You are on page 1of 26

dentistry of iik

Minggu, 09 November 2014


RESTORASI GIC
RESTORASI SEMEN IONOMER KACA

DISUSUN OLEH :
FITRI WIDIYA HADIATI
10612032

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI

2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semen ionomer kaca pertama diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun
1971, yang merupakan gabungan dari semen silikat dan semen polikarboksilat

dengan tujuan untuk mendapatkan sifat translusen, pelepasan flour dari semen
silikat dan kemampuan untuk melekat secara kimia pada struktur gigi dari semen
polikarboksilat. Semen ionomer kaca ialah bahan restorasi yang paling akhir
berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama semen
ionomer kaca adalah kemampuan utama untuk melekat pada email dan dentin
tanpa ada penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat
biokompatibilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour yang
berfungsi sebagai antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan
sedikit, koefesien ekspansi termal sama dengan struktur gigi (Noort, 2003).
Meskipun semen restorasi digunakan untuk restorasi sementara maupun jangka
panjang, juga diperlukan untuk aplikasi lain misalnya sebelum penempatan
restorasi, pulpa dapat terganggu atau terluka oleh berbagai sebab, misalnya karies
atau preparasi kavitas. Untuk melindungi pulpa terhadap trauma lebih lanjut,
seringkali ditempatkan alas penahan panas di bawah tambalan logam,dan bahanbahan penutup pulpa serta pelapik kavitas pada permaukaan kavitas. Semen
ionomer kaca diindikasikan untuk kavitas kelas III dan kelas V yang tidak terlalu
membutukan estetik yang tinggi (Annusavice, 2004).
Ada dua sifat utama Semen Ionomer Kaca yang menjadikan bahan ini diterima
sebagai salah satu bahan kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya melekat
pada enamel dan dentin dank arena kemampuannya dalam melepaskan fluoride.
Salah satu karakteristik dari Semen Ionomer Kaca adalah kemampuannya untuk
berikatan secara kimiawi dengan jaringan mineralisasi melalui mekanisme
pertukaran ion. Mekanisme perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh karena
adanya peristiwa difusi dan absorbs yang dimulai ketika bahan berkontak dengan
jaringan gigi. Beberapa penelitian telah membuktikan sifat antikariogenik Semen
Ionomer Kaca dalam melawan kariogenik. Penelitian yang dilakukan oleh Forss
membuktikan bahwa ternyata tidak hanya fluoride yang dilepas tetapi juga
aluminium, sodium, kalsium dan strontium (Batubara, 2011)

1.2 Rumusan Masalah


1.

Apa pengertian, sifat dan komposisi Semen Ionomer Kaca?

2.

Apa saja tipe-tipe dan klasifikasi dari Semen Ionomer Kaca?

3.

Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Semen Ionomer Kaca?

4.

Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari Semen Ionomer Kaca?

5.

Bagaimana teknik dan desain preparasi dari Semen Ionomer Kaca?

6.

Bagaimana cara manipulasi dan penumpatan dari Semen Ionomer Kaca?

7.

Bagaimana reaksi pengerasan dari Semen Ionomer Kaca?

8.

Apa saja bahan pelindung Semen Ionomer Kaca?

1.3 Tujuan
Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa IIK Kediri khususnya
Fakultas Kedokteran Gigi dapat memahami tentang Semen Ionomer Kaca dan
diharapkan mampu mengaplikasikannya dengan baik dan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Semen Ionomer Kaca (SIK)


Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang
dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan
dentin melalui ikatan kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan
tumpatan lain adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle
(Robert, 2002).
Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian
dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan
cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki semen
ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat
perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta mempunyai
beberapa sifat fisis (Robert, 2002).

Gambar 2.1 Contoh produk Semen Ionomer Kaca

Semen ionomer kaca melepaskan ion fluor dalam jangka waktu yang
cukup lama sehingga dapat menghilangkan sensitivitas dan mencegah terjadinya
karies sekunder. Kemampuan dalam melepaskan ion fluor terhadap compressive
strength dari bahan restorasi Semen ionomer kaca, mengakibatkan korelasi negatif
antara pelepasan ion fluoride dengan compressive strength. Bahan material yang
memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara umum mempunyai

kekuatan yang lebih rendah dari material yang memiliki tingkat pelepasan ion
fluoride yang rendah (Robert, 2002).
Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and
polyacrylic acid ). Reaksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi
antara alumina silikat kaca dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai
liquid. Selain sebagai bahan restorasi, Semen ionomer kaca dapat
digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan
posterior, pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, bonding agent pada resin komposit,
serta sebagai semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas
Semen ionomer kaca bervariasi, yaitu sekitar 50 m sebagai bahan restorasi dan
sekitar 20 m sebagai bahan luting (Robert, 2002).

2.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca


Semen ionomer kaca terdiri dari bubuk dan cairan yang dapat mengeras setelah
dilakukan manipulasi.
a. Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun memiliki
karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandingan alumina-silikat lebih
tinggi pada semen silikat (Anusavice, 2003).
b. Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam
poliakrilatdalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cenderung
membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam
poliakrilat adalah dalam bentuk kopolimer dengan asamitikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah resktifitas dari cairan, mengurangi
kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Anusavice, 2003).
Asam tartarik juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki karakteristik
manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi memperpendek pengerasan.
Terlihat peningkatan yang berkesinambungan secara perlahan pada kekentalan
semen yang tidak mengendung asam tartaric. Kekentalan semen yang
mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan kekentalan (Anusavice,
2003).
Ketika bubuk dan cairan semen ionomer kaca dicampurkan, cairan asam
akan memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk
lapisan semen tipis yang akan mengikuti inti. Selain cairan asam, kalsium,
aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride pada bubuk semen ionomer kaca akan
memasuki partikel kaca yang akan membentuk ion kalsium (Ca2+) kemudian ion

aluminium (Al3+) dan garam fluor yang dianggap dapat mencegah timbulnya karies
sekunder. Selanjutnya partikel-partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan
(Anusavice, 2003).

2.3 Sifat semen ionomer Kaca


a. Sifat Fisis
1)
anti karies ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan
terhadap karies.
2)

Termal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel

3)
Tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan dalam
restorasi dari groove (Power, 2008).
b. Sifat Mekanis
1)

Compressive strength: 150 Mpa, lebih rendah dari silikat

2)

Tensile strength : 6,6 Mpa, lebih tinggi dari silikat

3)

Hardness : 4,9 KHN, lebih lunak dari silikat

4)

Frakture toughness : beban yang kuat dapat terjadi fraktur (Power, 2008).

c. Sifat Kimia
semen ionomer kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin, perlekatan
ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari
semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatannya
dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat dikurangi.
Semen ionomer kaca tahan terhadap suasana asam, oleh karena adanya ikatan
silang diantara rantai-rantai semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena adanya
polyanion dengan berat molekul yang tinggi ( Anusavice, 2004).
2.4 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca
2.4.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Bahan Pengisi
a. Semen Ionomer Kaca Konvensional
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis
dari prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen
ionomer kaca modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan
peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa
penelitian berpendapat bahwa versi capsulated lebih menguntungkan karena

pencampuran oleh mesin sehingga memberikan sifat merekatkan yanglebih baik.


Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat,
pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi konservatif Klas I danKlas II karena
sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi danmelepaskan fluorida.
Selain itu respon pasien juga baik karena teknik penempatan bahan yang
konservatif dimana hanya memerlukan sedikit pengeboran sehingga pasien tidak
merasakan sakit dan tidak memerlukan anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak
dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas IV karena sampaisaat ini formulanya
masih kurang kuat dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan
dengan komposit (McCabe, 2008).
GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson
dan Kent. Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam polyacrilic dan
komponen kaca yang biasanya adalah fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairandi
campur terjadi reaksi asam basa kemudian asam polyalkenoat mengalami
percepatan hingga terjadi pengentalan sampai semen mengeras. Ini dapat dijadikan
sebagai bubuk kaca yang melepaskan ion dan larut dengan campuranyang
mengandung asam polyacrilic cair dengan dikeringkan melalui pembekuan untuk
dicampur dengan air murni. Pabrik juga dapat menanbahkan sedikit asam tartaric
pada air yang dapat memperkirakan reaksi pengerasan yang lebih tepat (Gladwin,
2009).
b. Semen Ionomer Hybrid
Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable
fluoroaluminosilicatedan inisiator untuk light curing atau chemical curing.
Komponen cairan biasanyaterdiri dari air dan asam polyacrylic atau asam
polyacrilyc yang dimodifikasidengan monomer methacrylate hydroxyethyl
methacrylate. Komponen yang duaterakhir bertanggung jawab untuk polimerisasi.
Reaksi pengerasan awal dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi dari gugus
methacrylate. Reaksi asam basayang lambat pada akhirnya akan bertanggung
jawab pada proses pematangan yangunik dan kekuatan akhir. Kandungan air secara
keseluruhan lebih sedikit untuk tipe ini untuk menampung bahan yang
berpolimerisasi (Gladwin, 2009).
Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan
ini karena adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk
dengan matrix resin yang mengeras. Tes in vitro dari semen ionomer hibrid
melepaskanflorida dalam jumlah yang sebanding dengan yang di lepaskan semen
ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih tinggi
dariionomer kaca konvensional. Peningkatan ini di akibatkan oleh
moduluselastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak
yangdapat di tahan sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit untuk
dibandingkan karena formulasi bahan dan cara pengetesan (Lippincot, 2007).

Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama


denganionomer kaca konvensional. Aktifitas ionik yang lebih sedikit diharapkan
karenaadanya pengurangan dari asam karboksilat dari cairan ionomer kaca
denganmodifikasi resin; namun bagaimanapun kekuatan ikat pada struktur gigi bisa
lebihtinggi dari semen ionomer kaca konvensional. Bila dibandingkan dengan
ionomer kaca konvensional maka ionomer kaca dengan modifikasi resin
memperlihatkankekuatan ikat yang lebih tinggi kepada komposit berbasis resin. Ini
sepertinya dikontrol oleh gugus fungsi non polimerisasi residu didalam semen
ionomer kacakonvensional. Akibat polimerisasi, bahan ini seharusnya memilki
derajat penyusutan yang lebih besar ketika mengeras. Lebih sedikitnya kandungan
air danasam karboksilat juga mengurangi kemampuan semen untuk membasahi
substratgigi, yang dimana akan meningkatkan kebocoran micro dibandingkan
semenionomer kaca konvensional (Anusavice, 2004.)
Biokompatibilitas dari ionomer kaca hibrid dapat dibandingkan dengan
ionomer kaca konvensional. Tindakan pencegahan yang sama harus
dilakukan,seperti penggunaan kalsium hoidroksida untuk preparasi yang dalam.
Peningkatan suhu sementara yang berhubungan dengan proses polimerisasi juga
menjadi pertimbangan (Gladwin, 2009).
Karakteristik dari penanganan ionomer kaca hibrid telah diatur sehingga
dapat digunakan sebagai liners atau bases. Kekuatan tekan dan tarik dari liners
lebih rendah dari pada semen restorasi yang lain. Kegunaan yang paling utama dari
liners ionomer kaca adalah untuk bertindak sebagai bahan pengikat lanjut antara
gigi dan restorasi komposit. Karena adanya adhesi pada dentin, maka kemungkinan
dari formasi celah pada tepi ginggival yang terletak pada dentin,sementum atau
keduanya disebabkan oleh penyusutan polimerisasi dari resin (Lippincot, 2007).
Keuntungan dari ionomer kaca di atas resin bonding agent yang
menjamin ikatan adhesive, mengurangi sensitivitas tekhnik dan membentuk
mekanisme anti kariogenik melalui pelepasan florida. Ketika digunakan pada
keadaan ini, prosedur yang lebih di anjurkan adalah tekhik sandwich. Tekhnik ini
memberikan keuntungan berupa kualitas yang diinginkan dari ionomer kaca yang
memberikanestetika dari restorasi komposit. Tekhnik sandwich di rekomendasikan
untuk restorasi komposit kelas 2 dan 5 ketika pasien individual memiliki resiko
karies yang tinggi. Hal tersebut berlaku untuk formulasi semen ionomer kaca
konvensional dan semen ionomer kaca hibrid like-curable (Lippincot, 2007).
c. Semen Ionomer Tri-cure
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang
dimodifikasi polyacid tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan, sehingga
biasanya disimpan didalam kantong anti air. Pengerasan di awali oleh foto
polimerisasi dari monomer asam yang menghasil bahan yang kaku. Selama
restorasi digunakan bahan yang telah di pasang menyerap air di dalam saliva dan

menambah reaksi asam basa antara gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel
kaca silicate. Reaksi asam basa yang di induce memungkinkan pelepasan
floridakarena tidak adanya air dalam formulasi, pengadukan semen tidak selfadhesiveseperti semen ionomer kaca konvensional dan hibrid. Sehingga dentinbondingagent yang terpisah di perlukan untuk kompomer yang digunakan sebagai
bahan restorasi (Gladwin, 2009).
Akhir-akhir ini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri dari
bubuk dan cairan atu yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer
untuk penerapan luting(luting application). Bubuknya memiliki komposisi srontium
aluminum fluorosilicate, metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya.
Cairanya terdiri dari monomer asam karboksilat atau methacrylate yang bisa
berpolimerisasi, monomer multifungsional acrylate, dan air. Sedangkan yang
berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan dengan bubuk dan
cairan.Karena adanya air di dalam cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive
danreaksi asam basa dimulai pada saat pengadukan (Lippincot, 2007).
Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki rentang
yangsama dengan semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding agent.
Meskipun kompomer satu pasta terutama di terapkan untuk restorasi pada area
dengan tegangan rendah, data klinis saat ini dibatasi mengingat penggunaan
kompomer untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5 sebagai alternative ionomer kaca
atau komposit resin (Lippincot, 2007).
d. Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal
Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan
gayamastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan
penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan
keramik. Ada 2 metode modifikasi yang telah dilakukan, metode I adalah
mencampur bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis dengan bubuk
glass ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II
adalah mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan
pemenasanyang tinggi. Semen ini disebut sebagai cermet. Mikrograf skening
electron dari bubuk cermet menunjukan partikel-partikel bubuk perak melekat ke
permukaan dari partikel-partikel bubuk semen. Jumlah dari fluoride yang dilepaskan
dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride yang
dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang dilepaskan dari semen
ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel kaca, yang mengandung
fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan melepas lebih banyak
fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini menurun dengan
berjalannya waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi tidak terikat pada matriks
semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan untuk pertukaran
cairan. Ini sangatmeningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk pelepasan
fluoride (Anusavice, 2004).

Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi antikariesnya, semen-semen dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan untuk
penggunaan yang terbatas sebagai alternative dari amalgam atau komposit untuk
restorasi gigi posterior. Meskipun demikian, bahan-bahan ini masihdiklasifikasikan
sebagai bahan yang rapuh. Karena alas an inilah penggunaan bahan tersebut
umumnya terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I (Lippincot,
2007).
Semen-semen ini mengeras dengan cepat sehingga dapat menerima
tindakan penyelesaian dalam waktu yang relative singkat. Bersamaan dengan
potensi adhesi dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat menjadikan semen
tersebut digunakan untuk membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki
dengan mahkota cor penuh. Namun, karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur
dan sifatnya yang rapuh, sebaiknya dilakukan pendekatan yang konservatif. Bahan
ini sebaiknya tidak digunakan jika bagian yang akan menggunakan semen adalah
lebih besar 40% dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya digunakan
pasak atau retensi bentuk lainnya (Gladwin, 2009).
2.4.2 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya
a. Type I Luting cements
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota,
jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara
kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki
translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK yang
diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya
sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya
kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit
atau onlay (Craig, 2004).
b. Type II Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan,
SIK juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi
servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat
gigi yang terlalu keras (Craig, 2004).
c. Type III Liners and Bases
Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan
komposit sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan
cepat untuk kemudian menjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air
pada matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang
nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).
d. Type IV Fissure Sealants

Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran


bahan dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah
gigi posterior yang sempit (Powers, 2008).
e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin
komposit. Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung
ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan
demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu, SIK memiliki efek antikariogenik
karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis uji klinis
menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket Ortodonti
antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008).
f. Type VI Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat
kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik
dalam koefisienekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet,
Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah
populer. Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk
menangani daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian,
banyak yang menganggapSIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka
direkomendasikan bahwagigi harus memiliki minimal dua dinding utuh jika
menggunakan SIK (Powers, 2008).
g. Type VII - Fluoride releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan
SIK dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis
dengan atau tanpa meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan,
dengan salah satu tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK
konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak daripada kompomer dan
21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang
dihasilkan, selama 24 jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima
sampai enam kali lebih tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung fluor
(Craig, 2004).
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk
digunakan dinegara-negara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas
namun kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan dunia.
Teknik menggunakan alat-alat tangan sederhana (seperti pahat dan excavator)
untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika karies

dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas


tinggi. SIK memberikan kekuatan beban fungsional (Craig, 2004).
i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan
kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca
dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena
kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras
gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat
dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih
diperlukan tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004)

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca


Sebelum mengaplikasikan bahan GIC seorang operator harus mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari bahan yang akan digunakan agar nantinya dapat
dipertimbangkan bahan yang cocok untuk diaplikasikan pada kavitas. Adapun
kelebihan dan kekurangan dari bahan restorasi GIC adalah sebagai berikut :
kelebihan:
1)

Potensi antikariogenik

2)

Translusen

3)

Biokompatibel

4)

Melekat secara kimia dengan struktur gigi

5)

Sifat fisik yang stabil

6)

Mudah dimanipulasi (Craig, 2004).

Kekurangan :
1)

Water in and water out

2)

Compressive strenght kurang baik

3)

Resistensi terhadap abrasi menurun

4)

Estetik kurang baik

5)
Warna tambalan lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara
tambalan dengan gigi asli (Craig, 2004)
2.6 Indikasi dan kontraindikasi

Setiap bahan semen memiliki kelebihan dan kekurangan masing0-masing


yang nantinya dari semua itu dapat dindikasikan untuk kavitas seperti apa bahan
tersebut. Untuk Glas ionomer cement (GIC) sendiri memiliki indikasi dan
kontraindikasi sebagai berikut :
Indikasi :
1)

Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas

2)

Penumpatan pit dan fisura oklusal

3)

Restorasi gigi sulung

4)

Restorasi lesi karies kl. V

5)

Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang pembukaannya arah lingual

6)

Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota (Craig, 2004).

Kontraindikasi :
1)

Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang

2)

Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi

3)

Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal

4)
Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor
estetika (Craig, 2004).

2.7 Prinsip preparasi gigi pada GIC


Adapun prinsip dari preparasi gigi pada GIC meliputi 7 prinsip yaitu :

Outline Form

Resistance Form

Retention Form

Removal of caries

Finishing of the enamel wall

Convinience Form

Cavity toilet

Pada kasus tertentu pada karies, yang mengakibatakn kerusakan hingga mengenai
pulpa, sebaiknya langkah pertama hingga ke lima di letakkan pada langkah ke dua.
Apabila terjadi keadaan seperti ini, sangat penting untuk meletakan base yang
sesuai takaran ke dalam kavitas yang sudah di preparasi preparasi.
1. Outline form
Yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan gigi.
Untuk kelas III mengambil jaringan karies yang disertai pembuatan dovetail dengan
cara mengambil sedikit jaringan sehat sekitarnya. Untuk kelas V sendiri mengambil
jaringan karies disertai pengambilan sedikit jaringan sehat biasanya berbentuk
seperti ginjal.
2. Resistance form adalah bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan
yang tepat sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi
sebagai tempat penahan dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa
menimbulkan fraktur.
3. Retention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap
pergeseran atau hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan
retensi berhubungan dengan jenis material restorasi yang digunakan, prinsip dari
retention form bermacam-macam tergantung dari bahan material yang digunakan.
Restorasi Glass Ionomer Cement (GIC) melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi
yang timbul antara material dan gigi yang dikondisikan.
4. Removal of caries merupakan Pembuangan jaringan karies dentin dan debrisdebris pada dinding kavitas . Karies tidak boleh ditinggalkan didalam kavitas. Sebeb
jika terjadi kebocoran bakteri yang tinggal didalam kavitas akan terjadi aktif dan
dapat menimbulkan gejala sakit dan masalah endodontik
5. Finishing of the enamel wall merupakan Suatu tindakan yang dilakukan untuk
membentuk dinding enamel margin yang halus dan rata agar mendapatkan kontak
marginal serta adaptasi tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar
kavitas menggunakan fine finishing bur sampai halus dan rata. Pada kunjungan
berikutnya penghalusan akhir bisa dilakukan dengan menggunakan bur batu putih
(white stone), bur tungsten carbide dan karet abrasif dengan kecepatan rendah.
6. Convenience form dilakukan dengan cara membentuk kavitas sedemikian rupa
untuk mempermudah pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan ke
\dalam kavitas. Convenience form dapat diperoleh dengan cara :

Memperluas preparasi kavitas

Pemilihan alat yg dapat memudahkan pekerjaan

Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingiva.

7. Toilet of the cavity merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas
yang bertujuan untuk membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan
dengan air hangat, menggunakan cleanser cavity atau aquadest.

2.8 Manipulasi Semen Ionomer Kaca


Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis yang tetap kuat,
kondisi-kondisi untuk SIK berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang disiapkan
harus bersih dan kering, (2) konsistensi campuran semen harus memungkinkan
untuk dapat melapisi seluruh permukaan yang bergelombang dan dudukan
prostesis, (3) semen yang berlebih harus dikeluarkan pada waktu yang tepat, (4)
permukaan harus selesai tanpa pengeringan yang berlebihan, dan (5) perlindungan
permukaan restorasi harus dipastikan untuk mencegah retak atau disolusi. Kondisikondisi ini serupa untuk aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan finishing permukaan
(Anusavice, 2009).
Semen Ionomer Kaca merupakan sistem bubuk-cairan yang dikemas di
dalam botol atau kapsul. Botol bubuk harus disentak dengan lembut sebelum
pengeluaran. Bubuk dan cairan dikeluarkan pada paper pad atau glass slab. Bubuk
dibagi menjadi dua bagian yang sama. Bagian pertama dari bubuk dicampur
dengan spatula kaku ke dalam cairan sebelum bagian berikutnya ditambahkan.
Waktu pencampuran antara 30 hingga 60 detik, tergantung pada produk. Semen
digunakan segera karena working time setelah pencampuran sekitar 2 menit pada
22oC. Pendinginan mixing slab memperlambat setting reaction dan memberikan
tambahan working time. Semen tidak boleh digunakan dalam bentuk kulit pada
permukaan atau ketika konsistensi terasa menjadi lebih tebal. Hindari kontak
dengan air selama aplikasi ruangan harus diisolasi sepenuhnya. Semen set di dalam
mulut sekitar 7 menit dari awal pencampuran (Powers, 2008).

2.9 Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca


Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak dengan
permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah
ion.

Gambar 2.2. Reaksi pengerasan pada SIK.


(Sumber: Craigs Restorative Dental Materials)

SIK mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling


overlapping. Fase pertama adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi
ionisasiradikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai asam (asam
poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion H+ bereaksi pertama
kalipada permukaan partikel kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti Ca2+
dan Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+ tersebut berpenetrasi kembali
hinggamencapai struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya ion
Al3+. Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC.
Semakin besar rasio bubuk dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan
semakin besar (Craig, 2004).
Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi.
Secarafisik SIK terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan
padafase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan ke
gigitersedia dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan
ionini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan berkilau SIK, matriks
poliasambebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu berikatan dengan
strukturgigi atau struktur lainnya (Craig, 2004).
Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel
terjadi 5 sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama fase ini, ion-

ionkalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam
polianionik yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase
hidrogel ini mobilitas rantai polimer berkurang sehingga menyebabkan
terbentuknya gelasi awal matriks ionomer. Selama fase hidrogel
berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan yang lembab dan
kering karena ion kalsium yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik mudah
larutdalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah
laruttersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan
derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika (Craig, 2004).
Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak.
Opaksitastersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi
antarafiller kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan
akanmenghilang selama reaksi pengerasan akhir terjadi. Fase terakhir adalah gel
poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan akhir, dapat berlanjut
selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature ketika ion-ion
aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke dalam
campuran semen membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan
semen menjadi lebih kaku (Anusavice, 2009).
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi,
disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama
dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan
opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa
gel poligaram tidak terbentuk disebabkan karena adanya kontaminasi air. SIK yang
telah mengeras secara sempurna terdiri atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel
silika, dan matriks poliasam (Anusavice, 2009).

2.10 Tehnik preparasi kelas III

Tentukan batas garis luar kavitas

Untuk mendapat akses ke dentin yang terkena karies. Jika gigi tetengga masih
ada maka dilakukan dengan bur tungsten carbide atau bur intan dengan kecepatan
tinggi melalui ridge tepi emaildan aspek palatal

Dinding labial sebaiknya dipertahankan

Perluasan dinding email dipermukaan palatal kearah palatal, insissal maupun


gingival dilakukan dengan bur bulat kecil

Retensi (groove stabilitasi) dibuat dengan bur bulat


Gambar 2.3 Akses lesi melalui palatal Gambar 2.4 Kavitas siap ditumpat

2.11 Tehnik Preparasi kelas V


Bentuk ragangan restorasi klas V tidaklah seragam, tetapi bervariasi
tergantung karies atau tingkat dekalsifikasi yang terjadi. Outline form berbentuk
ginjal pada bagian bukal 1/3 serviko servikal. Kedalaman preparasi kurang lebih 3
mm (sampai mengenai dentin).
Bila jaringan yang rusak telah disingkirkan dan tepinya berada pada email yang
baik, ragangan biasanya persegi panjang dengan sudut membulat, ovoid atau
berbentuk ginjal.
Retensi dibuat pada oklusal, dan dinding gingival di pertautan dengan dinding
aksial. Tidak boleh ada undercut pada dinding mesial dan distal. Kedalaman retensi
dibentuk menggunakan diameter bur, dan tidak melebihi diameter bur bahkan
dalam beberapa hal malah bisa kurang

Gambar 2.5 Sebuah kelas V rongga di tengah gigi seri atas kanan.

Gambar 2.6 Penyusunan rongga ini diprakarsai oleh scribing alur circumferentially
ke kedalaman lesi membusukkan gigi atau tulang menggunakan GW-1 tetapi
karbida.

2.12 Cara penumpatan


1. Tahapan Isolasi. Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang
dibasahi saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat
digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau
cotton roll,dan isolator karet atau rubbedam(Baum, 1997).
a.

Saliva Ejector

Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang
tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari
diletakkan didasar mulut.
Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus
menerus didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik
jaringan lunak dan menimbulkan lesi jaringan lunak.

Gambar 2.7 Saliva ejector

Gambar 2.8 Penggunaan Saliva ejector


b.

Gulungan Kapas atau Cotton Roll

Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan kedokteran gigi memiliki beberpa
ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor
2 dengan panjang inchi dan diameter inchi. Cotton roll dapat menyerap saliva
cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut.
Biasanya cotton roll harus sering diganti karena akan sering terbashi oleh saliva.
Penggunaan cotton roll bersama saliva ejector efektif dalam meminimalkan aliran
saliva (Roberson dkk, 2002)
c.

Isolator karetatauRubber Dam

Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam.
Lembaran karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada lembaran itu
memberikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat.
Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif.
Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.

Gambar 2.9 Rubber Dam


d. Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air. Bila
ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
e.

Tahap preparasi

Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm
dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450Gigi dengan karies
dibersihkan dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel
seperti di atas.
Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk
kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak
didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin dipertahankan
mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan restorasi yang sama persis
dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih menyusahkan operator namun
akses dari labial jarang sekali dilakukan karena akan menghasilkan estetika yang
tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.

Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outlinef
orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang

mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak
terserang karies tetapi kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan.
Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for
prevention. Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbevel tidak perlu
dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari
kontakdengan gigi tetap pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah
menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk
retensi pada setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah kecil
atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di dnding
gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada
restorasi plastiskommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi
mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan
pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang tersisa
sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihan
kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquade ststeril dan
kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai aspek
sebelum dilakukan penumpatan.
2.

Tahap Persiapan Bahan

Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper pad,
Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian dicampur
sampai konsistensi milky, sisanya di mixing dan dilakukan wkt total 45-60 detik (tgt
pabrik)

a.

Mixing


dicampur dengan cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam
waktu 40 detik.

Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan


dilaksanakan (terjadi penguapan air penaikan viskositas).

Konsistensi adonan :

Terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah & dapat
melekat ke struktur gigi

b.

Penempatan bahan ke dalam kavitas

Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe
insulin ke dalam kavitas gigi

Selanjutnya dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu


(untuk memberi kontur)

c.

Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras


Prosedur penyelesaian

lanjutan, dianjurkan waktu penyelesaian selama 10 menit


untuk mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi menjadi
agak kurang
d. Prosedur pasca restorasi

Tambalan harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang
terbuka akibat baru dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena itu,
restorasi GIC dilindungi dengan lapisan varnish atau resin.

2.13 Bahan Pelindung GIC


Keluar masuknya air dari SIK dalam 24 jam pertama akan menurunkan sifat fisik
dan estetik, sehingga diperlukan lapisan pelindung yang kedap air. Beberapa
lapisan pelindung yang saat digunakan adalah varnis dan bonding. Varnis
merupakan larutan resin, shellac, copal, sandarac, dan medikamen lain dalam
pelarut yang mudah menguap seperti eter atau alkohol. Pada penguapannya, varnis
membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang merupakan barier terhadap
efek berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi. Varnis yang diaplikasikan di atas
permukaan SIK bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24
jam pertama setelah penempatan tumpatan SIK di dalam kavitas.15 Selain itu,
varnis juga digunakan untuk melindungi SIK yang belum mengeras secara
sempurna dari pengeringan akibat perubahan mekanisme hilangnya air. Komposisi
yang terdapat di dalam varnis yang digunakan sebagai bahan pelindung SIK di
bawah ini:
a.

Komposisi % komponen kimia berdasarkan berat

b.

Asetat isopropyl 60-70%

c.

Aseton 14%

d.

Kopolimer kloride vinil dan asetat vinil 14%

Komposisi maniulasirasio bubuk dan cairan


Aplikasi pelindung setelah 5 menit pengaplikasian SIK
SIK
Desikasi absorpsi
KEKERASAN

Keterangan: Walaupun komposisi, manipulasi, dan rasio bubuk serta cairan pada SIK
telah diperhitungkan dengan cermat, namun bahan tambal SIK ini tetap rentan
terhadap absorpsi dan desikasi terhadap air pada tahap awal setelah dilakukan
pengadukan, sehingga diperlukan aplikasi pelindung SIK yang kedap air seperti
varnis dan bonding agent pada 5 menit pertama setelah manipulasi SIK. Dengan
aplikasi pelindung SIK ini maka penurunan sifat fisik, seperti kekerasan dapat
dicegah.
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips Science of Dental Materials 11th Edition.


Saunders Company, Pennsylvania.

Baum, 1997. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed. 3. Jakarta : EGC.

Batubara, F. 2011. Klasifikasi dan Evaluasi Klinis GIC. Medan : USU.

Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials Properties
and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri.

Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials 3rd
Edition.

Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.Van Noort, Richard. 2007. Introduction to


Dental Materials 3rd Ed. China : Mosby, Elsevier.

McCabe, John F., Walls, Angus W. 2008. Applied Dental


Blackwell
Publishing, Oxford.

Materials 9th Edition.

Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th
edition. Missouri : Mosby.

Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th edition.


Missouri : Mosby Inc.

Diposkan oleh fitri widiya hadiati di 10.40


Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2015 (4)
2014 (2)
November (2)

HUBUNGAN KELAINAN KONGENITAL DENGAN KESEHATAN GIGI...


RESTORASI GIC
2013 (1)
Mengenai Saya
Foto Saya
fitri widiya hadiati

Lihat profil lengkapku


Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like