Professional Documents
Culture Documents
Imran Tumenggung
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Gorontalo
DEMAM
Sejak zaman Hippocrates sudah dikenal sebagai pertanda
penyakit.
Demam diartikan sebagai peningkatan suhu tubuh di atas
37,2C.
Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2C.
Suhu subnormal di bawah 36C.
Suhu hipotermia di bawah 35C.
Suhu hiperpireksia adalah kenaikan suhu sampai 41,2C atau
lebih.
Pengukuran suhu dengan termometer air raksa.
Tempat pengukuran di aksila, oral, atau rektum.
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit
yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang
dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Di
dalam hipotalamus, pirogen merangsang pelepasan asam
arakidonat serta meningkatkan sintesis prostaglandin E2 yang
langsung dapat menyebabkan pireksia.
Tipe demam :
1.
2.
3.
4.
5.
Demam septik.
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi
hari. Sering disertai menggigil dan berkeringat.
Demam remiten.
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Perbedaan suhu dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu pada demam septik.
Demam intermiten.
Suhu badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam
satu hari, bisa terjadi setiap hari atau lebih.
Demam kontinyu.
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Demam siklik,
Kenaikan suhu badan selama beberapa hari diikuti oleh periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
MORBILLI
= Campak, measles, rubeola.
ETIOLOGI
Morbilli virus. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring,
darah dan urine selama stadium kataral sampai 24 jam setelah
erupsi kulit. Virus campak dapat bertahan selam beberapa hari
pada temperatur 0C dan selama 15 minggu pada sediaan beku.
Pada suhu kamar, virus ini kehilangan infektivitasnya sekitar 60%
selama 3-5 hari. Virus ini mudah hancur oleh sinar ultraviolet.
PATOGENESIS
Penularan secara droplet dan kontak langsung, sejak 1 hari
sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah
munculnya ruam.
Inkubasi 10 20 hari.
GAMBARAN KLINIS
- Berlangsung 4 5 hari.
- Gejala mirip influenza : demam, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis.
Stadium kataral (prodromal) :
- Khas : bercak Koplik di mukosa bukalis pada akhir
stad.kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem.
Stadium erupsi :
- Timbul enantem palatum durum dan mole.
- Ruam eritematosa + suhu badan bertambah.
- Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, muka bengkak.
- Dapat terjadi limfadenopati mandibula dan leher belakang,
splenomegali, diare dan muntah.
Stadium konvalesensi :
- Gejala-gejala mulai menghilang.
- Erupsi kulit berkurang dan meninggalkan bekas hiperpigmentasi dan kulit bersisik.
KOMPLIKASI
Otitis media akut (OMA), Ensefalitis, Bronchopneumonia ,
Conjungtivitis.
TATALAKSANA
-
PENCEGAHAN
BRONCHOPNEUMONIA
Infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang
mengenai bronkus dan parenkim paru.
ETIOLOGI
Umumnya bakteri : Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzae, Staphylococcus aureus.
Virus : Respiratory syncitial virus, adenovirus, sitomegalovirus,
virus influenza.
PATOGENESIS
Bakteri masuk paru
Konsolidasi
Resolusi
MANIFESTASI KLINIS
KOMPLIKASI
Abses kulit, abses jar.lunak, otitis media, sinusitis,
meningitis, perikarditis, dan epiglotitis.
LABORATORIUM
- Leukositosis dengan PMN dominan.
Bila leukopenia : prognosis jelek.
Anemia ringan dan sedang.
- Mikrobiologi : spesimen usap tenggorokan, sekret
nasofaring, sputum, darah, pungsi pleura.
- Radiologi : gambaran bercak konsolidasi merata.
TATALAKSANA
- Oksigen.
- IVFD.
- Bila tdk terlalu sesak : makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik.
- Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.
- Antibiotika.
PERTUSIS
= Tussis quinta, whooping cough, violent cough, batuk rejan.
= Batuk yang intensif.
ETIOLOGI
Bordetella pertusis.
PATOGENESIS
- Penularan melalui droplet / inhalasi kuman.
- Kuman terdapat dalam sekret nasofaring.
- Inkubasi 7 14 hari.
GAMBARAN KLINIS
Penyakit dapat berlangsung 6 minggu atau lebih, tdd 3 stadium :
Stadium kataralis :
- 1 sampai 2 minggu.
- Batu ringan mirip influenza terutama malam hari, pilek,
sesak, anoreksia, demam ringan.
Stadium spasmodik :
- 2 sampai 4 minggu.
- Batuk makin berat, pasien gelisah, muka merah dan sianotik.
- Batuk khas : paroksismal, diakhiri bunyi whoop.
- Sering diakhiri muntah disertai sputum kental.
- Anak-anak dapat sampai terberak / kencing.
- Dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.
Stadium konvalesensi :
- 2 minggu.
- Jumlah dan serangan batuk berkurang
- Muntah berkurang, nafsu makan mulai timbul.
LABORATORIUM
- Leukositosis.
- Ditemukan kuman pada swab nasofaring (media Bordet-Gengou).
KOMPLIKASI
- Sal.pernapasan : otitis media, bronkitis, bronkopnemoni.
- Sal.pencernaan : prolaps rektum, hernia, stomatitis,
- Saraf : kejang, kongesti/edema otak, perdarahan otak
- Lain-lain : epistaksis, hemoptisis, perdarahan
subkonjungtiva.
TATALAKSANA
- Antibiotika.
- Suportif : pengencer dahak, oksigen bila perlu.
- Makanan lunak.
TETANUS
ETIOLOGI
Clostridium tetani : anaerob, berbentuk spora, tersebar di
tanah, mengeluarkan eksotoksin.
PATOGENESIS
Kuman bersifat anaerob, berbentuk spora, tersebar di tanah.
Port dentre melalui luka, masuk jaringan dan menghasilkan
eksotoksin yang menyerang sistem saraf.
MANIFESTASI KLINIS
- Lokal : nyeri, kaku dan spasme dari daerah yg terluka.
- Umum : trismus, kekakuan otot maseter, kekakuan otot-otot
wajah (risus sardonicus), kaku kuduk, opistotonus, perut
papan, kejang tonik umum, kejang rangsang, kejang spontan,
retensio urin.
LABORATORIUM
Biasanya terdapat leukositosis ringan
Kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak.
KOMPLIKASI
Spasme otot faring, pneumonia aspirasi, asfiksia,
atelektasis, fraktur kompresi.
TATALAKSANA
Antitoksin : ATS.
Antikonvulsi.
Antibiotika.
Diet TKTP.
Bila trismus, makanan cair melalui pipa nasogastrik.
Isolasi.
Oksigen.
Bersihkan port dentre.
DIFTERIA
ETIOLOGI
Corynebacterium dipphtheriae
PATOGENESIS
-
MANIFESTASI KLINIS
LABORATORIUM
- Dapat terjadi leukositosis ringan.
- Ditemukan kuman C. diphtheriae pada preparat langsung atau
biakan dengan media Loeffler.
KOMPLIKASI
TATALAKSANA
DEMAM DENGUE
DEFINISI
ETIOLOGI
Virus dengue, tergolong arbovirus tdd 4 serotipe.
PATOGENESIS
Virus yg dibawa nyamuk Aedes aegypti & A.albopictus
Tubuh manusia ( inkubasi 3-15 hr, rata-rata 5-8 hr)
DD
DBDDSS
Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus, kmd menyebar ke
jar. lain terutama sistem RE dan kulit.
Tbh membtk komplex virus-antibodi
aktivasi sistem
komplemen
pelepasan anafilatoksin
permeabilitas
pemblh drh
Terjadi agregasi trombosit
melepaskan ADP & vasoaktif
me permeabilitas kapiler & melepaskan trombosit
faktor 3 yg merangsang koagulasi intravaskular.
- Aktivasi faktor XII (Hageman) pembekuan intravaskular yg luas
dan me permeabilitas dinding pemblh drh.
MANIFESTASI KLINIS
DD :
- Suhu me
tiba-tiba, sakit kepala, nyeri otot & tbh, mual, kdg
muntah, batuk ringan.
- Sakit kepala : menyeluruh, supraorbital atau retroorbital.
- Mata : pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, fotofobia.
- Kulit : eksantem pada awal demam ( muka dan dada ),
petekia hari 3 6 ( lengan & kaki, kmd seluruh tbh ),
uji torniket positif.
DBD :
- Perdrhan pd hari ke-3 atau ke-5 :
Petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, epistaksis,
perdrhan gusi.
- Pembesaran hepar dan nyeri tekan.
DSS :
- Renjatan, kulit lembab dan dingin, sianosis perifer.
- Tekanan darah menurun.
- Biasanya terjadi antara hari ke-3 sampai hari ke-7 penyakit.
LABORATORIUM
- Leukopenia, trombositopenia, haemokonsentrasi (hematokrit
)
- Bleeding time memanjang, penurunan faktor-faktor
pembekuan.
- Urine : albuminuria ringan.
- Uji serologis.
- Isolasi virus.
TATALAKSANA
DD atau DBD tanpa penyulit :
- Tirah baring.
- Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum
banyak 1,5 2 liter dalam 24 jam ( susu, air gula, atau sirop )
atau air tawar ditambah garam.
- Medikamentosa.
DSS :
- Pemberian segera cairan intravena (elektrolit , plasma).
- Transfusi bila diperlukan.
AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome)
ETIOLOGI
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
EPIDEMIOLOGI
UNAIDS memperkirakan tahun 1993 jumlah penderita HIV di
dunia sebanyak 12 juta orang, dan akhir tahun 2000 sebanyak 20
juta org.
Di Indonesia, HIV pertama kali dilaporkan di Bali (April 1987,
terjadi pada orang Belanda).
Tahun 2000 kasus AIDS tercatat 255 orang
Tahun 2003 meningkat menjadi 316 orang
Tahun 2005 meningkat cepat menjadi 2638 orang
Terbanyak di DKI Jakarta, diikuti Jatim, Papua, Jabar, dan Bali.
Peningkatan disebabkan makin membaiknya sistem pencatatan
dan pelaporan kasus dan semakin bertambahnya sarana
pelayanan diagnostik kasus dengan klinik VCT (Voluntary
Counselling & Testing)
PATOGENESIS
Tiga cara penularan HIV adalah sbb :
Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal
dengan seorang pengidap.
Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum
suntik.
Transmisi secara vertikal dari ibu hamil pengidap kepada
bayinya melalui plasenta
Setelah masuk tubuh, virus menuju kelenjar limfe. Pada
tubuh timbul respon imun humoral maupun selular. Dalam
prosesnya, terjadi penurunan CD4 (reseptor pada limfosit
T4) yg menjadi target sel utama HIV.
Bila tanpa pengobatan rata-rata masa infeksi HIV sampai
menjadi AIDS adalah 8-10 tahun, di mana jumlah CD4
mencapai kurang dari 200/mm (jlh normal 8001000/mm).
MANIFESTASI KLINIS
Kondisi yg ditetapkan sebagai AIDS :
1.
Keganasan :
2.
Sarkoma Kaposi
Limfoma imunoblastik
Kanker leher rahim invasif
Sindroma kelelahan
Limfoma Burkitt
Limfoma primer pd otak
Ensefalopati
Penurunan imunitas hebat
(CD4 kurang dari 200/mm3)
Infeksi oportunistik :
-
LABORATORIUM
1.
2.
TATALAKSANA
1.
2.
Medikamentosa.
Peningkatan survival dapat dicapai dgn diagnosis dini, pemberian
zidovudin, pengobatan komplikasi, serta antibiotika profilaksis.
Non medikamentosa.
- Pendidikan kepada kelompok yang beresiko terkena
AIDS.
- Anjuran bagi yg terinfeksi untuk tdk menyumbang darah,
organ atau semen, dan mengubah perilaku seksualnya.
- Skrining darah donor terhadap adanya antibodi HIV.
- Diet : TKTP
PENCEGAHAN
1. Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS atau
tersangka penderita AIDS.
2. Mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti
atau dengan orang yang mempunyai banyak pasangan.
3. Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat
suntik.
4. Melarang orang-orang yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi
untuk melakukan donor darah.
5. Memberikan transfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar
memerlukan.
6. Memastikan sterilitas alat suntik.
PROGNOSIS
Sebagian besar HIV/AIDS berakibat fatal, sekitar 75% pasien yang
didiagnosis AIDS meninggal 3 tahun kemudian.
Penelitian melaporkan ada 5% kasus pasien terinfeksi HIV yang
tetap sehat secara klinis dan imunologis.
TUBERKULOSIS PARU
ETIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Di negara industri di seluruh dunia, angka morbiditas dan
mortalitas akibat penyakit TBC menunjukkan penurunan, tetapi
sejak tahun 1980-an grafik menetap dan meningkat di daerah
dengan prevalensi HIV tinggi.
WHO (1999) memperkirakan terjadi kasus TBC sebanyak 9 juta
per tahun di seluruh dunia, dengan jumlah kematian sebanyak 3
juta orang/tahun. Dari seluruh kematian tersebut, 25% terjadi di
negara berkembang. Sebanyak 75% dari penderita berusia 15-50
tahun (usia produktif). Kasus TBC di Indonesia merupakan nomor
3 terbesar di dunia setelah Cina dan India. Asumsi prevalensi BTA
(+) di Indonesia adalah 130 per 100.000 penduduk.
Penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin.
Morbiditas dan mortalitas meningkat sesuai dengan bertambahnya
umur. Dilaporkan bahwa angka kesembuhan di Indonesia (2002)
hanya mencapai 70,03% dari 85% yang ditargetkan. Rendahnya
angka kesembuhan disebabkan oleh faktor penderita, petugas,
ketersediaan obat, lingkungan (geografis), PMO (pengawasan
minum obat), serta virulensi dan jumlah kuman.
PATOGENESIS
GAMBARAN KLINIS
Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita
tuberkulosis paru apabila ditemukan gejala klinis utama
(cardinal symptom), sbb:
Batuk berdarah,
Sesak napas,
Nyeri dada.
Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam
tidak tinggi (meriang), dan penurunan berat badan.
LABORATORIUM
Untuk menegakkan diagnosisi dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk menemukan BTA (+).
Metode pemeriksaan dahak sewaktu, pagi, sewaktu (SPS).
Pewarnaan Ziehl Neelsen (ZN) atau Kinyoun-Gabbet.
PENGOBATAN
1. Medikamentosa.
Menggunakan kombinasi obat (multidrug therapy) tdd :
isoniazid (INH), rifampisin, pirazinamid, dan etambutol.
Regimen pengobatan ini diberikan selama 6 bulan dengan
pengawasan langsung oleh pengawas minum obat (PMO).
2. Suportif.
Diet yang adekuat dapat menunjang daya tahan tubuh pasien
secara optimal sehingga kerja obat dapat maksimal yang
akhirnya proses penyembuhan bisa berhasil dengan baik.
Diet pasien TBC harus mengandung tinggi energi/kalori dan
tinggi protein, sedangkan lemak, karbohidrat dan vitamin
serta mineral cukup dengan bentuk makanan yang mudah
cerna (Diet TETP/ TKTP). Selain itu penting pula menghindari
makanan atau minuman yang dapat merangsang batuk
seperti gorengan, merokok, minum es, minuman/makanan
yang terlalu manis atau bersantan.
PENCEGAHAN
1. Pasien TBC sewaktu bersin/batuk harus menutup
hidung/mulutnya dengan sapu tangan.
2. Pasien TBC jangan membuang dahak di sembarang tempat,
buanglah di selokan yang terkena sinar matahari, di toilet
yang langsung disiram atau wadah plastik/kaleng yang
disiram dengan pembersih kuman seperti lisol dan langsung
dibuang/dibakar.
3. Bila ada anggota keluarga pasien TBC yang mempunyai
gejala-gejala TBC, sebaiknya segera memeriksakan diri.
4. Pasien TBC jangan dulu berdekatan atau mencium anak-anak
yang masih kecil terutama balita, karena balita masih rentan
terhadap penularan kuman TBC.
5. Mencuci tangan sebelum makan dan selalu menjaga
kebersihan badan serta lingkungan tempat tinggal.
6. Alat makan pasien TBC harus terpisah dengan anggota
keluarga lainnya, setelah dicuci bersih dengan sabun dan
dibilas, harus dibilas lagi dengan air panas.
7.
8.
9.
10.
11.
Malaria--Background
Occurs in > 90 countries
. 300-500 million cases a year
. 2 million deaths a year
- >90% deaths in sub-Saharan Africa
- Most deaths in children <5 yrs of age
- Risk factors for death often delays in
accurate diagnosis and effective
treatment
MALARIA
ETIOLOGI
PATOGENESIS
Selain ditularkan melalui gigitan nyamuk, dapat melalui
bawaan lahir dari ibu ke anak, melalui jarum suntik, dan
transfusi darah.
Parasit yang masuk ke dalam darah menyebabkan pecahnya
eritrosit yang bermanifestasi pada gejala klinis.
GAMBARAN KLINIS
1. Anamnesis
Keluhan utama yang seringkali muncul adalah demam lebih
dari 2 hari, menggigil, dan berkeringat (sering disebut trias
malaria). Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat
dilihat dari adanya satu gejala atau lebih, yaitu gangguan
kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot, kejang-kejang,
ikterus, perdarahan hidung atau gusi, muntah darah atau
berak darah. Selain itu adalah keadaan panas yang sangat
tinggi, muntah terus menerus, perubahan warna urine
menjadi seperti teh, oliguria sampai anuria.
2.
Pemeriksaan fisik
Pasien mengalami demam 37,5-40C, serta anemia
(konjungtiva pucat). Penderita sering disertai pembesaran
limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali).
Bila terjadi malaria berat, gejala dapat disertai dengan syok
yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi cepat
dan lemah, serta frekuensi napas meningkat. Sering terjadi
penurunan kesadaran, dehidrasi, manifestasi perdarahan,
ikterus, gangguan fungsi ginjal, hepatosplenomegali, serta
bisa diikuti dengan munculnya gejala neurologis (refleks
patologis dan kaku kuduk).
LABORATORIUM
PENATALAKSANAAN
Obat antimalaria tdd 5 jenis :
1. Skizontosid jaringan primer yang membasmi parasit
praeritrosit : proguanil, pirimetamin.
2. Skizontosid jaringan sekunder yang membasmi parasit
eksoeritrosit : primakuin.
3. Skizontosid darah yang membasmi parasit fase eritrosit :
kina, klorokuin, amodiakuin.
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual : primakuin,
kina, klorokuin, amodiakuin.
5. Sporontosid mencegah gametosid dalam darah membentuk
ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles : primakuin,
proguanil.
Untuk kasus malaria berat atau dengan komplikasi :
Kina atau klorokuin diberikan parenteral (infus, IV, IM).
Perbaiki KU dan atasi komplikasi.
PENCEGAHAN
TERIMA KASIH