You are on page 1of 17

I.

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Model ABC atas perubahan perilaku merupakan gabungan dari 3 (tiga) elemen,
yaitu antecedent, behaviour dan consequences (ABC). Hubungan antara peristiwaperistiwa lingkungan dengan perilaku sering disebut sebagai rantai A-B-C (antecedentbehavior-consequence). Hubungan ini mempunyai beberapa implikasi dalam komunikasi
kesehatan.
Antecedents dapat dideskrisikan sebagai orang, tempat, sesuatu, atau kejadian yang
datang sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong kita untuk melakukan sesuatu
atau berkelakuan tertentu. Teori motivasi menjelaskan bagaiamana individu-individu dapat
dipengaruhi untuk bisa menyesuaikan diri pada perilaku yang baru. Consequences
mempengaruhi perilaku dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan meningkatkan perilaku dan
mengurangi perilaku tertentu. Pada dasarnya perilaku bisa diarahkan untuk mencapai apa
ingin dicapai.
Teori dan model Perilaku Kesehatan saat ini terbagi kedalam lima bagian, yaitu :
Model Kepercayaan Kesehatan, Model Komunikasi Persuasi, Teori Aksi Beralasan, Model
Transteoritik dan Precede / Proceed Model.
b. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, ada beberapa rumusan masalah yang ingin penulis
kemukakan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Rantai ABC?
2. Apa yang dimaksud dengan Antecedents?
3. Apa yang dimaksud dengan Behavior?
4. Apa yang dimaksud dengan Consequence?
5. Apa saja Teori dan Model Perilaku Kesehatan?

c. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui penjelasan Rantai ABC
2. Untuk mengetahui pengertian Antecedents
3. Untuk mengetahui pengertian Behavior
4. Untuk mengetahui pengertian Consequence
1

5. Untuk mengertahui bagian yang termasuk dalam Teori dan Model Perilaku
Kesehatan.

d. Manfaat atau Kegunaan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, adalah :
1. Diharapkan dapat mengetahui penjelasan Rantai ABC
2. Diharapkan dapat mengetahui pengertian Antecedents
3. Diharapkan dapat mengetahui pengertian Behavior
4. Diharapkan dapat mengetahui pengertian Consequence
5. Diharapkan dapat mengertahui bagian yang termasuk dalam Teori dan
Model Perilaku Kesehatan.

II.

KAJIAN TEORITIS

Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu


perilaku (Holland & Skiner, 1961 ; Bandura,1977 ; Miller, 1980). Behaviour (perilaku)
merupakan segala apa yang kita lihat pada saat kita mengamati seseorang melakukan
aktivitas/pekerjaan (Ayers dalam Issaac, 2000). Consequences adalah kejadian-kejadian
yang mengikuti perilaku dan mengubah adanya kemungkinan perilaku akan terjadi kembali
di masa datang. Terdapat 4 (empat) consequences keperilakuan, dua meningkatkan
perilaku tertentu dan dua lainnya menguranginya (Daniels, 1989).
Teori dan model Perilaku Kesehatan saat ini terbagi kedalam lima bagian, yaitu :
Model Kepercayaan Kesehatan, menurut Rosenstock (1974) sangat dekat dengan bidang
dunia pendidikan kesehatan. Model Komunikasi Persuasi, (McGuire,1964) menegaskan
bahwa komunikasi dapat dipergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku kesehatan yang
secara langsung terkait dalam rantai kausal yang sama. Teori Aksi Beralasan, (Fishbein &
Ajzen, 1975) menegaskan peran dari niat seseorang dalam menentukan apakah sebuah
perilaku akan terjadi. Model Transteoritik (atau model bertahap), menurut Prochaska dan
kawan-kawan (1979) mencoba menerangkan dan mengukur perilaku kesehatan dengan
tidak bergantung perangkap teoritik tertentu. Proceed Model, yang sekarang terkenal untuk
merencanakan program-program pendidikan kesehatan (Lawrence Green dkk.(1980).

III.

PEMBAHASAN

A. Model Antecedents, Behaviour dan Consequences (ABC) untuk Perubahan


Perilaku
Model ABC atas perubahan perilaku merupakan gabungan dari 3 (tiga) elemen,
yaitu antecedents, behaviour dan consequences (ABC). Menurut para pendukung model
tersebut, perilaku sebetulnya dapat diubah dengan melalui 2 (dua) cara, yaitu berdasarkan
apa yang mempengaruhi perilaku sebelum terjadi (ex-ante) dan apa yang mempengaruhi
perilaku setelah terjadi (ex-post). Ketika kita mencoba mempengaruhi perilaku sebelum
perilaku itu terbentuk berarti kita telah menggunakan antecedents.

Sementara itu, ketika kita berusaha mempengaruhi perilaku dengan melakukan


sesuatu setelah perilaku itu terbentuk berarti kita menggunakan consequences. Jadi sebuah
antecedents mendorong terbentuknya perilaku yang selanjutnya akan diikuti oleh sebuah
consequences. Pemahaman terhadap ketiga elemen ini berinteraksi sangat bermanfaat bagi
para manajer untuk menganalisis permasalahan kinerja, menentukan ukuran-ukuran
korektif, dan mendesain lingkungan kerja dan sistem manajemen yang mempunyai kinerja
tinggi.

Hubungan antara peristiwa-peristiwa lingkungan dengan perilaku sering disebut


sebagai rantai A-B-C (antecedent-behavior-consequence). Hubungan ini mempunyai
beberapa implikasi dalam komunikasi kesehatan.

Antecedent, kejadian serupa kadang-kadang dapat berfungsi sebagai anteseden dan


di saat lain sebagai konsekuens, tergantung bagaimana hal kejadian tersebut
mempengaruhi perilaku. Kekuatan konsekuens, analisis perilaku terapan pada umumnya
sepakat bahwa konsekuens mengerahkan lebih banyak pengaruh terhadap kelangsungan
pelaksanaan perilaku daripada pengaruh yang diberikan oleh anteseden (Miller,1980)

B. Keterkaitan dalam Rantai ABC

Komunikasi yang paling berdayaguna adalah program yang memperkuat


keterkaitan antara enteseden, pelaksanaan perilaku dan konsekuensinya. Disamping
memicu perilaku dalam bentuk pengingat (reminders) dan improvisasi tambahan, strategi
anteseden dapat juga memperkuat jalinan antara konsekuens dan perilaku sasaran.

1. Antecedents
Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu
perilaku (Holland & Skiner, 1961 ; Bandura,1977 ; Miller, 1980). Melihat batasan tersebut
menunjukan bahwa dengan adanya anteseden dapat memicu untuk terjadinya perilaku
seseorang, artinya dengan adanya sebuah peristiwa bisa menjadikan seseorang untuk
berperilaku.
Misal :
1. Peristiwa ujian akan memacu mahasiswa untuk belajar.

Peristiwa ujian

: Anteseden.

Belajar

: Perilaku

2. Seorang ibu tangannya pernah melepuh karena memegang panci panas, maka utuk
saat-saat selanjutnya ia berperilaku setiap memegang panci panas selalu
menggunakan alas kain.

Tangannya melepuh

: anteseden.

Menggunakan alas kain

: perilaku

Coba perhatikan kedua contoh diatas, terutama proses terjadinya perilaku. Pada
contoh (1), memperlihatkan bahwa PERISTIWA UJIAN belum terjadi, dan perilaku
BELAJAR sengaja dipersiapkan SEBELUMNYA ; sedangkan pada contoh (2) peristiwa
TANGAN MELEPUH sudah terjadi, maka karena ibu tersebut pernah mengalami
TANGAN MELEPUH saat memegang panci, maka dia baru berhati-hati dengan selalu
MENGGUNAKAN ALAS KAIN.

Kedua

contoh

tersebut

memperlihatkan

bahwa

perilaku

seseorang

bisa

direncanakan untuk menghadapi sebuah peristiwa, bisa juga sebaliknya perilaku akan
muncul kalau sudah terjadi peristiwa. Sehingga kita dapat melihat bahwa proses anteseden
dapat dibagi atas 2 (dua) :
1. Anteseden terencana
2. Anteseden alamiah (naturally occurings antesedents )
Perilaku yang timbul karena dipicu oleh peristiwa-peristiwa lingkungan yang sudah terjadi.
Antecedents dapat dideskrisikan sebagai orang, tempat, sesuatu, atau kejadian yang
datang sebelum perilaku terbentuk yang dapat mendorong kita untuk melakukan sesuatu
atau berkelakuan tertentu. Antecedents ini keberadaanya tidak dapat dikendalikan.
Karakteristik utama dari antecedents adalah sebagai berikut (Isaac, 2000):
a. Selalu ada sebelum perilaku terbentuk
b. Menyediakan informasi tertentu.
c. Selalu berpasangan dengan consequences
d. Consequences yang muncul bisa jadi merupakan antecedents
e. Antecedents tanpa diikuti consequences mempunyai dampak jangka pendek.

Beberapa contoh variabel yang dikategorikan sebagai antecedents antara lain


tujuan, sasaran, insentif, deskripsi jabatan (job description), kebijakan, prosedur, standar,
kaidah-kaidah formal, regulasi, hasil rapat, peralatan, bahan mentah, kondisi kerja,
pengarahan dan instruksi. Antecedents ini mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang,
tetapi tidak menjamin bahwa output yang dihasilkan benar-benar bisa terjadi. Sistem
insentif, pelatihan, dan pengembangan kemungkinan merupakan antecedents yang efektif
untuk mengubah perilaku dan meningkatkan kinerja, namun tidak semuanya bisa
menghasilkan output sebagaimana dikehendaki.

Perilaku seseorang yang dominan di organisasi juga merupakan antecedents.


Tindakan seorang pimpinan atau pegawai yang sangat berprestasi, maka

akan

mempengaruhi para pegawai yang lain. Jika seorang pimpinan datang ke kantor lebih awal
dan pulang lebih akhir maka para bawahan dan pegawai lain akan melakukan tindakan
yang sama dengan pimpinannya. Jadi seseorang akan meniru apa yang telah dilakukan oleh
orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh besar di dalam organisasi.
6

Memilih Antecedents yang Benar

Perilaku pegawai pada umumnya akan mengikuti antecedents khusus. Sebuah


antecedents yang spesifik dan berpasangan dengan consequences kemungkinan merupakan
jenis antecedents terbaik yang mampu meningkatkan kinerja sebagaimana dikehendaki.
Jika sebuah prosedur tidak didukung para pegawai, maka mereka akan menggunakan
prosedur lama. Untuk membantu para manajer memilih antecedents yang benar sehingga
bias memperbaiki dan meningkatkan kinerja. Tiga tingkatan antecedents paling kuat
adalah:
1. Mendeskripsikan target kinerja secara jelas (misalnya tujuan utama, deskripsi jabatan,
akuntabilitas, standar dan prioritas).
2. Mempunyai hubungan dengan suatu consequences khusus (misalnya peringatan,
rambu-rambu lalulintas dan sebagainya)
3. Perilaku terjadi hanya ada permintaan atau tuntutan sebelumnya (misalnya ada orang
tua di kediamannya yang sedang minta tolong, seorang pengunjung minta pengarahan,
seorang pimpinan memasuki ruang rapat).

2. Behaviour
Behaviour (perilaku) merupakan segala apa yang kita lihat pada saat kita
mengamati seseorang melakukan aktivitas/pekerjaan (Ayers dalam Issaac, 2000). Suatu
pinpoint adalah deskripsi khusus dari kinerja yang mengacu pada tindakan (proses) dari
seseorang atau outcome yang dihasilkan (Daniels dalam Issaac, 2000). Jadi jika sebuah
organisasi tidak merumuskan pinpoint ini dengan jelas maka tidak mungkin bisa
menetapkan ukuran kinerja secara obyektif dan melakukan perubahan perilaku secara
tepat.

Teori motivasi menjelaskan bagaiamana individu-individu dapat dipengaruhi untuk


bisa menyesuaikan diri pada perilaku yang baru. Sebagian besar strategi organisasi adalah
mensyaratkan terjadinya perubahan perilaku di tempat kerja. Dalam hal ini sebenarnya
yang terjadi adalah proses penyesuaian diri pada perilaku baru yang akan dibentuk tersebut
oleh individu dan organisasi. Dalam hal ini akan terjadi proses pembelajaran baik bagi
individu maupun organisasi tentang perilaku mana yang sukses dan mana yang gagal. Jadi,
model pengukuran kinerja diharapkan mampu menjadikan entitas menjadi sebuah
organisasi pembelajaran (learning organisation).
7

Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam frekuensi yang cukup

Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam jangka waktu yang mencukupi

Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam bentuk yang diharapkan

Perilaku sasaran ada, tetapi tidak dalam saat yang tepat

Perilaku sasaran tidak ada sama sekali

Ada perilaku tandingan. Perilaku tandingan adalah sesuatu yang jika


dipraktekkan akan mengganggu perilaku yang lain. Perilaku sasaran
merupakan perilaku yang kompleks.

Praktik-praktik kesehatan yang diharapkan sering bersifat lebih kompleks


dibandingkan dengan apa yang sekilas terlihat untuk pertama kali.
Dalam situasi semacam ini, komunikator bisa membagi perilaku sasaran ke
dalam bagian-bagian yang terpisah, untuk memahami apa yang diminta oleh
mereka yang sedang mempraktekkannya serta membantu komunikator agar
lebih siap dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan kompleksitas
perilaku membantu komunikator agar dapat dengan tepat memilih pesan-pesan,
merencanakan strategi dan menyusun pelatihan.

3. Consequences
Consequences adalah kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku dan mengubah
adanya kemungkinan perilaku akan terjadi kembali di masa datang. Consequences
mempengaruhi perilaku dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan meningkatkan perilaku dan
mengurangi perilaku tertentu. Terdapat 4 (empat) consequences keperilakuan, dua
meningkatkan perilaku tertentu dan dua lainnya menguranginya (Daniels, 1989):
1. Consequences yang meningkatkan perilaku tertentu:
a. Positive reinforcement (R+), misalnya memperoleh sesuatu yang kita inginkan.
b. Negative reinforcement (R-), misalnya melepaskan diri atau menghindari segala
sesuatu yang tidak kita inginkan.
2. Consequences yang menurunkan perilaku tertentu:
a. Mendapatkan segala sesuatu yang tidak kita inginkan (P+), misalnya hukuman.
b. Gagal untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan (P-), misalnya adanya
punahnya (extinction) peluang.

R+ secara teknis dapat didefinisikan sebagai berbagai macam consequences yang


kemungkinan dapat meningkatkan perilaku di masa datang dengan lebih banyak.
8

Sementara R- merupakan consequences menguatkan sebuah perilaku yang mengurangi


atau mengakhiri consequences itu sendiri. Jadi R- ini adalah sebuah sangsi yang bisa
membuat para pemegang jabatan bekerja lebih keras untuk melepaskan diri atau
menghindari sesuatu yang sebetulnya tidak diinginkan terjadi pada dirinya.

Sebaliknya, P+ adalah consequences yang mengurangi perilaku yang mengikutinya.


Sebuah hukuman, dengan demikian merupakan prosedur untuk mengurangi perilaku agar
di masa datang perilaku seperti itu tidak terulang kembali. P- dapat mengurangi perilaku.
Suatu pemunahan (extinction) dapat terjadi secara mendadak dan biasanya justru sering
meningkatkan perilaku individu segera setelah extinction ini terjadi.

Model pengukuran kinerja dapat didesaian dengan mengadopsi teori analisis sistem
(system analysis theory) agar bisa menghubungkan antara tujuan primer dan tujuan
sekunder organisasi. Analisis sistem adalah proses yang sistematis dan terorganisasi untuk
mengidentifikasi secara mendetail suatu prosedur untuk mengumpulkan, memanipulasi dan
mengevaluasi data tentang sebuah organisasi yang ditujukan tidak hanya untuk
menentukan apakah harus dikerjakan tetapi juga untuk memastikan cara terbaik untuk
memperbaiki fungsi sistem ( Skidmore dalam Issac, 2000).

Teori analisis sistem berusaha untuk menyatukan berbagai macam variabel dalam
satu akun (rekening) yang akan mempengaruhi fungsi entitas setiap hari. Teori ini cocok
digunakan untuk organisasi sektor publik. Jika kita memisahkan sistem ke dalam
pemerintah daerah, maka komite dan departemen akan membentuk sub sistem. Selanjutnya
kita mungkin akan menganalisis antecedents, behaviour dan consequences yang dominan
dalam konteks input, proses dan output. Agar model pengukuran kinerja bisa efektif maka
sebaiknya antecedents dan consequences yang bisa mempengaruhi perilaku setiap hari
ditentukan pertama kali. Jadi penting kiranya untuk menentukan tujuan sekunder secara
khusus yang diperlukan untuk mencapai tujuan primer dan bagaimana pencapaian ini nanti
dinilai.

C. Memodifikasi Perilaku
Informasi hasil pengukuran kinerja dapat berfungsi sebagai dasar pengambilan
keputusan terhadap perilaku yang diinginkan pada periode berikutnya. Pada dasarnya
perilaku bisa diarahkan untuk mencapai apa ingin dicapai. Pengarahan perilaku dapat
dilakukan dengan empat cara, antara lain:
1. Positif reinforcement (penguatan positif) yaitu proses memperkuat sebuah
perilaku dengan menunjukkan secara bersyarat sesuatu yang menyenangkan.
Sebuah perilaku diperkuat ketika frekuensinya meningkat dan melemah ketika
frekuensinya menurun.
2. Negative reinforcement (penguatan negatif) yaitu proses memperkuat sebuah
perilaku dengan penarikan sesuatu yang menyenangkan secara bersyarat.
3. Punishment (pemberian hukuman) adalah proses melemahkan perilaku melalui
hadirnya sesuatu yang tidak menyenangkan bersyarat.
4. Extinction adalah faktor-faktor yang dapat melemahkan perilaku seseorang
dengan cara mengabaikannya atau membuat kepercayaannya lemah.

Terdapat 5 langkah untuk memodifikasi perilaku kerja yaitu:

1.

Identifikasi Perilaku yang Ditargetkan

Fokus utama seharusnya dititikberatkan pada prestasi atau hasil masa depan.
Prestasi ini harus signifikan dengan pengaruh organisasi.

Proses perencanaan dan pencapaian perilaku ini seharusnya hanya terjadi ketika
perilaku mempunyai hubungan fungsional signifikan dengan prestasi organisasi

Harus ada partisipasi yang luas dalam pengembangan perilaku yang ditargetkan
ini.
Dalam beberapa situasi tertentu dimana pengawasan bisa dilakukan dengan
seksama maka perilaku khusus kemungkinan bisa diobservasi dan dicatat. Namun
dalam organisasi yang kompleks perilaku khusus ini kemungkinan tidak bisa
diketahui. Pada saat perilaku tidak bisa dicatat pada tahap awal maka alternatif
yang terbaik adalah mengidentifikasi hasil yang mungkin diketahui di masa
datang.

10

2.

Analisis Fungsional terhadap Situasi

Beberapa perilaku terjadi secara reguler yang mana hal ini mempunyai isyarat
pendukung dan konsekuensi. Dengan demikian variabel ini bisa menjadi petunjuk penting
bagi manajer dalam mengidentifikasi munculnya kontijensi A-B-C sebelum mencoba
menyusun kembali segala sesuatu.

3.

Menyusun kembali Antisiden dan Menyediakan Konsekuensi-konsekuensi

Dalam manajemen terhadap antecedent ini, terdapat dua strategi dasar yang bisa
dilakukan, yaitu:
(1) menghilangkan kendala-kendala dan atau
(2) menyediakan kesempatan-kesempatan.
Contoh menghilangkan kendala adalah mengeliminasi rencana, skedul dan deadline
yang

tidak

realistis.

Contoh

menyediakan

kesempatan-kesempatan

adalah

memformulasikan tujuan-tujuan yang sulit tetapi dapat dicapai, menyediakan instruksiinstruksi yang cukup jelas.

Terdapat enam petunjuk untuk menyusun konsekuen secara sukses selama terjadi
modifikasi perilaku. Enam petunjuk tersebut adalah sebagai berikut:
a) Tingkatkan perbaikan, bukan hanya sekedar hasil akhir. Pembentukan tidak dapat
terjadi jika suatu perilaku memerlukan perbuatan yang terlalu banyak. Perilaku menjadi
hilang ketika tidak dibentuk dalam tahapan-tahapan peningkatan yang bisa dicapai.
b) Cocokkan konsekuensi dengan perilaku. Pekerja yang terlalu banyak mendapat reward
(perhargaan) mungkin terlalu bersalah dan tentunya memperkuat level kinerjanya. Jika
kinerjanya ternyata lebih rendah dari pekerja lain yang mendapat penghargaan sama,
dia tidak akan meningkatkan outputnya. Pekerja yang kurang mendapat reward akan
marah terhadap sistem. Perilakunya akan hilang dan perusahaan mungkin menolong
pekerja yang baik (kurang penghargaan) untuk mencari pekerja lain ketika perusahaan
lain mendorong karyawan buruk (berlebihan penghargaan) untuk tetap tinggal.
c) Tekankan pada pengharagaan yang lazim (natural) dari pada penghargaan buatan.
Penghargaan yang lazim secara potensial akan mempengaruhi konsekuen yang berasal
dari interaksi sosial dan administratif dari hari kehari. Contoh penghargaan yang lazim
seperti pujian dari atasan, penyerahan tugas yang menyenangkan, selesai pekerjaan
lebih awal dengan gaji tetap, jadwal kerja yang fleksibel, dan istirahat lebih lama.
Penghargaan buatan dapat beberbentuk uang, material dan penghargaan berwujud lain.
11

Penghargaan sosial yang lazim secara potensial paling kuat pengaruhnya dan juga tidak
bersifat membosankan.
d) Sediakan feedback objektif sebisa mungkin kepada individu. Umpan balik yang objektif
mempunyai pengaruh positif terhadap perilaku di masa yang akan datang. Hal tersebut
berlaku ketika individu mempunyai kesempatan untuk mengawasi perilakunya sendiri.
Tiga cara yang saling berkaitan dan sangat berguna bagi pembentukan perilaku yang
akan datang adalah penentuan tujuan, umpan balik objektif, dan penguatan positif
terhadap perbaikan.
e) Utamakan penguatan positif, kurangi hukuman. Para ahli modifikasi perilaku di tempat
kerja menganjurkan pembentukan perilaku positif dengan mengutamakan penguatan
positif dibandingkan dengan penguatan perilaku jelek dengan menggunakan hukuman.
Sebenarnya hukuman hanya menekan perilaku yang tidak diinginkan secara temporer
saja. Di samping itu hukuman bersifat menakutkan dan membuat tidak suka orang
ketika melaksanakannya. Feedback positif dan konstruktif terbukti menjadi alternatif
lain dari hukuman.
f) Atur penguatan secara tepat. Perilaku yang tidak matang memerlukan penguatan yang
terus menerus. Perilaku yang telah mantap dapat dipelihara dengan penguatan yang
tidak terus menerus (sebentar-sebentar).

4. Mengevaluasi Hasil
Memodifikasi perilaku hanya efektif jika perilaku yang diinginkan terjadi lebih
sering dan perilaku yang tidak diinginkan terjadi lebih jarang. Karena sering dan jarang
bersifat relatif, maka manajer memerlukan alat ukur yang bisa memberikan dasar objektif
untuk membandingkan data sebelum dan sesudah intervensi. Alat ukur tersebut bisa berupa
data baseline dan beharior chart.
1.

Baseline Data
Merupakan data perilaku sebelum intervensi yang dikumpulkan tanpa target
pengetahuan person. Pengukuran sebelum pada akhirnya menyediakan dasar untuk
pengukuran efektifitas atas pemodifikasian perilaku.

2. Behavior chart
Merupakan alat evaluasi program modifikasi perilaku yang melibatkan data
baseline sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Sumbu vertikal menunjukan
frekuensi perilaku, persen atau hasil yang dicapai.sumbu horisontal menunjukkan
dimensi waktu.
12

5. Pembelajaran dalam Modifikasi Perilaku untuk Peningkatan Kinerja


Pembelajaran dalam memodifikasi perilaku membutuhkan proses yang sistematis.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:
a) Sangat sulit dan bahkan tidak mungkin untuk mengubah perilaku organisasi tanpa
secara sistematis mengatur anteseden dan konsekuen yang mungkin.
b) Sistem reward yang terbaik malah akan gagal jika tidak melibatkan perilaku yang jelas
dan kemungkinan akibatnya.
c) Pembentukan perilaku merupakan teknik perkembangan yang berharga.
d) Tujuan,

feedback

objektif

dan

penguatan

positif

untuk

perbaikan

ketika

dikombinasikan dengan cara sistematis A-B-C merupakan alat manajemen yang sangat
kuat.
e) Karena evaluasi program formal fundamental untuk modifikasi perilaku, maka hal
tersebut dapat diperhitungkan.

13

D. Teori dan Model Perilaku Kesehatan


Teori dan model Perilaku Kesehatan saat ini :
1. Model kepercayaan kesehatan
Model kepercayaan kesehatan merurut Rosenstock ( 1974 ) sangat dekat
dengan bidang dunia pendidikan kesehatan. Model ini menganggap bahwa
perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan maupun sikap.
Model ini memiliki sedikit kelemahan, diantaranya sbb :
a.

kepercayaan-kepercayaan

kesehatan

bersaing

dengan

kepercayaan-

kepercayaan serta sikap-sikap lain seseorang yang mempengaruhi perilaku


b.

Penelitian psikologi sosial selama puluhan tahun ini membuktikan bahwa


pembentukan kepercayaan seseorang sesungguhnya lebih sering mengikuti
perubahan perilaku dan bukan mendahuluinya.

2. Model komunikasi persuasi


Model komunikasi persuasi (McGuire,1964) menegaskan bahwa komunikasi
dapat dipergunakan untuk mengubah sikap dan perilaku kesehatan yang secara
langsung terkait dalam rantai kausal yang sama. Menurut model ini perubahan
pengetahuan dan sikap merupakan prekondisi bagi perubahan perilaku
kesehatan dan perilaku-perilaku yang lain.

3. Teori aksi beralasan


Teori aksi beralasan (Fishbein & Ajzen, 1975) menegaskan peran dari niat
seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi.Teori ini
juga menegaskan sifat normatif yang mungkin dimiliki orang-orang, mereka
berfikir tentang apa yang dilakukan orang lain pada situasi yang sama.

4. Model transteoritik
Model transteoritik (atau model bertahap) menurut Prochaska dan kawankawan (1979) mencoba menerangkan dan mengukur perilaku kesehatan
dengan

tidak

bergantung

perangkap

teoritik

tertentu.Model

ini

mengidentifikasikan empat tahap independen : prekontemplasi, kontemplasi,


aksi dan pemeliharaan.prekontemplasi mengacu kepada tahap dimana bila
seseorang belum memikirkan sebuah perilaku sama sekali Kontemplasi,
seseorang benar-benar memikirkan suatu perilaku, namun masih belum siap
14

untuk melakukannya. Aksi, mengacu kepada keadaan bila orang telah


melakukan

perubahan

perilaku,

sedangkan

pemeliharaan

merupakan

pengentalan jangka panjang dari perubahan yang telah terjadi.

5. Precede / Proceed Model


Proceed Model yang sekarang terkenal untuk merencanakan program-program
pendidikan kesehatan (Lawrence Green dkk.(1980). Meskipun model ini
mendasarkan diri pada model kepercayaan kesehatan dan sistem-sistem
konseptual lain, namun model Precede merupakan model sejati, yang lebih
mengarah kepada upaya-upaya pragmatik mengubah perilaku kesehatan
daripada sekedarnupaya pengembangan teori.

15

IV.

SIMPULAN

Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu


perilaku. Behaviour (perilaku) merupakan segala apa yang kita lihat pada saat kita
mengamati seseorang melakukan aktivitas/pekerjaan. Consequences adalah kejadiankejadian yang mengikuti perilaku dan mengubah adanya kemungkinan perilaku akan
terjadi kembali di masa datang. Terdapat 4 (empat) consequences keperilakuan, dua
meningkatkan perilaku tertentu dan dua lainnya menguranginya.
Teori dan model Perilaku Kesehatan saat ini terbagi kedalam lima bagian, yaitu :
Model Kepercayaan Kesehatan, sangat dekat dengan bidang dunia pendidikan kesehatan.
Model Komunikasi Persuasi, bahwa komunikasi dapat dipergunakan untuk mengubah
sikap dan perilaku kesehatan yang secara langsung terkait dalam rantai kausal yang sama.
Teori Aksi Beralasan, peran dari niat seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku
akan terjadi. Model Transteoritik (atau model bertahap), menerangkan dan mengukur
perilaku kesehatan dengan tidak bergantung perangkap teoritik tertentu. Proceed Model,
yang sekarang terkenal untuk merencanakan program-program pendidikan kesehatan.

16

V.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.mohmahsun.blogspot.com/2011/04/model-antecedents-behaviourdan.html?m=
http://www.dentalsemarang.wordpress.com/2011/02/13/theori-abc-contoh-aplikasi/

17

You might also like