan
tarik
napas
dikeluarkan
6.
tekanan darah.
Kolaborasi dengan tim medis
dalam
pemberian
analgesik
obat
bilamana
Cemas
tindakan
berhubungan
pembedahan
dengan
yang
Tujuan :
Kecemasan dapat diatasi.
1. Indetifikasi
tingkat
kecemasan
Kriteria hasil :
dengan
Klien
pasien
menyatakan
kekhawatirannya
terhadap
mengatakan
tidak
kekhawatirannya.
2. Kaji tingkat pengetahuan klien
cemas.
Ekspresi
wajah
terhadap
klien
dihadapi
musibah
dan
pembedahan
gelisah.
yang
pengobatan
yang
akan
dilakukan.
Klien dapat menggunakan
3. Berikan kesempatan pada klien
koping mekanisme yang
untuk
mengungkapkan
efektif secara fisik
perasaannya.
psiko untuk mengurangi4. Berikan perhatian dan menjawab
kecemasan.
mengungkapkan
perasaannya.
5. Observasi
tanda
tanda
setiap
tindakan
persiapan
moral
dan
sentuhan therapeutic.
8. Berikan
penjelasan
dengan
menggunakan bahasa yang
sederhana tentang pengobatan
pembedahan
tindakan
dan
tujuan
tersebut
kepada
Kurangnya
pengetahuan
Tujuan :
1.
Kaji
2.
klien / keluarga.
Jelaskan secara
dan
memahami
akan dilakukan.
Kriteria hasil :
akan dilakukan.
Klien
kooperatif
tentang
tingkat
tentang
yang
dengan
jalan
pembedahan.
Diskusikan tentang hal hal
yang
berhubungan
prosedur
setiap 4.
sederhana
pengobatan
dilakukan
3.
pengetahuan
dengan
pembedahan
proses penyembuhan.
Berikan
perhatian
dan
dan
persiapan pembedahan.
5.
mengungkapkan perasaannya.
Anjurkan
klien
untuk
perawatan.
Lakukan check list untuk
persiapan pre operasi antara
lain
informed
consent,
.
4. Pelaksanaan Perawatan
Dalam pelaksanaan sesuai dengan rencana perawatan dengan modifikasi sesuai
dengan kondisi pasien dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah
dilakukan di tulis pada lembar catata perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta
tanda tangan, nama yang melakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana perawatan dilakukan serta ssat
pasien pindah dari IRD, sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria
keberhasilan pada tujuan rencana perawatan. Dengan demikian evaluasi dapat
dilakukan sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar catatan
perkembangan yang berisikan S-O-A-P-I-E-R (data Subyek, Obyek, Assesment,
Implemetasi, Evaluasi dan Revisi.). Dari catatan perkembangan ini seorang
perawat dapat mengetahui beberapa hal antara lain:
1. Apakah datanya sudah relevan dengan kondisi saat ini.
2. Apakah ada data tambahan selama melaksanakan intervensi (perencanaan
perawatan).
3. Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai.
4. Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.
5. Apakah perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.