You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan suatu bentuk penyakit
kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan dengan gejala
sianosis karena terdapat kelainan VSD, stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan
overiding aorta (Nursalam dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat
antara kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh
darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan
karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Overiding aorta
merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang
sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati urutan keempat penyakit
jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel, defek septum atrium duktus
arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab
utama diantara penyakit jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan
jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut berperan sebagai
penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil, faktor lingkungan setelah lahir,
infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam rentang 8 10 per
1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul pada laki laki daripada perempuan.
Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa
timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi
dini penyakit ini pada anak anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi yang lebih
parah terjadi. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar bermanfaat untuk memberikan
edukasi kepada masyarakat khususnya pembaca makalah ini yang membahas kelainan jantung
tetralogy of fallot serta asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

DEFINISI

Gangguan ini merupakan kumpulan empat kelainan yang terdiri atas ventricular septum defect
(VSD), stenosis pulmoner, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Tetralogi of fallot

merupakan salah satu malformasi struktur jantung dan pembuluh darah besar yang telah ada
sejak lahir yang termasuk dalam kumpulan penyakit jantung congenital atau penyakit jantung
bawaan (PJB).
A.

ETIOLOGI

1. Faktor Lingkungan (eksogen)


1. Riwayat kehamilan ibu, apakah sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter (jamu, thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, dan amethopterin).
2. Ibu menderita penyakit infeksi seperti penyakit rubella.
3. Pajanan terhadap sinar X.
2. Faktor Genetik (endogen)
1. Berbagai jenis penyakit genetik ditandai dengan kelainan kromosom yang dapat
juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan diGeorge syndrome.
2. Anak yang lahir dengan menderita penyakit jantung congenital atau bawaan.
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti DIABETES melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan
A.

MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala yang umum pada tetralogy of fallot adalah:


1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi. Pada banyak kasus,
suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari.
1. Cyanosis
Merupakan suatu keadaan kekurangan darah pada sirkulasi bayi yang telah mengalami
oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat. Cyanosis biasanya
timbul antara hari pertama sampai usia minggu kedua.

1. Frekuensi pernafasan yang meninggi.


2. Kulit terasa dingin.
3. BB yang rendah.
4. Sulit untuk makan.
5. Clubbing fingers.
A.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan laboratorium
2. Radiologis
3. Elektrokardiogram
4. Ekokardiografi
5 Kateterisasi
6. Pulse oximetry
A.

KOMPLIKASI

1. Trombosis CVA (Cerebrovascular Accident)


2. Trombosis pulmonal
3. Abses otak
4. Gagal jantung kongestif
5. Endokardial bacterial
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
1. A.

DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Setelah pengumpulan data, menganalisa data dan menentukan diagnosa keperawatan yang tepat
sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa
keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.

1. 1.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventrikel.
Kriteria Hasil :
Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan tanda tanda vital klien ada pada
kondisi normal, dengan outcame :
-

HR : 90 140 x/menit

RR : 25 32 x/menit

BP : 95/65 mmHg

T : 35,5 39OC

Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital klien
Rasional : Dari data tanda tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat sebagai
acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada drajat keterlibatan paru dan
kesehatan umum.
1. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis periferatau
sianosis sentral.
Rasional : Untuk menentukan tindakan lebih lanjut jika sianosis berkurang atau malah
bertambah parah.
1. Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar. Missal, dengan masal, masker atau
masker venture.
Rasional : Kebutuhan oksigen klien terpenuhi dan mengurangi kekurangan oksigen pada klien.
Oksigen diberikan dengan metode yang sesuai dengan keadaan klien.

1. 2.
Penurunan cardiac output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak efektif dengan
adanya malformasi jantung.

Kriteria Hasil :
Setelah diberi asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas dalam tubuh
klien, dapat diatasi dengan outcome :
-

bernafas dengan normal yaitu 25 32 x/menit

saturasi O2 kembali normal.

warna kebiruan yang timbul pada tubuh dapat berkurang

Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital klien.
Rasional : Dari data tanda tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat sebagai
acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Observasi adanya serangan sianosis yuang di alami klien.
Rasional : Untuk membandingkan dengan pasien sebelumnya, sehingga dapat membantu dalam
diagnosa etiologi dan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
1.

Berikan posisi knee chest pada klien.

Rasional : Dari tindakan tersebut diharapkan dapat mempermudah aliran darah.


1. Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat melakukan
aktivitas.
Rasional : Agar klien tidak terlalu kecapekan saat melakukan sesuatu, dan agar dapat memantau
sejauh mana klien dapat beraktivitas sebelum klien merasa lelah.
1. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG danfoto thorax serta kolaborasi dalam
tindakan pembedahan.
Rasional : Untuk mengetahui, keadaan dan kondisi kelainan yang terdapat pada jantung, juga
untuk mengatasi masalah menurunnya cardiac output karena adanya defeks ventrikel.

1. 3.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatigue
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan yang ditandai
dengan berat badan kurang dari normal.
Kriteria Hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan cardiac output
pada klien dapat diatasi, dengan outcome :
-

denyut nadi klien kembali normal, yaitu 90 140 x/mnt

Klien tidak terlihat pucat.

Klien tidak terlihat lemah.

mengalami sianosis pada tubuhnya.

Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda tanda vital klien.
Rasional : Dari data tanda tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat sebagai
acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Buat ketententuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
Rasional : Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang yang menyebabkan depresi, agitasi
dan mempengaruhi fungsi kognitif /pengambilan kmeputusan. perbaikan status nutrisi dapat
meningkatkan keputusan. Perbaikan status nutrisi, meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja
psikologis.

1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu
yang sama dan dokumentasikan.
Rasional : Mambari cacatan lanjut penurunan dan atau peningkatan berat berat badan yang
akurat. Juga untuk menurunkan obsesi tentang peningkatan dan atau penurunan.
1. Catat intake dan output secara akurat.

Rasional : Hal itu untuk memantau masukan dan keluaran, sehingga berat badan klien juga
dapat terpantau lewat itu.
1. Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Walaupun klien mengalami fatiq saat makan, aktivitas makan klien harus tetap
ditingkatkan untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan
1. Berikan makan yang tinggi protein dan tinggi kalori.
Rasional : Makan yang mengandung banyak protein dan kalori adalah makan yang untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
1.

Kolaborasi dengan merujuk pasien ke ahli gizi.

Rasional : Perlu bantuan diet dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

1. 4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama
mobilisasi di tempat tidur.
Intervensi
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
Rasional : Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen jantung.
1. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
Rasional : Menurunkan kerja dan konsumsi oksigen jantung.
1. Anjurkan menghindari peningkatan tekanan abdomen seperti mengejan saat defekasi.
Rasional : Mengejan mengakibatkan kontraksi otot dan vasokontriksi yang dapat
meningkatkan preload, tahanan vascular sistemis, dan beban jantung.
1. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas.

Rasional : Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan, dan
mencegah aktivitas berlebihan.
1. Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut.
Rasional : Untuk mengurangi beban kerja jantung.
1. Posisikan klien dengan meninggikan kaki klien.
Rasional : Untuk meningkatkan aliran balik vena.
1. Pertahankan tentang gerak pasif selama sakit kritis.
Rasional : Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran balik vena.
1. Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.
Rasional : Untuk mengetahui fungsi jantung, bila dikaitkan sengan aktivitas.
1. Berikan waktu istirahat di antara waktu aktivitas.
Rasional : Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa
kerja jantung.
1. Pertahankan penambahan oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
1. Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja napas, dan frekuensi napas serta
keluhan subjektif.
Rasional : Untuk mengetahui dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.
1. Berikan diet sesuai kebutuhan (pembatasan cairan dan natrium)
Rasional : Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas jantung.
1. Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
Rasional : Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk kebutuhan miokardium.

1. 5.

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung.

Kriteria Hasil :
-

Klien tidak mengeluh pusing.

Tanda vital dalam batas normal.

CRT < 3 detik.

Urine > 600 ml/ hari.

Intervensi :
1. Ukur tekanan darah. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk,
atau berdiri bila memungkinkan.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipertensi juga
merupakan fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri, cemas, dan pengeluaran
katekolamin.
1. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur.
Rasional : Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.
1. Kaji kualitas peristaltic, jika perlu pasang slang nasogastrik.
Rasional : Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak
penurunan elektrolit.
1. Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas.
Rasional : Sebagai dampak gagal jantung kananberat akan ditemukan adanya tanda kongesti
pada hepar.
1. Pantau urine output klien.
Rasional : Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine, pemanyauan
yang ketat pada produksi urine < 600 ml/ hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok
kardiogenik.
1. Cacat adanya murmur
Rasional : Menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung (kelainan katup,
kerusakanseptum, atau vibrasi otot paliparis)

1. Pantau frekuensi jantung dan irama jantung.


Rasional : Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia.
1. Berikan makanan kecil/mudah dikunyah, batasi intake kafein.
Rasional : Makanan besar dapat meningkatkan kerja jantung. Kafein dapat merangsang
langsung ke jantung sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
1. Kolaborasi dengan pertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi.
Rasional : Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat.

1. 6.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya
suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Kriteria Hasil :
Perkembangan status penuaan fisik normal yang dibuktikan dengan indicator sebagai berikut :
Anak akan mencapai norma pertumbuhan yaitu persentil ke-97 atau di bawah persentil ke3 untuk usianya.
Anak akan mencapai tahapan penting perubahan fisik, kognitif, dan kemajuan psikososial
sesuai rentang yang diharapkan.
-

Kematangan fisik akan berkembang secara normal

Intervensi :
1. Ajarkan orang tua untuk memfasilitasi motorik kasar, motorik halus, kognitif, social, dan
pertumbuhan emosi yang optimal pada anak.
Rasional : Untuk meningkatkan perkembangan pasien.
1. Lakukan pengumpulan dan analisis data nutrisi pasien.
Rasional : Pemantauan nutrisi pasien untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi.
1. Berikan terapi nutrisi pada pasien.

Rasional : Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolic pasien yang
malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi.
1. Fasilitasi tanggung jawab diri.
Rasional : Mendukung pasien untuk menerima tanggung jawab yang lebih atas perilaku dirinya.

1. 7.
Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga
tentang penyakit anak.
Kriteria Hasil :
Dengan diberikannya asuhan keperawatan pada klien selama 1 x 24 jam diharapkan, koping
keluarga tidak efektif dapat diatasi dengan outcome :
-

Orang tua klien menjadi tenang dan tidak cemas.

Intervensi :
1. Melakukan observasi terhadap tanda vital klien.
Rasional : Dari data tanda vital yang di padat dari pasien melalui observasi dapat sebagai
acuan untuk menentukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien.
1. Beri kesempatan pada klien untuk menghadapi situasi dan memperlihatkan kondisi yang
sedang dihadapi klien saat ini.
Rasional : Untuk mengeksplorasi keadaan perasaan keluarga klien untuk memberikan
tindakan pada keluarga klien
1. Jangan memberi jaminan palsu. Tekankan kemampuan mereka untuk mengatasi secara
efektif.
Rasional : Dalam berkomunikasi dengan keluarga klien diharapkan tidak member janji
tentang kesembuhan klien, karena sebagai para medis perawat hanya bisa berusaha.
1. Gali teknik yang dapat meningkatkan koping.
Rasional : Dengan pemberian teknik teknik yang baik dalam meningkatkan koping
keluarga, dapat lebih menenangkan klien sehingga tidak panic dalam menghadapi penyakit klien.

1. Pemberian HE pada klien terhadap penangan yang dapat dikalukan oleh kluarga pada
klien.
Rasional : Dengan pemberian HE pada klien, klien lebih mengerti tentang penyakit yang
dialami oleh anak mereka sehingga mampu member penangan yang tepat pada anak klien.
1. Tetapkan metode untuk mendapat informasi dan dukungan.
Rasional : Agar keluarga klien dapat mencari informasi dan berkonsultasi dengan tim medis
lain yang dapat member pengetahuan yang lebih akurat tentang penyakit yang diderita oleh anak
mereka

You might also like