Professional Documents
Culture Documents
Kasus :
Seorang pria 76 tahun dirawat di ICU karena
koma.Diketahui adanya riwayat hipertensi dan mulai
pikun.Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kaku
deserebrasi,pupil melebar dan tekanan darah 50/70
mmHg.CT-Scan kepala menunjukkan ventrikel yang
membesar dan perdarahan ke dalam
ventrikel.Direncanakan untuk operasi tetapi ditunda karena
keadaan pasien mengalami kemunduran,nafas spontan
hilang sehingga harus dipasang ETT.
Anamnesis (allo-anamnesis)
Identitas pasien
(Nama,Umur,Alamat,Pekerjaan,Agama,Suku)
Apakah terdapat:
Trauma kepala, kejang, epiliepsi, diabetes melitus, pengobatan
dengan obat hipoglikemi, insulin.
Penyakit ginjal, hati, jantung, dan paru
Perubahan suasana hati, tingkah laku atau depresi.
Pengunaan obat atau penyalahgunaan zat.
Alergi, gigitan serangga, renjatan anafilatik.
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital: suhu badan, jalan napas, jenis pernapasannya, dan
sirkulasi (tekan darah, denyut nadi, aritmia)
Kepala: tanda trauma, hematom di kulit kepala, hematom di
sekitar mata, perdarahan telingan dan hidung.
Leher: pemeriksaan leher hendaknya dilakukan dengan harihati, tidak dilakukan jika diduga ada fraktur tulang servikal.
Toraks, abdomen, dan ekstermitas: tanda-tanda trauma
deformitas atau bekas suntikan.
Pemeriksaan Neurologis
Penentuan derajat kesadaran: kualitatif (apatis,
somnolen, spoor, koma) maupun kuantitatif (Glasgow
Coma Scale/GCS).
Skor
4
3
2
1
Skor
5
4
3
2
Skor
6
5
4
3
2
1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan gas darah:
oksigenasi darah,
gangguan keseimbangan asam-basa.
Pemeriksan darah:
darah perifer lengkap (DPL), keton, faal hati, ginjal, dan
elektrolit.
Pemeriksaan khusus:
pungsi lumbal, CT-Scan kepala, EEG, EKG, foto toraks.
Working Diagnosis
Brain Death : sebagai hilangnya seluruh fungsi otak,
termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel.
Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak :
koma dalam,
hilangnya seluruh refleks batang otak,
dan apnea.
2.
3.
Etiologi
terjadi akibat penghentian total sirkulasi darah serebral
dan timbulnya infark yang menyeluruh pada otak dalam
waktu yang sama ketika respirasi dipertahankan dengan
dukungan ventilasi atifisial sementara jantung tetap
berfungsi.
Patofisiologi
Patofisiologi penting terjadinya kematian otak
adalah peningkatan hebat tekanan intrakranial (TIK)
yang disebabkan perdarahan atau edema otak. Jika
TIK meningkat mendekati tekanan darah arterial,
kemudian tekanan perfusi serebral (TPS) mendekati
nol, maka perfusi serebral akan terhenti dan
kematian otak terjadi.
Criteria Minnesota
Diagnosis lesi serebral yang tidak bisa dilakukan
koreksi
Tidak ada gerakan spontan
Tidak ada respirasi spontan
Reflex batang otak negative
Kondisi tersebut menetap selama minimal 12 jam
Criteria Swedia
Koma yang tidak berespon
Apnea
Reflex batang otak negative
EEG isoelektrik
Kontras pembuluh darah serebral negative 2 kali
suntikan aortakranial selama waktu 25 detik.
Penatalaksanaan
Penanganan koma bertujuan untuk :
mencegah kerusakan sistem saraf. Hipotensi, hipoglikemi,
hiperkalsemi, hipoksia, hiperkapnia, dan hipertermia harus
dikoreksi segera.
Orofangeal airway yang adekuat untuk menjaga faring tetap
terbuka sehingga bisa bernafas secara baik.
DD :
Perdarahan hipertensif. :
Penyebab tersring adalah hipertensi arterial. Peningkatana
takanan darah merusak dinding pembuluh darah arteri
yang kecil, menyebabkan mikroaneurisma (aneurisma
charcot) yang dapat rupture spontan.
Manifestasi dari perdarahan hipertensif tergantung dari
lokasinya. Ancaman utama perdarahan intraserebral adalah
hipertensi intracranial akibat efek massa hematoma.
Perdarahan serebral :
Perdarahan di regio ini sering menyebabkan efek massa
akut di fossa posterior, dengan semua akibat
ditimbulkannya ( herniasi batang otak dan serebelum ke
atas melalui incisura tentorii dank e bawah kea rah
foramen magnum).
Manifestasi klinisnya adalah sakit kepala okdipitak yang
berat, mual dan muntah, dan vertigo, umumnya disertai
gaya berjalan tidak stabil, disartria, dan kepala menoleh
serta deviasi bola mata ke arah kontralateral lesi.
Kesimpulan :
Kematian otak didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi
otak secara ireversibel, termasuk batang otak. Tiga temuan
penting dalam kematian otak adalah koma, hilangnya refleks
batang otak, dan apnea.
Pada pasien, perlu diperiksa kondisi-kondisi serta kriteria
eksklusi. Karena umumnya mati otak disebabkan oleh cedera
kepala berat, maka perlu ditemukan kondisi cedera otak berat
yang konsisten dengan proses terjadinya kematian otak, tidak
bernafas secara spontan, dan hasil yang negatif pada
pemeriksaan refleks-refleks batang otak.