Professional Documents
Culture Documents
Merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh
yang yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel
normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi
kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau
vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya
tetapi tidak menginvasinya.
Bagian terbesar dari tumor abdomen terdiri dari neuroblastoma, tumor Wilms, teratoma, tumor ovarium,
limfoma abdomen, hepatoma dan lainlain. Pada umumnya anak dengan tumor abdomen hampir tidak
memberikan keluhan apabila masih dini, bahkan tidak jarang keluhan tidak atau belum timbul walaupun
tumor telah dapat diraba. Hal ini mungkin karena sifat rongga perut yang yang longgar, sehingga bila
ada massa di dalamnya, dapat tumbuh sampai cukup besar tanpa mengganggu organ di sekitarnya.
Gejala-gejala umum yang disebabkan oleh adanya kanker seperti lesu, lemah, badan makin kurus,
keringat berlebih, demam, pucat dan rasa nyeri dalam perut, perlu mendapatkan perhatian seksama
meskipun gejala seperti tersebut di atas dapat dijumpai pula pada berbagai penyakit infeksi kronis yang
masih banyak terdapat di Indonesia.
Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak membuncit dan keras
ataupun pada saat anak dimandikan. Apabila telah diketahui ada tumor dalam abdomen, selanjutnya
dilakukan pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang
dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Ditentukan apakah letak tumornya
intraperitoneal atau retroperitoneal. Tetapi pada tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor
secara pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis telah mendesak ke rongga
abdomen.
Bagian- bagian dari tumor abdomen:
Neuroblastoma
Diagnosis dini tumor ini sulit. Sebagian besar datang dalam stadium lanjut sehingga diagnosis lebih
mudah ditegakkan tetapi angka kematiannya tinggi.
Tumor ini paling banyak berasal dari kelenjar adrenal dan gejala yang ditimbulkan merupakan akibat
dilepaskannya metabolit katekolamin secara berlebihan yaitu berupa hipertensi, kemerahan (flushing),
keringat yang berlebihan dan demam. Bila tumor telah membesar menyebabkan perasaan tidak nyaman
dan penuh dalam perut disertai penurunan berat badan sampai failure to thrive. Ditemukannya
benjolan-benjolan subkutis terutama di daerah kepala atau proptosis dan ekimosis periorbita,
merupakan gambaran penyakit yang lanjut atau metastasis.
Kadar vanillyl mandelic acid (VMA) ialah suatu derivat katekolamin biasanya meningkat dan dapat
ditemukan dalam urin penderita.
Pemeriksaan foto polos abdomen tidak jarang dapat ditemukan tanda-tanda perkapuran dalam massa
tumor dan pada pielografi intravena biasanya sistem pelviokalises masih baik hanya letaknya berubah.
Pemeriksaan USG dan CT scan dapat lebih mengetahui perluasan tumor dan metastasis.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis tumor, kadang-kadang diperlukan
pemeriksaan imunohistokimia seperti neurofilament, synaptophysin dan neuron specific enolase (NSE)
Pada stadium lanjut dapat ditemukan kelompok-kelompok metastasis neuroblastoma dalam sumsum
tulang.
Limfoma abdomen dapat timbul dari kelenjar getah bening di hati, limpa dan usus. Apabila timbul di hati
atau limpa akan menyebabkan hepatomegali atau splenomegali atau keduanya. Tetapi bila timbulnya di
usus, maka massa tumor dapat menyebabkan obstruksi usus atau sebagai leading point untuk
terjadinya intususepsi. Gejala yang dapat timbul ialah nyeri disertai pembengkakan perut dan perubahan
kebiasaan buang air besar serta gejala obstruksi usus serta mual dan muntah. Perdarahan saluran cerna
jarang terjadi apalagi perforasi usus. Biasanya pasien dengan gejala seperti tersebut di atas datang pada
ahli bedah. Pemeriksaan radiologik yang diperlukan ialah barium meal terutama bila obstruksinya
parsial. Dapat pula dilakukan pemeriksaan USG usus.
Teratoma
Tumor yang berasal dari sel germinativum ini dapat timbul di manamana. Tumor yang asalnya dari
rongga abdomen hanya sekitar 1-2% dan biasanya letaknya retroperitoneal. Kira-kira 29% teratoma
berasal dari ovarium. Teratoma retroperitoneal harus dibedakan dengan tumor Wilms, neuroblastoma
atau rhabdomiosarkoma.
Selain ditemukan massa tumor dalam abdomen yang biasanya cukup besar, untuk teratoma matur, pada
pemeriksaan foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran gigi, tulang dan lain-lain.
Rhabdomiosarkoma
Umumnya sebagian tumor ini berasal dari rongga pelvis, tetapi bila sudah besar dapat mendesak ke
rongga abdomen sehingga secara klinis sukar dibedakan asalnya.
Tumor ini dapat memberikan gejala hematuria, sekret berdarah ataupun obstruksi saluran kemih. Pada
anak perempuan tumor dapat keluar melalui vagina khususnya jenis botryoid, sehingga diagnosis
menjadi lebih mudah.
Pemeriksaan penunjang lain untuk tumor ini tidak banyak memberikan bantuan kecuali pemeriksaan
histopatologis dan imunohistokimia seperti vimentin, actin, myosin dan desmin.
Penyebab terjadinya tumor abdomen:
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor
tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan,
kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan abdomen akut. Secara garis besar, keadaan tersebut dapat
dikelompokkan dalam lima hal, yaitu :
1. Proses peradangan bakterial kimiawi;
2. Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia, atau perlengketan;
3. Neoplasma/tumor : karsinoma, polipus, atau kehamilan ektopik;
4. Kelainan vaskuler : emboli, tromboemboli, perforasi, dan fibrosis;
5. Kelainan kongenital.
Adapun penyebab abdomen akut tersering adalah :
a. Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendisitis, infeksi usus halus dan usus besar,
hernia strangulata, perforasi ulkus peptik, perforasi usus, divertikulitis Meckel, sindrom Boerhaeve,
kelainan inflamasi usus, sindrom Mallory Weiss, gastroenteritis, gastritis akut, adenitis mesenterika.
b. Kelainan pankreas : pankreatitis akut
c. Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis akut, sistitis akut, infark renal.
d. Kalinan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolesistitis akut, kolangitis akut, abses hati, ruptur tumor
hepar, ruptur spontan limpa, infark limpa, kolik bilier, hepatitis akut.
e. Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium terpuntir, ruptur kista folikel
ovarium, salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.
f. Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan viseral, iskemia kolitis akut, trombosis mesenterika.
g. Kelainan peritoneal : abses intraabdomen, peritonitis primer, peritonitis TBC.
h. Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal.
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang menonjol adalah nyeri perut. Adapun jenis nyeri perut terdiri dari :
a) Nyeri Viseral
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut. Peritonium visceral yang
menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap rabaan atau
pemotongan. Akan tetapi bila dilakukan regangan organ atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot
yang menyebabkan iskhemia akan timbul nyeri. Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus menerus karena berlangsung
terus, misalnya pada reaksi radang. Perdarahan di saluran cerna tidak menimbulkan nyeri.
F. Nyeri Kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkan oleh
hambatan pasase dalam organ tersebut.
G. Nyeri Iskemik
Merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi
umum karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
H. Nyeri Pindah
Kadang nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada permulaan apendisitis,
sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan sekitar pusat disertai rasa
mual sebab apendiks termasuk usus tengah. Setelah radang terjadi di seluruh dinding peritoneum,
terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Saat ini nyeri dirasakan
tepat pada peritoneum yang meradang. Jika terjadi apendisitis gangrenosa, nyeri berubah lagi menjadi
nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut.
Pencegahan
Pencegahan dilalukan berdasarkan fakta epidemologi terutama factor penyebab yaitu dengan
memberikan penyuluhan kepeda masyarakat maupun perorangan.
1. Pencegahan primer dimaksudkan untuk menghilangkan fakor penyebab masalah yang nyata .
Dalam gaya hidup adalah kebiasaan merokok sehingga yang penting sekali ialah mencegah remaja
mulai merokok dan mencegah adanya perokok pasif, masalah kelebihan makanan, pajangan sinar ultra
violt dan rotgen.
2. Pencegahan sekunder merupakan panapisan pada kelompok tertentu yang berisiko tinggi
Terhadap keganasan tersebut.
Penapisan ini bertitik tolak pada anggapan bahwa jika diagnosa ditegakkan dan terapi langsung
diberikan, maka hasil penanganan lebih baik ketimbang hasil pengobatan pada tingkat penyakit yang
telah menyebabkan seseorang mencari pengobatan.
PEMERIKSAAN PADA PASIEN TUMOR ABDUMEN
Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan. Pemeriksaan darah tepi dan laju endap darah
masih tetap diperlukan untuk menentukan apakah tumor tersebut memang ganas dan apakah tumor
telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti perdarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum
tulang dan lain-lain.
Kemudian dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen dan khusus untuk tumor retroperitoneal
diperlukan pemeriksaan pielografi intravena. Selanjutnya pemeriksaan ultrasonografi dan atau CT-scan
dilakukan sesuai sarana dan prasarana. Adakalanya pemeriksaan ini juga dapat membantu menentukan
tumor itu ganas, yaitu bila ditemukan tidak adanya batas antara tumor dan jaringan sekitarnya yang
berarti tumor telah melakukan penyusupan atau mengadakan destruksi jaringan sekitarnya atau adanya
pembesaran kelenjar getah bening dan metastasis di tempat lain.
Untuk tumor yang diketahui menghasilkan produk metabolit tertentu atau marker, perlu diperiksa
kadarnya, sebaiknya sebelum dilakukan pengobatan untuk menunjang diagnosis. Pemeriksaaan ini
diulang secara berkala untuk menilai keberhasilan pengobatan dan kemungkinan residif.
Selanjutnya penderita dipersiapkan sebaik-baiknya untuk menjalani laparatomi eksplorasi. Saat itu
ditentukan apakah tumor dapat diangkat seluruhnya atau sebagian atau hanya dapat dilakukan biopsi.
Keterangan ini diperlukan untuk tindakan selanjutnya. Bila tumor dapat diangkat seluruhnya maka
stadium tetap, tetapi bila tumor hanya dapat diangkat sebagian (debulking) atau tumor pecah selama
operasi (spill), maka stadium dinaikkan setingkat. Untuk tumor yang hanya dapat dibiopsi, biasanya
dilanjutkan dengan kemoterapi atau radiasi dahulu dan setelah tumor mengecil dilakukan re-laparatomi.
Salah satu pemeriksaanyan adalah:
1.Anamnesis
Pada anamnesis penderita dengan gawat abdomen ditanya terlebih dahulu permulaan nyerinya (kapan
mulai, mendadak atau berangsur), letaknya (menetap, pindah atau beralih), keparahannya dan sifatnya
(seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik), perubahannya (bandingkan dengan
permulaan), lamanya, apakah berkala, dan faktor apakah yang mempengaruhinya (adakah yang
memperingan atau memberatkan seperti sikap tubuh, makanan, minuman, nafas dalam, batuk, bersin,
defekasi, miksi).
tidak menonjol, tetapi distensi tampak jelas. Penderita tidak dapat defekasi atau flatus, dan bila
penyebabnya volvulus sigmoid perut dapat besar sekali. Bila pada colok dubur teraba massa di rektum
atau terdapat darah dan lendir, maka itu membantu diagnosis kemungkinan karsinoma rektum.
Perforasi
Perforasi tukak peptik ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di epigastrium dan meluas ke
seluruh peritoneum akibat peritonitis generalisata. Perforasi ileum pada tifus biasanya terjadi pada
penderita yang demam kurang lebih dua minggu disertai nyeri kepala, batuk, dan malaise yang disusul
oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang merosot.
Kolitis
Kolitis amuba ditandai dengan kolitis hebat dengan pengeluaran lendir dan darah melalui anus disertai
tanda perforasi.
Trauma
Trauma dapat mengakibatkan ruptur organ perut dengan perdarahan dan perforasi usus.
Organ Urogenital
Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan saluran kemih. Radang akut (pielitis)
atau pienefros atau kolik ureter (batu atau gumpalan darah) menyebabkan tanda yang mirip gawat
perut. Gawat perut dengan penderita yang langsung kolaps disebabkan oleh nyeri yang hebat. Sifat
nyeri, cara timbulnya pada permulaan, dan perjalanan selanjutnya penting untuk menegakkan
diagnosis. Nyeri yang timbul mendadak dan tidak tertahankan mungkin merupakan kolik ureter.
Sumber Nyeri : Organ atau Sistem Kelainan
Saluran cerna Apendisitis akut
Perforasi tukak peptic
Perforasi usus karena tifus
Obstruksi usus halus atau usus besar
Hernia inkarserata
Volvulus usus
Gastroenteritis
Kandung/saluran empedu Kolesistitis akut
Kolangitis akut
Kolik empedu
Hati, pankreas, dan limpa Abses hati
Hepatitis akut
Pankreatitis akut
Ruptur limpa
Saluran kemih Kolik ureter
Pielonepritis akut
Alat kelamin dalam Kehamilan ektopik terganggu
Puntiran kista ovarium
Ruptur kista folikel ovarium
Salpingitis akut (PID)
Abses tubo-ovarial endometriosis
DIAGNOSIS BANDING
Kelainan organ dalam yang tidak memerlukan tindak bedah kadang mencemaskan karena dapat timbul
tiba-tiba dan menyebabkan keadaan umum merosot cepat. Yang terkenal ialah gastroenteritis akut,
pnemonia akut, infeksi virus akut antara lain demam berdarah dengue.
Diagnosis banding gawat perut juga termasuk kelainan ekstraabdomen yang menyebabkan nyeri di
abdomen seperti kelainan di toraks misalnya penyakit jantung, paru atau pleura, kelainan neurogen,
kelainan metabolik dan keracunan. Pada keadaan ini gejala dan tanda umum dan nyeri perut sering
cukup jelas tetapi pada pemeriksaan perut tidak ditemukan kelainan. Nyeri tekan perut kontralateral
atau nyeri lepas mustahil disebabkan oleh kelainan di toraks.
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut dengan kelainan akut di
toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya pada anamnesis nyata bahwa penyakit organ toraks
tidak didahului atau disertai dengan mual atau muntah. Kelainan perut umumnya tidak mulai dengan
panas tinggi atau menggigil (kecuali pada pielitis dan tifus), sedangkan panas tinggi dengan gigilan
lazim ditemukan sebagai tanda awal pada kelainan akut toraks. Pada pemeriksaan perut pun tidak
ditemukan tanda rangsangan peritoneum.
Safety Managenent :
1. Atur posisi klien :
a. Kesejajaran fungsional
b.Pemajanan area pembedahan
c. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
2. Memasang alat grounding ke pasien
3. Memberikan dukungan fisik
4. Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum da instrumen tepat.
Pemantauan Fisiologis :
1. Melakukan balance cairan
2. Memantau kondisi cardiopulmonal
3. Pemantauan terhdap perubahan vital sign
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar)
1 . Memberikan dukungan emosional pada pasien
2. Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
3. Mengkaji status emosional klien
4. Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan.
Penatalaksanaan Keperawatan :
1. Melakukan prosedur keselamatan bagi klien
2. Mempertahankan lingkugan aseptik dan terkontrol
3. Mengelola sumber daya manusia secara efektif.
Komunikasi dari Informasi Intra operatif :
1. Menyebutkan nama pasien
2 .Menjelaskan jenis pembedahan yang dilakukan
3. Menggambarkan faktor-faktor intraoperatif, meliputi pemasangan drain atau kateter, kekambuhan
peristiwa-peristiwa yang tidak diperkirakan.
4. Menjelaskan pembatasan fisik dan keterbatasan fisik yang dialami pasien.
5. Menerangkan gangguan akibat pembedahan
6. Melaporkan tingkat kesadaran praoperatif klien
7. Mengkomunikasikan tentang peralatan yang diperlukan.
Pengkajian Pasca operatif di Rocovery Room :
1. Menentukan respon segera pasien terhadap pembedahan
Unit Bedah :
1 . Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi.
2. Menentukan tingkat kepuasan pasien
3. Mengevaluasi produk-produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi.
4. Menetukan status psikologi pasien
5. Membantu dalam perencanaan pemulangan
Rumah/Klinik :
1. Kaji persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anastesi, damapak pada
citra tubuh, penyimpangan dan immobilisasi
2. Tentkan persepsi keluarga tentang pembedahan.
TAHAPAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Keperawatan perioperatif dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
a. Keperawatan Pre Operatif
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan
pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan
awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang
dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari
fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan
kesuksesan suatu operasi.
PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATAN
I. PERSIAPAN FISIK
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
a. Persiapan di unit perawatan
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
h. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai
persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan
banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
1. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat
membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat
meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi
darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar
maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut
tidak boleh tegang.
Letakkan tangan diatas perut
Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.
Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui mulut.
Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
2. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan
anstesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranastesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien
setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas
incisi sebagai bebat ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan
mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal
kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga
dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
3. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat
segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah
operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau
takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai
operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada
saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan
posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya
kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatn fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami
pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan.
Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor
usis/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena
itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.
Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
1. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar.
Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan
anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
2. Nutrisi
Kondisi malnutris dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan
orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang
tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisinutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin
K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali sangat
rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh
karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan
beraat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan karenanya mudah mengalami
hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan
kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi
lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit
ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca
pembedahan sangat tinggi.
4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol,
bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya
hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan
karbohidrat yang tidak adekuart pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang
mengancam adalah asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko
mengalami insufisinsi adrenal. Pengguanaan oabat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter
anastesi dan dokter bedahnya.?
5. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi
arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya. ?
6. Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik,
sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan
lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu
dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan NGT.