Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Model ABC atas perubahan perilaku merupakan gabungan dari 3 (tiga) elemen,
yaitu antecedent, behaviour dan consequences (ABC). Hubungan antara peristiwaperistiwa lingkungan dengan perilaku sering disebut sebagai rantai A-B-C (antecedentbehavior-consequence). Hubungan ini mempunyai beberapa implikasi dalam komunikasi
kesehatan.
Antecedents dapat dideskrisikan sebagai orang, tempat, sesuatu, atau kejadian yang
datang sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong kita untuk melakukan sesuatu
atau berkelakuan tertentu. Teori motivasi menjelaskan bagaiamana individu-individu dapat
dipengaruhi untuk bisa menyesuaikan diri pada perilaku yang baru. Consequences
mempengaruhi perilaku dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan meningkatkan perilaku dan
mengurangi perilaku tertentu. Pada dasarnya perilaku bisa diarahkan untuk mencapai apa
ingin dicapai.
Teori dan model Perilaku Kesehatan saat ini terbagi kedalam lima bagian, yaitu :
Model Kepercayaan Kesehatan, Model Komunikasi Persuasi, Teori Aksi Beralasan, Model
Transteoritik dan Precede / Proceed Model.
b. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, ada beberapa rumusan masalah yang ingin penulis
kemukakan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Rantai ABC?
2. Apa yang dimaksud dengan Antecedents?
3. Apa yang dimaksud dengan Behavior?
4. Apa yang dimaksud dengan Consequence?
5. Apa saja Teori dan Model Perilaku Kesehatan?
c. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui penjelasan Rantai ABC
2. Untuk mengetahui pengertian Antecedents
3. Untuk mengetahui pengertian Behavior
4. Untuk mengetahui pengertian Consequence
1
5. Untuk mengertahui bagian yang termasuk dalam Teori dan Model Perilaku
Kesehatan.
II.
KAJIAN TEORITIS
III.
PEMBAHASAN
1. Antecedents
Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu
perilaku (Holland & Skiner, 1961 ; Bandura,1977 ; Miller, 1980). Melihat batasan tersebut
menunjukan bahwa dengan adanya anteseden dapat memicu untuk terjadinya perilaku
seseorang, artinya dengan adanya sebuah peristiwa bisa menjadikan seseorang untuk
berperilaku.
Misal :
1. Peristiwa ujian akan memacu mahasiswa untuk belajar.
Peristiwa ujian
: Anteseden.
Belajar
: Perilaku
2. Seorang ibu tangannya pernah melepuh karena memegang panci panas, maka utuk
saat-saat selanjutnya ia berperilaku setiap memegang panci panas selalu
menggunakan alas kain.
Tangannya melepuh
: anteseden.
: perilaku
Coba perhatikan kedua contoh diatas, terutama proses terjadinya perilaku. Pada
contoh (1), memperlihatkan bahwa PERISTIWA UJIAN belum terjadi, dan perilaku
BELAJAR sengaja dipersiapkan SEBELUMNYA ; sedangkan pada contoh (2) peristiwa
TANGAN MELEPUH sudah terjadi, maka karena ibu tersebut pernah mengalami
TANGAN MELEPUH saat memegang panci, maka dia baru berhati-hati dengan selalu
MENGGUNAKAN ALAS KAIN.
Kedua
contoh
tersebut
memperlihatkan
bahwa
perilaku
seseorang
bisa
direncanakan untuk menghadapi sebuah peristiwa, bisa juga sebaliknya perilaku akan
muncul kalau sudah terjadi peristiwa. Sehingga kita dapat melihat bahwa proses anteseden
dapat dibagi atas 2 (dua) :
1. Anteseden terencana
2. Anteseden alamiah (naturally occurings antesedents )
Perilaku yang timbul karena dipicu oleh peristiwa-peristiwa lingkungan yang sudah terjadi.
Antecedents dapat dideskrisikan sebagai orang, tempat, sesuatu, atau kejadian yang
datang sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong kita untuk melakukan sesuatu
atau berkelakuan tertentu. Antecedents ini keberadaanya tidak dapat dikendalikan.
Karakteristik utama dari antecedents adalah sebagai berikut (Isaac, 2000):
a. Selalu ada sebelum perilaku terbentuk
b. Menyediakan informasi tertentu.
c. Selalu berpasangan dengan consequences
d. Consequences yang muncul bisa jadi merupakan antecedents
e. Antecedents tanpa diikuti consequences mempunyai dampak jangka pendek.
akan
mempengaruhi para pegawai yang lain. Jika seorang pimpinan datang ke kantor lebih awal
dan pulang lebih akhir maka para bawahan dan pegawai lain akan melakukan tindakan
yang sama dengan pimpinannya. Jadi seseorang akan meniru apa yang telah dilakukan oleh
orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh besar di dalam organisasi.
6
2. Behaviour
Behaviour (perilaku) merupakan segala apa yang kita lihat pada saat kita
mengamati seseorang melakukan aktivitas/pekerjaan (Ayers dalam Issaac, 2000). Suatu
pinpoint adalah deskripsi khusus dari kinerja yang mengacu pada tindakan (proses) dari
seseorang atau outcome yang dihasilkan (Daniels dalam Issaac, 2000). Jadi jika sebuah
organisasi tidak merumuskan pinpoint ini dengan jelas maka tidak mungkin bisa
menetapkan ukuran kinerja secara obyektif dan melakukan perubahan perilaku secara
tepat.
Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam jangka waktu yang mencukupi
3. Consequences
Consequences adalah kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku dan mengubah
adanya kemungkinan perilaku akan terjadi kembali di masa datang. Consequences
mempengaruhi perilaku dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan meningkatkan perilaku dan
mengurangi perilaku tertentu. Terdapat 4 (empat) consequences keperilakuan, dua
meningkatkan perilaku tertentu dan dua lainnya menguranginya (Daniels, 1989):
1. Consequences yang meningkatkan perilaku tertentu:
a. Positive reinforcement (R+), misalnya memperoleh sesuatu yang kita inginkan.
b. Negative reinforcement (R-), misalnya melepaskan diri atau menghindari segala
sesuatu yang tidak kita inginkan.
2. Consequences yang menurunkan perilaku tertentu:
a. Mendapatkan segala sesuatu yang tidak kita inginkan (P+), misalnya hukuman.
b. Gagal untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan (P-), misalnya adanya
punahnya (extinction) peluang.
Model pengukuran kinerja dapat didesaian dengan mengadopsi teori analisis sistem
(system analysis theory) agar bisa menghubungkan antara tujuan primer dan tujuan
sekunder organisasi. Analisis sistem adalah proses yang sistematis dan terorganisasi untuk
mengidentifikasi secara mendetail suatu prosedur untuk mengumpulkan, memanipulasi dan
mengevaluasi data tentang sebuah organisasi yang ditujukan tidak hanya untuk
menentukan apakah harus dikerjakan tetapi juga untuk memastikan cara terbaik untuk
memperbaiki fungsi sistem ( Skidmore dalam Issac, 2000).
Teori analisis sistem berusaha untuk menyatukan berbagai macam variabel dalam
satu akun (rekening) yang akan mempengaruhi fungsi entitas setiap hari. Teori ini cocok
digunakan untuk organisasi sektor publik. Jika kita memisahkan sistem ke dalam
pemerintah daerah, maka komite dan departemen akan membentuk sub sistem. Selanjutnya
kita mungkin akan menganalisis antecedents, behaviour dan consequences yang dominan
dalam konteks input, proses dan output. Agar model pengukuran kinerja bisa efektif maka
sebaiknya antecedents dan consequences yang bisa mempengaruhi perilaku setiap hari
ditentukan pertama kali. Jadi penting kiranya untuk menentukan tujuan sekunder secara
khusus yang diperlukan untuk mencapai tujuan primer dan bagaimana pencapaian ini nanti
dinilai.
C. Memodifikasi Perilaku
Informasi hasil pengukuran kinerja dapat berfungsi sebagai dasar pengambilan
keputusan terhadap perilaku yang diinginkan pada periode berikutnya. Pada dasarnya
perilaku bisa diarahkan untuk mencapai apa ingin dicapai. Pengarahan perilaku dapat
dilakukan dengan empat cara, antara lain:
1. Positif reinforcement (penguatan positif) yaitu proses memperkuat sebuah
perilaku dengan menunjukkan secara bersyarat sesuatu yang menyenangkan.
Sebuah perilaku diperkuat ketika frekuensinya meningkat dan melemah ketika
frekuensinya menurun.
2. Negative reinforcement (penguatan negatif) yaitu proses memperkuat sebuah
perilaku dengan penarikan sesuatu yang menyenangkan secara bersyarat.
3. Punishment (pemberian hukuman) adalah proses melemahkan perilaku melalui
hadirnya sesuatu yang tidak menyenangkan bersyarat.
4. Extinction adalah faktor-faktor yang dapat melemahkan perilaku seseorang
dengan cara mengabaikannya atau membuat kepercayaannya lemah.
1.
Fokus utama seharusnya dititikberatkan pada prestasi atau hasil masa depan.
Prestasi ini harus signifikan dengan pengaruh organisasi.
Proses perencanaan dan pencapaian perilaku ini seharusnya hanya terjadi ketika
perilaku mempunyai hubungan fungsional signifikan dengan prestasi organisasi
Harus ada partisipasi yang luas dalam pengembangan perilaku yang ditargetkan
ini.
Dalam beberapa situasi tertentu dimana pengawasan bisa dilakukan dengan
seksama maka perilaku khusus kemungkinan bisa diobservasi dan dicatat. Namun
dalam organisasi yang kompleks perilaku khusus ini kemungkinan tidak bisa
diketahui. Pada saat perilaku tidak bisa dicatat pada tahap awal maka alternatif
yang terbaik adalah mengidentifikasi hasil yang mungkin diketahui di masa
datang.
10
2.
Beberapa perilaku terjadi secara reguler yang mana hal ini mempunyai isyarat
pendukung dan konsekuensi. Dengan demikian variabel ini bisa menjadi petunjuk penting
bagi manajer dalam mengidentifikasi munculnya kontijensi A-B-C sebelum mencoba
menyusun kembali segala sesuatu.
3.
Dalam manajemen terhadap antecedent ini, terdapat dua strategi dasar yang bisa
dilakukan, yaitu:
(1) menghilangkan kendala-kendala dan atau
(2) menyediakan kesempatan-kesempatan.
Contoh menghilangkan kendala adalah mengeliminasi rencana, skedul dan deadline
yang
tidak
realistis.
Contoh
menyediakan
kesempatan-kesempatan
adalah
memformulasikan tujuan-tujuan yang sulit tetapi dapat dicapai, menyediakan instruksiinstruksi yang cukup jelas.
Terdapat enam petunjuk untuk menyusun konsekuen secara sukses selama terjadi
modifikasi perilaku. Enam petunjuk tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tingkatkan perbaikan, bukan hanya sekedar hasil akhir. Pembentukan tidak dapat
terjadi jika suatu perilaku memerlukan perbuatan yang terlalu banyak. Perilaku menjadi
hilang ketika tidak dibentuk dalam tahapan-tahapan peningkatan yang bisa dicapai.
b) Cocokkan konsekuensi dengan perilaku. Pekerja yang terlalu banyak mendapat reward
(perhargaan) mungkin terlalu bersalah dan tentunya memperkuat level kinerjanya. Jika
kinerjanya ternyata lebih rendah dari pekerja lain yang mendapat penghargaan sama,
dia tidak akan meningkatkan outputnya. Pekerja yang kurang mendapat reward akan
marah terhadap sistem. Perilakunya akan hilang dan perusahaan mungkin menolong
pekerja yang baik (kurang penghargaan) untuk mencari pekerja lain ketika perusahaan
lain mendorong karyawan buruk (berlebihan penghargaan) untuk tetap tinggal.
c) Tekankan pada pengharagaan yang lazim (natural) dari pada penghargaan buatan.
Penghargaan yang lazim secara potensial akan mempengaruhi konsekuen yang berasal
dari interaksi sosial dan administratif dari hari kehari. Contoh penghargaan yang lazim
seperti pujian dari atasan, penyerahan tugas yang menyenangkan, selesai pekerjaan
lebih awal dengan gaji tetap, jadwal kerja yang fleksibel, dan istirahat lebih lama.
Penghargaan buatan dapat beberbentuk uang, material dan penghargaan berwujud lain.
11
Penghargaan sosial yang lazim secara potensial paling kuat pengaruhnya dan juga tidak
bersifat membosankan.
d) Sediakan feedback objektif sebisa mungkin kepada individu. Umpan balik yang objektif
mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku di masa yang akan datang. Hal tersebut
berlaku ketika individu mempunyai kesempatan untuk mengawasi perilakunya sendiri.
Tiga cara yang saling berkaitan dan sangat berguna bagi pembentukan perilaku yang
akan datang adalah penentuan tujuan, umpan balik objektif, dan penguatan positif
terhadap perbaikan.
e) Utamakan penguatan positif, kurangi hukuman. Para ahli modifikasi perilaku di tempat
kerja menganjurkan pembentukan perilaku positif dengan mengutamakan penguatan
positif dibandingkan dengan penguatan perilaku jelek dengan menggunakan hukuman.
Sebenarnya hukuman hanya menekan perilaku yang tidak diinginkan secara temporer
saja. Di samping itu hukuman bersifat menakutkan dan membuat tidak suka orang
ketika melaksanakannya. Feedback positif dan konstruktif terbukti menjadi alternatif
lain dari hukuman.
f) Atur penguatan secara tepat. Perilaku yang tidak matang memerlukan penguatan yang
terus menerus. Perilaku yang telah mantap dapat dipelihara dengan penguatan yang
tidak terus menerus (sebentar-sebentar).
4. Mengevaluasi Hasil
Memodifikasi perilaku hanya efektif jika perilaku yang diinginkan terjadi lebih
sering dan perilaku yang tidak diinginkan terjadi lebih jarang. Karena sering dan jarang
bersifat relatif, maka manajer memerlukan alat ukur yang bisa memberikan dasar objektif
untuk membandingkan data sebelum dan sesudah intervensi. Alat ukur tersebut bisa berupa
data baseline dan beharior chart.
1.
Baseline Data
Merupakan data perilaku sebelum intervensi yang dikumpulkan tanpa target
pengetahuan person. Pengukuran sebelum pada akhirnya menyediakan dasar untuk
pengukuran efektifitas atas pemodifikasian perilaku.
2. Behavior chart
Merupakan alat evaluasi program modifikasi perilaku yang melibatkan data
baseline sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Sumbu vertikal menunjukan
frekuensi perilaku, persen atau hasil yang dicapai.sumbu horisontal menunjukkan
dimensi waktu.
12
feedback
objektif
dan
penguatan
positif
untuk
perbaikan
ketika
dikombinasikan dengan cara sistematis A-B-C merupakan alat manajemen yang sangat
kuat.
e) Karena evaluasi program formal fundamental untuk modifikasi perilaku, maka hal
tersebut dapat diperhitungkan.
13
kepercayaan-kepercayaan
kesehatan
bersaing
dengan
kepercayaan-
4. Model transteoritik
Model transteoritik (atau model bertahap) menurut Prochaska dan kawankawan (1979) mencoba menerangkan dan mengukur perilaku kesehatan
dengan
tidak
bergantung
perangkap
teoritik
tertentu.Model
ini
perubahan
perilaku,
sedangkan
pemeliharaan
merupakan
15
IV.
SIMPULAN
16
V.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.mohmahsun.blogspot.com/2011/04/model-antecedents-behaviourdan.html?m=
http://www.dentalsemarang.wordpress.com/2011/02/13/theori-abc-contoh-aplikasi/
17