You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakekatnya semua zat dapat berlaku sebagai racun, tergantung pada
dosis dan cara pemberiannya. Karena gejala yang timbul bervariasi, kita harus
mengenal gejala yang ditimbulkan oleh setiap agens agar dapat berpindah
dengan cepat dan tepat pada setiap kasus dengan dugaan keracunan. Bertuk
terpenting dari penunjang kehidupan lanjut adalah pemberian obat yang dini.
Tentunya, hanya paramedis berijaza yang dibenarkan hukum untuk
menyuntik, tetapi terapi obat bisa juga diberikan peroral atau perrektal,
keduanya dapat dilakukan oleh EMT yang belum tinggi tingkatnya. Sebelum
sebuah obat dapat diberikan, harus dikenali, dan konsentrasinya. Setelah ini
diteliti, dosisnya harus dihitung dengan tepat. Obat lazim diberikan dalam
miligram dan mililiter, tetapi beberapa obat masih dipasarkan diapotik dalam
bentuk grain, minim dan ounce. Bila diperlukan konversi dari satu sistem ke
sistem lain.
Penyerapan obat dipengaruhi oleh perubahan terkait usia berikut:
penurunan asam lambung, penurunan motilitas gastrointestinal, penurunan
aliran darah lambung, perubahan vilus gastrointestinal dan penurunan aliran
darah

dan

keterlambatan

pengosongan

lambung

dapat

mengubah

penghancuran dan kemudian penyerapan obat. Obat yang tidak stabil dalam
media asam dapat sangat berkurang bioavailabilitasnya bila tetap berada
dalam lambung untuk waktu yang lama. Beberapa obat dieliminasi dari tubuh
sebelum obat tersebut masuk sirkulasi sistemik melalui proses yang disebut
metabolism lintas awal. Distribusi obat dalam tubuh dapat dipengarui oleh
penurunan masa tubuh tanpa lemak, peningkatan lemak tubuh total, atau
penurunan cairan tubuh total, yang kesemuaanya dapat menyertai penuaan.
Hati adalah organ utama untuk biotransformasi dan detoksifikasi obat. Reaksi
metabolisme obat digolongkan menjadi reaksi fase I, yang meliputi
penambahan atau penyingkapan kelmpok kimiawi polar.

Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan


pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi
penderita. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit
yang harus dapat memberikan playanan darurat kepada masyarakat yang
menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1

Apa Pengertian Intoksikasi ?

1.2.2

Apa etiologi Intoksikasi ?

1.2.3

Apa Patofisiologi Intoksikasi ?

1.2.4

Apa Patwhay Intoksikasi ?

1.2.5

Apa gambaran klinis Intoksikasi ?

1.2.6

Apa Komplikasi Intoksikasi ?

1.2.7

Apa Penatalaksanaan Intoksikasi ?

1.2.8

Apa Pemeriksaan Penunjang Intoksikasi ?

1.2.9

Asuhan Keperawatan Intoksikasi ?

1.3 Tujuan
1.3.1

Untuk Mengetahui Intoksikasi.

1.3.2

Untuk Mengetahui etiologi Intoksikasi.

1.3.3

Untuk Mengetahui Patofisiologi Intoksikasi.

1.3.4

Untuk Mengetahui Patwhay Intoksikasi.

1.3.5

Untuk Mengetahui gambaran klinis Intoksikasi.

1.3.6

Untuk Mengetahui Komplikasi Intoksikasi.

1.3.7

Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Intoksikasi.

1.3.8

Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Intoksikasi.

1.3.9

Untuk Mengetahui Askep Intoksikasi.

1.4 Manfaat
Dengan penyusunan makalah ini diharap dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman pembaca maupun penyusun mengenai hal terkait Asuhan
Keperawatan Gadar Pada Pasien Intoksikasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia
dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang
menggunakannya.
Racun adalah sesuatu yang meskipun dalam jumlah kecil apabila masuk
ke dalam tubuh dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, sehingga
mengganggu kesehatan, menyebabkan kecelakaan, bahkan membawa
kematian.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat
pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati,
darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui
saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan gejala klinis.
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui
mulut, hidung, suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau
mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan.(Mc
Graw-Hill Nursing Dictionary)
2.2 Etiologi
Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industi yang
mengandung logam berat, bahan makanan yang terkontaminasi oleh kuman
salmonella, sthapilococcus clostridium botulinum, jamur beracun. Begitu pula
berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis normal tidak

menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek samping yang


merupakan racun bagi tubuh.
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung
seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang
dapat menyebabkan keracunaan adalah :
1.

Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin

2.

Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan

3.

Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon

4.

Zat kimia pertanian : Insektisida

5.

Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek

6.

Bisa ular atau serangga

2.3 Patofisiologi
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan
akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik
langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi karena
depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat
dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia
terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas
syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan
hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok, asidemia, dan
hipoksia.

2.4 pathway
Obat-obatan

Makanan

Inhalasi

Racun masuk kedalam tubuh (darah, paru, hati


& ginjal)

Depresi SSP (sistem saraf pusat)

Distress
pernapasan
Obstruksi
trakheobronkea
l
pola napas tidak
efektif

penurunan kesadaran & depresi


cardiovaskuler

G3 organ2
tubuh

kekurangan O2
(Hipoksia)

Iritasi pada
Lambung

perubahan
perfusi jaringan
tubuh (khE)

HCL
meningkat

Mual, muntah

Devisit volume
cairan

2.5 Gambaran Klinis


1. Intoksikasi dosis rendah sering menimbulkan keadaan yang tidak dapat
diramalkan menyerupai. Disorientasi, agitasi, dan mendadak ngamuk
sering di dapati. Mutisme, ataksia, berkurangnya respon terhadap stimuli
nyeri dan nistagmus horizontal, vertikal, rotatorius yang intermiten adalah
karakteristik. Dapat timbul rigiditas katatonik atau nioklonus dengan
rigiditas otot pada stimulasi, demikian juga kemerahan, diaforesis, muka
yang meringis, hipersalivasi, dan muntah.
2. Intoksikasi dengan dosis tinggi sering menginduksi koma yang berakhir
sampai beberapa jam, sampai beberapa hari. Penderita tidak responsif
terhadap nyeri. Dapat timbul depresi pernafasan, hipertensi, dan takikardi,
kadang-kadang menimbulkan gagal jantung, perdarahan intracerebral.
2.6 Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas
e. Syok
2.7 Penatalaksanaan
Jenis Racun
Asam/ Basa kuat
Asam klorida
Asam sulfat
Natrium
hidroksida
Kalium
hidroksida
Asam cuka
pekat

Gejala
Dapat mengenai kulit,
mata atau ditelan, tanda
korosi pada mulut dan
farings: sangat nyeri dan
kecoklatan, muntah dan
diare: cairan kehitaman.

Tindakan
Jangan lakukan emesis atau
bilas lambung.
Netralisasi: asam kuat
dengan antasid, jangan
dengan NaHCO3 karena
menghasilkan gas. Basa
kuat dengan sari buah atau
asam cuka 10%. Bila tidak
diketahui: beri susu atau air
biasa.
Antibiotik: penisilin
800.000-1.2 juta U/ hari.

Alkohol
(etil alkohol)
Minuman keras

Emosi labil, kulit merah,


muntah, depresi
pernapasan, stupor,
koma.

Arsenikum
LD 200-300 mg
As2O3
TD 100 mg AS2O3
Alkaloid beladona
Atropin
Skopolamin
Hiosin

Tenggorokan tercekik,
disfagi, kolik usus,
muntah dan diare,
oliguri, syok.
Mulut kering, kulit
merah dan panas,
midriasis, hipereksi,
takikardia, delirium,
koma.

Amfetamin

Mulut kering, hiperaktif,


hiperrefleksi anoreksi,
takikardia, aritmia,
psikosis, kegagalan
pernapasan, dan
sirkulasi.

Aminopirin
Antalgin
Novalgin

Edema angionerotik dan


kelainan kulit lain,
gelisah, kadang-kadang
agranulositosis.
Sianosis,
methemoglobinemia,
urtikaria, dispnea,

Anlin,
Asetaminofen,
Fenasetin

Kortikosteroid: kortison
300-500 mg/hari atau
prednison 60 mg/hari
dengan tapering off selama
2-3 minggu
Erhatikan kemungkinan
perforasi dan striktur
esofagus.
Emesis dan bilas lambung
dengan air/NaHCO3 5% beri
kopi pahit.
Infus glukosa untuk
menghidari hipoglikemi.
Bilas lambung, bila ada
dengan NaHCO3 1%
BAL 10% in oil 2,5 mg/kg
BB IM setiap 4 jam, 4 kali.
Emesis dan bilas lambung,
bila ada dengan asam tanat
4%, lalu berikan activated
charcoal dalam lambung
Kateterisasi kandung
kencing.
Fisostigmin salisilat 0,5-2,0
mg IM/IV lambat.
Bilas lambung masih efektif
setelah 4 jam.
Klorpromazin 0,5-1 mg/kg
BB IM atau oral, dapat
diulang setiap 30 menit.
Kurangi rangsang luar.
Cegah edema otak.
Antihistamin dan epinefrin
1/1000 0,3 mL SC.
Antihistamin dan epinefrin
1/1000 0,3 mL SC

Bila lambung, bila ada


dengan KMnO4 1/5000
Biru metilen 1% 1 mg/kg

Antihistamin

muntah, delirium,
kegagalan pernapasan
dan sirkulasi
Mulut kering, takikardia,
disorientasi, rangsang/
depresi susunan saraf
pusat, hiperpireksi.
Kekacauan mental,
mengantuk, hiporefleksi,
bullae berisi serum,
hipotensi, delirium,
depresi pernapasan, syok,
koma.

BB IV.
Vitamin C 1 gr IV
Sedatif hanya bila kejang

Digitalis
LD 3 gr
fenobarbital
3 mg digitoksin
5-7 mg digoksin

Anoreksi, mual, diare,


delirium, nadi lambat,
hipotensi, aritmia

Deterjen-anionik
Sabun dan deterjen
rumah tangga

Muntah dan diare

Deterjen-kationik
Deterjen bakterisid
dirumah sakit
(Zephiran)
Deterjen- non
lonik
Deterjen untuk
mesin cuci

Mual, muntah, diare,


kejang, syok, koma

Jangan gunakan emetik


Bilas lambung masih efektif
sampai 24 jam, lalu berikan
Na-sulfat/Mg-sulfat 30 gr
dalam lambung
Beri kopi pahit
Untuk depresi pernapasan
dapat diberikan amfetamin
4-10 mg IM.
KCL g/jam oral atau larutan
0,3% dalam glukosa 5% IV
Propanolol (inderal) 4 kali
10-30 mg/hari oral atau 1
mg IV
Monitor EKG
Emesis dan bilas lambung
hanya bila tertelan dalam
jumlah besar.
Biasanya tidak berbahaya.
Bilas lambung dengan air
sabun biasa

Tidak berbahaya

Serupa dengan basa kuat

Ergot
Ergotamin
Methergin

Haus,muntah, diare,
klaudikasio, kejang,
hipotensi, koma

Fenol
TD 1 gr

Korosi, berbau khas

Lihat hal asam/basa kuat


Kalsium glukonat 10%
5mL. IV bila tetani.
Pencahar setelah bilas
lambung
Papaverin 60 mg IV atau
amil nitrat 0,3 mL inhalasi.
Bilas lambung hati-hati, bila
ada dengan minyak

Barbiturat
LD 5 gr
fenobarbital
3 gr sekobarbital

Asam karbol
Kresol
Lysol
Fenotiazin
CPZ
(klorpromazin)
Trifluoperazin

Formaldehid
Formalin
(larutan 40%)
LD 60 mL
formalin

Insektisida CHC
DDT
Dieldrin
Chlordane
Endrin
LD 15-30 g DDT
1 gr endrine
Insektisida
karbamat
Sevin

Insektisida
Organofosfat
Parathion
DDVP
Diazinon

Mulut kering, anoreksi,


mual, sumbatan hidung,
hipotensi, takikardia,
ataksi, tremor, hipotermi,
kegagalan pernapasan,
koma, leukopeni,
gangguan, pembekuan
darah, ikterus.
Inhalasi: iritasi mata,
hidung dan saluran
pernapasan, edema dan
spame laring, disfagi,
bronkitis, pneumoni.
Kulit: iritasi, nekrosis,
dermatitis.
Ditelan: nyeri perut,
mual, hematemesis,
hematuri/anuri syok,
koma, kegagalan
pernapasan.
Muntah, penetrasi,
tremor, kejang, edema
paru, fibrilasi ventrikel,
kegagalan pernapasan,
koma.

Mual, muntah, nyeri


perut, hipersalivasi, nyeri
kepala, miosis,
kekacauan mental,
bronkokonstriksi,
hipotensi, depresi
pernapasan, kejang.
Sama dengan karbamat,
tetapi lebih berat.
Dapat diserap melalui
kulit

zaitun/activated charcoal.
Relatif jarang menimbulkan
striktur esofagus.
Difenhidramin (benadryl) 23 mg/kg BB IV IM.
Jangan gunakan epinefrin
atau levarterenol

Bilas lambung, bila ada


dengan larutan amonia 0,2%
lalu beri activated charcoal
atau susu.
Hati-hati asidosis.

Pencahar, setelah bilas


lambung jangan gunakan
minyak kastroli.
Jangan gunakan epinefrin.
Kalsium glukonat 10%
10mL IV lambat.
Atropin sulfat 2 mg SC/IM
setiap 15 menit sampai
tercapai atropinisasi (muka
merah, midriasis, takikardia,
hipersalivasi berhenti).
Jangan berikan pralidoksin.
Penolong harus berhati-hati,
jangan sampai
terkontaminasi.
Atropin sulfat 2 mg SC/IM
setiap 15 menit sampai

TEPP
LD 20 mg
parahion
1000 mg malathion

Hidrokarbon
Senyawa, bensin
minyak tanah

Karbon monoksida

Kalium
permanganat
Kokain

Makananbotulisme
Makanan dalam
kaleng yang
tidak sempurna.
Cegah denga
memanaskan
80oc selama 30
menit.
Kausa:

Inhalasi:
Nyeri kepala, mual,
lemah, dispnea, depresi
pernapasan.
Ditelan: korosi, muntah,
diare, sangat berbahaya
bila terjadi aspirasi.

Nyeri dan pusing kepala,


dispnea kekacauan
mental, midriasis,
kejang, dipresi
pernapasan, koma, kulit
dan mukosa: berwarna
merah terang.
Korosif, edema glotis
hipotensi

Rangsang susunan saraf


pusat, halusinasi, mual,
midriasis, takikardia,
kejang, depresi
pernapasan, koma, syok
Masa laten 18-36 jam
lemah, gangguan
penglihatan, refleksi
pupil (-), paresis bulber
(disatri disfagi,
regurgitasi nasal),
kelemahan otot lurik.
Tidak adagangguan
pencernaan dan
kesadaran.

10

atropinisasi; bila gejala


kembali dapat diulang.
Pralidoksin (protopam) 1 g
IV lambat; anak 0,25 g IV
dapat diulang setiap 12 jam.
Jangan berikan morfin atau
aminofilin.
Jangan lakyukan emesis
Bilas lambung hati-hati, lalu
berikan pencahar.
Depresi pernapasan dapat
diatasi dengan kafein 200500 mg IM.
Perhatikan kemungkinan
edema paru/pneumoni
aspirasi.
Pernapasan dengan oksigen
murni bertekanan.
Jangan gunakan stimulan.
Perhatikan kemungkinan
edema otak.

Jangan lakukan emesis.


Bilas lambung lalu berikan
demulsen.
Jangan berikan morfin.

Bilas lambung dengan


KMnO4 1/5000 dan actived
charcoal.
Antitoksin 10000 U
diencerkan 10 kali IV
lambat setiap 4 jam,
waspada terhadap reaksi
serum. Dapat digunakan
untuk pencegahan (10000
U)

clostridium
botulinum.

Makanan
bongkrek
- kausa
Pseudomonas
cocovenenans
Makanan-ikan

Mengantuk, nyeri perut,


berkeringat, dispnea,
spasme otot,
vertigo,koma.

Masa laten -4 jam


panas sekitar mulut, rasa
baal pada ekstermitas,
mual, muntah, diare
nyeri perut, nyeri sendi,
pruritus, demam,
kelemahan otot umum,
paralisa otot pernapasan
Makanan-jamur
1. Masa laten kurang 2
1. Amanita
jam, lakrimasi,
muscarina
salivasi, keringat,
2. Amanita
miosis, muntah, nyeri
phalloidine
perut, diare, pusing,
kejang, koma
2. Masa laten 6-24 jam
mual, muntah,
melena, dehidrasi,
ikterik, anemia, syok,
koma
Makanan-jengkol
Kolik ureter, hematuri,
oliguri/anuri hati-hati
uremi
MakananTergantung jenis
kontamin
kontamin
Makanan-singkong Lihat hal sianida
MakananMasa laten 2-8 jam
stafilokokal
mual,muntah,diare,nyeri
(tersering)
perut,nyeri kepala,
demam, dehidrasi, dapat

11

Sedatif fenobarbital 3 kali


30-60 mg oral/IM jangan
gunakan morfin
Perhatikan kemungkinan
pneumoni aspirasi karena
kesulitan menelan
Bila perlu hisap sekret
orofarings secara teratur
Hanya simtomatik

Emesis dan bilas lambung


dengan KMnO4 1/1500 lalu
berikan pancahar

Idem keracunan ikan


1. atropin sulfat 1 mg
SC/IM diulang setiap 12 jam sampai
atropinisasi
2. hati-hati hipoglikemi
beri infus glikosa 10%

Na-bikarbonat 4x2 g
oral/hari
Infus NaHCO3 1,5%

Obat seperti gastrointeritis


akut

Ganja

Metil alkohol
(metanol)
Dalam spirtus
Bakar 5-10%
LD 30 mL metanol

menyerupai disentri
Serupa atropin dengan
halusinasi nyata, mulut
kering, medriasis tidak
begitu jelas
Mata laten 8-32 jam
nyeri kepala dan pusing,
nyeri perut, kulit dingin,
kekacauan mental,
kejang, bradikardi,
gangguan penglihatan,
sampai buta, asidosis,
koma

Cukup simtomatik,
kesadaran akan pulih dalam
- 1 hari
Bilas lambung dengan
NaHCO3 hanya efektif
dalam 2 jam
Etanol 50% (wiski) 30 mL
setiap 3-4 jam
NaHCO3 4 g oral setiap 15
menit/ 4 mE/kg BB IV
setiap 4 jam
Prednison: 30-50 mg/hari
untuk mengatasi hemolisis
Alkalisasi urine dengan
NaHCO3 oral.
Demulsen: susu,antasit
Jangan beri NaHCO3 /asam
Beri Na-sulfat 5% 200 mL
oral
Jangn lakukan emesis
Nalokson 5 ug/kg BB IV
atau nalor pien 0,1 mg/kg
BB IV setiap 5 menit
(maksimal 40 mg dalam 4
jam) atau levorpal 0,02
mg/kg BB IV
Obat terpilih: nalokson
karena tidak mendepresi
pernapasan dan
memperbaiki kesadaran
Bilas lambung dengan
KMnO4 atau activated
charcoal, lalu beri pencahar.

Natrium hipoldorit
Pemutih (3-6%)
LD 30 mL larutan
15%

Korosi

Narkotik
Heroin
Morfin
Kodein
LD 120150 mg

Mual, muntah, pusing,


kulit dingin,pernafasan
dangkal, koma.

Nikotin
LD 60 mg (setara
dengan 3 batang
rokok)
Salisilat
LD 20-30 g
Aspirin

Gelisah, nyeri dan pusing


kepala, tremor, kejang,
paralisa, pernapasan,
palpitasi, koma.
Tinitus, demam, keringat, Emesis dan bilas lambung
muntah,
masih efektif sampai 6-8
delirium,hiperventilasi,
jam, lalu beri pencahar.
koma, kejang, depresi
Infus glukosa 10%: NaCL
pernapasan
0,9% = 2:1

12

Pada anak-anak: asidosimetabolik


Dewasa: alkalosis
respiratirik

Sianida
Singkong racun

Nyeri kepala, mual,


mngantuk, hipotensi,
takikardia, dispnea,
kejang,koma. Dapat
meninggal dalam 1-15
menit

Timah hitam
Plumbum (Pb)

Ihalasi akut: insomnia,


nyeri kepala, taksia,
panik, kejang.
Ditelan akut: haus, rasa
terbakar diperut, mual,
diare, ataksia, panik,
kejang.
Kronik: rasa metal dalam
mulut lead line di gusi,
kolik usus, diare,
basophilic stippling,
koproporfirin uri,
ensevalopati
Korosi, kolaps,
sirkulatorik,
nefritis,delirium, stupor

Yodium tingtura
LD 30-60 mL
larutan 7%

Bila asidosis: NaHCO3 1-2


mEq/kg BB IV: anak-anak
3-4 mEq/kg BB IV
KCL 3-5 mEq/kg BB /24
jam IV
VILK 25-50 mg/IM
Inhalasi amitnitrit 0,2 mL
setiap 2 menit (kecuali bilasistolik kurang 80 mmHg)
Na-nitrit 3 % 10 mL IV
dalam 3 menit dan Natiosulfat 25% 50 mL IV
dlam 10 menit
Pencahar
Ca-glukonat 10% 10 mL IV
dan Ca-dNa-EDTA 25-35
mg/kg BB dalam larutan 3
% / drep selama 1 jam,
2x/hari selama 5-7 hari.
Ulangi setelah istirahat 7
hari dan
Penisilamin 2x15-20 mg/kg
BB oral

Bilas lambung dengan air


tajin dan susu : bila ada
dengan Na-tiosulfat 10%.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah,
cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum,
elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/
abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi
kuantitatif.

BAB III

13

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a) Airway
Yang di nilai :
Look : Ada gerak napas(ada,pernafasan 28x/menit),
Listen : Suara tambahan yang terdengar dapat berupa
Gurgling : sumbatan oleh cairan
Stridor : sumbatan pada plika vokalis
Snoring :sumbatan akibat jatuhnya pangkal lidah ke
belakang
Feel

: Ada atau tidaknya ekshalasi

b) Breathing
Penilaian :
Look : ada adanya terlihat penggunaan otot-otot bantu pernapasan
Listen : Suara nafas pada kedua paru-paru
Feel

: merasakan udara keluar dari mulut dan hidung

c) Circulation Penilaian sirkulasi Tanda klinis syok :

Kulit telapak tangan dingin, pucat, basah

Capillary refill time > 2 detik

Nafas cepat

Nadi cepat > 100

Tekanan darah sistole < 90-100

Kesadaran : gelisah s/d koma Penangan sirkulasi

d) Disability Penilaian Disability Pemeriksaan neurologis singkat:


AVPU Penilaian sederhana ini dapat digunakan secara cepat
A = Alert/Awake : sadar penuh
V = Verbal stimulation :ada reaksi terhadap perintah

14

P = Pain stimulation : ada reaksi terhadap nyeri


U = Unresponsive : tidak bereaksi
2. Secondary Survey
Anamnesis :
A

: Alergi

M : Medikasi (Obat-Obat Yang Biasa Digunakan)


P

: Past Ilness (Penyakit Penyerta, Pregnancy)

: Last Meal

: Event/ Environment

1) Pengumpulan data
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku
bangsa, pekerjaan, bahasa, nomer register, tanggal masuk rumah sakit,
diagnose medis.
2) Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utaman pada intoksikasi adalah penurunan
kesdaran.
b. Riwayat penyakit sekarang
mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran
pencernaan
c. Riwayat penyakit dahulu
riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama
diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan
terjadinya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji tentang adakah keluarga yang pernah mengalami keluhan yang
sama.

15

3) Pemeriksaan
a. Aktifitas dan Istirahat
Pada pasien intoksikasi biasanya muncul gejala Keletihan,
kelemahan, malaise, hiporefleksi
b. Sirkulasi
Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus berat)
,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
c. Eliminasi
Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usus
menurun, kerusakan ginjal. Perubahan warna urin contoh kuning
pekat, merah, coklat
d. Makanan Cairan
Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati, Perubahan turgor
kulit/kelembaban,berkeringat banyak
e. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, miosis, pupil mengecil,
kram

otot/kejang,

kehilangan

memori,

penurunan

tingkat

kesadaran(azotemia), koma, syok.


f. Nyaman / Nyeri
Nyeri tubuh, sakit kepala, Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
g. Pernafasan
Nafas pendek, depresi napas, hipoksia, Takipnoe, dispnoe,
peningkatan frekuensi, kusmaul, batuk produktif
h. Keamanan
Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
3.2 Diagnosa keperawaatan
a) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
b) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd
c) Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat

16

3.3 Intervensi
1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x15 menit pola
napas pasien efektif
KH

: - Pola nafas efektif


-

TTV dalam batas normal (TD= 120/80 mmHg, N=80-100


X/menit, RR=16-18 X/menit )

Ekspansi dada normal


Sesak nafas hilang

Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam
menentukan tindakan selanjutnya
b. Berikan O2 sesuai anjuran dokter
Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
c. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan
suction.
Rasional : Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas
d. Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan
asuhan

keperawatan individual

Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien


dan mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen
miokard.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakrd
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x15 menit
diharapkan perfusi jaringan pasien adekuat
KH

: - Tidak ada keluhan sakit kepala


-

TTV Stabil (TD= 120/80 mmHg, N=80-100 X/menit, RR=16-18

X/menit )
Pusing hilang

Intervensi :

17

a. Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.


Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi
b. Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan
perfusi jaringan
c. Berikan kenyamanan dan istirahat
Rasional :

Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien

istirahat mengurangi komsumsi oksigen


d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum
Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan
racun.
3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x15 menit
diharapkan pasien sadar penuh (komposmentis)
KH

: - Pasien sadar penuh


- GCS dalam batas normal (4,5,6)

Intervensi :
a. Monitor vital sign tiap 15 menit
Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi
penurunan kesadaran
b. Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak.
c. Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan
kolapsnya pembuluh darah
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru.
d. Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran
Rasional : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,
meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum
18

Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi


penumpukan racun
3.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
tindakan, meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data. (Lismidar, 1990)
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
disusun dengan melihat situasi dan kondisi pasien.
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan
dan proses ini berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian
tujuan yang diinginkan.

BAB IV
PENUTUP

19

4.1 Kesimpulan
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan
yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Intoksikasi
atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya.
4.2 Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Asuhan Asuhan Keperawatan
Gadar Pada Pasien intoksikasi merupakan salah satu cabang ilmu
keperawatan yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan khususnya perawat
agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam
wewenang dan tanggung jawab perawat sebagai bagian dari tenaga medis
yang memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan secara komprehensif.

20

You might also like