Professional Documents
Culture Documents
EXCHANGER
PENDAHULUAN
Saat ini, sudah terlalu banyak industri yang berdiri di setiap Negara didunia. Semua
Negara pasti memiliki industri, tidak terkecuali Negara kecil pun pasti memilikinya. Industriindustri ini memiliki komponen-komponen dan mesin-mesin yang menunjang didalamnya.
Seperti contoh Pembangkit Listrik Tenaga Uap, didalam sistemnya memiliki alat-alat seperti
turbin, boiler, condenser, superheater, dan lainnya.
Pada suatu sistem perindusrtian terdapat sebuah komponen/alat yang dikenal sebagai
Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger). Alat ini sangat banyak digunakan disetiap industriindustri, oleh karena itu tulisan ini akan membahas semua yang terkait dengan Penukar
Kalor.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air
yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida
terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct
contact).
Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia
maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu contoh
sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin
memindahkan panas mesin ke udara sekitar.
Alat penukar kalor atau Heat exchanger juga dapat diartikan sebgai suatu alat yang
dapat menukar panas (kalor) yang bekerja dengan menggunakan prinsip perpindahan panas.
Untuk merancang suatu alat ini, hendaknya kita harus mengetahui hukum-hukum
perpindahan panas dan hukum-hukum termodinamika.
Namun, dalam tulisan ini akan difokuskan kepada Heat Exchanger jenis Spiral Heat
Exchanger. Namun juga jenis-jenis yang lain juga akan dibahas namun tidak akan mendetil
seperti pembahasan spiral heat exchanger.
APK yang langsung, ialah dimana fluida yang panas akan bercampur langsung
dengan fluida yang dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau
ruangan tertentu.
APK yang tidak langasung, ialah dimana fluida panas tidak berhubungan
langsung (indirect contact) dengan fluida dingin, jadi perpindahan panasnya
itu mempunyai media perantara seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnya.
Heat exchanger
Cooler
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan fluida cair, gas dengan menggunakan mediapendingin
air atau udara.
Tipe-tipe cooler, antara lain:
tipe pipe coil
1). Spiral COIL
2). PIPE COIL
3). Box cooler (lebih baik/bagus yang tube-3 dan shell)
Tipe air cooler
media pendingin yang digunakan adalah udara
3.
Condenser
Alat ini berfungsi untuk mengembunkan uap atau campuran uap. Sebagai media pendingin
biasanya digunakan air. Umumnya condenser memiliki tipe shell and tube dan dapat
mempunyai dua tipe yaitu tipe vertical dan tibe horizontal yang masing-masing mempunyai
keuntungan sendiri-sendiri.
Tipe-tipe condenser berdasarkan fungsi:
Partial condenser
Condenser ini memiliki fungsi hanya mengembunkan sebagian dari total uap yang dihasilkan
(kondensat) yang dipakai sebagai reflux. Condenser ini biasanya dipasang dekat puncak
dalam fraksinasi.
Overhead condenser
Condenser ini memerankan 3 hal pada saat bersamaan yakni mendinginkan uap,
mengembunkan uap menjadi cairan, kemudian mendinginkan menjadi cairan tersebut
Surface condenser
Condenser ini berfungsi untuk mengkondensasikan steam, yang mana kondensasi ini
dijalankan dengan tekanan vakum dari 1 sampai 1,5 inHg absolute. Untuk membuat tekanan
vakum digunakan ejector.
4.
Heater
Alat ini berfungsi untuk memanaskan fluida cair atau uap dengan menggunakan steam atau
air panas yang mana dengan memberikan sensible heat
5.
Evaporator
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan atau menguapkan fluida cair dengan menggunakan
steam atau media panas lainnya.
6.
Chiller
Alat ini berfungsi untuk mendinginkan fluida pada temperature rendah. Sebagai media
pendinginnya dapat digunakan air, propane, Freon, ataupun amoniak
7.
Reboiler
Biasanya dihubungkan dengan dasar kolom fraksionasi atau stripper untuk melengkapi panas
pendidihan yang diperlukan untuk destilasi. Sebagai media pemanas dapat berupa steam atau
fluida panas (misalnya residu). Tipe dari alat ini adalah tipe ketel dengan tipe shell and tube,
dimana shell membesar untuk memindahkan penguapan. Selain itu dapat digunakan furnace.
Macam-macam Reboiler:
Natural Circulation/thermosiphon reboiler yang memdidih diperoleh dengan
mempertahankan head yang cukup dari liquid untuk melengkapi sirkulasi.
Forced circulation reboiler dengan menggunakan pompa untuk mendorong liquid masuk
reboiler
8.
Air cooler exchanger digunakan untuk mendinginkan fluida pada suhu ambient dengan udara.
Diklasifikasikan sebagai berikut
Forced draft
Bila letak tube pada daerah discharge dan fan
Induced draft
Bila letak tub pada daerah suction dan fan
Kedua tube sheet tepat pada shell. Kelemahan dari tipe ini adalah jika perbedaan suhu telalu
besar maka tube akan bengkok
2.
Satu tube sheet loates dalam shell, yang lain tepat pada shell. Tipe ini dapat digunakan pada
suhu tinggi (>200oF), dapat dioperasikan pada fluida yang kotor
3.
U-tube, U-bundle
Hanya pada satu tube sheet dioperasikan pada tube bentuk U. dapat digunakan pada suhu
yang tinggi.
4.
Kettle
Tube bundle removable sebagai tipe U dan floating head. Shell membesar untuk
memudahkan pendidihan dan penguapan.
5.
Double pipe
Masing-masing tube mempunyai shell sendiri-sendiri untuk membentuk ruang annulus. Biasa
digunakan finned tube
6.
Pipe coil
Spiral coil
Coil yang direndam dal;am box coil yang berisi air, digunakan untuk pemanasan dan
pendinginan. Coil berbentuk spiral.
Pipe coil
Biasa dipasang pada dasar suatu tankiuntuk memanaskan isi tanki dengan aliran steam dalam
pipa. Dapat berbentuk hair pain, spiral, tipe ring.
Box coil
Pendinginan dilakukan dengan jalan mengalirkan fluida panas dalam suatu coil yang tercelup
dalam media pendingin air.
Klasifikasi Heat exchanger berdasarkan Standar TEMA.
TEMA (Tubular Exchanger Manufacturing Assosiation), mengklasifikasikan HE
berdasarkan perencanaan dan pembuatannya menjadi tiga kelas yaitu:
1.
Hean exchanger kelas R umumnya digunakan untuk industri minyak dan peralatan
untuk proses tersebut
2.
3.
Aliran sejajar
2.
3.
aliran kombinasi
Susunan tube (tube layout) akan mempengaruhi baik bruknya perpindahan panas. Disamping
itu, pemilihan harus mempertimbangkan system pemeliharaan yang akan dilakukan.
Pembersihan tube dengan mekanikan atau secara kimiawi akan mempengaruhi pemilihan dari
tube. Selain susunannya yang terjadi, aliran laminar atau turbulen, bersih atau kotor fluida
yang mengalir. Susunan tube terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
Shell
Biasanya berbentuk silinder yang berisi tube bundle sekaligussebagai wadah mengalirnya zat
2.
Head stationer
Head stationer merupakan salah satu bagian ujung dari penukar panas. Pada bagian ini
terdapat saluran masuk fluida yang mengalir kedalam tube.
3.
Head bagian belakang ini terletak diujung lain dari alat penukar panas
4.
Sekat (baffle)
Sekat digunakan untuk membelokkan atau membagi aliran dari fluida dalam alat penukar
panas. Untuk menentukan sekat diperlukan pertimbangan teknis dan operasional.
Macam-macam baffle yaitu:
Horisontal cut baffle
1)
Baik untuk semua fase gas atau fase liquid dalam shell
2)
Baik ada dissolves gas dalam liquid yang dapat dilepaskan dalam heat exchanger maka
perlu diberi notches dalam baffle
Baik untuk liquid yang membawa suspended matter atau yang heavy fouling fluida
1)
2)
Kurang baik, sebab bila ada dissolved gas yang terlepas, bias dilepaskan melalui top
dari doughtnut, bila ada kondensat liquid tidak dapat di drain tanpa large ports pada
doughtnut.
Baffel ini jarang digunakan kerena terdiri dari full circular plate dengan lubang-lubang untuk
semua tube.
Longitudinal baffle
Digunakan pada shell side untuk membagi aliran shell side menjadi dua atau beberapa bagian
untuk memberikan kecepatan yang lebih tinggi untuk perpindahan panas yang lebih baik.
5. Tube
Tube merupakan pemisah dan sebagai pengantar panas yang berbeda suhunya diantara dua
zat yang berada di dalam suatu alat. Pemilihan tube ini harus sesuai dengan suhu, tekanan,
dan sifat korosi fluida yang mengalir.
Tube ada dua macam, yaitu:
Tube polos (bare tube)
Tube bersirip (finned tube)
6. Tube sheet
Berfungsi sebagai tempat duduk tube bundle pada shell
7.
Channel merupakan tempat keluar masuknya fluida pada tube, sedangkan pass partition
merupakan pembatas antara fluida yang masuk dan keluar tube.
8.
Shell cover and channel cover adalah tutup yang dapat dibuka pada saat pembersihan.
melewati dinding pemisah. Yang membedakan heat exchanger tipe ini dengan tipe
kontak tak langsung lainnya adalah aliran fluida-fluida kerja yang terus-menerus
mengalir tanpa terhenti sama sekali. Heat exchanger tipe ini sering disebut juga
dengan heat exchanger recuperator.
o
Heat exchanger tipe ini melibatkan dua fluida dari jenis berbeda untuk
dicampurkan sehingga terjadi perpindahan panas yang diinginkan. Proses yang
terjadi kadang tidak akan mempengaruhi fase dari fluida, namun bisa juga diikuti
dengan proses kondensasi maupun evaporasi. Salah satu penggunaan heat
exchanger ini adalah pada sebuah alat pembangkit listrik tenaga surya berikut.
Gas-Liquid Exchanger
Pada tipe ini, ada dua fluida kerja dengan fase yang berbeda yakni cair dan
gas. Namun umumnya kedua fluida kerja tersebut adalah air dan udara. Salah satu
aplikasi yang paling umum dari heat exchanger tipe ini adalah pada cooling tower
tipe basah. Cooling tower biasa dipergunakan pada pembangkit-pembangkit listrik
tenaga uap yang terletak jauh dari sumber air. Udara bekerja sebagai media
pendingin, sedangkan air bekerja sebagai media yang didinginkan.
Air disemprotkan ke dalam cooling tower sehingga terjadi percampuran antara
keduanya diikuti dengan perpindahan panas. Sebagian air akan terkondensasi lagi
sehingga terkumpul pada sisi bawah cooling tower, sedangkan sebagian yang lain
akan menguap dan ikut terbawa udara ke atmosfer.
Liquid-Vapour Exchanger
Perpindahan panas yang terjadi antara dua fluida berbeda fase yakni uap air
dengan air, yang juga diikuti dengan pencampuran sejumlah massa antara
keduanya, termasuk ke dalam heat exchanger tipe kontak langsung. Heat
exchanger tipe ini dapat berfungsi untuk menurunkan temperatur uap air dengan
jalan menyemprotkan sejumlah air ke dalam aliran uap air tersebut (pada boiler
proses ini biasa disebut dengan desuperheater spray; baca artikel berikut), atau
juga berfungsi untuk meningkatkan temperatur air dengan mencampurkan uap air
ke sebuah aliran air (proses ini terjadi pada bagian deaerator pada siklus
pembangkit listrik tenaga uap).
penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua
mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat
penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan
tekanan operasi yang tinggi.
ii.
iii.
iv.
penukar panas akan dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri
dari roda besar dengan benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin,
dan penukar panas cairan.
v.
vi.
vii.
konveksi.
Fouling factor (Rd) : Angka yang menunjukkan hambatan akibat
Untuk Dinding
Untuk Silinder
6. Fouling Factor
Fouling merupakan suatu perisrtiwa oenumpukan material padat pada dinding
penukar panas. Dengan adanya penumpukan ini, maka koefisien perpindahan panas
semakin kecil. Oleh karena itu, perpindahan panaasa yang terjadi menjadi
berkurang.
Fouling ini terjadi karena kotoran yang di bawa oleh fluida kerja menempel di
dinding penukar kalor. Sedangkan fouling factor adalah angka yang menyatakan
besarnya hamabatan yang terjadi dan berefek terhadap perpindahan panas pada
heat exchanger.
Akibat yang ditimbulkan karena adanya fouling adalah :
Kristalisasi
kalsium dan magnesium dari bikarbonat dapat membentuk
scale, kristalisasi pada permukaan di awali pembentukan nukleasi.
Kecepatan fluida dapt mengatasi terjadinya fouling. Untuk air
Jika penurunan tekanan (P) terlalu besar maka kecepatan aliran akan
berkurang dan membutuhkan tenga pompa yang besar. Hal ini disebabkan jarak
antar buffle yang terlalu dekat. Namun juga, Jika P terlalu rendah Perpindahan
panas tidak sempurna.
Besar kecilnya nilai pressure drop alat penukar panas menyatakan sejauh
mana fluida tersebut dapat mempertahankan tekanan yang dimiliki selama fluida
tersebut mengalir.
Desain Presure Drop pada penukar kalor dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Semua hal di atas merupakan awal agar kita dapat mengerti tentang spiral heat
exchanger. Perhitungan, klasifikasi heat exchanger akan memberitahukan kepada
kita bagaimana ara kerjanya, prinsip ilmu apa yang dapat digunakan sehingga
dalam merancang suatu heat exchanger dapat maksimal sesuai dengan yang kita
harapkan.
Secara umum heat exchanger sebagaimana yang telah tersebut dan dijelaskan
diatas adalah alat yang dapat mentransfer panas (kalor) melalui media tertentu.
Dengan menggunakan hukum perpindahan panas dan juga perancangan kontruksi
dengan tepat akan menghasilkan heat exchanger yang dapat digunakan optimal
unutk kerja tertentu.
SPIRAL HEAT EXCHANGER
Alat penukar kalor tipe spiral dibuat dari plat tembaga. Plat tembaga tersebut
kemudian dipotong berdasarkan pola. Setelah itu dilakukan proses penyambungan dengan
cara dipatri hingga potongan plat menjadi berbentuk spiral yang didalamnya terdapat dua
saluran yang dipisahkan oleh sebuah sekat yang juga terbuat dari bahan plat tembaga.
Salah satu saluran dialiri fluida panas dan saluran lain dialiri fluida dingin. Arah aliran
kedua fluida dapat diubah dengan melakukan pengaturan katub, sehingga alat penukar
kalor ini dapat bekerja dengan dua arah aliran yaitu searah (parallel flow) dan berlawanan
arah (counter flow).
Tipe aliran pada penukar kalor jenis ini ada dua, yaitu :
1. Tipe aliran searah
2. Tipe aliran melawan arah.
Pada tipe aliran searah, fluida kerja yang ingin di dinginkan atau di panaskan
dialirkan searah dengan fluida kerja yang akan menidinginkan atau
memanaskannya.
Sedangkan tipe aliran berlawanan arah, fluida kerja yang ingin di dinginkan
atau di panaskan mengalir berlawanan dengan fluida kerja yang mendinginkan
atau memanaskannya.
Merah
Biru
Nomor 1
Nomor 2
: Area Panas
: Area Dingin
: Fluida yang didinginkan
: Fluida Pendingin
: Area Panas
: Area Dingin
: Fluida pemanas
: Fluida yang dipanaskan
Cara kerja penukar kalor jenis ini adalah : Untuk aliran dimana masing-masing
fluida tutup pada kedua sisinya. Dan dalam mengalir mengikuti bentuk spiralnya,
rakitan spiral plate-nya memiliki usunan tersebut fluida biasanya mengalir dengan
arah yang berlawanan, yaitu dengan mengalirkan fluida dingin pada sekelilingnya
sehingga mengalir kearah pusat, sedangkan fluida panas dimasukkan pada pusat
tersebut sehingga mengalir kearah sekelilingnya.
Disini, perhitungan dalam merancang alat penukar panas ini, kita dapat
menggunakan prinsip perpindahan panas antara plat. Perpindahan panas yang terjadi
pada alat penukar kalor jenis ini adalah proses perpindahan panas secara konduksi
yang terjadi pada plat (tergantung pada konduktifitas termal bahan) dan juga
perpindahan panas yang terjadi secara konduksi antara fluida kerja dengan dinding
plat.
Penggunaan Spiral Heat Exchagner sangat banyak, namun umumnya kita akan
sering menjumpainya dalam industri Pasteurisasi, Pra-Penghangat Ruangan, (untuk
digunakan dalam recuperators) dan sistem pendingin.
KELEBIHAN :
1. Ramah lingkungan.
2. Efisien penggunaan ruang.
3. Mengurangi biaya.
4. Efisien dalam keseluruhan operasi.
5. Mudah di bersihkan.
KEKURANGAN :
1. Perbaikan untuk spiral plate heat exchanger cukup sulit.
2. Spiral plate heat exchanger sering tidak digunakan jika terjadi siklus
temperatur yang berulang-ulang.
3. Spiral plate heat exchanger tersebut biasanya tidak digunakan apabila
selama pengoperasian terjadi pengerakan yang Besar.
4. Untuk aliran aksial-spiral, perbedaan temperatur harus dikoreksi.
2. Spiral Tube Heat Exchanger
Heat exchanger tipe ini menggunakan pipa tube yang didesain membentuk
spiral di dalam sisi shell. Perpindahan panas pada tipe ini sangat efisien, namun di sisi
hampir tidak mungkin untuk melakukan pembersihan sisi dalam tube apabila kotor.
Oleh karena itu jenis heat exchanger ini butuh perawatan yang lebih dibandingkan
dengan plate spiral heat exchanger.
Di sini kita mepyelidiki peristiwa berlangsungnya perindahan panas itu. Kalau kita
menganggap perindahan panas berlangsung secara mengalir analogi dengan aliran listrik
atau aliran fluida, maka aliran panas ini kita namakan arus panas. Kita definisikan arus
panas ini sebagai jumlah tenaga panas per satuan waktu atau daya panas melalui
penampang tegak lurus kepada arah arus. Oleh sebab itu arus panas rata-rata adalah :
Dengan T sebagai waktu perpindahan panas yang dipandang. Karena arus panas
dapat berubah-ubah menurut waktu, maka arus panas pada setiap saat adalah :
Perindahan panas dapat kita ketahui melalui perubahan temperatur. Oleh karenanya
perlu ditentukan hubungan antara arus panas dan perubahan atau perbedaan temperatur.
Bagi kalorimeter yang mengalami pertukaran panas dengan luar sistem, akibat
perpindahan panas, Newton memberikan suatu koreksi yang dikenal sebagai hukum pendinginan atau pemanasan Newton.
dt
=k ( tt s)
dT
dt
=kdT
tt s
sehingga setelah diintegrasikan diperoleh temperatur sistem
setelah waktu 't, sebesar
In (t - ts) = - k T + C
Jika temperatur pada waktu T =0 adalah t0 maka konstanta
integrasi C dapat ditentukan, sehingga diperoleh
Ln
tt 0
=kT
t 0t s
Atau
t = t0 + (t0 ts ) e-kt
Perhitungan dalam merancang heat exchanger, dalam hal ini spiral heat exchanger
adalah dengan memperhitungkan perpindahan panas secara konduksi dan secara
konveksi.
1. Perpindahan panas konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas melalui zat perantara. Namun, zat
tersebut tidak ikut berpindah ataupun bergerak. Contoh sederhana dalam
kehidupan sehari-hari misalnya, ketika kita membuat kopi atau minuman panas,
lalu kita mencelupkan sendok untuk mengaduk gulanya. Biarkan beberapa menit,
maka sendok tersebut akan ikut panas. Panas dari air mengalir ke seluruh bagian
sendok. Atau contoh lain misalnya saat kita membakar besi logam dan sejenisnya.
meskipun hanya salah satu ujung dari besi logam tersebut yang dipanaskan,
namun panasnya akan menyebar ke seluruh bagian logam sampai ke ujung logam
yang tidak ikut dipanaskan. Hal ini menunjukkan panas berpindah dengan
perantara besi logam tersebut.
Contoh lainnya adalah ketika kita melihat tukang menempah besi menjadi
sesuatu barang semisal parang. Walau hanya ujung besi yang dipanaskan, namun
rasa panas menjalar ke semua bagian besi, sehingga para tukang biasanya
mengalasi ujung besi yang tidak dipanaskan dengan kain. Selain itu, juga kita bisa
melihat pada kasus melelehnya margarine yang dimasukkan ke dalam wajan yang
panas.
Tenaga panas dari suatu bagian benda bertemperatur lebih tinggi akan
mengalir melalui zat benda itu ke bagian lainnya yang bertemperatur lebih
rendah. Sebagai arus panas, perpindahan panas ini memenuhi definisi (82). Zat
atau partikel zat dari benda yang dilalui panas ini sendiri tidak mengalir sehingga
tenaga panas berpindah dari satu partikel ke lain partikel dan meneapai bagian
yang dituju. Perpindahan panas seeara ini disebut konduksi panas; arus panasnya
adalah arus panas konduksi dan zatnya itu mempunyai sifat konduksi panas.
Konduksi panas ini bergantung kepada zat yang dilaluinyan dan juga kepada
distribusi temperatur dari bagian benda sedangkan, menurut penyelidikan,
selanjutnya juga bergantung sedikit banyak kepada temperatur itu sendiri.
Berlangsungnya konduksi panas melalui zat dapat diketahui oleh perubahan
temperatur yang terjadi. Ditinjau dari sudut teori molukuler, yakni benda atau zat
terdiri dari molekul, pemberian panas pada zat menyebabkan molekul itu
bergetar. Getaran ini makin bertambah jika panas ditambah, sehingga tenaga
panas berubah menjadi tenaga getaran. Molekul yang bergetar ini tetap pada
tempatnya tetapi getaran yang lebih hebat ini akan menyebabkan getaran yang
lebih keeil dari molekul di sampingnya, bertambah getarannya, dan demikian
seterusnya sehingga akhirnya getaran molekul pada bagian lain benda akan lebih
hebat. Sebagai akibatnya, temperatur pada bagian lain benda itu akan naik dan
kita lihat bahwa panas berpindah ke tempat lain.
Jadi pada konduksi panas, tenaga panas dipindahkan dari satu partikel zat ke
partikel di sampingnya, berturut-turut sampai meneapai bagian lain zat yang
bertemperatur lebih rendah.
Konduksi Panas Pada Keadaan Tetap
Apabila temperatur dari suatu benda pada dua tempat adalah tetap dan
berlainan, maka akan terjadi konduksi panas. Konduksi panas demikian yakni
antara bagian dengan temperatur tetap disebut konduksi panas pada keadaan
tetap. Arus konduksi tentunya bergantung juga kepada distribusi temperatur tetap
ini pada benda itu, di samping bentuk benda itu sendiri.
Di sini kita akan melihat hanya hal-hal yang sederhana, yakni keadaan dengan
hanya dua temperatur tetap yang terletak simetris pada benda bersangkutan. Pada
keadaan seimbang, arus panas antara kedua tempeatur tetap ini akan tetap
harganya.
Pada gambar 19 terlihat suatu keping datar plan-paralel, dengan luas kedua
permukaan bidang yang berhadapan adalah A dan masing-masing mempunyai
temperature tetap t1 dan t2 (t1 > t2).
Tebal keping adalab I dan arus panas H mengalir dari t1 ke t2. Setelah mencapai
keseimbangan, maka menurut hasil eksperimen dari Biot dan Fourier, arus panas
tetap H berbanding lurns dengan luas penampang yang tegak lurns pada arab arus
panas, berbanding lurns dengan beda temperatur tetap itu (t1 - t2), dan berbanding
terbalik dengan panjang jalan yang ditempuh arus panas. Dengan membubuhi
suatu faktor pembanding K, kita peroleh hubungan :
Dengan tanda negatif menyatakan babwa arab arus menuju ke arab turunnya
temperatur.
Faktor
dt
dx